Anda di halaman 1dari 10

RANCANGAN ASESMEN

MATA KULIAH PSIKOLOGI KONSELING


“Self-Management Untuk Mengurangi Perilaku Prokrastinasi Pada Individu”

KELAS I
Sulthan Alief Irlangga (201910230311459)

Dosen Pengampu: Uun Zulfiana, M.Psi


Asisten : Rahmita Laily, S.Psi.

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Prokrastinasi yang terjadi pada area akademik disebut sebagai prokrastinasi
akademik. Prokrastinasi akademik banyak dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa
(Fibrianti, 2009). Menyusun skripsi merupakan salah satu area akademik yang penting
karena menjadi salah satu syarat mahasiswa untuk mendapatkan gelar S1. Namun, hal ini
tetap saja ditunda (Catrunada, 2008). Steel (2007) mengatakan bahwa prokrastinasi
adalah menunda dengan sengaja kegiatan yang diinginkan walaupun individu mengetahui
bahwa perilaku penundaanya tersebut dapat menghasilkan dampak buruk. Steel (2010)
juga pernah mengatakan bahwa prokrastinasi adalah suatu penundaan sukarela yang
dilakukan oleh individu terhadap tugas/pekerjaannya meskipun ia tahu bahwa hal ini
akan berdampak buruk pada masa depan.
Prokrastinasi menjadi penting untuk diteliti karena frekuensi prokrastinasi yang
tergolong tinggi (Solomon & Rothblum, 1984; Steel, 2007; Surijah, 2007). Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Surijah (2007) pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Surabaya yang tergolong memiliki prokrastinasi tinggi sampai sangat tinggi
adalah 30,9% (dari 316 mahasiswa). Selain memiliki frekuensi yang tinggi prokrastinasi
memberikan banyak kerugian terhadap pelakunya, baik kerugian materiil maupun
immateriil (Fibrianti, 2009; Muhid, 2009; Siaputra, Prawitasari, Hastjarjo, Azwar, 2011;
Steel, 2007; Tanriady, 2009; Utomo, 2010). Menurut Ferrari dan Morales (2007)
prokrastinasi akademik memberikan dampak yang negatif bagi para mahasiswa, yaitu
banyaknya waktu yang terbuang tanpa menghasilkan sesuatu yang berguna. Prokrastinasi
juga dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan etos kerja individu sehingga
membuat kualitas individu menjadi rendah (Utomo, 2010). Selain itu Tice dan
Baumeister (1997) mengatakan bahwa prokrastinasi dapat menyebabkan stres dan
memberi pengaruh pada disfungsi psikologis individu. Individu yang melakukan
prokrastinasi akan menghadapi deadline dan hal ini dapat menjadi tekanan bagi mereka
sehingga menimbulkan stres.
Tangney, Baumeister, dan Boone (2004) menyarankan bahwa self-control
memiliki kapasitas besar dalam memberikan perubahan positif pada kehidupan
seseorang. Menurut Ray (2011), secara umum selfcontrol yang rendah mengacu pada
ketidakmampuan individu menahan diri dalam melakukan sesuatu serta tidak
memedulikan konsekuensi jangka panjang. Sebaliknya, individu dengan self-control yang
tinggi dapat menahan diri dari hal-hal yang berbahaya dengan mempertimbangkan
konsekuensi jangka panjang. Menurut Steel (2007) prokrastinasi akademik memiliki
korelasi negatif yang kuat dengan self-control (r = - 0,58). Setiap individu memiliki
kontrol diri yang berbeda-beda, ada yang memiliki kontrol diri yang tinggi, namun ada
pula yang rendah. Menurut Steel (2007) self-control adalah pengendalian diri individu
terhadap waktu tunda penerimaan imbalan. Pengendalian diri ini berkaitan dengan
perilaku prokrastinasi yang dilakukan. Tangney, Baumeister, dan Boone (2004)
mengusulkan bahwa self-control terdiri atas lima aspek berikut ini: (1) Self-discipline,
yaitu mengacu pada kemampuan individu dalam melakukan disiplin diri. Hal ini berarti
individu mampu memfokuskan diri saat melakukan tugas. Individu dengan self-discipline
mampu menahan dirinya dari hal-hal lain yang dapat mengganggu konsentrasinya. (2)
Deliberate/nonimpulsive, yaitu kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu dengan
pertimbangan tertentu, bersifat hati-hati, dan tidak tergesa-gesa. Ketika individu sedang
bekerja, ia cenderung tidak mudah teralihkan. Individu yang tergolong nonimpulsive
mampu bersifat tenang dalam mengambil keputusan dan bertindak. (3) Healthy habits,
yaitu kemampuan mengatur pola perilaku menjadi kebiasaan yang menyehatkan bagi
individu. Oleh karena itu, individu dengan healthy habits akan menolak sesuatu yang
dapat menimbulkan dampak buruk bagi dirinya meskipun hal tersebut menyenangkan.
Individu dengan healthy habits akan mengutamakan hal-hal yang memberikan dampak
positif bagi dirinya meski dampak tersebut tidak diterima secara langsung. (4) Work ethic
yang berkaitan dengan penilaian individu terhadap regulasi diri mereka di dalam layanan
etika kerja. Individu mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik tanpa dipengaruhi
oleh hal-hal di luar tugasnya meskipun hal tersebut bersifat menyenangkan. Individu
dengan work ethic mampu memberikan perhatiannya pada pekerjaan yang sedang
dilakukan. (5) Reliability, yaitu dimensi yang terkait dengan penilaian individu terhadap
kemampuan dirinya dalam pelaksanaan rancangan jangka panjang untuk pencapaian
tertentu. Individu ini secara konsisten akan mengatur perilakunya untuk mewujudkan
setiap perencanaannya.
Djamrah (2002) dalam penelitiannya menemukan banyak pelajar dan mahasiswa
yang mengeluh karena tidak dapat membagi waktu dengan baik, kapan harus mulai
mengerjakan tugas, kapan harus kuliah dan kapan harus berorganisasi. Organisasi
kemahasiswaan merupakan bentuk kegiatan diperguruan tinggi yang diselenggarakan
dengan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa (Silvia, Sukirman, 2004). Kemudian
organisasi mahasiswa sebagai lembaga untuk mengembangkan daya kreatif dan humanis
mahasiswa, sebagai pengembangan penalaran, keilmuan, minat dan bakat, serta
kegemaran mahasiswa (Paryanti, Sudarman, 2004). Dari hasil penelitian ditemukan
bahwa mahasiswa aktivis melakukan prokrastinasi pada mata kuliah tertentu seperti
menunda pengerjaan tugas individu, masuk kelas 15 menit setelah jam pembelajaran di
kelas dimulai,mengerjakan tugas diakhir-akhir waktu dan lebih memilih kegiatan
organisasi daripada mengerjakan tugas-tugas kuliah, mengumpulkan tugas ala kadarnya,
memprioritaskan kegiatan organisasi daripada tugas akhir, kesegajaan menunda lulus
studi. Selain jadwal pengumpulan tugas, tingkat kesulitan juga merupakan faktorpenentu
muncul atau tidaknya perilaku prokrastinasi. Tugas-tugas yang dirasa sulit oleh
mahasiswa cenderung semakin ditunda, sedangkan tugas yang dianggap mudah
cenderung akan dikerjakan terlebih dahulu. Dilihat dari nilai indeks prestasi kumulatif
mahasiswa aktifis memiliki perolehan nilai antara 2,75 sampai 3,35 dengan kategori
memuaskan (Triyono, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa aktivis yang
melakukan prokrastinasi akademik tidak sepenuhnya bercitra buruk dan memiliki nilai
baik.
Intervensi individu terkait prokrastinasi sangat penting supaya bisa
memenemukan cara untuk menangani prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Pada
penelitian yang dilakukan di beberapa universitas di Swedia mencoba membandingkan
antara cognitive-behavioral therapy dalam bentuk kelompok dengan cognitive-behavioral
therapy dengan menggunakan internet dalam mencegah prokrastinasi akademik
mahasiswa. Hasil penelitian menemukan bahwa kedua metode jurnal EduTech Vol. 6 No.
2 September 2020 ISSN: 2442-602 e-ISSN: 2442-7063 260 pendekatan ini dapat
digunakan dalam mengurangi prokrastinasi akademik mahasiwa (Rozental et al., 2014).
Yaitu menemukan bahwa pendekatan cognitivebehavioral therapy dengan menggunakan
internet dapat digunakan dalam mengurangi prokrastinasi akademik, di mana metode ini
berfokus pada kognitif dan perilaku individu (Rozental et al., 2015).

BAB II. KAJIAN TEORITIK


A. Definisi variable
Permaslaahan yang terjadi pada subjek yaitu di mana subjek merasa sering
menunda- nunda pekerjaan yang akan dilakukannya. Perilaku klien dalam mengerjakan
pekerjaan tergolong perilaku yang eksesif. Di mana subjek sering menunda pekerjaan
yang seharusnya atau bisa subjek kerjakan saat itu juga, biasanya dalam sehari ada
beberapa pekerjaan yang dapat subjek kerjakan. Durasi dalam menunda pekerjaan
tersebut masih terbilang wajar 2-40 menitan. Namun ketiadaan problem jangka pendek
ini memungkinkan subjek nantinya akan terus menunda pekerjaannya bahkan lebih
buruknya lagi durasi penund\aan tersebut akan lebih lama dari yang sebelumnya. Subjek
meras jika hal ini terus berlangsung, klien khawatir akan adanya dampak negatif jangka
panjang yang akan berpengaruh terhaddap klien dalam mengerjakan pekerjaannya nanti.
Oleh karena itu subjek dan fasilitator bersepakat untuk memperbaiki prilaku subjek
tersebut dengan cara mengurangi prilaku prokratinasi yang terjadi pada subjek.
Intervensi menggunakan metode positive reinforcer, yang mana subjek akan
diberikan reward apabila perilaku yang diinginkan muncul. pertama-tama subjek akan
membuat jadwal sehari-hari lalu apabila subjek memenuhi atau melakukan kegiatan sesuai
jadwal (tidak terlambat dalam melakukan aktivitas) maka subjek akan diberikan reward
berupa uang yang boleh digunakan untuk membali sesuatu yang subjek sukai.
B. Faktor-faktor penyebab
Salah satu faktor yang mempengaruhi prokrastinasi adalah kontrol diri (self-
control) (I. Handayani et al., 2015; Winkel & Hastuti, 2010). Semakin rendah kontrol diri,
maka semakin tinggi prokrastinasi akademik. Menurut Fauziah (2015), ada dua faktor
yang mempengaruhi prokrastinasi akademik, yaitu sebagai berikut. Faktor fisik berkaitan
dengan kondisi tubuh mahasiswa itu sendiri, di mana mahasiswa merasa mengantuk dan
kelelahan karena aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa baik di kampus maupun di luar
kampus sehingga menjadi penghalang mahasiswa dalam mengerjakan tugas kuliah karena
mahasiswa lebih memilih beristirahat.
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi prokrastinasi akademik mahasiswa
yakni Tingkat kesulitan tugas yang dikerjakan dapat mempengaruhi prokrastinasi
akademik mahasiwa. Tugas yang terlalu sulit membuat mahasiswa malas mengerjakannya
karena terlalu rumit sehingga sulit untuk dipahami. Tugas yang terlalu mudah juga bisa
menyebabkan prokrastinasi akademik pada mahasiswa, di mana mahasiswa menunda
mengakhiri tugas tersebut karena bisa saja jawaban tugas sudah ada di internet sehingga
bisa di copypaste.

BAB III. METODE ASESMEN


A. Data Subjek
Nama : RZ
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 20 Tahun
Pendidikan : Mahasiswa
Anak Ke : 1 dari 2 bersaudara
B. Teknik Asesmen
Dalam asesmen konseling ini akan menggunakan teknik self-management. Teknik
self management merupakan proses ketika seseorang menggunakan prosedur modifikasi
perilaku untuk mengubah perilakunya sendiri. Di mana seseorang tersebut mengalami
permasalahan ekses dari perilaku yang tidak diinginkan karena akan berdampak negatif
pada kehidupan seseorang masa depan (Saraswati, 2020). Self-management terjadi ketika
seseorang terlibat dalam perilaku pada suatu waktu untuk mengendalikan terjadinya
perilaku lain (perilaku target) di kemudian hari.Menurut Skinner (1953), self management
melibatkan perilaku mengendalikan dan perilaku terkontrol. Seperti namanya, orang
tersebut terlibat dalam perilaku mengendalikan untuk memengaruhi terjadinya perilaku
terkontrol di masa depan.
Perilaku pengendalian melibatkan penerapan strategi manajemen diri di mana
anteseden dan konsekuensi dari perilaku target atau perilaku alternatif dimodifikasi,
strategi ini membuat perilaku yang dikendalikan (perilaku target) lebih mungkin
(Saraswati, 2020). Berdasarkan uraian di atas, self-management merupakan seperangkat
prinsip atau prosedur yang meliputi pemantauan diri (self-monitoring), reinforcement
yang positif (self-reward), perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting), penguasaan
terhadap rangsangan (stimulus control) dan merupakan keterkaitan antara teknik cognitive,
behavior, serta affective dengan susunan sistematis berdasarkan kaidah pendekatan
cognitive-behavior therapy, digunakan sebagai strategi konseling (Nurzaakiyah &
Budiman, 2013).
Pada teknik self-management strategi yang akan digunakan adalah goal-setting,
self monitoring, self-reinforcement (self-reward), self-contracting dan stimulus control.
Weinberg (2004) menyatakan bahwa goal-setting merupakan suatu kemampuan
merancang atau menetapkan suatu tujuan yang akan dicapai (Rahayu & Mulyana, 2015).
self-monitoring merupakan proses dimana klien mengobservasi dan mencatat segala
sesuatu tentang dirinya dan interaksi dengan situasi lingkungan. Pada tahap ini klien
mengobservasi dan mencatat kegiatannya sehari-hari, tujuannya agar klien memahami
perilakunya dan kemudian dapat mengidentifikasi perilaku yang ingin mereka ubah.
Kemudian mencatat frekuensi-frekuensi dari perilaku yang ingin mereka ubah itu
(Muliyadi, Yasdar & Sulaiman, 2017).
Self-reinforcement digunakan untuk membantu klien mengatur dan memperkuat
perilakunya melalui konsekuensi yang dihasilkannya sendiri. Banyak tindakan individu
yang dikendalikan oleh konsekuensi yang dihasilkannya sendiri sebanyak yang
dikendalikan oleh konsekuensi eksternal. Penguatan disini (baik dari dalam maupun dari
4 luar) adalah sesuatu yang apabila diadministrasikan mengikuti salah satu perilaku
sasaran, cenderung dapat melestarikan atau meningkatkan peluang perilaku sasaran itu di
masa mendatang (Muliyadi, Yasdar & Sulaiman, 2017). Penggunaan reinforcement ini
akan dilakukan disertakan dengan reinforcer berupa reward hingga subjek menunjukan
perilaku target. Reward (ganjaran, hadiah, atau imbalan), baik secara verbal (kata-kata
atau ucapan pujian), maupun secara non- verbal (isyarat, senyuman, hadiah berupa
benda-benda dan makanan) (Setiowati, 2016).
Self-contracting ini di mana klien membuat kontrak dengan dirinya sendiri,
membuat perencanaan untuk mengubah pikiran, perilaku, dan perasaan untuk menyakini
semua yang ingin diubahnya. Klien bekerjasama dengan teman/keluarga untuk progam
self managementnya. Klien akan menanggung resiko dengan program self-management
yang dilakukannya serta menuliskan peraturan untuk dirinya sendiri selama menjalani
proses self-management (Nurzaakiyah & Budiman, 2013).
Terakhir stimulus control, Kendali stimulus dapat digunakan untuk mengurangi
atau meningkatkan perilaku tertentu. Kendali stimulus menekankan pada penataan
kembali atau modifikasi lingkungan sebagai isyarat khusus (gues) atau anteseden atas
respons tertentu. Jika anteseden merupakan stimulus bagi perilaku tertentu, maka dapat
menjadi kendali stimulus. Sehingga respons-respons yang diharapkan dapat muncul jika
anteseden tertentu dihadirkan (Nurzaakiyah & Budiman, 2013)
C. Agenda Kegiatan Asesmen

Pertemuan Kegiatan Tujuan Waktu Tempat


Asesmen
1. Goal-setting Menyepakati perilaku
yang akan diubah
serta reward atau
konsekuensinya yang
didapatkan subjek.
2. Baseline Mendapatkan
informasi dan
gambaran terkait
perilaku subjek serta
untuk mengukur
perkembangan
perilaku subjek
3. Tahap Self Pada tahap ini
monitoring konseli
(Klien mengumpulkan dan
diberikan mencatat data tentang
tugas untuk perilaku yang hendak
mencatat diubah, anteseden
semua perilaku, dan
kegiatan konsekuensi perilaku.
kesehariannya) Konseli juga
mencatat seberapa
banyak atau
seringkah perilaku itu
sering terjadi.Pada
tahapan ini juga klien
mengumpulkan base
line data dalam suatu
proses treatment.
4. Tahap Mencatat semua
Perjanjian perilaku yang akan
dengan diri diubah,
sendiri Mengumpulkan dan
(self mencatat anteseden
contracting) perilaku. Klien
bekerjasama dengan
teman/keluarga untuk
progam self
managementnya.
Serta menuliskan
peraturan untuk
dirinya sendiri
selama menjalani
proses self
management.
5. Tahap self- Melihat perubahan
evaluation dan perilaku klien.
self- Mengelaborasi
reinfocement hambatan/ kendala.
Mengubah strategi
jika capaian belum
terpenuhi. Kemudia
pemberian penguatan
terhadap klien.

DAFTAR PUSTAKA

Nurzaakiyah, S., & Budiman, N. (2013). Teknik self-management dalam mereduksi body
dysmorphic disorder. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan ISSN 197102191998021.
Muliyadi, M., Yasdar, M., & Sulaiman, F. (2017). Penerapan Teknik Manajemen Diri
Dapat Mengurangi Kebiasaan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Stkip Muhammadiyah
Enrekang. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 1(2), 92-103.
Muyana, S. (2018). Prokrastinasi akademik dikalangan mahasiswa program studi
bimbingan dan konseling. Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 8(1), 45-52.
Nitami, M., Daharnis, D., & Yusri, Y. (2015). Hubungan motivasi belajar dengan
prokrastinasi akademik siswa. Konselor, 4(1), 1-12.
Ursia, N. R., Siaputra, I. B., & Sutanto, N. (2013). Prokrastinasi Akademik Dan Self-
Control Pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya-Academic
Procrastination And Self-Control In Thesis Writing Students Of Faculty Of Psychology,
Universitas Surabaya. Makara seri sosial humaniora, 17(1), 1-18.

Anda mungkin juga menyukai