1. Menurut Latipah (Kadi, 2016), self regulated learning terdiri dari dua kata
yaitu self regulated dan learning. self regulated learning berarti terkelola,
tersusun atau teratur, sedangkan learning adalah belajar. Jadi dapat
disimpulkan bahwa self regulated learning secara keseluruhan berarti
belajar mengatur diri atau pengelolaan dan atau pengaturan diri dalam
belajar.
2. Omrod (2008), mengatakan bahwa self regulated learning adalah
pembelajaran yang diatur sendiri atau pengaturan terhadap proses-proses
kognitif sendiri agar dapat belajar secara efektif.
3. Menurut Maes dan Gebhardt (Alimatur, 2018), self regulated learning yaitu
suatu urutan tindakan atau suatu proses yang mengatur tindakan dengan niat
untuk mencapai suatu tujuan.
4. Zimmerman (Rohmaniyah, 2018), menjelaskan bahwa self regulated
learning sebagai merupakan proses dimana peserta didik mengaktifkan
pikiran, perasaan dan tindakan yang diharapkan dapat mencapai tujuan
tertentu.
5. Deasyanti dan Armeini (Rifa’i & Syahrina, 2019), mengatakan bahwa self
regulated learning adalah proses aktif dan konstruktif dimana siswa
menentukan tujuan belajar, mengimplementasikan strategi dan memonitor
kemajuan pencapaian tujuan yang melibatkan kognisi, metakognisi dan
motivasi afeksi dan perilaku siswa dalam belajar. Dengan melibatkan unsur-
unsur tersebut, siswa mampu memutuskan sendiri atau dengan bantuan
orang lain, apa yang menjadi kebutuhan bagi dirinya, bagaimana
menetapkan sasaran belajarnya, strategi apa yang akan digunakan dalam
menyelesaikan tugas akademik dan dapat memantau kemajuan diri sendiri.
6. Menurut Paul R. Pintrich (Pablos & Patricia, 2012), self regulated learning
is defined as an active, constructive process where by learners set goals for
their learning and then attempt to monitor, regulate and control their
cognition, motivation, and behaviour, guided and constrained by their goals
and the contextual features in the environment. Artinya self regulated
learning didefinisikan sebagai proses konstruktif aktif dimana peserta didik
menetapkan tujuan untuk pembelajaran mereka dan kemudian berusaha
untuk memonitor, mengatur, dan mengendalikan kognisi, motivasi dan
perilaku mereka, dibimbing dan dibatasi oleh tujuan mereka dan fitur
konstektual di lingkungan.
PEMETAAN INDIKATOR PROKRASTINASI AKADEMIK (Y)
Indikator Teori
1. Penundaan untuk Teori 1
memulai dan Ferrari (Ghufron & Risnawita, 2017),
menyelesaikan tugas mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku
2. Keterlambatan penundaan, prokrastinasi akademik dapat
dalam termanisfestasikan dalam indikator tertentu yang
menyelesaikan tugas dapat diukur dari ciri-ciri tertentu, seperti:
3. Kesenjangan waktu 1. Penundaan untuk memulai dan
antara rencana dan menyelesaikan tugas.
kinerja aktual dalam 2. Keterlambatan dalam menyelesaikan
mengerjakan tugas tugas
4. Melakukan aktivitas 3. Kesenjangan waktu antara rencana dan
lain yang lebih kenerja aktual
menyenangkan 4. Melakukan aktivitas yang lebih
menyenangkan
Teori 2
Burka dan Yuen dalam (Wicaksono,
2017), menjelaskan ciri-ciri prokrastinator yang
dapat tergambar melalui perilaku penundaan
yang selalu berulang-ulang, ciri-ciri tersebut
yaitu:
1. Prokrastinator lebih suka untuk menunda
pekerjaan
2. Ada keterlambatan dalam menyelesaikan
tugas
3. Memilih melakukan aktivitas lain yang
menyenangkan (membuat enjoy)
4. Kinerja aktual tidak sesuai dengan
rencana
Teori 3
Menurut Santrock (2012), prokrastinasi
atau penundaan pada siswa terdiri dari berbagai
hal, yaitu:
1. Menunda tugas dengan harapan tugas
tersebut pasti akan selesai dan lenyap
dengan sendirinya.
2. Meremehkan pekerjaan yang terlibat dalam
tugas atau melebih-lebihkan kemampuan dan
sumber daya seseorang.
3. Memilih aktivitas lain yang lebih
menyenangkan seperti: menghabiskan
berjam-jam di game komputer dan
berselancar di internet.
4. Mengganti kegiatan prioritas berguna
menjadi kegiatan yang bukan prioritas,
seperti membersihkan salah satu kamar
bukannya belajar.
5. Percaya bahwa berulang penundaan kecil
tidak akan berdampak buruk
6. Tekun hanya pada bagian dari tugas, dan
terlambat menyelesaikan tugas secara
keseluruhan
7. Kewalahan terhadap rencana yang dibuat
ketika harus mengerjakan tugas secara
bersamaan, yang pada akhirnya tidak
melakukan keduanya.
PEMETAAN INDIKATOR KEYAKINAN DIRI (X1)
Indikator Teori
1. Keyakinan Teori 1
kemampuan diri Menurut Lauster Kadi (2016), terdapat
2. Optimis beberapa aspek dari kepercayaan diri yakni
3. Bertanggung jawab sebagai berikut:
1. Keyakinan akan kemampuan diri yaitu
sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa
dia mengerti sungguh-sungguh akan apa yang
dilakukannya.
2. Optimis yaitu sikap positif seseorang yang
selalu berpandangan baik dalam menghadapi
segala hal tentang diri, harapan dan
kemampuan.
3. Objektif yaitu orang yang percaya diri
memandang permasalahan atau segala
sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya,
bukan menurut kebenaran pribadi.
4. Bertanggung jawab yaitu kesediaan
seseorang untuk menanggung segala sesuatu
yang telah menjadi konsekuensinya.
5. Rasional yaitu analisa terhadap suatu
masalah, suatu hal sesuatu kejadian dengan
menggunakan pemikiran yang diterima oleh
akal dan sesuai dengan kenyataan.
Teori 2
Parkinson (2004), mengemukakan
bahwa terdapat ciri-ciri orang yang memiliki
kepercayaan diri tinggi, yaitu:
1. Cenderung santai dan optimis
2. Menikmati tanggung jawab dan suka
menghadapi ujian
3. Ketika dalam kondisi tertekan, mereka
bereaksi dengan tenang dan dengan cara-cara
yang teratur dan percaya bahwa mereka
memiliki kemampuan untuk mengatasi
masalah tersebut.
Teori 3
Menurut Ghufron & Risnawita (2017),
bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan untuk
melakukan sesuatu pada diri subjek sebagai
karakteristik pribadi yang di dalamnya terdapat
keyakinan atau kemampuan diri, optimis,
objektif, bertanggung jawab, rasional dan
realistis.
Teori 4
Menurut Perry (2006), terdapat beberapa
ciri-ciri orang yang percaya diri, yaitu sebagai
berikut:
1. Orang yang sangat percaya diri yakin bahwa
mereka akan sukses.
2. Mereka berfokus pada kemampuan dan
keinginan sendiri.
3. Memiliki kemauan yang kuat yaitu hasrat
untuk mencapai kesuksesan dengan resiko
apapun.
4. Mereka mampu menciptakan trend dan
memecahkan rekor untuk diikuti orang lain.
5. Kegagalan tidak mengurangi keyakinan
mereka untuk berhasil lain kali. Mereka
adalah tipe orang yang terus belajar dari
kegagalan.
Teori 5
Iland (2013) menyatakan bahwa self-
confident people always think positively, they
are habitually optimistic. They always see what
is good in every situation, whether the
circumstance was good or bad. Dapat di artikan
bahwa orang yang percaya diri selalu berpikir
positif, mereka biasanya optimis dan selalu
melihat apa yang baik dalam setiap situasi,
apakah situasinya baik atau buruk.
Teori 6
Menurut Lucy (2012), kepercayaan diri
adalah seberapa besar Anda yakin dengan
kemampuan diri Anda sendiri, seperti yakin
dengan kelebihan yang dimiliki dan tidak
mempermasalahkan kekurangan yang melekat
pada diri. Percaya diri pada dasarnya adalah suatu
sikap yang memungkinkan kita untuk memiliki
persepsi positif dan realistis dari diri kita dan
kemampuan kita, hal ini ditandai dengan atribut
pribadi seperti ketegasan, optimisme,
antusiasme, dan kemandirian.
Teori 7
Wibowo (2007), mengemukakan bahwa
kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang
untuk dapat menaklukan rasa takutnya dalam
menghadapi berbagai situasi. Tingkat
kepercayaan diri seseorang akan selalu berubah
sesuai kondisi lingkungannya. Orang yang
memiliki kepercayaan diri yang tinggi
mempunyai keyakinan terhadap kemampuan
dirinya untuk beradaptasi pada lingkungan yang
baru atau ketika melakukan sesuatu yang baru
PEMETAAN INDIKATOR SELF REGULATED LEARNING (X1)
Indikator Teori
1. Forethought phase Teori 1
(fase pemikiran) Menurut Zimmerman (Elliot & Dweck,
2. Performance phases 2005), terdapat tiga fase siklus self-regulated
(fase kinerja) learning, yaitu:
3. Self reflection phase 1. Forethought phase
(fase refleksi diri) Merupakan fase pemikiran, fase ini
melibatkan 2 kategori yaitu analisis tugas dan
motivasi.
2. Performance phase
Merupakan fase kinerja yang melibatkan 2
klasifikasi yaitu kontrol diri dan observasi
diri.
3. Self reflection phase
Merupakan fase refleksi diri memiliki 2
kategori utama yaitu meningkatkan penilaian
diri dan reaksi diri.
Teori 2
Zusho dan Edward (Marshall, Fry, &
Ketteridge, 2014) mengungkapkan bahwa
terdapat siklus dari self regulated learning, yakni
sebagai berikut:
1. Forethought Phase
Fase pemikiran merupakan tahap persepsi
dan perencanaan siswa yaitu dengan
menganalisis tugas dan menetapkan tujuan
yang strategis dalam belajar. Pada tahap ini
kepercayaan akan kemampuan sangat
diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
2. Performance Phase
Fase kinerja meliputi pengendalian /kontrol
diri dan observasi diri. Sebagai pelajar,
mereka harus mengelola dirinya sendiri dan
kinerja mereka agar dapat menyelesaikan
tugas, selain itu pelajar juga melakukan
observasi diri yaitu pemeriksaan kinerja yang
interaktif
3. Self-Reflection Phase
Fase refleksi diri ialah ketika pelajar
menyesuaikan tujuan, proses dan strategi
dengan kinerja yang sudah mereka lakukan.
Teori 3
Sternberg (Boshuizen, Bromme, &
Gruber, 2004), menyatakan bahwa terdapat tiga
fase siklus dari self regulated learning, yaitu:
1. Planning or forethought phase
Pada fase ini tujuan ditetapkan, persepsi dan
pengetahuan tentang tugas, konteks dan diri
dalam kaitannya dengan tugas diaktifkan, dan
strategi yang direncanakan
2. Task performance phase
Pada fase ini tindakan yang dilakukan adalah
memantau hasil untuk memeriksa apakah
seseorang ada di jalur yang benar atau perlu
menyesuaikan tujuan, rencana dan
pelaksanaan strategi.
3. Evaluated and reflection phase
Pada fase ini hasil dan proses dievaluasi dan
direnungkan dalam kaitannya dengan tujuan
yang telah ditetapkan, efektivitas strategi
yang diterapkan dan perasaan yang
ditimbulkan sebagai akibat dari tujuan yang
telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA