Anda di halaman 1dari 8

TEORI PENGHUBUNG

Nama : Tiara Ayu Suwandhini


NIM : 8105160075
Dosen Pembimbing 1 : Dra. RR Ponco Dewi Karyaningsih, M.M
Dosen Pembimbing 2 : Marsofiyati, S.Pd., MPd
Judul : Hubungan antara Kepercayaan Diri dan Self Regulated Learning
dengan Prokrastinasi Akademik

Teori Penghubung antara Kepercayaan Diri (X1) dengan Prokrastinasi Akademik (Y)

1. Yeung (2010) menjelaskan bahwa “If confidence is about taking action in spite of how you
may feel, procrastination is it’s evil nemesis. Proctination is about avoiding immediate
action because of how you feel. Postponing action leads to beliefs that you can’t do it and
looming fears that you will never do it. Avoidance to a vicious circle: the more you avoid,
the more you want to avoid”. Artinya jika kepercayaan diri membahas tentang mengambil
suatu tindakan terlepas dari apa yang dirasakan, maka perilaku prokrastinasi itu musuh
jahatnya. Prokrastinasi adalah tentang menghindari tindakan. Tindakan prokrastinasi
mengarah pada keyakinan bahwa Anda tidak bisa melakukannya dan menjulang
kekhawatiran bahwa Anda tidak akan pernah melakukannya.
2. Menurut (Burton & Platss, 2006)“If confidence is about focusing your energy and acting
decisively, the procrastination is the direct opposite, procrastination scatters your energy
and put off acting at all - sometimes you avoid even deciding.” Artinya bahwa jika
kepercayaan diri adalah tentang memfokuskan kesigapan Anda dan bertindak tegas, maka
prokrastinasi tersebut adalah musuh langsung, prokrastinasi mengurangi kesigapan Anda
agar menunda-nunda pekerjaan, kadang-kadang menyebabkan Anda menghindari sesuatu
meskipun Anda telah membuat keputusan sebelumnya.
3. Gyoerkoe & Wiegartz (2010), mengatakan bahwa “One of the common reasons for anxious
procrastination, is low sel-confidence: you see yourself as incapable in general, you feel
you aren’t good enough and don’t posses the traits that others have which allow them to
do well.” Artinya salah satu alasan umum untuk prokrastinasi adalah rendahnya
kepercayaan diri: Anda melihat diri Anda tidak mampu, Anda merasa Anda tidak cukup
baik dan tidak memiliki sifat yang dimiliki orang lain yang memungkinkan mereka untuk
melakukan sesuatu dengan baik.
4. Steel (F. Kushner, 2000), menyatakan bahwa “Procrastinators have less confidence in
them-selves and are less sure that they can actually complete a task: this applies to tasks
people don’t like to do.” Yang berati bahwa prokrastinator memiliki lebih sedikit
kepercayaan diri pada diri mereka dan kurang yakin bahwa mereka benar-benar dapat
menyelesaikan sebuah tugas: ini berlaku untuk tugas yang tidak mereka sukai untuk
dilakukan.
5. Menurut Rowe (2011),“One of the causes of procrastination is lack of self-confidence: as
a procrastinator, you may have low self esteem. You may think your effort is not worth
anything so why try it. You may believe withing yourself that you feel inadequate or
incapable of achieving the goal of doing something unless you can do it perfectly. Artinya
salah satu penyebab prokrastinasi adalah rendahnya kepercayaan diri, seorang
prokrastinator mungkin memiliki harga diri yang rendah. Mereka berpikir bahwa kerja
kerasnya tidak akan menghasilkan apa-apa, jadi untuk apa mencobanya. Mereka merasa
tidak akan mampu mencapai tujuan dari melakukan sesuatu kecuali jika melakukannya
dengan sempurna.
6. Menurut Ferrari (Kadi, 2016) Prokrastinasi dipengaruhi oleh faktor-faktor kepribadian
yang ada pada individu, antara lain yaitu efikasi diri, kepercayaan diri, self esteem, motivasi
dan lainnya. Faktor-faktor kepribadian tersebut mempunyai korelasi dengan prokrastinasi.
7. Sebastian (Mailani, 2018) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab
prokrastinasi antara lain: interded action gap, mood, fear of failure, kepercayaan diri,
karakteristik tugas, perbedaan individual atau tipe kepribadian, dukungan sosial,
demografis, perfectionism, dan pola atribusi di dalamnya (ada locus, stability, dan globe)
serta self efikasy dan lain-lain.
8. Solomon dan Rothblum (Santika & Sawitri, 2016) mengatakan bahwa prokrastinasi juga
dapat menyebabkan sulitnya berkonsentrasi karena ada perasaan cemas, sehingga motivasi
belajar dan kepercayaan diri menjadi rendah.
Teori Penghubung antara Self Regulated Learning (X1) dengan Prokrastinasi Akademik (Y)

1. Menurut Tuckman (Ally & Khan, 2015) “The more that learners are able to self-regulate
themselves, the less procrastination they show”. Yang berarti semakin banyak siswa yang
mampu melakukan regulasi diri, semakin sedikit prokrastinasi yang akan terlihat.
2. Steel (B.Burka & Yuen, 2008) mengatakan bahwa Also closely correlated with
procrastinastion are distractibility (being easily derailed by distraction) and implusivness
(making unplanned decisions to procrastinate and not being future oriented). Taken
together, these traits constitute what Steel calls “self regulatory failure” which he found
to be the single factor that is most significantly related to procrastination”. Artinya hal ini
erat kaitannya dengan penundaan atau prokrastinasi adalah distractibility (mudah
tergelincir oleh gangguan) dan implusivness (membuat keputusan yang tidak di rencanakan
untuk menunda-nunda dan tidak berorientasi ke masa depan). Sifat-sifat tersebut dikatakan
steel sebagai “kegagalan dalam meregulasi diri” yang Ia temukan menjadi faktor tunggal
yang paling signifikan berkaitan dengan prokrastinasi.
3. Senada dengan hal tersebut dalam sumber yang berbeda Steel (Carolyn, 2016)
mengungkapkan bahwa “Consceptualization of procrastination as a self-regulatory failure
and a failure to obey the wishes of the self. Artinya konsep prokrastinasi ialah sebagai
kegagalan pengaturan diri dan kegagalan untuk mematuhi keinginan diri.
4. LaForge (Ulum, 2016) menyatakan bahwa prokrastinasi dapat terjadi apabila kurangnya
kemampuan atau adanya ketidakmampuan individu dalam belajar berdasar regulasi diri.
5. Menurut Milgram dkk (Ghufron & Risnawita, 2017), trait kepribadian individu yang turut
mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang
tercermin dalam self regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial.
6. Vahedi, Mostatafi & Mortazanajad (Sarajar, 2016) mengatakan bahwa prokrastinasi dari
seseorang dipengaruhi oleh kurangnya kemampuan untuk menetapkan aturan bagi dirinya
sendiri dan menjalankannya, sehingga perlu diberi metode intervensi berupa pelatihan
mengenai bagaimana melakukan regulasi diri
7. Wolters (Santika & Sawitri, 2016) menyatakan bahwa menggali hubungan antara
prokrastinasi dengan self-regulated learning dan menemukan bahwa kemampuan
metakognitif self-regulated learning merupakan prediktor terkuat kedua dari prokrastinasi
akademik setelah self-efficacy academic.
8. Zimmerman (Lubis, 2018) mengungkapkan bahwa jika seseorang kehilangan strategi
dalam self regulation maka mengakibatkan proses belajar dan performa yang lebih buruk,
dalam hal ini mahasiswa akan cenderung melakukan prokrastinasi akademik.
9. Menurut Essau, Ederer, O’Callaghan dan Ascheman (Putri & Edwina, 2020)
menyimpulkan bahwa prokrastinasi tingkat tinggi membuat siswa tidak dapat mengatur
diri mereka untuk mencapai tujuan akademisnya sehingga menyebabkan mereka depresi,
cemas dan stress.
10. Howell dan Waston (Ulum, 2016) yang menemukan bahwa prokrastinasi itu terjadi
disebabkan oleh rendah dan kurangnya kemampuan belajar berdasar regulasi diri dan tidak
memiliki waktu yang cukup untuk belajar.

Teori Penghubung antara Kepercayaan Diri (X1) dan Self Regulated Learning (X1) dengan
Prokrastinasi Akademik (Y)

1. Menurut Steel (B.Burka & Yuen, 2008) “Purpose four factor that are likely to increase
the tendency to procrastinate: low confidence in one’s ability to succeed, expecting that
the process and/or outcome will be unpleasant, the reward is too far away to feel real or
meaningful, and difficulties in self-regulation.” Artinya bahwa terdapat empat faktor yang
meningkatkan kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi, rendahnya kepercayaan diri
untuk berhasil, mengharapkan proses dan hasil yang menyenangkan, penghargaan yang
terlalu sulit untuk didapat, serta kesulitan dalam meregulasi diri.
2. (Levesque, 2011)“Procrastination was strongly related to self-regulatory process across
culture, and adolescents who are confident that they are able to manage they learning
environtment report lower levels of procrastination across settings.” Yang berarti bahwa
prokrastinasi sangat erat kaitannya dengan budaya regulasi diri dan remaja atau siswa yang
percaya diri mampu mengendalikan lingkungan belajar mereka yang lemah terhadap
prokrastinasi.
3. Burka dan Yuen (Kadi, 2016) menyatakan bahwa percaya diri yang rendah terhadap
kemampuan diri dan kesulitan mengatur diri (self regulation) memiliki kecenderungan
untuk melakukan prokrastinasi akademik.
4. Gulsum (2015) mengungkapkan bahwa “Many responsibilities on the learners, including
identifying learning resources, articulating learning strategies and overcoming
procrastination. Those responsibilities are closely associated with an individual’s self-
regulation skills, which are defined as learner’s active control of resources, strategis and
motivation. Generally learners who have high confidence in their ability to perform certain
academic tasks tend to use more cognitive and meta-cognitive strategies and show higher
task-persistence than those who have low confidence levels”. Artinya banyak tanggung
jawab pada peserta didik, termasuk mengidentifikasikan sumber belajar,
mengartikulasikan strategi belajar, dan mengatasi peokrastinasi. Tanggung jawab mereka
berkaitan erat dengan kemampuan regulasi diri individu, yang di definisikan sebagai
kontrol aktif pelajar sumber daya, strategi dan motivasi. Umumnya, peserta didik yang
memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam kemampuan mereka untuk melakukan tugas-
tugas akademik tertentu, cenderung menggunakan strategi yang lebih kognitif dan
metakognitif dan menunjukkan lebih tinggi ketekunan mengerjakan tugas dibanding
mereka yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Ally, M., & Khan, B. H. (2015). International Handbook of E-Learning. NewYork: Routlede.
B.Burka, J., & Yuen, L. M. (2008). Procrastination : Why You Do It, What To Do About It Now.
USA: Da Capo Press.
Burton, K., & Platss, B. N. (2006). Building self-confidence for Dummies. Inggris: John Willey &
Sons Ltd.
Carolyn, O. (2016). What Would My Class Look Like If I Believed in Myself More? London:
Rowman& Littlefield.
F. Kushner, R. (2000). Counseling Overweight Adults. USA: American Dietetic Association.
Ghufron, & Risnawita, R. (2017). Teori-Teori Psikologi. (R. Kusumaningratri, Ed.). Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Gulsum, E. (2015). Identification, Evaluation, and Perceptions of Distance Education Experts.
USA: IGI Global.
Gyoerkoe, K., & Wiegartz, P. (2010). The Worries’s Guide To Overcoming Procrastination.
Canada: Raincoast Books.
Kadi, A. P. U. (2016). Hubungan kepercayaan diri dan self regulated learning terhadap
prokrastinasi akademik pada mahasiswa psikologi 2013. EJournal Psikologi, 4(4), 457–471.
Levesque, R. J. . (2011). Ensiclopedia of Adolescence. USA: Springer reference.
Lubis, I. S. L. (2018). Hubungan Regulasi Diri dalam Belajar dan Efikasi Diri dengan Prokrastinasi
Akademik Mahasiswa. Jurnal Diversita, 4(2), 90–98.
https://doi.org/10.31289/diversita.v4i2.1884
Mailani, L. (2018). Prokrastinasi Ditinjau dari Kepercayaan diri dan Dukungan Sosial Pada Siswa
SMK PABAKU. Psikologi Prima, 1(2), 53–63. https://doi.org/DOI:
https://doi.org/10.34012/psychoprima.v1i2.367
Putri, N. I., & Edwina, T. N. (2020). Task Aversiveness Sebagai Prediktor Prokrastinasi Akademik
Pada Mahasiswa. Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 3(1), 124–140.
https://doi.org/10.30605
Rowe, L. (2011). How To Beat Procrastination. Minervaz.
Santika, W. S., & Sawitri, D. R. (2016). Self-Regulated Learning Dan Prokrastinasi Akademik
Pada Siswa Kelas Xi Sma Negeri 2 Purwokerto. Jurnal Empati, 5(1), 44–49.
Sarajar, D. K. (2016). Pengaruh Pelatihan Self Regulated Learning Terhadap Prokrastinasi
Penyelesaian Skripsi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir, 18(2), 150–160.
https://doi.org/https://doi.org/10.26486/psikologi.v18i2.393
Ulum, M. I. (2016). Strategi Self-Regulated Learning untuk Menurunkan Tingkat Prokrastinasi
Akademik Siswa. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 3(2), 153–170.
https://doi.org/10.15575/psy.v3i2.1107
Yeung, R. (2010). Confidence: The Key to Achieving Your Professional Best. USA: Pearson
Education Inc.
Ally, M., & Khan, B. H. (2015). International Handbook of E-Learning. NewYork: Routlede.
B.Burka, J., & Yuen, L. M. (2008). Procrastination : Why You Do It, What To Do About It Now.
USA: Da Capo Press.
Burton, K., & Platss, B. N. (2006). Building self-confidence for Dummies. Inggris: John Willey &
Sons Ltd.
Carolyn, O. (2016). What Would My Class Look Like If I Believed in Myself More? London:
Rowman& Littlefield.
F. Kushner, R. (2000). Counseling Overweight Adults. USA: American Dietetic Association.
Ghufron, & Risnawita, R. (2017). Teori-Teori Psikologi. (R. Kusumaningratri, Ed.). Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Gulsum, E. (2015). Identification, Evaluation, and Perceptions of Distance Education Experts.
USA: IGI Global.
Gyoerkoe, K., & Wiegartz, P. (2010). The Worries’s Guide To Overcoming Procrastination.
Canada: Raincoast Books.
Kadi, A. P. U. (2016). Hubungan kepercayaan diri dan self regulated learning terhadap
prokrastinasi akademik pada mahasiswa psikologi 2013. EJournal Psikologi, 4(4), 457–471.
Levesque, R. J. . (2011). Ensiclopedia of Adolescence. USA: Springer reference.
Lubis, I. S. L. (2018). Hubungan Regulasi Diri dalam Belajar dan Efikasi Diri dengan Prokrastinasi
Akademik Mahasiswa. Jurnal Diversita, 4(2), 90–98.
https://doi.org/10.31289/diversita.v4i2.1884
Mailani, L. (2018). Prokrastinasi Ditinjau dari Kepercayaan diri dan Dukungan Sosial Pada Siswa
SMK PABAKU. Psikologi Prima, 1(2), 53–63. https://doi.org/DOI:
https://doi.org/10.34012/psychoprima.v1i2.367
Putri, N. I., & Edwina, T. N. (2020). Task Aversiveness Sebagai Prediktor Prokrastinasi Akademik
Pada Mahasiswa. Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 3(1), 124–140.
https://doi.org/10.30605
Rowe, L. (2011). How To Beat Procrastination. Minervaz.
Santika, W. S., & Sawitri, D. R. (2016). Self-Regulated Learning Dan Prokrastinasi Akademik
Pada Siswa Kelas Xi Sma Negeri 2 Purwokerto. Jurnal Empati, 5(1), 44–49.
Sarajar, D. K. (2016). Pengaruh Pelatihan Self Regulated Learning Terhadap Prokrastinasi
Penyelesaian Skripsi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir, 18(2), 150–160.
https://doi.org/https://doi.org/10.26486/psikologi.v18i2.393
Ulum, M. I. (2016). Strategi Self-Regulated Learning untuk Menurunkan Tingkat Prokrastinasi
Akademik Siswa. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 3(2), 153–170.
https://doi.org/10.15575/psy.v3i2.1107
Yeung, R. (2010). Confidence: The Key to Achieving Your Professional Best. USA: Pearson
Education Inc.

Anda mungkin juga menyukai