Anda di halaman 1dari 12

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH METODE PENELITIAN KUANTITATIF

DAMPAK LONELINESS TERHADAP SELF EFFICACY MAHASISWA/I


FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI UNJ

Dosen Pengampu:
Dr. Phill Zarina Akbar, M. Psi / Dr. R. A Fadhallah, S.Psi, M.Psi

Mata Kuliah:
Metode Penelitian Kuantitatif (11.00 – 13.50)

Disusun Oleh:
Kelompok 4

Dear Olivier Ananda - 1801621204

Faris Hakim – 1801621105

M Irfan Pratama Fasa – 1801621179

FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2022
Kata Pengantar

Pertama tama kami sampaikan Puji serta syukur pada Tuhan yang maha Esa sebab karunia juga
rahmatnya kelompok kami dipermudah untuk menyusun dan menyelesaikan makalah presentasi pada
mata kuliah Metode Kuantitatif dengan judul penelitian "Dampak Loneliness Terhadap Self Efficacy
Mahasiswa/i Fakultas Pendidikan Psikologi UNJ" dengan lancar juga sebaik baiknya.

Sebelumnya kami sampaikan juga terima kasih kepada dosen pengampu kami dalam mata kuliah ini
yaitu Dr. Phill Zarina Akbar, M. Psi dan Dr. R. A Fadhallah, S.Psi, M.Psi yang telah memberikan
kami kesempatan dan juga membimbing kami dalam menyusun makalah penelitian ini. Selain itu
kami haturkan dengan tulus kepada teman-teman yang sudah saling bekerja sama dengan baik serta
memberikan usaha yang maksimal dalam penyusunan makalah ini.

Penulisan makalah ini mungkin masih sangat banyak kekurangan sehingga kami mengharapkan
banyak saran dan masukan dari berbagai pihak. Makalah ini kami susun dengan harapan agar dapat
menjadi sumber belajar dan manfaat bagi orang lain.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Self-efficacy merupakan sebuah keyakinan dan kepercayaan akan kemampuan diri


sendiri untuk berhasil dalam situasi atau tujuan tertentu, misalnya tujuan untuk menjadi juara
kelas, naik pangkat di kantor, menurunkan berat badan, berhenti merokok, atau bahkan untuk
sembuh dari penyakit. Self-efficacy sangat menentukan seberapa besar keyakinan mengenai
kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk melakukan proses belajarnya sehingga
dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi
akan dengan baik mengatur dirinya. Dalam dunia perkuliahan sering kali kita akan
dihadapkan pada situasi yang sedikit rumit serta penuh dengan resiko. Dalam hal ini seorang
mahasiswa/i harus memiliki kepercayaan serta keyakinan pada diri sendiri agar dapat
melewati hal tersebut dengan baik. Agar dapat meyakinkan diri kita untuk dapat melewati hal
tersebut dengan baik, tentulah diperlukan tingkat self-efficacy yang baik. Maka dari itu
self-efficacy yang baik menjadi suatu hal penting yang harus dimiliki oleh Mahasiswa/i.

Akan tetapi, tingkat self efficacy yang baik itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai hal.
Peneliti menduga bahwa perasaan kesepian juga memiliki dampak pada tingkat self efficacy
yang baik pada mahasiswa. Sears, et al. (1985) Menyatakan pada dasarnya, manusia adalah
makhluk sosial dan sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan yang hanya bisa
didapatkan dengan bersosialisasi dan berinteraksi. Tanpa adanya hubungan yang baik antara
individu dengan lingkungan sekitarnya maka akan timbul berbagai macam dampak negatif.
Hal ini kemudian akhirnya menjadi pemicu munculnya rasa kesepian. Perasaan kesepian,
merupakan keadaan menyedihkan yang dialami seseorang pada saat jaringan hubungan
sosialnya secara signifikan kurang sesuai dengan harapan, baik dalam segi kualitas maupun
kuantitas (Perlman & Peplau, 1984). Oleh karena itu, penelitian ini mencoba melihat dampak
apa yang ditimbulkan dari perasaan kesepian dan hubungannya dengan tingkat self efficacy
pada mahasiswa dengan harapan dapat lebih memahami dan mengantisipasi dampak dampak
buruk yang dapat terjadi.

1.2 Identifikasi masalah


Dari topik yang peneliti rumuskan, peneliti menduga bahwa Self Efficacy pada
mahasiswa dapat dipengaruhi oleh perasaan kesepian dan memiliki hubungan yang berbalik
dimana semakin tinggi perasaan kesepian yang dirasakan mahasiswa maka akan semakin Self
Efficacy-nya.

1.3 Rumusan masalah


Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh kesepian terhadap
self efficacy mahasiswa/i Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta

1.4 Tujuan penelitian


1. Untuk mengetahui lebih dalam apakah terdapat pengaruh loneliness (Perasaan
kesepian) terhadap self efficacy mahasiswa fakultas pendidikan psikologi di
Universitas Negeri Jakarta.
2. Untuk memenuhi Tugas Akhir mata kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif.

1.5 Manfaat penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perasaan kesepian terhadap
Self Efficacy pada mahasiswa/i FPPsi UNJ. Lalu dapat mengidentifikasi faktor-faktor penyebab
kesepian sehingga dapat meminimalisir terjadinya hal tersebut dan mendapat solusi guna
meningkatkan self efficacy mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Self Efficacy


2.1.1 Definisi Self Efficacy

Self-efficacy memiliki makna sebagai keyakinan diri. Pada definisi yang lebih
spesifik, self-efficacy merupakan keyakinan diri terhadap kemampuan seseorang untuk dapat
mengatur dan melaksanakan tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang sesuai
dengan harapan (Bandura, 1995). Dalam pengertian lain, self-efficacy juga dapat diartikan
sebagai keyakinan pada diri terhadap kemampuan yang dimiliki dimana kemampuan tersebut
akan memengaruhi cara individu bereaksi terhadap situasi dan kondisi tertentu (Bandura,
1995). Situasi dan kondisi yang dimaksud pada pengertian sebelumnya mengacu pada
serangkaian aktivitas maupun tugas yang dihadapi oleh individu tersebut. Selain itu,
self-efficacy dapat diartikan sebagai salah satu aspek pengetahuan tentang diri individu atau
kemampuan individu untuk memperkirakan kemampuan dirinya sendiri meliputi kepercayaan
diri, kemampuan, kapasitas kognitif, menyesuaikan diri, kapasitas bertindak pada situasi
penuh tekanan, dan kecerdasan (Oktariani, 2018). Teori self-efficacy pertama kali
dikembangkan pada tahun 1997 oleh seorang profesor dari Universitas Stanford, yaitu Albert
Bandura. Berdasarkan teorinya tersebut, individu dapat membuat dan mengembangkan
persepsi diri atas kemampuan yang dimiliki pada tujuan yang dikejar dan kontrol atas
peristiwa yang memengaruhi kehidupan mereka (Bandura, 1995).

Self-efficacy memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan sehari-hari, seseorang


dapat mengoptimalkan potensi dirinya jika memiliki efikasi diri yang baik. Salah satu aspek
kehidupan yang dipengaruhi oleh efikasi diri adalah prestasi (Rustika, 2016). berdasarkan
teori sosial kognitif, efikasi diri yang rendah akan menimbulkan perasaan cemas yang tinggi
dan perilaku penghindaran. Individu yang mengalami kecemasan akan cendrung menghindari
aktivitas yangmenurutnya dapat memperburuk keadaan, Padahal hal ini bukan merupakan
sebuah ancaman, akan tapi karena individu tersebut merasa tidak memiliki kemampuan untuk
mengelola aspek-aspek yang berisiko (Bandura, 1997). Aspek- yang memengaruhi tingkat
self-efficacy tiap individu adalah tingkat kesulitan tugas saat individu tersebut mampu
mengerjakan tugasnya, tingkat kekuatan dari keyakinan individu tentang kemampuannya, dan
luas bidang tingkah laku individu yakin terhadap kemampuannya (Fatima et al., 2021).

2.1.2 Sumber Self Efficacy

Menururt Albert Bandura dalam analisis teori pembelajaran sosial, self-efficacy disebabkan
atau ditingkatkan oleh empat pemicu (Bandura, 1977; Robbins dan Judge, 2013). Keempat
sumber ini adalah

1. pengalaman pemenuhan kinerja (mastery experiences),


Dalam organisasi, pengalaman keberhasilan merupakan pemicu yang paling
berpengaruh padaself-efficacy karena berdasarkan pengalaman pribadi. Misalnya,
Seorang karyawan yang memiliki keberhasilan kecil dalam pekerjaan di masa lalunya
dapat membuat dieinya lebih percaya diri dan mendorong individu tersebut untuk
terus mengejar dan mengukir keberhasilan lain. mereka diyakinkan bahwa mereka
dapat pula melakukannya pada waktu yang akan datang. Kebalikannya juga terjadi.
Jika individu pernah mengalami kegagalan dalam organisasi, rasa percaya diri akan
merosot. Namun jika kegagalan dapat diatasi dengan peyakinan, maka rasa percaya
diri dapat ditumbuhkan

2. pengamatan keberhasilan orang lain (social modeling),

Sumber kedua yang menimbulkan self efficacy adalah pengamatan atas pengalaman
keberhasilan orang lain. Individu akan mencoba membandingkan dirinya dengan
orang-orang yang setara dengannya. Jika orang lain yang dianggap setara dapat
dengan mudah menjalankan sebuah tugas, maka individu juga akan yakin akan
kemampuan dirinya. Kepercayaan diri muncul atau meningkat ketika melihat orang
lain berhasil melakukan sesuatu. Sebaliknya, Ketika individu melihat orang lain yang
dianggapnya setara mengalami kegagalan, self-efficacy dapat menurun.

3. Persuasi (bujukan) verbal (social persuasion),

Self-efficacy individu juga dapat muncul atau meningkat jika ada orang berpengaruh
yang meyakinkan bahwa dirinya mampu memenuhi tugasnya dalam organisasi.
Ketika seseorang yang yang lebih tinggi pangkatnya memberi tahu bawahannyabahwa
mereka memiliki kemampuan, rasa percaya diri bawahannya tersebut dapat
meningkat.

4. umpan balik psikologis (psychological response)

Sumber terakhir adalah umpan balik psikologis dalam bentuk emosi yang muncul dari
berbagai kejadian. Orang mengalami sensasi emosional tertentu dari tubuh dan
persepsi mereka atas emosi yang muncul akan berpengaruh pada keyakinan
selfefficacy. Contoh umpan balik psikologis yang akan membangkitkan sensasi
emosional antara lain: pengalaman berbicara di depan orang banyak, menyampaikan
presentasi materi di hadapan orang-orang penting, wawancara kerja, dan mengikuti
ujian.

2.2 Loneliness
2.1 Definisi Loneliness
Menurut Papleau dan Perlman (1979) Kesepian dapat dianggap sebagai sebuah
defisiensi sosial. Lebih lanjut Papleau dan Perlman (1979) menyatakan kesepian ada karena
jaringan sosial yang dimiliki seseorang kecil atau sempit atau kurang sesuai dengan
keinginannya. Keinginan seseorang atau kecenderungan kontak sosialnya bisa menjadi
kurang jelas dalam ukuran konvensional. Alternative pengertian kesepian dapat dijembatani
dengan mengetahui perbedaan antara pencapaian dan kebutuhan tingkat kontak sosial yang
Nampak. Sermat’s (dalam Rotenberg dan Hymel, 1999) menyebutkan kesepian
merefleksikan hubungan antara dua faktor, keinginan dan tingkat pencapaian interaksi sosial.
Pendapat lain menyatakan kesepian sebagai sesuatu yang umum terjadi atau malah dianggap
sebagai sebuah fenomena yang universal yang dialami oleh anak-anak dan remaja (Rotenberg
dan Hymel, 1999).
Kesepian merupakan bagian yang inheren dari kondisi manusia artinya hampir setiap
orang mengalami kesepian pada suatu waktu dalam hidupnya. Universalitas kesepian
dianggap sebagai akibat dari kebutuhan akan belongingness yaitu kebutuhan akan ikatan
sosial yang stabil dengan orang lain yang peduli. Dalam konteks ini kesepian adalah reaksi
kognitif dan afektif atas ikatan sosial. Dengan demikian kesepian dipandang dalam literatur
komponen kognitif yaitu membandingkan jarak antara relasi sosial yang diharapkan dan
hubungan sosial aktual, baik secara kuantitatif atau kualitatif, serta komponen afektif, berisi
disorientasi pengalaman emosi negatif, kehilangan, dan kesepian. Kesepian pada remaja
dikaitkan dengan kesepian ibunya, persepsi hubungan yang kurang hangat dari ibu atau
ayahnya, kecenderungan ibunya untuk membangun hubungan yang positif.
Penelitian yang dilakukan Joiner (1997), Russell, Peplau, & Cutrona (1980) dalam
Rotenberg (1999) menyebutkan bahwa kesepian pada mahasiswa secara positif berhubungan
dengan depresi selain itu mahasiswa yang mengalami kesepian tidak memiliki keahlian sosial
atau kompetensi sosial yang bisa mereka manfaatkan untuk mengembangkan hubungan yang
dekat. Jika kompetensi sosial mahasiswa tahun pertama menurun, maka harus dilakukan 8
beberapa cara untuk meningkatkan kompetensi sosial mereka, misalnya dengan pelatihan
kepribadian, penugasan-penugasan kelompok dan sebagainya. Kesepian tidak sama dengan
isolasi diri (Burger, 2008). Sebagian orang kesepian berada disekeliling orang lain sepanjang
hari. Kesepian terkait dengan persepsi individu tentang seberapa banyak interaksi sosial yang
ia miliki dan seberapa baik kualitasnya. Kesepian terjadi ketika jaringan hubungan sosial
seseorang menyempit atau kurang memuaskan dari yang ia harapkan. Orang mungkin
memiliki sedikit kontak dengan orang lain, namun ia merasa puas dengan hubungan tersebut,
maka orang ini terhindar dari kesepian. Khususnya dalam penelitian ini adalah perasaan
kesepian pada remaja, secara umum Remaja merasa kesepian karena mereka memiliki
kebutuhan yang kuat akan keintiman namun belum memiliki keterampilan sosial yang baik
atau kematangan hubungan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Mereka merasa terisolasi
dan berpikir tidak memiliki seorang pun yang bisa memberi keintiman (Baron & Byrne,
2005).

2.2.2 Faktor yang memengaruhi Loneliness


Kesepian terjadi karena tidak terpenuhinya kebutuhan untuk berhubungan dengan
orang lain yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan teman sebaya. Kualitas hubungan
dengan orang tua yang tidak harmonis dan kualitas hubungan pertemanan yang kurang baik
dapat menyebabkan kesepian. Secara umum kesepian pada remaja dapat disebabkan oleh
faktor kepribadian, self esteem, faktor budaya, usia, status perkawinan, gender, status sosial
ekonomi, serta karakteristik latar belakang lainnya. Kemudian aspek kesepian menurut
Russell (1980) yang digunakan sebagai dasar penyusunan UCLA Loneliness Scale adalah
sebagai berikut :
1. Trait loneliness yaitu adanya pola yang lebih stabil dari perasaan kesepian yang
terkadang berubah dalam situasi tertentu, atau individu yang mengalami kesepian
karena disebabkan kepribadian mereka. Kepribadian yang dimaksud adalah seseorang
yang memiliki kepercayaan yang kurang dan ketakutan akan orang asing.
2. Social desirability loneliness yaitu terjadinya kesepian karena individu tidak
mendapatkan kehidupan sosial yang diinginkan pada kehidupan di lingkungannya.
3. Depression loneliness yaitu terjadinya kesepian karena terganggunya perasaan
seseorang seperti perasaan sedih, murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga
dan berpusat pada kegagalan yang dialami oleh individu.

2.3 Hipotesis
Terdapat hubungan yang signifikan antara Loneliness dengan Self-efficacy Mahasiswa/i
Fakultas Pendidikan Psikologi UNJ
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisi regresi berganda. Populasi
dalam penelitian ini yaitu mahasiswa aktif fakultas pendidikan psikologi jurusan psikologi
Universitas Negeri Jakarta . Dalam hal ini Peneliti menyebarkan angket kuisioner ke seluruh
mahasiswa aktif fakultas pendidikan psikologi jurusan psikologi secara acak. adapun
karakteristik yang di ambil untuk sampel ini adalah mahasiswa aktif fakultas pendidikan
psikologi jurusan psikologi tingkat S1 Universitas Negeri Jakarta. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling. Non
probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau
kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Jenis teknik yang dipergunakan yakni convenience sampling, dimana sampel penelitian
ditemukan secara kebetulan berdasarkan alasan kemudahan.

3.2 Definisi Konseptual dan Operasional DV dan IV


Variabel adalah sesuatu yang bervariasi dari satu kasus ke kasus yang lain. Dalam penelitian
ini terdapat dua macam variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel
terikat (dependent variable) sebagai berikut:

Variable terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah Self Efficacy.
Variabel bebas (independent variabel) dalam penelitian ini yaitu Loneliness.

Loneliness memiliki tiga dimensi yaitu: personality loneliness, social desirability loneliness
dan depression loneliness. Setelah menentukan dependent variable dan independent variable
selanjutnya penulis menentukan definisi operasional dari tiap-tiap variabel yang diteliti.
Penjelasan definisi operasional adalah sebagai berikut:

1. Menurut Russel, Peplau dan Cutrona (1980) loneliness merupakan emosi negatif yang
muncul karena adanya kesenjangan hubungan sosial yang diharapkan dengan kenyataan yang
ada baik secara kualitas atau kuantitas. aspek kesepian menurut Russell (1980) yang
digunakan sebagai dasar penyusunan UCLA Loneliness Scale adalah sebagai berikut :
- Trait loneliness yaitu adanya pola yang lebih stabil dari perasaan kesepian yang
terkadang berubah dalam situasi tertentu, atau individu yang mengalami kesepian
karena disebabkan kepribadian mereka. Kepribadian yang dimaksud adalah seseorang
yang memiliki kepercayaan yang kurang dan ketakutan akan orang asing.
- Social desirability loneliness yaitu terjadinya kesepian karena individu tidak
mendapatkan kehidupan sosial yang diinginkan pada kehidupan di lingkungannya.
- Depression loneliness yaitu terjadinya kesepian karena terganggunya perasaan
seseorang seperti perasaan sedih, murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga
dan berpusat pada kegagalan yang dialami oleh individu.
2. Self Efficacy merupakan keyakinan diri terhadap kemampuan seseorang untuk dapat
mengatur dan melaksanakan tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang sesuai
dengan harapan (Bandura, 1995). Dalam analisis teori pembelajaran sosial, self-efficacy ini
dihasilkan atau ditingkatkan oleh empat pemicu (Bandura, 1977; Robbins dan Judge, 2013).
Keempat sumber ini menjelaskan bagaimana self-efficacy muncul atau diciptakan, yakni:

- Pengalaman pemenuhan kinerja (mastery experiences),


- Pengamatan keberhasilan orang lain (social modeling),
- Persuasi (bujukan) verbal (social persuasion),
- Umpan balik psikologis (psychological response)

3.3 Alat Ukur

Peneliti menggunakan alat ukur UCLA Loneliness Scale ( UCLA LS) versi ketiga di
kembangkan oleh Rusell (1996) yang telah diadaptasi dan disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Kuesioner berisi 20 item yang terdiri dari tiga sub skala yaitu trait loneliness,
social desirability lonleliness. Sedangkan untuk mengukur self efficacy menggunakan The
general self-efficacy scale (GSES).

3.4 Teknis Analisis Data

Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan metode analisis


regresi berganda yaitu suatu metode untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh
dari sekumpulan variabel indipenden terhadap variabel dependen. Adapun persamaan umum analisis
rergresi berganda adalah :

Y = a + b1X1 +b2X2 + b3X3

Y = Self Efficacy
a = koefisien
b = koefisien untuk masing-masing regresi X
X1 = Trait loneliness
X2 =Social desirability loneliness
X3 = Depression loneliness
Adapun data yang dianalisis dengan persamaan diatas adalah hasil dari pengukuran yang
sudah ditransformasi ke dalam true score. Dalam hal ini, true score adalah faktor yang
dihitung dengan menggunakan software SPSS dengan menggunakan item yang valid. Tujuan
dari true score adalah agar koefisien regresi tidak mengalami atenuasi atau underestimated
(koefisien regresi yang terhitung lebih rendah dari yang seharusnya sehingga tidak
signifikan). Dalam analisis regresi berganda, besarnya proporsi varians resiliensi yang
dipengaruhi oleh bervariasinya seluruh IV bisa diukur dengan rumus R, dimana:

R^2 = Jumlah Kuadrat Regresi : Jumlah Kuadrat total = SSreg/SSy

Keterangan:
R : koefisien determinan berganda
SS reg : jumlah kuadrat regresi
SS y : jumlah kuadrat dari variable y

Selanjutnya R dapat diuji signifikan atau tidak dengan uji F (F test), adapun
rumus uji F adalah sebagai berikut:
F = ( R^2 / k ) / ( ( 1 - R^2 ) / ( N - k - 1) )
Dimana k adalah jumlah independent variabel dan N adalah jumlah sampel. Dari
hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah variabel-variabel independent yang
diujikan memiki pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap dependent variabel.
Daftar Pustaka

Alpay,E. 2000. Self concept and self esteem. London: the department of chemical
engineering and chemical Technology, imperial college of science, technology and medicine

Bednar, Kiley L. 2000. Loneliness and self esteem at different levels of the self. Honors
Project, Illinois Wesleyan University

Lianto, L. (2019). Self-Efficacy: A Brief Literature Review. Jurnal Manajemen Motivasi,


15(2), 55-61. doi:http://dx.doi.org/10.29406/jmm.v15i2.1409

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/47821

Anda mungkin juga menyukai