Latar Belakang
Latar belakang penulisan jurnal tersebut adalah berdasarkan pengamatan dari riset-riset
tentang self-efficacy, dimana self-efficacy telah menyumbangkan kerangka konseptual yang
dimanfaatkan oleh berbagai disiplin ilmu.. Ternyata membuktikan bahwa self-efficacy
berdampak positif pada sukses individual maupun organisasional. Pentingnya konsep ini
dalam mengefektifkan berbagai aktivitas hidup mendorong penulis untuk mengkaji kajian
literatur tersebut.
Tujuan dari penulisan jurnal tersebut adalah untuk menyediakan uraian tentang asal-usul
konsep, definisi, dimensi, dan berbagai variabel yang memengaruhi maupun dipengaruhi
self-efficacy.
Metode
Metode yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan kualitatif. Metode ini
memanfaatkan deskripsi dan kata-kata dari pengamatan terhadap perilaku. Sementara itu,
metode pemerolehan data dilakukan dengan mengkaji berbagai literatur yang berkaitan
degan penelitian tersebut.
Hasil Penelitian
Dalam ranah ilmu Perilaku Organisasi, Propst dan Koesler (1998) membuktikan bahwa
self-efficacy berpengaruh terhadap kepemimpinan. Riset Bandura dan Cervone (1983) dan
Lunenberg (2011) menemukan bahwa self-efficacy memicu motivasi dan kinerja. Mensah
dan Lebbaeus (2013) meneliti self-efficacy dan menemukan perannya untuk meningkatkan
kualitas kerja. Dalam hubungan dengan employee engagement, Luthans dan Peterson (2002)
membuktikan bahwa self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap engagement. Sejalan
dengan Luthans dan Peterson di atas, Xanthopoulou et al. (2008) menyatakan bahwa self-
efficacy terbukti menjadi prediktor untuk kinerja melalui mediator employee engagement.
Demikian pula riset Rich et al. (2010) memperlihatkan hubungan yang positif signifikan
antara evaluasi-diri inti (i.e.: self-esteem, self-efficacy, lokus kendali, dan stabilitas
emosional) dan engagement. Di samping itu, penelitian Salanova et al. (2011), yang
berjudul: “Yes, I Can, I Feel Good, and I Just Do It!” On Gain Cycles and Spirals of
Efficacy Beliefs, Affect, and Engagement”, menemukan bahwa selfefficacy dapat
menciptakan lingkaran positif di mana orang yang memiliki keyakinan diri tinggi menjadi
lebih engaged dalam tugasnya sehingga mampu meningkatkan kinerja. Setelah kinerjanya
tercipta, prestasi itu selanjutnya akan semakin meningkatkan keyakinan dirinya. Hasil
serupa ditunjukkan oleh penelitian Ouweneel, Schaufeli, dan Le Blanc (2013) yang
menemukan bahwa perubahan dalam tingkat self-efficacy siswa memengaruhi perubahan
tingkat engagement dan kinerja mereka. Demikian pula Dagher, Chapa, dan Junaid (2015)
membuktikan bahwa employee engagement secara signifikan dipengaruhi oleh self-efficacy.
Prediksi perilaku yang akan muncul. Orang dengan self-efficacy yang tinggi cenderung
lebih berminat melibatkan diri dalam aktivitas organisasi. Interaksinya dengan lingkungan
kerja lebih intensif. Dalam kerja sama tim, mereka lebih kreatif menemukan berbagai solusi
dan ikhlas bekerja keras karena keyakinan yang tinggi tentang kemampuannya. Sebaliknya
individu dengan self-efficacy yang rendah cenderung lebih tertutup dan kurang terlibat
dalam kerja sama tim karena persepsi mereka tentang masalah dan kesulitan lebih besar
ketimbang peluang untuk merubah keadaan).
Simpulan