Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SIKAP DAN KEPUASAN KERJA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Perilaku Organisasi

Dosen Pengampu: Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd

Disusun oleh kelompok 5


Lisna Yanti : 2211030039
Nur Anggun Saputri : 2211030053

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Sikap
dan Kepuasan Kerja”.

Dalam era globalisasi dan persaingan yang semakin ketat, sikap dan kepuasan
kerja menjadi faktor penting yang mempengaruhi kinerja dan produktivitas karyawan
di suatu organisasi. Sikap merupakan cara pandang atau perilaku seseorang terhadap
pekerjaannya, sedangkan kepuasan kerja merupakan tingkat kebahagiaan atau
kepuasan yang dirasakan oleh karyawan terhadap pekerjaannya.

Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut tentang pentingnya sikap dan
kepuasan kerja dalam menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan harmonis.
Selain itu, juga akan dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan kepuasan
kerja, serta strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen untuk meningkatkan sikap
dan kepuasan kerja karyawan.Melalui pemahaman yang mendalam tentang sikap dan
kepuasan kerja, diharapkan dapat membantu organisasi dalam menciptakan
lingkungan kerja yang sehat, produktif, dan harmonis, sehingga dapat meningkatkan
kinerja dan hasil kerja karyawan secara keseluruhan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah


Filsafat Pendidikan Islam Bapak Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd yang telah membimbing
kami dan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini bermanfaat dan
dapat memberikan wawasan yang berharga bagi kita semua.

Bandar Lampung, 29 Maret 2024

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
C. Tujuan pembahasan .............................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sikap dan Kepuasan Kerja........................................................6


B. Komponen Sikap.........................................................................................9
C. Upaya Meraih Kepuasan Kerja..................................................................11
D. Teori Kepuasan Kerja............................................................................... 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 15
B. Saran ..................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam manajemen, fungsi organisasi terutama dalam hal
pengawasan,organisasi perlu memantau para pekerjanya terhadap sikap, dan
hubungannya denganperilaku. Adakah kepuasan atau ketidak puasan karyawan
dengan pengaruh pekerjaandi tempat kerja. Dalam organisasi, sikap amatlah
penting karena komponen perilakunya. Pada umumnya, penelitian
menyimpulkan bahwa individu mencari konsistensi diantara sikap mereka serta
antara sikap dan perilaku mereka. Seseorang bisa memiliki ribuan sikap, sikap
kerja berisi evaluasi positif atau negatif yang dimilikioleh karyawan tentang
aspek-aspek lapangan kerja mereka, ada tiga sikap yaitu,kepuasan kerja,
keterlibatan pekerjaan, dan komitmen organisasional.

Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan-


perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak
puasmemiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang pekerjaan tersebut.
Keterlibatan pekerjaan , mengukur tingkat sampai mana individu secara
psikologis memihak pekerjaan mereka dan menganggap penting tingkat kinerja
yang dicapai sebagaibentuk penghargaan diri.

Karyawan yang mempunyai tingkat keterlibatan pekerjaan yang tinggi


sangatmemihak dan benar-benar peduli dengan bidang pekerjaan yang mereka
lakukan.!ingkat keterlibatan pekerjaan dan pemberian wewenang yang tinggi
benar-benar berhubungan dengan kewargaan organisasional dan kinerja
pekerjaan. Keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan
tertentu seorang individu,sementara komitmen organisosial yang tingi berarti
memihak organisasi yang merekrut individu tersebut.

4
Penilaian seorang karyawan tentang seberapa ia merasa puas atau tidak
puasdengan pekerjaan merupakan penyajian yang rumit dari sejumlah elemen
pekerjaanyang berlainan. Berbagai studi independen, yang diadakan diantara
para pekerja AS selama 30 tahun terakhir, pada umumnya menunjukkan bahwa
mayoritas pekerja merasa puas dengan pekerjaan mereka. Meskipun jarak
persentasinya lebar, tetapilebih banyak individu melaporkan bahwa mereka
merasa puas dibandingkan tidak puas. Apakah yang menyebabkan kepuasan
kerja & dari segi kepuasan kerja kerja itu sendiri, bayaran, kenaikan jabatan,
pengawasan, dan rekan kerja, menikmati kerja itu sendiri hampir selalu
merupakan segi yang paling berkaitan erat dengan tingkatkepuasan kerja yang
tinggi secara keseluruhan.

B. Pokok Bahasan

1. Apa pengertian sikap dan kepuasan kerja?


2. Apa saja yang termasuk kedalam komponen sikap?
3. Bagaimana upaya kepuasan kerja?
4. Apa saja teori kepuasan kerja?

C. Tujuan

1. Menjelaskan Sikap dan Kepuasan Kerja.


2. Mengetahui komponen sikap.
3. Menjelaskan upaya kepuasan kerja.
4. Mengetahui teori kepuasan kerja.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sikap dan Kepuasan Kerja


1. Sikap
Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak. Sikap adalah “keadaan
mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang
memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada
semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya”. Sedangkan Jalaluddin
Rakhmat mengemukakan lima pengertian yaitu:

a. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa


dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu
terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat,
gagasan atau situasi, atau kelompok.

b. Sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar


rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau
kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan
diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus
dihindari.

c. Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok


cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan.

d. Sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai


menyenangkan atau tidak.

e. Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan
hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.

6
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian tentang sikap, tetapi
berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk
bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di
dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.
Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya
positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.

Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan


maupun yang tidak menyenangkan, terhadap objek, individu, atau peristiwa.
Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu.1

Para peneliti telah berasumsi bahwa sikap mempunyai tiga komponen yang
sangat berkaitan, yaitu:

a. Kesadaran disebut juga komponen kognitif (cognitive component) adalah


segmen opini atau keyakinan dari sikap. Komponen kognitif juga merupakan
pendapat atau kepercayaan terhadap suatu sikap yang berkaitan dengan apa
yang diketahui manusia, berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah
terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat
diharapkan dari obyek tertentu

b. Perasaan atau komponen afektif (affective component) adalah segmen


emosional atau perasaan dari sebuah sikap. Jadi Komponen afektif
merupakan aspek emosional dari faktor sosio psikologis, didahulukan karena
erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya, aspek ini menyangkut
masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara

1
Stephen P. Robbins & Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi (Jakarta: Salemba Empat, 2012),

hlm. 92.

7
umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek
tertentu.

c. Komponen perilaku (behavioral component) dari sebuah sikap merujuk


pada suatu niat atau maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap
seseorang atau sesuatu.2

2. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja didefinisikan sebagai suatu perasaan positif tentang
pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi
karakteristiknya.3

Kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang


menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja
dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima. Kepuasan kerja
menggambarkan perasaan seorang individu terhadap pekerjaannya.
Pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan kerja atau atasan, mengikuti
aturan dan kebijakan organisasi serta memenuhi standar kerja. Sikap
seseorang terhadap pekerjaan menggambarkan pengalaman yang
menyenangkan dan juga tidak menyenangkan serta berhubungan juga
dengan harapan di masa mendatang. Kepuasan kerja dari masing-masing
individu berlainan, karena memang pada dasarnya kepuasan kerja bersifat
individual dimana masing-masing individu akan memiliki tingkat kepuasan
kerja yang berlainan sesuai dengan perasaan individu masing-masing.

Masalah bayaran acap kali diutarakan ketika mendiskusikan kepuasan


kerja, karena keduanya memiliki suatu hubungan yang menarik . Untuk
2
Huda, M. N. (2022). SIKAP DAN KEPUASAN KERJA DALAM DUNIA PENDIDIKAN. Ta'dibi:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 11(1), 46-65.

3
Ibid., hlm. 107

8
individu yang miskin yang hidupya di bawah garis kemiskinan, atau yang
hidup di negara-negara miskin, upah sangat berhubungan dengan kepuasan
kerja dan kebahagiaan secara keseluruhan. Tetapi setelah seorang individu
mencapai satu tingkat kehidupan yang nyaman (di AS sekitar $40.000 per
tahun) hubungan tersebut sebenarnya menghilang. Dengan kata lain individu
yang mendapat $80.000, rata-rata tidak lebih bahagia dengan pekerjaan
mereka bila dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan bayaran
mendekati $40.000. Seorang peneliti tidak dapat menemukan perbedaan
yang signifikan ketika ia membandingkan kesejahteraan orang-orang paling
kaya dalam daftar Forbes 400 dengan para peternak Maasai di Afrika Timur.

B. Komponen Sikap
Secara umum, dalam berbagai referensi, sikap memiliki 3 komponen
yakni: kognitif, afektif, dan kecenderungan tindakan.Komponen kognitif
merupakan aspek sikap yang berkenaan dengan penilaian individu terhadap
obyek atau subyek. Informasi yang masuk ke dalam otak manusia, melalui
proses analisis, sintesis, dan evaluasi akan menghasilkan nilai baru yang akan
diakomodasi atau diasimilasikan dengan pengetahuan yang telah ada di dalam
otak manusia. Nilai - nilai baru yang diyakini benar, baik, indah, dan
sebagainya, pada akhirnya akan mempengaruhi emosi atau komponen afektif
dari sikap individu. Oleh karena itu, komponen afektif dapat dikatakan
sebagai perasaan (emosi) individu terhadap obyek atau subyek, yang sejalan
dengan hasil penilaiannya. Sedang komponen kecenderungan bertindak
berkenaan dengan keinginan individu untuk melakukan perbuatan sesuai
dengan keyakinan dan keinginannya. Sikap seseorang terhadap suatu objek
atau subjek dapat positif atau negatif. Manifestasikan sikap terlihat dari
tanggapan seseorang apakah ia menerima atau menolak, setuju atau tidak
setuju terhadap objek atau subjek.

9
Komponen sikap berkaitan satu dengan yang lainnya. Komponen kognitif,
afektif, dan kecenderungan bertindak menumbuhkan sikap individu. Dari
manapun kita memulai dalam analisis sikap, ketiga komponen tersebut tetap
dalam ikatan satu sistem. Sikap individu sangat erat kaitannya dengan
perilaku mereka. Jika faktor sikap telah mempengaruhi ataupun
menumbuhkan sikap seseorang, maka antara sikap dan perilaku adalah
konsisten, sebagaimana yang dikemukakan oleh Krech dan Ballacy, Morgan
King, dan Howard.

Sikap dapat pula diklasifikasikan menjadi sikap individu dan sikap sosial.
Sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang
terhadap objek sosial, dan biasanya dinyatakan oleh sekelompok orang atau
masyarakat. Sedang sikap individu, adalah sikap yang dimiliki dan dinyatakan
oleh seseorang. Sikap seseorang pada akhirnya dapat membentuk sikap sosial,
manakala ada seragaman sikap terhadap suatu objek. Sejalan dengan
pengertian sikap yang dijelaskan di atas, dapat dipahami bahwa:

1) sikap ditumbuhkan dan dipelajari sepanjang perkembangan orang yang


bersangkutan dalam keterkaitannya dengan objek tertentu,

2) sikap merupakan hasil belajar manusia, sehingga sikap dapat ditumbuhkan


dan dikembangkan melalui proses belajar,

3) sikap selalu berhubungan dengan objek, sehingga tidak berdiri sendiri,

4) sikap dapat berhubungan dengan satu objek, tetapi dapat pula berhubungan
dengan sederet obyek sejenis,

5) sikap memiliki hubungan dengan aspek motivasi dan perasaan atau emosi. 4

4
Suharyati, Y. (2009). Hubungan antara sikap, minat dan perilaku manusia. Jurnal region,hal.156

10
C. Upaya Meraih Kepuasan Kerja
Berdasarkan perspektif perilaku sosial, kepuasan kerja dipengaruhi oleh
atasan-bawa faktor lingkungan eksternal dan internal individu seperti pikiran
dan emosi. Faktor lingkungan eksternal meliputi gaji, kondisi kerja, kebijakan
dan administrasi, pengawasan, teknis, hubungan antar pribadi penyelia,
prestasi, pengakuan (apresiasi), penghargaan, promosi pangkat, pekerjaan itu
sendiri, tanggungjawab, komunikasi dan informasi.5 Sedangkan faktor
internal/individu berkaitan dengan persepsi dan emosi.Setidaknya ada dua
klasifikasi sebagaimana dikatakan oleh yakni faktor hygien atau penyebab
ketidakpuasan dan faktor motivator sebagai penyebab kepuasan.

Faktor hygiene sebagai faktor penyebab ketidakpuasan dalam bekerja


bersifat ekstrinsik, sedangkan faktor pemuas sebagai pendorong (motivator)
dalam bekerja bersifat intrinsik. Faktor ekstrinsik sangat sarat dengan hal-hal
yang bersifat fisik atau materiil sedangkan faktor intrinsik lebih bersifat
pujian, sanjungan, pengakuan, dan prestasi. Faktor pemotivasian (motivator)
merupakan intrinsic factors meliputi dorongan untuk berprestasi, kemajuan,
kesempatan berkembang, tanggung jawab, dan pekerjaan itu sendiri. Faktor-
faktor pemeliharaan (hygiene factors) merupakan extrinsic factors, yang
meliputi masalah penggajian, pengupahan, kebijakan, keamanan kerja,
pengawasan, administrasi, kondisi kerja, dan status pegawai.Kepuasan kerja,
jika dilihat dari sisi individu pegawai maupun organisasi, maka masing-
masing akan cenderung untuk memaksimalisasi kepentingan sendiri-sendiri.
Pegawai akan cenderung mengharapkan jauh lebih banyak dibandingkan
dengan yang diberikan untuk mendapatkannya. Setiap pegawai akan
mengevaluasi reaksi-reaksi (kesenangan atau enyesalan) yang
diperkirakannya pada sebuah peristiwa atau situasi di masa yang akan datang.

5
Wiliandari, Y. (2015). Kepuasan kerja karyawan. Society, 6(2), 81-95.

11
Kepuasan kerja pegawai akan muncul apabila faktor-faktor pengganggu
atau penghambat seperti karakter perkerjaan, teman sejawat, kondisi kerja,
gaji, upah, promosi, kepemimpinan, dan keadilan atas hak-hak pegawai bisa
terpenuhi sesuai dengan harapan (ekspektasi). Semua pegawai yang bekerja
dalam suatu organisasi, pada umumnya akan mengalami proses rekruitmen,
seleksi, penempatan, dan peningkatan karir sesuai jalur yang telah
diprogramkan. Dalam proses seleksi inilah pegawai yang diterima biasanya
menginginkan jenjang karir yang tinggi, sistem penggajian yang adil
(Stringer, Didham, & Theivananthampillai, 2011) dan perlakuan pimpinan
yang manusiawi merupakan harapan selama bekerja.

Jenis pekerjaan yang secara mental menantang juga berhubungan dengan


kepuasan kerja (Robin & Judge, 2013). Pegawai ada kalanya mengalami rasa
bosan dalam bekerja, hal ini akibat dari jenis pekerjaan yang dilakukan
monoton dari waktu ke waktu bahkan banyak pegawai yang sudah puluhan
tahun sejak pertama diangkat sebagai pegawai hanya mengerjakan satu jenis
pekerjaan yang sama. Pegawai dengan karakter tertentu seringkali akan
merasa puas dalam bekerja apabila bisa menyelesaikan pekerjaan yang
menantang. Semakin menantang jenis pekerjaan yang diberikan kepadanya,
semakin ingin segera menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pegawai dengan
karakter seperti ini memiliki motivasi dan rasa ingin tahu yang tinggi dalam
bekerja. Secara ekstrim para pegawai yang memiliki karakter tersebut
menganggap bahwa pekerjaan yang hasil kerjanya sudah dapat diperkirakan
sebelumnya tidak memberikan tingkat kepuasan yang tinggi dibandingkan
pekerjaan yang sulit dan menantang.

Dukungan organisasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif


melalui penyediaan peralatan kerja, fasilitas ibadah, kantin, ruang kerja yang
terang, bersih, sejuk, dan sistem ventilasi udara yang baik dapat mendukung
teciptanya perasaan senang dan puas para pegawai dalam bekerja (Robin &

12
Judge, 2013). Dalam situasi tertentu kondisi kerja yang terlaludingin, terlalu
panas, terlalu ramai, terlalu sepi, terlalu gelap, dan terlalu terang bisa
menimbulkan konflik antar pegawai yang menyebabkan ketidakpuasan dalam
bekerja.

Kerjasama antar pegawai dalam bekerja dapat mendukung keberhasilan


kerja. Pegawai yang bekerja dalam suasana keakrapan dan saling
membutuhkan satu sama lain, akan melengkapi perasaan senang dan puas
dalam bekerja. Komunikasi atasan-bawahan merupakan pengaruh penting
terhadap kepuasan kerja di tempat kerja (Robin & Judge, 2013). Cara
bawahan memandang perilaku atasan dapat secara positif atau negatif
mempengaruhi kepuasan kerja. Perilaku komunikasi seperti ekspresi wajah,
kontak mata, ekspresi vokal, dan gerakan tubuh sangat penting untuk
hubungan atasan-bawahan.

D. Teori Kepuasan Kerja


1. Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory)

Teori ini pertama kali dipelopori oleh Porter (1961). Porter


mengukurkepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa
yang seharusnyadengan kenyataan yang dirasakan; Difference between how
much of something there should be and how much there is now. Kemudian
Locke (1969)menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang bergantung
kepada discrepancy antara should be (expectation, needs, or values) dengan
apa yang menurut perasaannya atau persepsinya telah diperoleh atau dicapai
melalui pekerjaan.6 Dengan demikian, orang akan merasa puas bila tidak ada
perbedaanantara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena
batas minimalyang diinginkan telah dipenuhi. Apabila yang diperoleh ternyata

6
M. As’ad,Manajemen Sumber Daya Manusia, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 105.

13
lebih besardaripada yang diinginkan, maka akan menjadi lebih puas lagi
walaupun terdapatdiscrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang positif.
Sebaliknya semakin jauh kenyataan yang dirasakan itu dibawah standar
minimum sehingga menjadinegative discrepancy, maka makin besar pula
ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaan.

2. Teori Keadilan (Equity Theory)

Equity theory dikembangkan oleh Adams (1963). Adapun pendahulu dari


teori ini adalah Zlaznik (1958) dikutip dari Locke (1969). Prinsip dari teori ini
adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung apakah ia
merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity dan
inequity atas suatu situasi.diperoleh orang dengan cara membandingkan
dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor maupun di tempat lain.7

3. Teori Dua Faktor Herzberg

Teori ini menyatakan bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja


sebenarnya berasal dari sumber yang bertolak belakang.Faktor-faktor yang
berkontribusi pada sikap positif (kepuasan kerja) disebutmotivator. Sedangkan
faktor-faktor yang mencegah terjadinya reaksi negative (ketidakpuasan kerja)
disebut hygiens. Teori ini menyatakan pula bahwa kepuasankerja datang dari
kepuasan akan kebutuhan tingkat tinggi. Sedangkanketidakpuasan kerja
berhubungan dengan kondisi tidak berhasil memuaskankebutuhan tingkat
rendah seperti kepuasan sosial.kebutuhan fisiologis.8

7
Ibid, h. 105.
8
Sunarta, S. (2019). Pentingnya kepuasan kerja. Efisiensi: Kajian Ilmu Administrasi, 16(2), 63-75.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk
bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam
menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya sedangkan
Kepuasan kerja didefinisikan sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan
seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Secara
umum, dalam berbagai referensi, sikap memiliki 3 komponen yakni: kognitif,
afektif, dan kecenderungan tindakan. Adapun upaya meraih kepusasan kerja
Berdasarkan perspektif perilaku sosial, kepuasan kerja dipengaruhi oleh atasan-
bawa faktor lingkungan eksternal dan internal individu seperti pikiran dan emosi.
Faktor lingkungan eksternal meliputi gaji, kondisi kerja, kebijakan dan
administrasi, pengawasan, teknis, hubungan antar pribadi penyelia, prestasi,
pengakuan (apresiasi), penghargaan, promosi pangkat, pekerjaan itu sendiri,
tanggungjawab, komunikasi dan informasi dan teori kepuasan kerja meliputi,
Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory) Teori Keadilan (Equity Theory)
Teori Dua Faktor Herzberg.

B. Saran
Dengan kerendahan hati, penulis merasakan tulisan ini sangat sederhana dan
jauh dari sempurna. Saran, kritik yang konstuktif sangat diperlukan demi
kesempurnaan tulisan ini. Demikian pula, perlu penyempurnaan di sini agar
tulisan ini menjadi lebih lengkap dan lebih bermanfaat bagi pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Huda, M. N. (2022). SIKAP DAN KEPUASAN KERJA DALAM DUNIA


PENDIDIKAN. Ta'dibi: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam

M. As’ad (2003) ,Manajemen Sumber Daya Manusia, ( Jakarta: Bumi Aksara)

Stephen P. Robbins & Timothy A. Judge (2012) , Perilaku Organisasi ,Jakarta:


Salemba Empat

Suharyati, Y. (2009). Hubungan antara sikap, minat dan perilaku manusia. Jurnal
region, 1(3)

Sunarta, S. (2019). Pentingnya kepuasan kerja. Efisiensi: Kajian Ilmu


Administrasi, 16(2), 63-75.

Wiliandari, Y. (2015). Kepuasan kerja karyawan. Jakarta : Sinar jaya

16

Anda mungkin juga menyukai