Penyusun :
2024
PEMBAHASAN
Sikap
Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluasi baik yang menyenangkan maupun tidak
menyenangkan terhadap objek, individu, ataupun paristiwa. Hal ini mencerminkan
bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu.
Sikap tersebit sangat rumit. Apabila bertanya kepada orang lain mengenai pemikiran
mereka tentang agama, George W. Bush atau organisasi tempat mereka berkeja, mungkin
akan mendapatkan respond sederhana,tetapi alaan alasan yang mendasar respons tersebut
mungkin sangat rumit. Untuk benar-benar memahami sikap,kita harus
mempertimbangkan karakteristik fundamental mereka.
Komponen tersebut sanga bermanfaat dala memahami kerumitan, hal ini hubungsn
potensial antara sikap dan perilaku. Perlu diingat bahwa komponen-komponen ini tidak
dapat dipisahkan. Sebagai contoh, bayangkan bila Anda dengan tidak adil. Kemungkinan
besar tidaklah Anda mempunyai perasaan-perasaan akan hal itu, yang muncul pada saat
itu juga bersama dengan pemikiran tersebut? Jadi, kesadaran dan perasaan saling
berkaitan.
Dalam organisasi, sikap sangatlah penting karena kompnen perilakunya. Sebagai contoh,
apabila para pekerja percaya bahwa pengawas,auditor,atasan,dan teknisi berkomplot
untuk membuat karyawan bekerja lebih keras untuk bayaran yang sama atau lebih sedikit
adalah masuk akal untuk berusaha memahami bagaimana sikap ini terbentuk, hubungan
mereka dengan perilaku pekerjaan yang aktual, dan bagaimana mereka bisa dirubah.
Leon Festinger mengemukakan teori Ketidak sesuaian kognitif, teori ini berusaha
menjelaskan hubungan anatara sikap dan perilaku. Ketidak sesuaian berarti ketidak
konsistenan. Ketidak sesuaian kognitif merujuk pada yang dirasakan oleh seorang
individu antara dua sikap atau lebih, atau antara perilaku dan sikap.
Apabila merasa ketidaksesuaian tersebut disebabkan oleh suatu hak atas mana mereka
tidak memiliki pilihan lain, kemungkinan besar mereka kurang menerima perubahan
sikap. Penghargaan juga memengaruhi tingkat sampai mana individu termotivasi untuk
mengurangi ketidaksesuaian. Penghargaan tinggi yang menyertai ketidaksesuaian yang
tinggi cenderung mengurangi ketegangan yang melekat pada ketidaksesuaian.
Penghargaan berfungsi mengurangi ketidaksesuaian dengan cara meningkatkan sisi
konsistensi dari neraca individu.
Hubungn yang diterima tentang sikap dan perilaku ditentang oleh sebuag tinjauan dari
penelitan. Berdasrkan evaluasi sejumlah penelitian yang menyelidiki hubungan sikap-
perilaku,peninjau menyimpulkan bahwa sikap tidak berhubungan dengan perilaku atau,
paling banyak hanya berhubungan sedikit.
Ketidak sesuaian antara sikap dan perilaku kemungkinan besar muncul ketika tekanan
sosial untuk berperilaku dalam cara-cara tertentu emiliki kekuatan yang luar biasa. Hal
ini cenderung menggolongkan perilaku dalam organisasi dan bisa menjelasksan mengapa
karyawan yang mempunyai sikap anti serikat kerja menghadiri pertemua yang
mendukung serikat kerja.
Teori persepsi diri. Meskipun sebagai besar penelitian sikap-perilaku memberikan hasil
positif, para peneliti telah mencapai korelasi yang masih lebih tinggi dengan menuju ke
arah lain, memperhatikan apakah perilaku mempengaruhi sikap. Teori persepsi diri, telah
menghasilkan beberapa penemuan yang membesarkan hati.
Pengetahuan sikap karyawan bisa bermanfaat bagi manajer dalam usaha untuk
memprediksi perilaku karyawan. Survei sikap yang umum memberi karyawan
serangkaian pernyataan atau pertanyaaan dengan skala penilaian yang menunjukan
tingkat kecocokan. Upaya mendapatkan respons dari karyawan melalui kuosioner
menegenai perasaan mereka terhadap pekerjaan, tim kerja, penyella, dan organisasi.
Aktivitas tambahan yang dirancang utuk mengubah sikao termasuk mengatur individu
untuk melakukan pekerjaan sukarela di pusat-pusat layanan sosial atau masyarakat guna
betemu secara langsung dengan individu atau kelompk dari latar belakang yang berbeda-
beda serta engunakan latihan yang membiarkan para partisipan meraskan seperti apakah
menjadi berbeda itu.
Kepuasan kerja sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang
merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Konsep kepuasan kerja yang pada
dasarnya begitu luas sehingga satu pernyataan menangkap intinya. Penjelasan yang lain
mungkin beberapa aspek penting dihilangkan dari penyjian akhir aspek pekerjaan.
Kepuasan kerja tidak hanya berkaitan dengan kondisi pekerjaan, kepribadian juga
memainkan sebuah peran. Beberapa individu dipengaruhi untuk menyukai hampir segala
hal, dan individu lain merasa tidak senang bahkan dalam pekerjaan yang tampaknya
sangat hebat. Penelitian menunjukan bahwa individu yang mempunyai kepribadian
negatif, mereka yang cnderung galak, kritis, dan negatif. Biasanya kurang puas dengan
pekerjaan mereka.
J. Pengaruh dari Karyawan yang Tidak Puas dan Puas di Tempat Kerja
Ada konsekuensi ketika karyawan menyukai pekerjaan merekan, dan ada konsekuensi
ketika karyawan tidak menyukai pekerjaan mereka. Respon-respon tersebut
didefiinisikan seperti berikut :
Manajer harus teratik pada sikap para karyawan mereka karena sikap tersebut memberikan
peringata akan masala-masalah potensial dan berpengaruh terhadap perilaku. Hal penting yang
bisa dilakukan para manajer untuk meningkatkan kepuasan karyawan adalah berokus pada
bagian-bagian intriksik pekerjaan, seperti membuaut kerja tersebut menjadi menantang dan
menarik. Meskipun bayaran rendah kemungkinan besar tidak akan menarik karyawan berkualitas
tinggi atau mempertahankan pekerjaan-pekerjaan baik, para manajer harus sadar bahwa bayaran
yang tinggi tidak mungkin menghasilkan lingkungan kerja yang memuaskan. Manajer juga harus
sadae bahwa karyawan akan berusaha mengurangi ketidak sesuaian kognitif. Lebih penting,
ketidak sesuaian bisa diatur.. Apabila karyawan diharuskan terlibat aktivitas-aktivitas yang
tampaknya tidak konsisten dengan mereka atau yang berlawanan dengan sikap mereka, tekanan-
tekanan untuk mengurangi ketidak sesuaian berkurang ketika karyawan merasa bahwa ketidak
sesuaian tersebut dibebankan secara eksternl dan berasa di luar kendali mereka atau apabila
penghargaan tersebut signifikan untuk menimbangi ketidak sesuaian tersebut.
STUDI KASUS
Albertsons Memengaruhi Sikap Karyawan
Albertsons, perusahaan obat dan bahan makanan dengan lebih dari 2.400 supermarket,
menghadapi persaingan sengit di pasar yang dipengaruhi oleh penurunan laba dan pendapatan.
Dalam upaya untuk membalikkan keadaan, Larry Johnston, yang direkrut dari General Electric
(GE), memperkenalkan perubahan signifikan. Ketika Johnston berusaha memperbaiki divisi GE
Medical Systems di Eropa, ia bertemu dengan ahli pelatihan motivasi, Ed Foreman, yang
kemudian dia bawa ke Albertsons.
Johnston memimpin perubahan dengan menutup pabrik tidak efisien, memindahkan produksi ke
Eropa Timur, dan membawa Foreman untuk memotivasi karyawan. Program utama Foreman,
Successful Life Course, menjadi kunci perubahan di Albertsons. Program tiga hari ini melibatkan
aktivitas fisik, ceramah tentang sikap, diet, dan olahraga, dengan fokus utama pada sikap positif.
Foreman meyakini bahwa sikap, bukan kecerdasan, yang menentukan posisi seseorang.
Johnston sangat yakin dengan keberhasilan program Foreman, menganggap sikap positif sebagai
elemen kunci yang dapat mengubah bisnis. Ia mendonasikan $10 juta untuk pelatihan tersebut,
dan pada akhir 2004, 10.000 manajer telah mengambil kursus tersebut, melatih lebih dari
190.000 karyawan "rekan" Albertsons.
Pertanyaan:
1. Jelaskan logika bagaimana kursus Foreman yang berlangsung selama 3 hari bisa
memengaruhi profitabilitas Albertsons secara positif.
Jawab: Kursus Foreman, seperti Successful Life Course, dapat memengaruhi
profitabilitas Albertsons dengan beberapa cara. Pertama, fokus pada sikap positif dapat
meningkatkan motivasi dan semangat kerja karyawan, yang kemungkinan akan
memperbaiki produktivitas dan kualitas pelayanan. Hal ini dapat menciptakan lingkungan
kerja yang positif dan menyenangkan. Kedua, elemen-elemen seperti aktivitas tim,
pelukan kelompok, dan olahraga relaksasi dapat memperkuat keterlibatan dan kerjasama
antar-karyawan, yang berpotensi meningkatkan efisiensi operasional. Jika karyawan
merasa termotivasi dan bersemangat, ini juga dapat menciptakan atmosfer positif di
antara pelanggan, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan mendorong loyalitas, yang
pada gilirannya dapat meningkatkan penjualan dan profitabilitas.
2. Johnston berkata, "Sikap positif adalah satu- satunya hal terpenting yang bisa mengubah
sebuah bisnis." Menurut Anda, seberapa valid dan umum pernyataan ini?
Jawab: Pernyataan Johnston tentang sikap positif sebagai satu-satunya hal terpenting
yang dapat mengubah bisnis bisa dianggap relatif dan tergantung pada konteks bisnis
tertentu. Sikap positif dapat memberikan energi positif kepada karyawan dan
memengaruhi interaksi dengan pelanggan, tetapi tidak boleh dianggap sebagai satu-
satunya faktor yang relevan. Aspek seperti strategi bisnis, inovasi produk, dan
manajemen operasional juga memainkan peran kunci dalam keberhasilan bisnis. Oleh
karena itu, sementara sikap positif dapat menjadi faktor yang signifikan, keberhasilan
bisnis membutuhkan kombinasi berbagai elemen.
3. Jika menjadi Johnston, apa yang bisa Anda lakukan untuk mengevaluasi efektivitas dari
investasi Anda sebesar $10 juta dalam program pelatihan Foreman?
Jawab: Untuk mengevaluasi efektivitas investasi, Johnston dapat mempertimbangkan
beberapa metrik. Pertama, bisa melihat perubahan dalam kepuasan karyawan dan apakah
ada peningkatan dalam motivasi dan keterlibatan mereka. Selanjutnya, bisa mengukur
dampak langsung pada pelayanan pelanggan, seperti peningkatan retensi pelanggan atau
peningkatan dalam umpan balik positif. Data penjualan dan profitabilitas sepanjang
periode setelah implementasi program juga harus diperiksa. Selain itu, dapat dilakukan
survei atau wawancara untuk mendapatkan umpan balik langsung dari karyawan tentang
dampak program terhadap pekerjaan mereka.
4. Apabila Anda adalah seorang karyawan Albertson, bagaimana perasaan Anda ketika
menjalani kursus Foreman? Jelaskan pendapat Anda.
Jawab: Pendapat karyawan Albertsons tentang kursus Foreman mungkin bervariasi.
Beberapa karyawan mungkin merasa terinspirasi dan termotivasi untuk meningkatkan
sikap dan kinerja mereka, sementara yang lain mungkin merasa skeptis atau kurang
tertarik tergantung pada preferensi individu. Faktor seperti keberlanjutan dan penerapan
praktis dari konsep yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari juga dapat memengaruhi
persepsi karyawan terhadap program tersebut. Evaluasi umpan balik karyawan dapat
memberikan wawasan berharga tentang efektivitas program dan dapat membantu dalam
penyesuaian atau perbaikan untuk implementasi di masa mendatang.