BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pembatasan Masalah
Penulisan makalah ini dibatasi hanya pada masalah Sikap dan
Kepuasan Kerja
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pemenuhan tugas mandiri mata kuliah Perilaku
Organisasi.
2. Sebagai bahan bacaan dan referensi tambahan bagi pihak-
pihak yang membutuhkannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sikap dan Kepuasan Kerja
Menurut G.W Alport dalam (Tri Rusmi Widayatun, 1999 :218)
sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak. Seiring
dengan pendapat G.W. Alport di atas Tri Rusmi Widayatun
memberikan pengertian sikap adalah keadaan mental dan
syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang
memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon
individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan
dengannya.
Sedangkan Jalaluddin Rakhmat ( 1992 : 39 ) mengemukakan lima
pengertian sikap, yaitu:
- Pertama, sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi,
berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau
nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan
untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek
sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan
atau situasi, atau kelompok.
- Kedua, sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap
bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan
apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu;
menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan;
mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus
dihindari.
- Ketiga, sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap
politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang
mengalami pembahan.
- Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif: artinya
mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.
- Kelima, sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir,
tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh
atau diubah.
Sedangkan La Pierre (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan sikap
sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau
secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial
yang telah terkondisikan. Sedangkan menurut Soetarno (1994),
sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai
kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap
senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap
tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang,
peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian tentang sikap,
tetapi berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka
dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam
manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat
dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam
menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.
Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang
sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
1. Komponen Sikap
2. Kepuasan Kerja
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
PENDAHULUAN
Kepuasan kerja dalam teori motivasi Maslow menempati
peringkat yang tinggi. Sebab ia berkaitan dengan tujuan manusia
untuk merealisasikan dan mengaktualisasikan potensi dirinya
dalam pekerjaan. Namun motivasi ini kadang terbendung oleh
berbagai ragam kerutinan, hambatan lingkungan kerja yang
kurang seimbang, atau situasi dan perangkat kerja yang secara
ergonomis tidak mendukung peningkatan produktivitas kerja.
Stres yang dialami karyawan dan kepuasan kerja yang
didambakan seolah merupakan dua kondisi yang bukan saja
berkaitan, tetapi sekaligus antagonistis.
Karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan. Karyawan memegang peran utama dalam
menjalankan roda kehidupan perusahaan. Apabila karyawan
memiliki produktivitas dan motivasi kerja yang tinggi, maka laju
roda pun akan berjalan kencang, yang akhirnya akan
menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi
perusahaan. Di sisi lain, bagaimana mungkin roda perusahaan
berjalan baik, kalau karyawannya bekerja tidak produktif, artinya
karyawan tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak ulet
dalam bekerja dan memiliki moril yang rendah.
Adalah menjadi tugas manajemen agar karyawan memiliki
semangat kerja dan moril yang tinggi serta ulet dalam bekerja.
Berdasarkan pengalaman dan dari beberapa buku yang pernah
saya baca, biasanya karyawan yang puas dengan apa yang
diperolehnya dari perusahaan akan memberikan lebih dari apa
yang diharapkan dan ia akan terus berusaha memperbaiki
kinerjanya. Sebaliknya karyawan yang kepuasan kerjanya
rendah, cenderung melihat pekerjaan sebagai hal yang
menjemukan dan membosankan, sehingga ia bekerja dengan
terpaksa dan asal-asalan. Untuk itu merupakan keharusan bagi
perusahaan untuk mengenali faktor-faktor apa saja yang
membuat karyawan puas bekerja di perusahaan. Dengan
tercapainya kepuasan kerja karyawan, produktivitas pun akan
meningkat.
Banyak perusahaan berkeyakinan bahwa pendapatan, gaji atau
salary merupakan faktor utama yang mempengaruhi kepuasan
karyawan. Sehingga ketika perusahaan merasa sudah
memberikan gaji yang cukup, ia merasa bahwa karyawannya
sudah puas. Sebenarnya kepuasan kerja karyawan tidak mutlak
dipengaruhi oleh gaji semata. Banyak faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja karyawan, diantaranya adalah kesesuaian
pekerjaan, kebijakan organisasi termasuk kesempatan untuk
berkembang, lingkungan kerja dan perilaku atasan.
Untuk lebih meyakini bahwa kesempatan berkembang
merupakan faktor utama bagi kepuasan kerja karyawan, kita
dapat membandingkan tingkat kepuasan karyawan baru dan
karyawan lama di perusahaan. Karyawan baru cenderung
mempunyai tingkat kepuasan lebih tinggi dibandingkan
karyawan yang masa kerjanya lebih lama. Hal ini dikarenakan,
biasanya karyawan baru mendapatkan perhatian lebih dari
Manajemen, terutama dari atasannya langsung. Perhatian lebih
ini dikarenakan sebagai karyawan baru, tentu pihak manajemen
akan menjelaskan tanggung jawab dan tugas mereka. Sehingga
terjalin komunikasi antara atasan dan bawahan. Hal ini membuat
mereka merasa diperhatikan dan bersemangat untuk bekerja.
Bahkan tidak sedikit karyawan baru yang mendapatkan beberapa
training untuk menunjang tugasnya di awal masa kerja.
Sementara itu, karyawan lama yang sudah bekerja dalam kurun
waktu tertentu, akan merasakan kejenuhan. Mereka
menginginkan adanya perubahan dan tantangan baru dalam
pekerjaannya. Tantangan ini mencakup baik dari sisi besarnya
tanggung jawab atau mungkin jenis pekerjaan. Ketika
perusahaan tidak memberikan kesempatan kepada mereka
untuk berkembang, hal ini akan membuat mereka demotivasi,
malas bekerja dan produktivitasnya turun. Apabila perasaan ini
dirasakan oleh sebagian besar karyawan lama, bisa dibayangkan
betapa rendahnya tingkat produktivitas perusahaan secara
keseluruhan dan bila dibiarkan perusahaan akan merugi.
II. PERMASALAHAN
Salah satu perusahaan rokok terkenal PT. XYZ di Jawa Timur yang
sudah beroperasi lebih 80 tahun lamanya telah menciptakan
suatu budaya perusahaan yang menjadi visi dan misi perusahaan
untuk ke arah produktivitas yang baik.
Namun terjadi demonstrasi di Divisi Transportasi PT. XYZ
disebabkan oleh adanya kebijakan manajemen untuk
menggunakan jasa transportasi luar perusahaan untuk
pengiriman barang-barang ke berbagai daerah. Keputusan
manajemen menggunakan jasa angkut pihak luar ini, karena
pengiriman barang ke berbagai sering mengalami
keterlambatan. Dengan dipakainya jasa transportasi pihak luar
ini, maka para sopir dan kernet merasa insentif yang diterimanya
akan berkurang. Begitu juga premi perjalanan luar kota, uang
lembur maupun kompensasi lainnya akan hilang. Inilah yang
memicu para sopir dan kernet berunjuk rasa melakukan
demonstrasi terhadap pimpinan perusahaan.
III. TUJUAN
Penulis ingin menganalisa mengapa terjadi kasus demonstrasi
para sopir dan kernet PT. XYZ di Jawa Timur terhadap pimpinan
perusahaan.
IV. TEORI
Suatu organisasi/Perusahaan terdiri dari input, proses dan
outcomes. Input adalah komponen-komponen yang ada di luar
lingkungan organisasi antara lain sumber daya manusia dan
peraturan pemerintah. Proses meliputi komponen-komponen
antara lain motivasi, persepsi, komunikasi, kepemimpinan dan
konflik. Sedangkan komponen outcomes antara lain meliputi
kinerja individu dan kelompok, serta efektivitas organisasi.
Memahami lebih dalam mengenai salah satu komponen dari
organisasi ini , maka kit aperlu memahami bahwa setiap individu
sebagai sumber daya ,manusia dalam suatu
organisasi/perusahaan memiliki Nilai-nilai kerja (work value),
yaitu suatu keyakinan pribadi seorang pekerja tentang hasil apa
yang diperkirakan dari pekerjaaannya dan bagaimana
seharusnya dia berprilaku dalam bekerja.
Nilai-nilai kerja dibadi 2 yaitu nilai kerja intrinsik (intrinsic work
values) dan nilai kerja ekstrinsik (extrinsic work value). George &
Jones memberikan perbandingan antara kedua nilai kerja sebagai
berikut dalam tabel:
Nilai kerja intrinsik Nilai kerja ekstrinsik
- Kerja yang menarik - Gaji tinggi
- Kerja yang menantang - Keamanan kerja
- Belajar sesuatu yang baru - Keuntungan kerja
- Membuat konstribusi penting - Status pada komunitas yang
lebih luas
- Berpotensi tinggi - Kontak sosial
- Tanggung jawab dan otonomi - Waktu dengan keluarga
- Menjadi kreatif - Waktu untuk hobi
V. ANALISIS MASALAH
Dari kerangka pikir diatas, maka menurut saya terjadinya
demontrasi disebabkan oleh karena secara nilai ektrinsik dan
intrisik para supir merasa tidak memperoleh kepuasan kerja:
Nilai kerja Intrinsik bagi PTXYZ
Kerja tidak menarik, Mungkin karena sehari hari hanya menyetir
mobil, Kerja kurang menantang,karena sudah terbiasa dengan
pekerjaan yang ada jadi tidak adanya tantangan, Tidak belajar
suatu yang baru,Tidak membuat kontribusi penting.Karena
system sudah berjalan,jadi tinggal menjalankan saja,tanpa harus
membuat konsep baru,Tidak menganggap potensi tinggi, karena
hanya bisa menyetir, Kurang tanggung jawab dan
otonomi,karena gaji dan fasilitas kecil,Kurang kreatif,karena
melakukan hal-hal yang monoton setiap hari.
Nilai kerja Ektrinsik bagi PT XYZ
Gaji tidak tinggi jadi mereka berkerja hanya karena merasa
sudah digaji dan enggan bernuat lebih dari pekerjaan mereka,
Keamanan Kerja,tidak ada keamanan kerja karena dipakai
transportasi luar dari perusahaan, keuntungan kerja,tidak akan
adanya keuntungan kerja lagi,karena tidak ada premi perjalanan,
uang lembur dan kompensasi yang lain hilang karena adanya
transportasi dari luar, status pada komunitas yang lebih
luas,Kontak sosial, waktu dengan keluarga, waktu untuk hobi,
mungkin memang tidak bisa punya banyak waktu untuk hal
tersebut.