Anda di halaman 1dari 14

Efikasi diri

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“psikologi umum”

Dosen Pengampu
MAHARDDIKA INTAN RAHMAWATI

Disusun oleh : kelompok 5

Annisa nur rahma : 210317134

Hanifah rahmawati : 210317132

Alifia hafidha yudistika : 210317114

Imasnita nurziahman : 210317115

Shofiudin sholeh : 210317127

M.taher : 210314351

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) PONOROGO

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Efikasi diri merupakan hal terpenting dalam dunia pembelajaran, dimana seseorang harus
meyakini terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk menhadapi permasalahan-permasalahan di
dalam dunia pembelajaran, karena dari kemampuan yang dimiliki itulah seseorang dapat dengan
tegas menyampaikan apa yang dia ketahui dan dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan –
permasalahan yang sedang dihadapi. Efikasi diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki oleh
seseorang terhadap kemampuan diri yang ada apada dirinya untuk melakukan sesuatu.. efikasi diri
merupakan sebuah bentuk kepercayaan diri seseorang dalam melakukan berbagai hal salah satunya
yaitu ketika seorang mahasiswa hendak tampil di depan kelas maka maka mahasiswa tersebut harus
percaya diri agar tampil dengan bagus. Dalam kaitannya dengan kepercayaan diri dalam kegiatan
sehari-hari seseorang pasti akan mengalami suatu kecemasan dimana akibat belum adanya kesiapan
dari diri seseorang untuk dapat berbicara di depan kelas. Keadaan tersebut merupakan hal yang
sangata wajar karena dengan adanya kecemasan maka seseorang dapat mengontrol diri mereka agar
tidak terlalu cemas. Dalam keadaan tersebut efikasi diri sangat berpengaruh dalam mengatasi
kecemasan berbicara dimana seseorang yakin dengan kemampuan yang dia miliki maka seseorang
tersebut akan sangat kecil sekali kemungkinan untuk mengalami kecemasan berbicara , begitupun
sebaliknya, apabila seseorang tersebut memiliki efikasi diri yang rendah maka akan sangat besar
sekali kemungkinan seseorang tersebut mengalami kecemasan berbicara. Maka dari itu pada
makalah kali ini kita akan membahas apa saja faktor efikasi dan pengaruhnya.
B. Rumusan masalah
A. Apakah pengertian efikasi diri ?
B. Apa saja aspek-aspek pada efikasi diri ?
C. Bagaimana saja proses dalam efikasi diri ?
D. Apa saja faktor dalam efikasi diri ?
E. Bagaimana hubungan antara efikasi diri dengan motivasi belajar siswa ?

C. Tujuan
A. Unutk mengetahui apa itu efikasi diri
B. Untuk mengetahui aspek dalam efikasi diri
C. Untuk mengetahui proses-proses dalam efikasi diri
D. Untuk mengetahui faktor apa saja dalm efikasi diri
E. Untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan motivasi belajar siswa
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian efikasi diri

Bandura adalah tokoh yang memperkenalkan istilah efikasi diri (self-efficacy). Ia mendefenisikan
bahwa efikasi dirii adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan
tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu.47 Sementara itu, Baron dan
Byrne (1991) mendefenisikanan efikasi diri sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau
kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan.
Bandura dan Woods menjelaskan bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan akan kemampuan
individu untuk menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk
memenuhi tuntutan situasi.

Bandura (1997) mengatakan bahwa efikasi diri pada dasarnya adalah hasil proses kognitif berupa
keputusan, keyakinan, atau penghargaan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan
dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Menurut dia, efikasi diri tidak berkaitann dengan kecakapan yang dimiliki, tapi
berkaitan dengan keyakinan individu mengenai hal apa yang dapat dilakukan dengan kecakapan
yang ia miliki seberapa pun besarnya. Efikasi diri menekannkan pada komponen keyakinan diri
yang dimiliki seseorang dalam menghadapi situasi yang akan datang yang mengandung kekaburan,
tidak dapat diramalkan, dan sering penuh dengan tekanan. Meskipun efikasi diri memiliki suatu
pengaruh sebab-musabab yang besar pada tindakan kita, efikasi diri berkombinasi dengan
lingkungan, perilaku sebelumnya, dan variabel-variabel personal lainnya, terutama harapan
terhadap hasil untuk menghasilkan perilaku. Efikasi diri akan mempengaruhi beberapa aspek dari
kognisi dan perilaku seseorang. Gist dan Mitchell mengatakan bahwa efikasi diri dapat membawa
pada perilaku yang berbeda di antatara individu dengan kemampuan yang sama kaena efikasi diri
memengaruhi pilihan, tujuan, pengatasan masalah, dan kegigihan dalam berusaha (Judge dan Erez,
2001).Seseorang dengan efikasi diri percaya bahwa mereka mampu melakukan sesuatu untuk
mengubah kejadian-kejadian di sekitarnya, sedangkan seseorang dengan efikasi diri rendah
menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu mengerjakan segala sesuatu yang ada
disekitarnya. Dalam situasi yang sulit, orang dengan efikasi yang rendah cenderung mudah
menyerah. Sementara dengan orang dengan efikasi diri yang tinggi akan berusaha lebih keras untuk
mengatasi tantangan yang ada. Hal senada juga di ungkapkan oleh Gist, yang menunjukkan bukti
bahwa perasaan efikasi diri memainkan satu peran penting dalam mengatasi memotivasi pekerja
untuk menyelesaikan pekerjaan yang menantang dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan
tertentu.1

B. Aspek-aspek efikasi diri

Menurut Bandura (dalam Ghufron, 2010:88), efikasi diri pada diri tiap individu akan
berbeda antara satu individu dengan yang lainnya berdasarkan tiga dimensi. Berikut adalah tiga
dimensi tersebut, yaitu:
A.Tingkat (level)
Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk
melakukannya. Apabila individu dihadapkan pada tugas tugas yang disusun menurut tingkat
kesulitannya, maka efikasi diri individu mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah,
sedang, atau bahkan meliputi tugas-tugas yang paling sulit, sesuai dengan batas kemampuan yang
dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat.
Dimensi ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya
dan menghindari tingkah laku yang berada di luar batas kemampuan yang dirasakannya.

B.Kekuatan (strength)
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu
mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah digoyahkan oleh pengalaman-
pengalaman yang tidak mendukung.Sebaliknya,pengharapanyangmantapmendorongindividu tetap
bertahan dalam usahanya. Meskipun mungkin ditemukan pengalaman yang kurang menunjang.
Dimensi ini biasanya berkaitan langsung dengan dimensi evel, yaitu makin tinggi level taraf
kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.

1
Sahar pratama, http://saharpratama.blogspot.co.id/2013/02/efikasi-diri-self-efficacy.html. Diakses pada tanggal 30
nov 2017.
C.Generalisasi (generality)
Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu merasa yakin
akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya. Apakah terbatas
pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkain aktivitas dan situasi yang bervariasi. 2
.

C. Proses-proses yang Mempengaruhi Efikasi Diri

Menurut Bandura (1997: 200), proses psikologis dalam Efikasi Diri yang turut berperan
dalam diri manusia ada 4 yakni proses kognitif, motivasional, afeksi dan proses pemilihan/seleksi.

a Proses kognitif

Proses kognitif merupaka proses berfikir, didalamya termasuk pemerolehan,


pengorganisasian, dan penggunaan informasi. Kebanyakan tindakan manusia bermula dari sesuau
yang difikirkan terlebih dahulu. Individu yang memiliki Efikasi Diri yang tinggi lebih senang
membayangkan tentang kesuksesan. Sebaliknya individu yang Efikasi Diri-nya rendah lebih
banyak membayangkan kegagalan dan hal-hal yang dapat menghambat tercapainya kesuksesan
(Bandura, 1997: 202). Bentuk tujuan personal juga dipengaruhi oleh penilaian akan kemampuandiri.
Semakin seseorang mempersepsikan dirinya mampu maka individu akan semakin membentuk
usaha-usaha dalam mencapai tujuannnya dan semakin kuat komitmen individu terhadap tujuannya
(Bandura, 1997: 202).

b Proses motivasi

Kebanyakan motivasi manusia dibangkitkan melalui kognitif. Individu memberi


motivasi/dorongan bagi diri mereka sendiri dan mengarahkan tindakan melalui tahap pemikiran-
pemikiran sebelumnya. Kepercayaan akan kemampuan diri dapat mempengaruhi motivasi dalam
beberapa hal, yakni menentukan tujuan yang telah ditentukan individu, seberapa besar usaha
yang dilakukan, seberapa tahan mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan ketahanan
mereka dalam menghadapi kegagalan (Bandura, 1997: 204).

2
http://etheses.uin-malang.ac.id/1236/6/11410061_Bab_2.pdf
Menurut Bandura (1997: 206), ada tiga teori yang menjelaskan tentang proses motivasi.
Teori pertama adalah causal attributions (atribusi penyebab). Teori ini fokus pada sebab-sebab
yang mempengaruhi motivasi, usaha, dan reaksi-reaksi individu. Individu yang memiliki Efikasi
Diri tinggi bila mengahadapi kegagalan cenderung menganggap kegagalan tersebut diakibatkan
usaha-usaha yang tidak cukup memadai. Sebaliknya, individu yang Efikasi Dirinya rendah,
cenderung menganggap kegagalanya diakibatkan kemampuan mereka yang terbatas. Teori
kedua, outcomes experience (harapan akan hasil), yang menyatakan bahwa motivasi dibentuk
melalui harapan-harapan. Biasanya individu akan berperilaku sesuai dengan keyakinan mereka
tentang apa yang dapat mereka lakukan. Teori ketiga, goal theory (teori tujuan), dimana dengan
membentuk tujuan terlebih dahulu dapat meningkatkan motivasi.

c Proses afektif

Proses afeksi merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan reaksi emosional. Menurut
Bandura (1997: 206), keyakinan individu akan coping mereka turut mempengaruhi level stres dan
depresi seseorang saat mereka menghadapi situasi yang sulit. Persepsi Efikasi Diri tentang
kemampuannya mengontrol sumber stres memiliki peranan penting dalam timbulnya
kecemasaan. Individu yang percaya akan kemampuannya untuk mengontrol situasi cenderung tidak
memikirkan hal-hal yang negatif. Individu yang merasa tidak mampu mengontrol situasi cenderung
mengalami level kecemasan yang tinggi, selalu memikirkan kekurangan mereka, memandang
lingkungan sekitar penuh dengan ancaman, membesar-besarkan masalah kecil, dan terlalu cemas
pada hal-hal kecil yang sebenarnya jarang terjadi (Bandura, 1997: 207).

d Proses seleksi

Kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan situasi tertentu turut mempengaruhi efek
dari suatu kejadian. Individu cenderung menghindari aktivitas dan situasi yang diluar batas
kemampuan mereka. Bila individu merasa yakin bahwa mereka mampu menangani suatu situasi,
maka mereka cenderung tidak menghindari situasi tersebut. Dengan adanya pilihan yang dibuat,
individu kemudian dapat meningkatkan kemampuan, minat, dan hubungan sosial mereka (Bandura,
3
1997: 210)

3
http://risalatuna.blogspot.co.id/2013/01/efikasi-diri-self-efficacy.html
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efikasi Diri

Menurut Bandura (1997: 212) tinggi rendahnya Efikasi Diri seseorang dalam tiap tugas
sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang berpengaruh dalam
mempersepsikan kemampuan diri individu. Menurut Bandura (1997: 213) ada beberapa yg
mempengaruhi Efikasi Diri, antara lain:

a Jenis kelamin

Orang tua sering kali memiliki pandangan yang berbeda terhadap kemampuan laki-laki dan
perempuan. Zimmerman (Bandura, 1997: 213) mengatakan bahwa terdapat perbedaan pada
perkembangan kemapuan dan kompetesi laki-laki dan perempuan. Ketika laki-laki berusaha untuk
sangat membanggakan dirinya, perempuan sering kali meremehkan kemampuan mereka. Hal ini
berasal dari pandangan orang tua terhadap anaknya. Orang tua menganggap bahwa wanita lebih
sulit untuk mengikuti pelajaran dibanding laki-laki, walapun prestasi akademik mereka tidak terlalu
berbeda. Semakin seorang wanita menerima perlakuan streotipe gender ini, maka semakin rendah
penilaian mereka terhadap kemampuan dirinya. Pada beberapa bidang pekerjaan tertentu para pria
memiliki Efikasi Diri yang lebih tinggi dibanding dengan wanita, begitu juga sebaliknya wanita
unggul dalam beberapa pekerjaan dibandingkan dengan pria.

b. Usia

Efikasi Diri terbentuk melalui proses belajar sosial yang dapat berlangsung selama masa
kehidupan. Individu yang lebih tua cenderung memiliki rentang waktu dan pengalaman yang lebih
banyak dalam mengatasi suatu hal yang terjadi jika dibandingkan dengan individu yang lebih muda,
yang mungkin masih memiliki sedikit pengalaman dan peristiwa-peristiwa dalam hidupnya.
Individu yang lebih tua akan lebih mampu dalam mengatasi rintangan dalam hidupnya
dibandingkan dengan individu yang lebih muda, hal ini juga berkaitan dengan pengalaman yang
individu miliki sepanjang rentang kehidupannya.

c. Tingkat pendidikan

Efikasi Diri terbentuk melalui proses belajar yang dapat diterima individu pada tingkat
pendidikan formal. Individu yang memiliki jenjang yang lebih tinggi biasanya memiliki Efikasi
Diri yang lebih tinggi, karena pada dasarnya mereka lebih banyak belajar dan lebih banyak
menerima pendidikan formal, selain itu individu yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih
tinggi akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar dalam mengatasi persoalan-
persoalan dalam hidupnya.

d. Pengalaman

Efikasi Diri terbentuk melalui proses belajar yang dapat terjadi pada suatu organisasi
ataupun perusahaan dimana individu bekerja. Efikasi Diri terbentuk sebagai suatu proses adaptasi
dan pembelajaran yang ada dalam situasi kerjanya tersebut. Semakin lama seseorang bekerja maka
semakin tinggi self efficacy yang dimiliki individu tersebut dalam pekerjaan tertentu, akan tetapi
tidak menutup kemungkinann bahwa self efficacy yang dimiliki oleh individu tersebut justru
cenderung menurun atau tetap. Hal ini juga sangat tergantung kepada bagaimana individu
menghadapai keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya selama melalukan pekerjaan.
a). Pengalaman Individu ( Enactive Mastery Experience) : interpretasi individu terhadap
keberhasilan yang dicapai individu pada masa lalu akan mempengaruhi efikasi dirinya. Individu
dalam melakukan suatu tugas akan menginterpretasikan hasil yang dicapai, dan interpretasi tersebut
akan mempengaruhi kemampuan dirinya pada tugas-tugas selanjutnya.
b). Pengalaman keberhasilan orang lain (Vicarious Experience) : proses modeling atau
belajar dari orang lain akan mempengaruhi efikasi diri. Efikasi diri individu akan meningka apabila
dipengaruhi model yang relevan. Pengalaman orang lain menentukan persepsi akan keberhasilan
atau kegagalan individu.
c). Persuasi verbal ( Verbal Persuasion) : persuasi verbal yang dilakukan oleh orang-orang
yang menjadi panutan dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan dapat meningkatkan efikasi
diri individu. Persuasi verbal yang diberikan kepada individu bahwa individu memiliki kemampuan
untuk melakukan suatu tugas menyebabkan individu semakin termotivasi untuk menyelesaikan
tugas tersebut.
d). Keadaan Fisiologis dan Emosional ( Physiological and Affective States) : individu akan
melihat kondisi fisiologis dan emosional dalam menilai kemampuan, kekuatan dan kelemahan dari
disfungsi tubuh. Keadaan emosional yang sedang dihadapi individu akan mempengaruhi keyakinan
individu dalam menjalankan tugas.
Setiap individu harus meningkatkan efikasi dirinya untuk mengembangkan potensi dirinya.
Semakin kita meyakini kemampuan yang dimiliki semakin mudah juga kita meningkatkan kualitas
diri kita. 4

E. Hubungan antara efikasi diri dengan motivasi belajar siswa


Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku.
Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama
(Suprijono, 2009). Pada siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi menurut Sardiman
(2008) mempunyai ciri antara lain: a). Tekun menghadapi tugas; b). Ulet menghadapi kesulitan; c).
Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah; d). Lebih senang bekerja mandiri; e).
Cepat bosan pada tugas-tugas rutin; f). Dapat mempertahankan pendapatnya; g). Tidak mudah
melepaskan hal yang diyakini itu; h). Senang memecahkan masalah soal-soal.5
Siswa adalah generasi penerus masa depan yang memiliki aset penting dalam kemajuan bagi
pendidikan. Dipengaruhi oleh adanya kualitas kemampuan akademis siswa. Dunia pendidikan
selalu berusaha menciptakan atau memberikan dorongan untuk kemajuan para pelajar. Keyakinan
memiliki pengaruh kepada siswa dalam menyikapi dan bertindak untuk mencapai sesuatu yang
diharapkan pada siswa yang bersangkutan Ghufron menyebut hal ini disebut dengan efikasi diri
yang merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri sendiri yang paling berpengaruh dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini disebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut mempengaruhi
pencapaian hasil belajar.
Menurut pervin dan john (bandura 1997) seseorang yang mempunyai self effcacy yang lebih
tinggi , semakin tinggi self effcacy seseorang maka motivasi belajarnya semakin tinggi pula. Hal ini
dicerminkan dengan besarnya usaha yang dilakukan serta ketekunannya dalam mengatasi rintangan-
rintangan yang ada. Ia akan terus mengerjakan tugas-tugasnya dan tidak mudah menyerah dan
bertahan apabila menemui kesulitan-kesulitan. Orang-orang yang memiliki self effcacy yang tinggi
akan berusaha lebih keras di dalam mengatasi rintangan-rintangan yang ada.6
Menurut Bandura (dalam Feist dan Feist, 2010: 213) efikasi diri yang rendah
mengindikasikan mudah menyerah saat menghadapi kesulitan-kesulitan akademik dan mudah stres

4
http://selintaswarna-himpsi.blogspot.co.id/2013/09/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-efikasi.html
5
Cahyana K. Widada : “Motivasi belajar, Efikasi diri, siswa”.(Solo : Universitas Muhammadiah Surakarta ,2015),Hlm 2.
6
Rita kurniyawati, “hubungan antara efikasi diri dengan motivasi belajar siswa”(Solo : Universitas Muhammadiah
Surakarta, 2012),Hlm 6.
jika menemukan kesulitan-kesulitan dalam hidupnya, sedangkan efikasi diri yang tinggi akan
mampu percaya mengerjakan tugas sesuai dengan tuntutan, bekerja keras, bertahan mengerjakan
tugas sampai selesai. Maka dari itu efikasi diri dianggap sebagai salah satu kemampuan untuk
mengurangi stres (Durand & David, 2006:345).7

7
Sri Dewi Utami .“Hubungan antara efikasi diri dengan stress”(Jogja :universitas negeri yogyakarta,2015) Hlm 5.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. efikasi dirii adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan
tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu.
2. Aspek tingkat (level). Kekuatan (strength), generalisasi (generality)
3. Proses yang mempengaruhi efikasi diri antara lain proses kognitif,proses motivasi,proses
efektif dan proses seleksi.
4. Faktor yang mempengaruhi jenis kelamin,usia ,tingkat pendidikan, pengalaman.
5. Hubungan anatara efikasi diri dengan motivasi belajar siswa adalah seseorang yang
mempunyai self effcacy yang lebih tinggi , semakin tinggi self effcacy seseorang maka
motivasi belajarnya semakin tinggi pula.
6. efikasi diri yang rendah mengindikasikan mudah menyerah saat menghadapi kesulitan-
kesulitan akademik dan mudah stres jika menemukan kesulitan-kesulitan dalam hidupnya,
DAFTAR PUSTAKA

Sahar,pratama.16 februari 2013. EFIKASI DIRI. http://saharpratama.blogspot.co.id/2013/02/efikasi-diri-self-


efficacy.html

S ,Maryam. 2015. Efikasi diri (self efficacy). Tesis. Malang : UIN Malang.

Yayan. 24 januari 2013. Efikasi Diri (Self Efficacy). http://risalatuna.blogspot.co.id/2013/01/efikasi-diri-self-


efficacy.html.

Kanyaka , ratna. 24 september 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri. http://selintaswarna-
himpsi.blogspot.co.id/2013/09/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-efikasi.html .

Widana ,Cahyana. 2015 . Motivasi belajar, Efikasi diri, siswa. Skripsi . surakarta : Universitas
Muhammadiah Surakarta.

Kurniyawati ,Rita .2012. hubungan antara efikasi diri dengan motivasi belajar siswa. Skripsi.Surakarta :
Universitas Muhammadiah Surakarta.

Utami ,Sri Dewi .2015.“Hubungan antara efikasi diri dengan stress”. Skripsi. Jogja :universitas negeri
yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai