Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUBUNGAN SELF-EFFICACY DAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI


DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM

“Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen”

DOSEN PEMBIMBING

Steven Josia Tangkuman, SE. Mak. Ak

DISUSUN OLEH

Anggota Kelompok 3

1. Aisah Ramdani (18061104124)


2. Dwi Indah Ramadhani (18061104102)
3. Inri Marselina Lolo (1806110414
4. Joshua Siahaan (18061104112)
5. Madeleine Monica Roslin Ole (18061104148)

KELAS 3/C3

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua
limpahan rahmat dan karunianya sehingga makalah ini sanggup tersusun hingga
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan begitu banyak terima kasih atas uluran
tangan dan bantuan berasal dari pihak yang telah bersedia berkontribusi bersama
dengan mengimbuhkan sumbangan baik anggapan maupun materi yang telah
mereka kontribusikan.

Dan kita semua berharap makalah ini mampu menambah pengalaman serta ilmu
bagi para pembaca. Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami, kami
percaya tetap banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
berharap saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Manado, 19 Agustus 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah……………………………………………...… 5
C. Tujuan……………………………………………………………. 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Self-Efficacy……………………………………..…… 6
B. Faktor Pembangun Self-Efficacy…………………………………. 7
C. Faktor-faktor, Aspek-aspek, dan Ciri-ciri Kecemasan Berbicara di
Depan Umum……………………...……………………………... 8
D. Cara Mengatasi atau Meminimalisir Kecemasan Berbicara di
Depan Umum…………………………………………………….. 9
E. Keterampilan Komunikasi……………………………..……….. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………... 12
B. Saran……………………………………………………………. 12

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang bias berbicara, tetapi tidak semua orang dapat berbicara
dengan baik dan komunikatif di depan umum. Berkomunikasi dengan orang
lain merupakan situasi yang hampir terjadi di seluruh proses kehidupan.
Komunikasi menentukan kualitas kehidupan manusia, dan memiliki
kemampuan berkomunikasi yang efektif sangatlah diperlukan untuk
menyampaikan ide, gagasan dan pengetahuan kepada masyarakat.
Kenyataannya yang terjadi selama ini berbeda, kemampuan berkomunikasi
kurang dimiliki oleh banyak mahasiswa, mereka masih takut bila
mendapatkan kesempatan berkomunikasi tampil di depan umum. Mahasiswa
mengemukakan pendapat tentang apa yang dialami ketika mendapatkan
kesempatan berbicara di depan umum seperti merasa takut, gemetar, grogi
(demam panggung).
Perasaan cemas pada saat mengawali berbicara di depan umum adalah hal
yang hampir pasti dialami oleh semua orang. Bahkan seseorang yang telah
berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaan ini.
Kecemasan yang dialami individu dapat diambil sebagai manfaat tapi juga
berdampak negatif. Kecemasan bebicara di depan umum merupakan fungsi
rendahnya self-efficacy. Self-efficacy berperan menentukan bagaimana
seseorang melakukan pendekatan terhadap berbagai sasaran, tugas dan
tantangan. Pada saat merasa takut dan cemas, biasanya individu mempunyai
self-efficacy rendah. Sementara individu yang mampu dan yakin terhadap
kesuksesan dalam mengatasi rintangan mempunyai self-efficacy yang tinggi.
Komunikasi merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan social suatu
individu. Keterampilan komunikasi merupakan salah satu kemampuan
berbahasa dan berkomunikasi, yang perlu dimiliki oleh mahasiswa sebagai
calon ilmuwan yang senantiasa bersentuhan dengan kegiatan yang menuntut
mereka untuk terampil berbicara, seperti bertanya di dalam kelas, berdiskusi,
berpidato, ceramah, dan lain-lain.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Self-Efficacy?
2. Apa faktor-faktor yang membentuk self-efficacy?
3. Apa saja faktor-faktor, aspek-aspek, serta ciri-ciri kecemasan saat
berbicara di depan umum?
4. Bagaimana cara mengatasi kecemasan saat berbicara di depan umum?
5. Apa itu keterampilan komunikasi?

C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang self-efficacy
2. Mengetahui faktor-faktor pembentuk self-efficacy
3. Mengetahui faktor-faktor, aspek-aspek, dan ciri-ciri kecemasan saat
berbicara di depan umum
4. Mengetahui cara meminimalisir kecemasan berbicara di depan umum
5. Menjelaskan tentang keterampilan komunikasi

5
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Self-Efficacy
Efikasi Diri (self-efficacy) adalah keyakinan sejauh mana individu
memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau
melakukan suatu tugas yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu.
Menurut Bandura (1997), efikasi diri (self-efficacy) adalah penilaian
seseorang tentang kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku
tertentu atau mencapai tujuan tertentu. self-efficacy sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan individu, termasuk pada aspek
perkembangan social. Menurut Bandura. self-efficacy atau “kepercayaan pada
kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang
diperlukan untuk menghasilkan pencapaian yang diberikan” adalah mediator
paling signifikan dari refleksi diri. Karena itu, anggapan tentang pribadi
kemanjuran tidak hanya terkait dengan kemampuan seseorang tetapi juga
pada apa yang seseorang yakini mungkin dicapai dengan seperangkat
keterampilan pribadi seseorang.
Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau self
knowledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Hal ini disebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut mempengaruhi individu
dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu
tujuan termasuk di dalamnya perkiraan sebagai kejadian yang akan dihadapi.
Efikasi diri yakni keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan
mendapatkan hasil positif.
Sementara itu, Baron dan Byrne mendefinisikan self-efficacy sebagai
evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk
melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan. Alwisol
(2009:288), menyatakan bahwa self-efficacy sebagai persepsi diri sendiri
mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu.

6
Niu (2010) menyebut efikasi diri adalah hasil interaksi antara lingkungan
eksternal, mekanisme penyesuaian diri serta kemampuan personal,
pengalaman dan pendidikan.
Stipek (2001, dalam Santrock, 2007) menjelaskan bahwa efikasi diri
adalah kepercayaan seseorang atas kemampuannya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri (self-
efficacy) adalah keyakinan individu pada kemampuan dirinya sendiri dalam
menghadapi atau menyelesaikan suatu tugas, mencapi tujuan, dan mengatasi
hambatan untuk mencapai suatu hasil dalam situasi tertentu.

B. Faktor Pembentuk Self-Efficacy


Menurut Bandura, ada empat pembentuk efikasi di dalam diri seseorang.
Empat hal itu adalah pengalaman yang menetap, pengalaman yang dirasakan,
bujukan social, dan keadaan psikologis.
1. Pengalaman yang menetap. Adalah pengalaman masa lalu seseorang
dalam melakukan sesuatu. Ketika seseorang mampu melakukan
sesuatu hal, tingkat efikasinya dalam melalukan aktivitas tersebut
akan meningkat. Sebaliknya, ketika seseorang gagal dalam
melakukan sesuatu, tingkat efikasinya berkenaan dengan aktivitas
tersebut akan menurun.
2. Pengalaman yang dirasakan. Tingkat efikasi diri dapat dipengaruhi
dari perbandingan hasil pencapaian yang ia raih dengan orang lain.
Ketika seseorang merasa mampu melakukan suatu aktivitas yang
telah dilakukan orang lain, efikasi dirinya akan meningkat.
3. Pendapat orang lain. Tingkatan efikasi dapat pula dipengaruhi dari
perkataan orang lain. Ketika seseorang mendapat dukungan dan
reinforcement positif dari orang lain tingkat efikasi dirinya akan
meningkat.
4. Keadaan psikologis. Perasaan yang positif dan bersemangat dapat
meningkatkan efikasi diri.

7
C. Faktor-faktor, Aspek-aspek, dan Ciri-ciri Kecemasan Berbicara di
Depan Umum
Ada beberapa faktor yang mempengaruh kecemasan berbicara/berkomunikasi
di depan umum, antara lain:
 Faktor Tingkat Evaluasi.
Berkaitan dengan bagaimana persepsi individu dalam menilai dirinya
sendiri memberikan kontribusi positif terhadap rasa cemas
berkomunikasi di depan umum.
 Faktor Subordinate Status
Ditandai dengan cukup sulitnya berkonsentrasi saat berbicara di depan
umum, cukup tingginya rasa takut yang menyelimuti saat berbicara di
depan umum, dan kurang rileksnya saat berbicara di depan umum.
Indikasi-indikasi tersebut mencerminkan tentang tingginya anggapan
responden mengenai kemampuan yang dimiliki oleh orang lain,
sehingga dirinya merasa kurang mampu saat berhadapan dengan
orang-orang berkompeten.
 Faktor Kurang Kemampuan dan Pengalaman
Indikator kemampuan dan pengalaman di operasionalkan sebagai
seseorang menjadi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia tidak tahu
bagaimana memulai pembicaraan dan apa yang harus diungkapkan.
Sehingga untuk mengatasi kecemasan berkomunikasi ini, latihan dan
pengalaman menjadi hal yang sangat menentukan.

Zimbardo (dalam Horwits, 2002) mengemukakan bahwa kecemasan


komunikasi mempunyai 4 aspek, antara lain:

1. Kognitif yaitu perhatian yang berlebihan terhadap diri sendiri dan juga
terhadap pandangan atau penilaian orang lain.
2. Afektif yaitu perasaan malu, gelisah, dan bingung.
3. Perubahan Fisiologis yaitu detak jantung dan nadi meningkat, keringat
berlebihan, tangan dan kaki dingin serta perut mulas.

8
4. Perilaku motoric yaitu berbica terpatah-patah, tidak banyak bicara,
gemetaran, kepala menunduk atau berusaha menghindar tatap mata.

Horwitz (2002) menerangkan ciri-ciri adanya kecemasan komunikasi, sebagai


berikut:

1. Ketakutan sebelum dan selama aktivitas atau kegiatan berlangsung


2. Pembangkitan fisilogis
3. Pembangkit reaksi subjektif pada diri individu
4. Tidak dapat mengendalikan perasaan
5. Ketakutan atau kecemasan dalam menyatakan sesuatu
6. Perasaan takut dinilai orang

D. Cara Mengatasi atau Meminimalisir Kecemasan Berbicara di Depan


Umum
Ada beberapa tindakan atau cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kecemasan saat berbicara di depan umum, antara lain:
1. Menyadari keberadaan stress itu alami.
2. Persiapan dan pemahaman yang lebih baik tentang topik
menghilangkan peluang melakukan kesalahan atau keluar jalur selama
kegiatan berbicara di depan umum.
3. Saat hening bukanlah hal yang perlu ditakuti. Jika pembicara
kehilangan jejak apa yang mereka katakana atau mulai merasa gugup,
itu ada kemungkinan audiens tidak akan keberatan untuk jeda untuk
mempertimbangkan apa yang pembicara katakana.
4. Mempraktikkan pidato lengkap beberapa kali tentu saja beri speaker
keunggulan. Mereka bias mempraktikkannya dengan yang kecil
jumlah orang yang mereka kenal.
5. Pembicara harus mencari umpan balik dari audiens selama sesi latihan
atau dapat meminta seseorang untuk merekam pembicaraan.
Menontonnya beberapa kali untuk mengkritik diri sendiri juga
membantu memfasilitasi proses pembelajaran dan peningkatan.

9
6. Persiapan yang lebih baik juga membantu speaker pulih dengan cepat
jika mereka keluar jalur atau bingung.
7. Pembicara harus mengantisipasi respons audiens dan pertanyaan yang
dapat dihasilkan selama latihan sehingga mereka bias memiliki
jawaban yang percaya diri.
8. Sangat penting untuk focus pada materi, bukan pada audiens karena
orang-orang terutama memperhatikan informasi yang sedang
disajikan.
9. Pembicara harus mengenali dan mengakui mereka
10. Bergabung dalam forum public spaking juga bermanfaat agar mereka
mulai terbiasa mempertimbangkan diri mereka nyaman di lingkungan
yang tidak diketahui sementara berbicara di depan umum,
kecemacasan itu otomatis akan turun dan membuat pembicara merasa
nyaman.

E. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi tidak hanya sebatas menerima atau
menyampaikan informasi, tetapi juga termasuk di dalamnya menggali
informasi. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Permasih
(2015:15) didalam penelitiannya yang menyatakan, keterampilan komunikasi
adalah kemampuan seorang komunikator dalam memberi informasi yang
didapat kepada komunikan secara efektif agar informasi yang disampaikan
dapat dipahami oleh pihak komunikan sehingga komunikasi berkembang
secara mendalam dan individu yang terlibat didalamnya merasakan kesatuan
perasaan timbal balik yang sempurna.
Kemampuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif menyebabkan
individu yang terlibat dalam proses komunikasi merasa senang, sehingga
mendorong tumbuhnya sikap saling terbuka (Jalaluddin Rakhmat, 1998:13).
Keterampilan komunikasi merupakan kemampuan seorang individu untuk
melakukan komunikasi yang efektif dengan orang lain. Hal ini sejalan dengan
yang diungkapkan Suranto (2011:79), “komunikasi dianggap efektif jika dua

10
individu atau lebih yang terlibat interaksi memahami pesan yang disampaikan
dengan benar, dan memberikan respon sesuai dengan yang diinginkan”.
Individu yang tidak mampu berkomunikasi akan mengalami persoalan yaitu
sulit menyesuaikan diri, mudah marah, cenderung memaksakan kehendak,
dan ingin menang sendiri (Tedjasaputra, 2004:34). Sehingga hal tersebut
dapat mengakibatkan individu mengalami kegagalan dalam proses
kehidupannya.
Sejalan dengan penelitian Vance Packard 1974 (dalam Apolo, 2017:17-32)
“Apabila seseorang mengalami kegagalan dalam melakukan komunikasi
dengan orang lain akan menjadikannya agresif, senang berkhayal, dingin,
sakit fisik dan mental, mengalami flight syndrome (ingin melarikan diri dari
lingkungannya). Individu yang mengalami kegagalan dalam berkomunikasi
akan mengalami kesulitan dalam melakukan interaksi yang lebih luas.
Dengan demikian, keterampilan komunikasi yang dimiliki oleh individu
menunjukan tingkat pencapaian yang belum optimal perlu dilakukan upaya
peningkatan dan pengembangan sehingga individu memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan
individu untuk melakukan komunikasi yang efektif.

11
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Efikasi Diri (self-efficacy) adalah keyakinan sejauh mana individu
memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau
melakukan suatu tugas yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu.
Menurut Bandura, ada empat pembentuk efikasi di dalam diri seseorang.
Empat hal itu adalah pengalaman yang menetap, pengalaman yang dirasakan,
bujukan social, dan keadaan psikologis. faktor yang mempengaruh
kecemasan berbicara/berkomunikasi di depan umum, yaitu faktor Tingkat
Evaluasi, faktor Subordinate Status, dan faktor Kurang Kemampuan dan
Pengalaman. Keterampilan komunikasi tidak hanya sebatas menerima atau
menyampaikan informasi, tetapi juga termasuk di dalamnya menggali
informasi.

B. Saran

12
DAFTAR PUSTAKA

Samaneh Serraj Relationship Between Foreign Language Anxiety, Listening


Anxiety, Self-Efficacy, And Listening Comprhension Performance Of
Iranian Efl Learners
Rachmawati, Hidayah Pembangunan Panduan Pelatiahan Efikasi Diri Dalam
Hubungan Pertemanan Melalui Strategi Experiential Learning Bagi Siswa
SMP. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling Vol. 1 No.2, 2016, hlm. 79-
89.
Khoirul Muslimin Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan
Berrkomunikasi di Depan Umum. Jurnal Interaksi Vol.11 No. 2, Juli: 42-
52.
Reni Winarni Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Komunikasi di Depan
Umum Pada Mahasiswa. Jurnal Online Psikolog Vol. 01 No. 02, Thn.
2013.
Farhan Raja Anxiety Level in Students of Public Speaking: Causes and
Remedies. Journal of Education and Educational Development Vol. 4 No.
1 (June 2017).
Ririn, Asmidir & Marjohan Hubungan Antara Keterampilan Komunikasi
dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum. Konselor | Jurnal Ilmiah
Konseling Volume2 Nomor 1 Januari 2013

13

Anda mungkin juga menyukai