Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER

“PERAN SOFT SKILL DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER”

Disusun Oleh :

Ega Salsabilla Arnasya

Rokhma Mista Febrianah

Tingkat : 2A

PROGAM STUDI D-III KEPERAWATAN TRENGGALEK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih


karena atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
berjudul “Peran soft skill dalam pengembangan karakter” yang disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas .

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari ada banyak hambatan dan
kesulitan. Hambatan dan kesulitan itu akhirnya dapat diatasi karena adanya bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada : Ns. Rahayu Niningasih, S.Kep., M.Kes. dosen mata kuliah
pendidikan krakter serta teman-teman yang telah mendukung dalam proses
pembuatan makalah ini. Semoga awal baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki keterbatasan. Oleh


karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dari pembaca pada umumnya.

Trenggalek, 19 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang keberadaannya tidak dapat dihindari oleh siapapun, mengakibatkan
adanya perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut
diantaranya adalah perubahan dalam kualifikasi permintaan tenaga kerja di
dunia kerja yang semakin tinggi karena mengikuti perkembangan yang ada,
terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global.
Dunia kerja tidak hanya memilih calon pekerja yang cakap dalam
kemampuan akademik saja (hard skills), tetapi juga sangat memperhatikan
nilai-nilai kecakapan lainnya diantaranya nilai kejujuran, tanggung jawab,
sopan santun, disiplin, komitmen, rasa percaya diri, etika, kerjasama,
kreativitas, komunikasi, dan kepemimpinan (soft skills). Dengan adanya
persaingan yang semakin ketat, dunia kerja pun berusaha untuk dapat bersaing
dengan lainnya salah satunya adalah dengan meningkatkan mutu atau kualitas
tidak hanya produknya saja tetapi juga dalam hal pelayanan konsumen.
. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 3 menyebutkan Pendidikan Nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Bedasarkan uraian diatas penulis tertarik mengambil judul makalah
“Peran soft skill dalam pengembangan karakter”
1.1 Rumusan Masalah
Bagaimana peran Soft skill dalalm pengembangan karakter?

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menjelaskan peran soft skill dalam pengembangan karakter
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Menjelaskan pengertian soft skill
1.2.2.2 Menjelaskan faktor yang mempengaruhi soft skill
1.2.2.3 Menjelaskan manfaat soft skill
1.2.2.4 Menjelaskan karakteristik soft skill yang harus dikembangkan
1.2.2.5 Mengimp;ementasikan soft skill dalam pelayanan keperawatan

1.3 Sistematika Penulisan


1.3.1 Bab 1 Pendahuluan
1.3.2 Bab 2 Tinjauan Pustaka
1.3.3 Bab 3 Implementasi soft skill
1.3.4 Bab 4 Penutup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.3.2.1. Pengertian soft skill


Softskill merupakan terminasi sosiologis untuk Emotional Intelligence
Quotiont (EQ) seseorang, serta dapat mengetahui kemampuan seseorang
untuk bekerjasama, menyelesaikan suatu masalah bahkan memotivasi atau
memberikan sebuah solusi bersama orang lain didalam sebuah bidang
pekerjaan (Utama et al.,2009).
Klaus (2007), Softskill merupakan suatu hal kepribadian, sosial,
komunikasi dalam memanajemen perilaku diri seseorang. Softskill juga
mempunyai beberapa cakupan dari kesadaran diri dalam berfikir kritis,
pemecahan masalah, mengambil resiko serta memanajemen waktu dalam
pengendalian diri integritas, rasa percaya diri, empati, berinisiatif, dan
bersikap, layak dipercaya, sifat berhati-hati, serta kemampuan dalam
menyesuaikan diri dalam kondisi apapun.
Wallace dalam Kusmiran (2015), softskill lebih mengacu pada cirri-
ciri kepribadian, sosial kebiasan perilaku yang dapat meliputi kemampuan
untuk memfasilitasi komunikasi, melengkapi hardskill atau pengetahuan dari
berbagai persepsi individu. Ketegori dari softskill sendiri adalah kualitas
pribadi, ketrampilan interpersonal dari pengetahuan.
Softskill merupakan ketrampilan dan kecakapan hidup, baik untuk diri
sendiri maupun dengan masyarakat karna seseorang yang mempunyai softskill
akan terasa keberadaanya dalam masyarakat. Softskill meliputi beberapa
diantaranya ketrampilan berkomunikasi, ketrampilan berbahasa, memiliki
moral dan etika, dan ketrampilan spiritual (Elfindri, 2010).
Softskill merupakan tingkah laku personal dan interpersonal yang
dapat mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia melalui
pelatihan, pengembangan kerja sama tim, insiatif, pengambilan keputusan
lainnya (Diknas, 2008).
Softskill adalah ketrampilan personal yaitu ketrampilan khusus yang
bersifat nonteknis, tidak terwujud dan kepribadian yang menentukan kekuatan
seseorang sebagai pemimpin, pendengar yang baik, negosiator dan mediator
konflik. Softskill bisa juga dikatakan sebagai ketrampilan interpersonal
sebagai kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dalam sebuah
kelompok (Neila, 2009).
1.3.2.2. Faktor yang mempengaruhi soft skill
Softskill yang dapat mempepengarui aspek kehidupan seseorang diantaranya
iyalah sikap, karakter dan nilai hidup, bahkan ketrampilan personal maupun
interpersonal dimasyarakat maupun dunia kerja. Maka seseorang yang bekerja
tidak hanya memeiliki atau hanya menguasai kompetensi teknik, seperti apa
yang pernah dipelajari dalam pembelajaran, namun juga dituntut untuk
memiliki pribadi yang mantap dan sikap hidup yang kuat untuk berhubungan
dengan masyarakat ataupun orang lain (Sailah, 2008).
A. Suhartini (2011) mengemukakan pendapat bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi softskill diantaranya :
1. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang timbul karena pengaruh
yang muncul dalam diri individu itu sendiri.
a) Harga diri, dalam berwiraswasta digunakan untuk menigkatkan
harga diri seseorang, karena dengan usaha tersebut seseorang
akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi, dan menghindari
ketergantunganya terhadap orang lain.
b) Perasaan senang, dimana keadaan hati atau peristiwa kejiwaan
seseorang, baik perasaan senang maupun tidak senang tetapi ia
tetap mencintai, nantinya akan muncul minat yang dapat
menjadikan diri seseorang menjadi senang.
2. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi individu
karena pengaruh rangsangan dari luar.
a) Lingkungan keluarga, keluarga merupakan peletak dasar
pertumbuhan dan perkembangan anak, disinilah yang
memberikan pengaruh awal terhadap terbentuknya kepribadian.
b) Lingkungan masyarakat, merupakan lingkungan diluar keluarga
maupun dikawasan tempat tinggal maupun kawasan lain yang
dapat mempengaruhi.
c) Pendidikan, pengetahuan yang di dapat selama proses belajar
sebagai modal dasar yang digunakan dan dimanfaatkan maupun
dipelajari.
d) Interaksi, merupakan hubungan antara dua orang atau lebih dan
dapat berinteraksi anatara satu dengan yang lainya yang saling
menguntungkan.
B. Muhibbin (2008) terdapat beberapa faktor yang mempengarui soft
skill mahasiswa yaitu diantaranya faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor internal yang mempengarui diantaranya yaitu :
a) Kecerdasan atau intelegensi
Kecerdasan dapat diketahui atau dapat diukur dengan dapat
atau tidaknya mahasiswa mempelajari dan menentukan suatu
hasil yang sesuai. Semakin tinggi kecerdasan mahasiswa
maka semakin banyak peluang yang didapatkan seorang
mahasiswa.
b) Bakat
Bakat adalah kemampuan seseorang atau mahasiswa yang
tumbuh dalam diri seseorang sesuai dengan masing-masing
potensi. Seseorang atau mahasiswa dapat menguasai sesuatu
bidang tidak harus belajar tetapi muncul dalam diri seseorang
itu sendiri.
c) Minat
Minat adalah keinginan besar terhadap sesuatu. Minat akan
menigkatkan perhatian seseorang atau mahasiswa yang
disuakai sehingga dapat belajar lebih giat untuk mencapai
yang diinginkan.
d) Motivasi
Motivasi adalah keadaan interval yang dapat mendorong
seseorang untuk berbuat sesuatu. Motivasi merupaka suatu
penyemangat atau keinginan untuk dapat memenui kebutuhan
yang diinginkan
e) Sikap mahasiswa
Sikap mahasiswa mempengarui dinamika hasil belajar yang
dapat tercapai. Seseorang mahasiswa akan mengalami
kesulitan belajar jika mempunyai sikap negatif sebelumnya.
2. Faktor eksternal yang dapat mempengarui diantaranya :
a) Keadaan keluarga
Keluarga merupakan pengaruh terhadar diri seseorang.
Keluarga yang harmonis akan mempengarui cita-cita tinggi
untuk anaknya dan akan memberikan pengaruh bahkan
memfasilitasi untuk anaknya sehingga dapat tercapai
dengan baik.
b) Dosen atau pembimbing dan cara mengajar
Sikap atau kepribadian dosen atau pembimbing, tinggi
rendahnya pendidikan yang dimiliki dan bagaimana dosen
atau pembimbing mengajarkan pengetahuan dapat
berpengaruh terhadap keberhasilan kepandaian anak
didiknya. Prestasi akan tercapai bila seorang pendidik
mampu membawa prestasi didiknya untuk berubah kearah
yang positif sesuai dengan tujuan yang dicapai dalam dunia
pembelajaran.
c) Alat-alat pelajaran
sekolah yang memiliki fasilitas yang lengkap dan
mendukung akan mempercepat proses pemahaman dan
pembelajaran seorang mahasiswa. Hal tersebut dapat
ditunjang baik oleh kecakapan dosen atau pembimbing
dengan mengunakan atau memanfaatkan fasilitas yang ada.
d) Motivasi sosial
Dosen atau orang tua dapat memberikan motivasi yang
baik pada mahasiswa dengan pujian ataupun dengan
hadiah hukuman. Motivasi dapat menimbulkan hasrat dan
dorongan seorang individu untuk belajar dengan lebih baik.
Mahasiswa juga bisa menyadari gunanya belajar dan apa
tujuan yang akan dihadapi dan dicapainya dengan
pelajaran yang didapat.
e) Lingkungan dan kesempatan
Banyak anak yang tidak dapat meningkatkan kualitas
belajar karana tidak adanya kesempatan, pengaruh
lingkungan negatife serta faktor-faktor yang terjadi diluar
kemampuan.
1.3.2.3 Manfaat soft skill

Soft skill mempunyai manfaat dan peranan yang besar dalam mendukung
kesuksesan seseorang dalam memasuki dunia kerja, karena jika hanya mempunyai
softskill yang baik tanpa dukungan dengan kepribadian atau soft skill yang baik maka
semua akan sia-sia (Ismail, 2007). Soft skill dapat bermanfaat bagi siapa saja, baik
dalam bisnis maupun kehidupan sosial. Manfaat terbesar soft skill adalah untuk
mendukung profesional peningkatan nilai ekonomis melalui kemampuannya
membuat produk dan jasa terbaik, merancang proses bisnis paling efisien,
memperbesar pangsa pasar, dan meningkatkan nilai perusahaan.
Soft skill dikembangkan untuk diri pribadi dan orang lain melalui interaksi
antar pribadi. Keterampilan berinteraksi antarpribadi yang tidak dibarengi
keterampilan membangun diri sendiri, menjadikan seseorang lebih banyak
bergantung pada orang lain, baik secara emosional maupun dalam menunaikan
tanggung jawabnya. Keterampilan ini bisa dikuasai melalui aktivitas latihan dan
pengulangan. Soft skill juga merupakan aset tidak berwujud yang dimiliki manusia.

Soft skill tidak menghasilkan nilai secara langsung, namun melalui penciptaan
nilai tambah pada produk atau jasa. Soft skill sebagai aset tidak berwujud tersebut
menjadi bernilai ketika berguna untuk menghasilkan pendapatan. Agar bermanfaat,
soft skill perlu diterapkan untuk mendukung usaha yang menghasilkan nilai melalui
produk atau jasa bagi orang lain.

Dengan Softskill kita dapat berkreasi dan terampil. Berikut adalah beberapa manfaat
soft skill yang perlu diketahui yaitu:

1. Sebagai atribut kualitas jasa


2. Dapat bersifat mandiri
3. Soft Skill dapat membangun karakter
4. Memabangun kepribadian yang berkualitas
5. Menumbuhkan rasa percaya diri
6. Dapat bersosialisasi dalam team
7. Menumbuhkan kepekaan wawasan pemikiran dan kepribadian kita
8. Juga dapat membentuk jiwa yang kritis didalam diri kita

1.3.2.4. Karakteristik soft skill yang harus dikembangkan


1. Kemampuan Berkomunikasi
 Kemampuan menyampaikan ide maupun gagasan secara jelas, efektif
dan meyakinkan baik lisan maupun tertulis
 Kemampuan untuk mempraktikkan keterampilan mendengar dengan
baik dan memberi tanggapan
 Kemampuan berpresentasi secara jelas dan meyakinkan kepada audien
 Kemampuan untuk menggunakan teknologi selama presentasi
 Kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu yang mempunyai
latar belakang berbeda
 Kemampuan untuk menularkan kemampuan komunikasi ke orang lain
2. Kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah
 Kemampuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah dalam
situasi sulit dan melakukan justifikasi
 Kemampuan memperluas dan memperbaiki keterampilan berpikir
seperti menjelaskan, menganalisis dan mengevaluasi diskusi
 Kemampuan mendapatkan ide dan mencari solusi alternative
 Kemampuan berpikir lebih luas
 Kemampuan untuk membuat kesimpulan berdasarkan bukti yang valid
 Kemampuan untuk menerima dan memberikan tanggungjawab
sepenuhnya
 Kemampuan untuk memahami seseorang dan mengakomodasi ke
dalam suasana kerja yang beragam
3. Kerja sama tim
 Kemampuan untuk membangun hubungan, berinteraksi dan bekerja
secara efektif dengan lainnya
 Kemampuan untuk memahami dan berperan sebagai anggota
 Kemampuan untuk memberikan kontribusi terhadap perencanaan dan
mengkoordinasi kerja grup
 Bertanggung jawab terhadap keputusan grup
4. Belajar seumur hidup dan mengelola informasi
 Kemampuan untuk mengelola informasi yang relevan dari berbagai
sumber
 Kemampuan untuk mengembangkan keinginan untuk menginvestigasi
dan mencari pengetahuan
 Kemampuan untuk menerima ide-ide baru
5. Etika, Moral & Profesional
 Kemampuan untuk memahami krisis ekonomi, lingkungan dan aspek
sosial budaya profesional.
 Kemampuan untuk menganalisis membuat keputusan pemecahan
masalah yang berkaitan dengan etika
 Kemampuan untuk mempraktikkan etika perilaku
6. Kemampuan Kepemimpinan
 Mempunyai pengetahuan teori dasar kepemimpinan
 Kemampuan untuk memimpin suatu projek
 Kemampuan untuk memahami dan menjadi alternatif pemimpin dan
pengikut
BAB III

IMPLEMENTASI SOFT SKILL

I. Kisah

1400 tahun yang lalu ada seorang perawat muslimah yang memilih
mengabdikan hidupnya  bagi dunia kesehatan. Bahkan ia dijuluki sebagai perawat
pertama dalam sejarah Islam oleh seluruh ulama. Beliau hidup di zaman Rasulullah
saw. Wanita berhati mulia ini bernama lengkap Rufaidah binti Sa’ad Bani Aslam al-
Khazraj. Namun ia lebih dikenal dengan Rufaidah al-Aslamiyyah. Kata “al-
Aslamiyyah” adalah nisbat kepada marga dimana ia dilahirkan yaitu, Aslam, salah
satu klan dari suku Khazraj di Madinah. Selain al-Aslamiyyah, julukannya yang lain
adalah “al-Fidaiyyah”, karena keberaniannya menerobos kawasan-kawasan perang
untuk menyelamatkan dan mengobati tentara-tentara yang terluka.

Rufaidah lahir di Madinah kira-kira pada 570 M dan meninggal pada 632 M.
Ia dikenal pandai membaca, menulis dan kaya raya. Ia juga termasuk kaum Anshar,
yaitu golongan yang pertama menganut Islam di Madinah. Rufaidah mempelajari
ilmu keperawatan saat ia bekerja membantu ayahnya yang berprofesi sebagai dokter.
Dari ayahnya inilah, Rufaidah banyak belajar tentang ilmu keperawatan. Rufaidah
hidup pada masa abad pertama Hijriyah atau abad ke-8 Masehi, dan digambarkan
sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati. Ia seorang pemimpin,
organisatoris, mampu mengerahkan dan memotivasi orang lain. Selain itu, ia
memiliki pengalaman klinis yang dapat diajarkan kepada perawat lain, yang dilatih
dan bekerja dengannya.

Ia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinis semata, tetapi
juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat
mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Ketika Perang Badar, Uhud,
Khandaq, dan Khaibar, Rufaidah menjadi relawan yang merawat korban luka. Dia
melatih beberapa kelompok perempuan untuk menjadi perawat. Dalam Perang
Khaibar, mereka minta izin kepada Rasulullah SAW. untuk ikut di garis belakang
pertempuran agar dapat merawat prajurit yang terluka. Rasulullah pun
mengizinkannya.

Ketika perang usai, Rufaidah membangun tenda di luar Masjid Nabawi untuk
merawat muslimin yang sakit. Kemudian, berkembang dan berdirilah rumah sakit
lapangan yang terkenal saat perang dan Rasulullah sendiri memerintahkan korban
yang terluka dirawat olehnya. Agar para korban dapat ditangani dengan baik dan
tuntas, Rufaidah membagi jadwal para perawat yang ditunjuk untuk membantunya
menjadi dua shift;  shift malam dan shift siang. Atas gagasan ini, Rufaidah dianggap
sebagai pelopor adanya pembagian shift yang berlaku mirip di rumah sakit-rumah
sakit sekarang. Di antara para korban yang dirawat Rufaidah hingga sembuh adalah
Sa’ad bin Mu’adz yang terluka dan tertancap panah di tangannya saat perang
Khandak. Tak hanya mengabdi dalam kondisi perang, Rufaidah pun membuka
semacam pengobatan gratis bagi yang membutuhkan pertolongan.

II. Analisah

Dari implementasi tersebut didapatkan bukti soft skill :

1) Kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah


Bukti : Ia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinis
semata, tetapi juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan
masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam
penyakit.
2) Kerja sama tim
Bukti : Rufaidah membagi jadwal para perawat yang ditunjuk untuk
membantunya menjadi dua shift; shift malam dan shift siang.
3) Belajar seumur hidup dan mengelola informasi
Bukti : Rufaidah mempelajari ilmu keperawatan saat ia bekerja
membantu ayahnya yang berprofesi sebagai dokter. Dari ayahnya
inilah, Rufaidah banyak belajar tentang ilmu keperawatan.

4) Etika, Moral & Profesional


Bukti : Rufaidah hidup pada masa abad pertama Hijriyah atau abad
ke-8 Masehi, dan digambarkan sebagai perawat teladan, baik dan
bersifat empati

5) Kemampuan Kepemimpinan
Bukti : Ia seorang pemimpin, organisatoris, mampu mengerahkan dan
memotivasi orang lain. Selain itu, ia memiliki pengalaman klinis yang
dapat diajarkan kepada perawat lain, yang dilatih dan bekerja
dengannya.

6) Peduli
Bukti : Tak hanya mengabdi dalam kondisi perang, Rufaidah pun
membuka semacam pengobatan gratis bagi yang membutuhkan
pertolongan
BAB IV

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai