Di Susun Oleh :
Kelompok 4 S1 Kebidanan Alih Jenjang Lombok Barat
Yulian Purnamasari
Ni Made Megaputri S
Nurul Qamar
Vaice Lestari
Admiyanti
Aenul hidayah
Peni Adekaputri
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna menyelesaikan tugas
kelompok mata kuliah praktek profesional bidan tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar besarnya dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan,bimbingan,arahan
sehingga makalah ini dapat terselesaikan pada waktunya
Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Tapi kami menyadari
didalam makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan,oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan guna perbaikan di masa yang akan
datang.
Semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi semua pihak terutama
bagi kami tim penulis,dan para pembaca.
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR............................................................................ 1
DAFTAR ISI......................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 3
A. Latar Belakang....................................................................... 3
B. Rumusan Masalah.................................................................. 4
C. Tujuan Pembahasan................................................................ 5
BAB II Isi
A. Pengembangan Kapasitas Ketahanan Diri................................ 6
B. Intelegensi Emosional Dalam praktik Kebidanan..................... 18
Bab III PENUTUP................................................................................... 24
A. Kesimpulan............................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 26
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pribadi tangguh dalam istilah agama, merupakan pribadi yang memiliki
kemampuan untuk bersyukur apabila ia mendapat sesuatu yang berkaitan dengan
kebahagiaan, kesuksesan, mendapat rezeki, dan lain-lain. Sebaliknya, jika ia mendapati
sesuatu yang tidak diharapkannya, baik berupa kesedihan, kegagalan, mendapat bencana,
dan lain-lain, maka ia memiliki ketahanan untuk selalu bersabar. Pribadi seperti ini
memposisikan setiap kejadian yang menimpanya adalah atas ijin dan kehendak Allah
SWT.Ia pasrah dan selalu berusaha untuk bangkit dengan cara mengambil pelajaran dari
setiap kejadian tersebut. Pribadi pantang menyerah ini bukan saja semata-mata secara
fisik, namun yang lebih penting justru adanya sifat positif dalam jiwanya yang begitu
tangguh dan kuat.Kesulitan hidup yang dialami seseorang merupakan pintu masuk bagi
munculnya tindakan-tindakan negatif pada diri seseorang seperti munculnya prilaku
korupsi bisa jadi pada awalnya karena adanya masalah ekonomi yang dihadapi
seseorang.Penggunaan narkoba dapat juga berangkat dari ketidakmampuan seseorang
mengatasi masalah yang dihadapinya, karena dengan penggunaan narkoba seseorang
secara subyektif merasakan dapat keluar dari masalahnya.Oleh karena itu salah satu
karakter positif yang perlu dikembangkan adalah kemampuan resilience.
Kehidupan kini yang semakin kompleks dan penuh tantangan, selain pribadi yang
cerdas dan baik, diperlukan juga ketangguhan, kepribadian tahan banting agar dalam
menghadapi berbagai tantangan, kesulitan hidup maupun berbagai bencana, baik sebagai
pribadi, kelompok, suatu bangsa, bangsa Indonesia mampu bertahan, bangkit dan terus
maju menghadapi berbagai situasi yang tidak diharapkan tersebut. Kemampuan ini
disebut sebagai kemampuan resilience dan yang menguntungkan adalah jenis
kemampuan ini dapat dilatihkan.Stoltz menjelaskan bahwa dengan resilience dapat
memberitahukan seberapa jauh individu mampu bertahan menghadapi kesulitan dan
kemampuan untuk mengatasinya, sehingga tidak melakukan hal-hal yang merugikan
dirinya sendiri. Pribadi yang resilience/tangguh memiliki moral dan karakter kuat akan
mengetahui mana yang benar dan tidak, apa yang baik dan tidak serta dampak dari
perilaku yang mereka lakukan. Selain itu mereka tetap dapat mengambil keputusan atau
4
melakukan tindakan secara benar dan tepat.Mereka sadar bahwa tindakan benar tersebut
kadangkala adalah keputusan yang tidak popular, namun pada akhirnya mereka tidak
mudah terpengaruh dan cenderung menjauhi hal-hal yang membahayakan dan merugikan
diri mereka.Resilience ini merupakan kemampuan dan keterampilan yang diperoleh
melalui pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya.
Adapun Inteligensi merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki manusia.
Kemampuan inteligensi merupakan kecakapan umum dan bersifat potensial.Kecakapan
ini bisa menjadi kecakapan nyata dengan adanya bantuan lingkungan.Meskipun
inteligensi sangat penting dalam pendidikan, rentang pemahaman tentang konsep
intelegensi sangat bervariasi.Akibatnya muncul perdebatan mengenai konsep inteligensi
dalam pelaksanaan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ketahanan diri?
2. Apa ciri ciri individu yang punya ketahanan diri?
3. Apa faktor yang berpengaruh pada resilience?.
4. Apa faktor pembentuk resilience?
5. Apa Aspek yang membentuk resilience?
6. Apa Latihan pengembangan resilience?
7. Apa pola fikir yang menghambat ketahanan diri?
8. Bagaimana pengembangan kapasitas diri dalam praktik kebidanan?
5
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasannya adalah:
1) untuk mengetahui maksud dari pengembangan kapasitas ketahanan diri dalam
kebidanan
2) Untuk mengetahui maksud intelegensia emosional dalam pelayanan kebidanan
6
BAB II
a. Meurut Chung 2008 Individu yang memiliki resiliensi yang tinggi akan
cenderung:
a) mudah bersosialisasi
b) memiliki keterampilan berpikir yang baik termasuk keterampilan sosial dan
kemampuan menilai sesuatu
c) memiliki orang di sekitar yang mendukung
d) memiliki satu atau lebih bakat
e) yakin pada diri sendiri dan percaya pada kemampuannya dalam mengambil
keputusan
f) memiliki spritualitas dan religiusitas.
b. Menurut Baumgadner (2010) individu yang resiliensinya tinggi akan
menampilkan kemampuan dalam dirinya yang meliputi:
a) Intelektual yang baik dan kemampuan memecahkan masalah
b) Mempunyai temperamen yang easy-going dan kepribadian yang dapat
beradaptasi terhadap perubahan
c) Mempunyai self image yang positif dan menjadi pribadi yang efektif
d) Optimis
e) Mempunyai nilai pribadi dan nilai budaya yang baik
f) Mempunyai selera humor
a. I Am
Faktor I Am merupakan kekuatan yang berasal dari dalam diri, seperti perasaan,
tingkah laku dan kepercayaan yang terdapat dalam diri seseorang. Faktor I Am terdiri
dari beberapa bagian yaitu:
a) Bangga pada diri sendiri Individu memahami bahwa mereka adalah seorang yang
penting dan merasa bangga terhadap dirinya dengan apa yang telah mereka lakukan
atau akan capai. Individu itu tidak akan membiarkan orang lain meremehkan atau
merendahkan mereka. Ketika individu mempunyai masalah dalam hidup,
kepercayaan diri dan self esteem membantu mereka untuk dapat bertahan dan
mengatasi masalah tersebut.
b) Perasaan dicintai dan sikap yang menarik Individu pasti mempunyai orang yang
menyukai dan mencintainya. Individu akan bersikap baik terhadap orang-orang yang
menyukai dan mencintainya. Seseorang dapat mengatur sikap dan perilakunya jika
menghadapi respon-respon yang berbeda ketika berbicara dengan orang lain
c) Mencintai, empati, altruistic; Ketika seseorang mencintai orang lain dan
mengekspresikan cinta itu dengan berbagai macam cara. Individu peduli terhadap apa
yang terjadi pada orang lain dan mengekspresikan melalui berbagai perilaku atau
kata-kata. Individu merasakan ketidaknyamanan dan penderitaan orang lain dan ingin
melakukan sesuatu untuk menghentikan atau berbagi penderitaan atau memberikan
kenyamanan
d) Mandiri dan bertanggung jawab Individu dapat melakukan berbagai macam hal
menurut keinginan mereka dan menerima berbagai konsekuensi dan perilakunya.
Individu merasakan bahwa ia bisa mandiri dan bertanggung jawab atas hal tersebut.
Individu mengerti batasan kontrol mereka terhadap berbagai kegiatan dan mengetahui
saat orang lain bertanggung jawab.
b. I Have
Aspek ini merupakan bantuan dan sumber dari luar yang meningkatkan resiliensi.:
a) Struktur dan aturan rumah. Setiap keluarga mempunyai aturan-aturan yang harus
diikuti, jika ada anggota keluarga yang tidak mematuhi aturan tersebut maka akan
diberikan penjelasan atau hukuman. Sebaliknya jika anggota keluarga mematuhi
aturan tersebut maka akan diberikan pujian.
9
b) Role Models adalah Orang-orang yang dapat menunjukkan apa yang individu
harus lakukan seperti informasi terhadap sesuatu dan memberi semangat agar
individu mengikutinya
c) Mempunyai hubungan Orang-orang terdekat dari individu seperti suami, anak,
orang tua merupakan orang yang mencintai dan menerima individu tersebut.
Tetapi individu juga membutuhkan cinta dan dukungan dari orang lain yang
kadangkala dapat memenuhi kebutuhan kasih sayang yang kurang dari orang
terdekat mereka
c. I Can
Faktor I Can berhubungan dengan kompetensi sosial dan interpersonal seseorang yaitu:
a) Mengatur berbagai perasaan dan rangsangan. Individu dapat mengenali perasaan
mereka, mengenali berbagai jenis emosi, dan mengekspresikannya dalam katakata
dan tingkah laku namun tidak menggunakan kekerasan terhadap perasaan dan hak
orang lain maupun diri sendiri. Individu juga dapat mengatur rangsangan untuk
memukul, ‘kabur’, merusak barang, atau melakukan berbagai tindakan yang tidak
menyenangkan
b) Mencari hubungan yang dapat dipercaya Individu dapat menemukan seseorang
misalnya orang tua, saudara, teman sebaya untuk meminta pertolongan, berbagi
perasaan dan perhatian, guna mencari cara terbaik untuk mendiskusikan dan
menyelesaikan masalah personal dan interpersonal
c) Keterampilan berkomunikasi Individu mampu mengekspresikan berbagai macam
pikiran dan perasaan kepada orang lain dan dapat mendengar apa yang orang lain
katakan serta merasakan perasaan orang lain
d) Mengukur temperamen diri sendiri dan orang lain Individu memahami
temperamen mereka sendiri (bagaimana bertingkah, merangsang, dan mengambil
resiko atau diam, reflek dan berhati-hati) dan juga terhadap temperamen orang
lain. Hal ini menolong individu untuk mengetahui berapa lama waktu yang
diperlukan untuk, Mengembangkan Pribadi yang Tangguh,berkomunikasi,
membantu individu untuk mengetahui kecepatan untuk bereaksi, dan berapa
banyak individu mampu sukses dalam berbagai situasi
10
a. Faktor resiko: mencakup hal-hal yang dapat menyebabkan dampak buruk atau
menyebabkan individu beresiko untuk mengalami gangguan perkembangan atau
gangguan psikologis.
b. Faktor pelindung: merupakan faktor yang bersifat menunda, meminimalkan,
bahkan menetralisir hasil akhir yang negatif. Ada tiga faktor pelindung yang
berhubungan dengan resiliensi pada individu, yaitu:
a) Faktor individual: merupakan faktor-faktor yang bersumber dari dalam
individu itu sendiri, yaitu , sociable, self confident, self-efficacy, harga diri
yang tinggi, memiliki talent (bakat).
b) Faktor keluarga: keluarga yang berhubungan dengan resilensi, yaitu
hubungan yang dekat dengan orangtua yang memiliki kepedulian dan
perhatian, pola asuh yang hangat, teratur dan kondusif bagi perkembangan
individu, sosial ekonomi yang berkecukupan, memiliki hubungan harmonis
dengan anggota keluarga lain.
11
Antara lain:
a. Latihan Calming dan focusing,.Pada Saat mengalami berbagai situasi buruk atau Tidak
menyenangkan seringkali kita sulit berkonsentrasi karena gangguan pikiran kita
sendiri.Untuk membantu pikiran kita bisa fokus pada suatu pokok bahasan beberapa
teknik pemfokusan dapat dilatihkan
b. Ketrampilan penempatan pikiran dalam perspektif.Latihan seperti ini dapat membantu
individu berfikir secara lebih akurat dan melatih mengendalikan believe untuk
12
yang diajukan pada diri sendiri seperti, adilkah menjadikan satu aspek tertentu sebagai
sampel dari keseluruhan situasi? Seberapa pentingkah aspek tersebut bagi keseluruhan
situasi?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan memperluas perspektif individu dan
akan mengurangi tunnel vision
c. Membesar-besarkan dan meremehkan (magnifying and minimizing), yaitu
kecenderungan individu untuk membesar-besarkansisi negatif dari kehidupannya dan
meremehkan / mengecilkan sisi positif yang telah diperoleh dalam kehidupannya, atau
sebaliknya. Kecenderungan ini sering tidak disadari masuk dalam diri individu sebagai
perangkap-perangkap pikiran. Berbeda dengan tunnel vision, perangkap magnifying
and minimizing dapat mendaftar dan mengingat sebagian besar peristiwa yang dialami
tetapi cenderung melebih-lebihkan (overvalue) terhadap suatu aspek, dan meremehkan
(undervalue) aspek lainnya. Untuk menghindari perangkap minimizing, individu harus
berusaha keras untuk seimbang. Ajukan pertanyaan-pertanyaan: Adakah hal baik yang
terjadi? Adakah hal yang saya kerjakan berhasil baik?. Jika individu cenderung
melakukan magnifying, dia perlu menyajukan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri:
“Dapatkah saya melihat adanya masalah? Adakah elemen negatif yang saya
sembunyikan, padahal elemen itu penting?”
d. Personalisasi (personalizing), yaitu kecenderungan inidividu mengaitkan masalah-
masalah yang muncul dengan semua tindakan yang ia lakukan. Dengan kata lain
individu menganggap semua masalah yang muncul disebabkan oleh tindakannya. Jika
individu mengalami konflik dengan orang lain, perangkap personalisasi akan
mengarahkan pada kesimpulan bahwa “saya telah bersalah, saya telah melanggar hak
orang lain”. Belief yang demikian akan mendorong munculnya rasa bersalah, dan rasa
sedih (consequence “C”). Consequence yang demikian sangat mengancam resiliensi
individu. Untuk menghindari perangkap pikir yang demikian, individu perlu belajar
untuk melihat dunia luar. Individu perlu bertanya pada diri sendiri, adakah hal lain
atau orang lain yang ikut berperan terhadap munculnya masalah, seberapa banyak
masalah yang disebabkan oleh dirinya dan oleh orang lain.
e. Eksternalisasi (externalizing), yaitu kecenderungan inidividu mengaitkan masalah-
masalah yang dihadapi dengan semua tindakan yang dilakukan oleh orang lain.
Dengan kata lain individu menganggap semua masalah yang dia alami disebabkan
15
oleh orang lain. Jika dikaitkan dengan skema ABC, perangkap externalizing akan
menghindarkan rasa bersalah dan sedih, tetapimendorong munculnya kemarahan diri
individu yang tentu saja akan memperlemah faktor resiliensi. Untuk mengatasi
perangkap pikir ini, individu perlu belajar bertanggung jawab pada diri sendiri. Ajukan
pertanyaan pada diri sendiri, apakah saya telah menyebabkan munculnya masalah
tersebut, seberapa besar urunan orang lain terhadap munculnya masalah, dan seberapa
besar saya berkontribusi terhadap munculnya masalah tersebut
f. Overgeneralisasi (overgeneralizng), yaitu kecenderungan pikir individu untuk
menyamaratakan atau menganggap suatu situasi, sifat, atau tingkah laku berdasarkan
sampel yang kurang memadai. Perangkap overgeneralizng biasanya menggunakan
anggapan selalu dan segalanya terhadap tingkah laku atau situasi yang sebenarnya
muncul beberapa kali. Seorang anak yang meyakini (menganggap) bahwa orang
tuanya kejam karena dua kali permintaan uang jajan tidak dikabulkan, merupakan
salah satu contoh overgenaralisasi. Overgeneralisasi bisa bernuansa eksternalisasi dan
bisa bercorak personalisasi. Untuk mengatasi perangkap pikir overgeneralizng ajukan
pertanyaan-pertanyaan “Adakah penjelasan yang lebih sempit dari pada alasan-alasan
yang menjadi asumsi situasi tersebut?. Adakah tingkah laku spesifik yang menjelaskan
situasi tersebut? Masuk akalkah mensifati diri sendiri atau orang lain berdasarkan
kejadian sesaat?
g. Membaca pikiran (mind reading), yaitu suatu perangkap pikiran dimana individu yakin
bahwa dirinya mengetahui apa yang sedang dipikirkan orang lain (tentang diri
individu), atau kecenderungan individu berharap orang lain dapat memahami pikiran-
pikiran yang sedang terjadi pada diri individu. Keyakinan tersebut biasanya didasarkan
pada fakta yang sangat terbatas, dan sering salah. Akibatnya, individu merasa kecewa,
marah, kesal dan perasaan negatif lainnya. Perangkap ini dapat dihindari dengan cara
terbuka mengungkapkan pikiran / ide, dan perasaan kepada orang lain, serta belajar
mengajukan pertanyaan pada orang lain
h. Alasan yang emosional (emotional reasoning), yaitu suatu perangkap pikiran dimana
individu membuat alasan atau pikiranpikiran secara emosional dalam kaitannya
dengan masalah yangdihadapinya. Individu seringkali salah dalam mempersepsikan
suatu kejadian hanya karena dirinya dalam keadaan emosional tertertu. Kegembiraan
16
3. Fungsi Emosi
a. Bertahan hidup atau survival yaitu emosi dijadikan sebagai sarana untuk
mempertahankan hidup.dalam hal ini emosi dapat memnberikan kekuatan
manusia untuk mempertahankan kekuatan manusia untuk mempertahankan
dirinya dari gangguan atau rintangan hidupnya.Munculnya perasaan
sayang,cinta,marah,cemburu dan benci membuat manusia akan lebih
menikmati dinamika kehidupannya bersama orang lain
b. Emosi sebagai pembangkit energi.Dalam kehidupan emosi mampu untuk
memberikan semangat atau motivasi dalam kehidupan.misalnya perasaan
kasih sayang dan cinta.akan tetapi emosi dapat pula memberikan dampak
negatif yang membuat suramnya kehidupan sehari hari dan hilangnya
semangat
c. Emosi sebagi pembawa pesan.emosi memberitahu bagaimana kondisi orang
orang yang berada disekitar kita terutama untuk orang orang yang kita cintai
sehingga kita mampu untuk melakukan apa yang sesuai dengan perasaan yang
dirasakan mereka saat itu baik dalam kondisi bahagia atau sedih
20
4. Lima Dasar Kemampuan dalam Teori Kecerdasan Emosi Menurut Daniel Goleman
a. Mengenali Emosi Diri Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu
kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.
Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, yakni kesadaran
seseorang akan emosinya sendiri. Kesadaran diri membuat kita lebih waspada
terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang
waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai
oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi,
namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi
sehingga individu mudah menguasai emosi.
b. Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan
agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri
individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan
kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan
intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita.Kemampuan ini
mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,
kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya
serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.
c. Memotivasi Diri Sendiri meraih Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya
motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan
diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai
perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan
keyakinan diri.
d. Mengenali Emosi Orang Lain Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain
disebut juga empati. Menurut Goleman kemampuan seseorang untuk
mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati
seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu
menangkap sinyalsinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-
apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut
pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk
mendengarkan orang lain.
21
d. Tak usah takut ditolak Setiap usaha terdapat dua kemungkinan, diterima atau
ditolak, jadi siapkan diri dan jangan takut ditolak
e. Mencoba berempati EQ tinggi biasanya didapati pada orang-orang yang mampu
berempati atau bisa mengerti situasi yang dihadapi orang lain.
f. Pandai memilih prioritas Ini perlu agar bisa memilih pekerjaan apa yang
mendesak, dan apa yang bisa ditunda
g. Siap mental Situasi apa pun yang akan dihadapi, kita harus menyiapkan mental
sebelumnya.
h. Ungkapkan lewat kata-kata Katakan maksud dan keinginan dengan jelas dan
baik, agar dapat salaing mengerti
i. Bersikap rasional Kecerdasan emosi berhubungan dengan perasaan, namun
tetap berpikir rasional.
j. Fokus Konsentrasikan diri pada suatu masalah yang perlu mendapat perhatian.
Jangan memaksa diri melakukannya dalam 4-5 masalah secara bersamaan.
baik dengan orang lain, tidak mampu berkomunikasi dengan baik, dan
menyelesaikan konflik sosial dengan kekerasan.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
https://psychology.binus.ac.id/2020/03/31/mengenal-resiliensi-dalam-ilmu-psikologi/
https://media.neliti.com/media/publications/76088-ID-mengembangkan-pribadi-yang-tangguh-
melal.pdf
https://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2017/11/21/konsep-umum-pengembangan-kapasitas/
https://psikologi.uma.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/kecerdasan-emosi.pdf
https://www.ruangkerja.id/blog/kecerdasan-emosional