Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Positif
FAKULTAS PSIKOLOGI
2022
DAFTAR PUSTAKA
C. Tujuan Penelitian............................................................................................................... 4
1. Simpulan .......................................................................................................................... 12
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan resiliensi?
2. Apa saja ciri-ciri individu yang resilien?
3. Bagaimana cara membentuk pribadi yang resilien?
C. Tujuan Penelitian
1. Memahami definisi dan konsep resiliensi.
2. Mengetahui ciri-ciri individu yang resilien.
3. Mengetahui cara membentuk pribadi yang resilien.
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Resiliensi
Pada dasarnya manusia itu selalu memiliki sisi positif yang perlu untuk kita
kembangkan. Salah satu sisi positif tersebut adalah kemampuan untuk bangkit, resiliensi
mampu membuat kita berporoses “menjadi” (being) dan berkembang dalam kesulitan atau
tertekan dalam hidup yang di jalani. Rasiliensi mampu mendorong seseorang untuk
memberikan penilaian yang baik bahkan lebih sekedar baik dalam menghadapi suatu
permasalahan. Hal tersebut dapat embuat kita mampu mecegah atau meminimalisir pengaruh
yang dapat merusak kita ketika kita mengalami musibah. Contohnya resiliensi dapat
menghindari dari penyakit fisik yang tercipta dari stress yang berkepanjangan akibat musibah
yang terjadi. Resiliensi dapat membuat kita tetap setabil baik secara fisik maupun psikis untuk
mendapatkan pengalaman dan esmosi positif, meskipun dihadapi pada situasi traumatic
(saputra, dkk, 2017).
Resiliensi (resilience) menurut reivich dan shatter (2002) merupakan kapasitas
seseoranguntuk merespon secara sehat dan produktif ketika menghadapi kesengsaraan atau
trauma, yang diperlukan untuk mengelolah tekanan atau tuntutan hidup kebiasaan atau
kemampuan untuk penyesuaian dan tetap teguh dalam situasi rumit. Resiliensi (resilience)
mempunyai makna yaitu daya pegas, daya kenyal atau kegembiaraan. Istilah resiliensi awal
mula pengucapan oleh block dengan nama Ego-resilience yang diartikan sebagai kemampuan
umum yang melebihi kemampuan adptasi yang tinggi dan fleksible saat dihadapkan pada
tekanan internal atau eksternal (Tristiadi & Istiqomah, 2020).
Wolff mengartikan resiliensi sebagai sikap (trait). Trait ini ialah kapasitas tersembunyi
yang muncul untuk menghadapi kehancuran individu dan melindungi individu dari segala
rintangan kehidupan. Individu yang mempunyai inteligensi yang baik, mudah menyesuaikan
diri,sosial temperament dan berkepribadian yang menarik dan akhirnya memberi kontribusi
secara konsisten pada penghargaan pada diri sendiri, kompentensi dan perassan ia beruntung.
Individu tersebut merupakan individu yang resiliensi. Menurut Emmy E Wenner (dalam
Nofrans, dkk, 2017) dan sejumlah ahli tingkah laku menggunakan istilah resiliensi untuk
menggambarkan 3 fenomena yakni;
1. Perkembangan positif (nyata) yang dihasilkan oleh anak yang hidup dalam konteks
beresiko tinggi (high-risk) seperti anak yang hidup dalam kemiskinan (kekurangan)
kronis atau perlakuan kasar orang tua.
2. Kompetensi yang dimugkinkan muncul di bawah tekanan yang berkepanjangan seperti
peristiwa-peristiwa di sekitar perceraian orang tua mereka.
3. Kesembuhan dari trauma, seperti ketakutan dari peristiwa perang saudara dan
kampkonsentrasi.
Paradigmanya bersumber pada pandangan yang muncul dari lapangan psikologi ataupun
sosiologi adapun bagaimana seseorang baik anak, remaja, dan orang dewasa sembuh dari
masalah, trauma, atau stress akibat dari masalah yang dialaminya. Ada individu yang mampu
bertahan dan bangkit dari keadaan yang buruk. Tetapi, tidak banyak pula individu yang gagal
keluar dari keadaan buruk tersebut (Wahidah, 2019).
Ardani Ardi Tristiadi & Istiqomah. (2020). Psikologi Positif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Widuri, E. L. (2012). Regulasi Emosi dan Resiliensi Pada Mahasiswa Tahun Pertama.
Humanitas. August/ Agustus. 9(2), 150.