Anda di halaman 1dari 136

Tugas Kelompok Dosen Pengampu

Metode Wawancara Rahmatul Aufa, S.Psi., M.Psi.

LAPORAN WAWANCARA
“GAMBARAN RESILIENSI PADA MAHASISWA LAKI-LAKI DI
PSIKOLOGI”

Oleh Kelompok 5:
Sekar Raudhatul Jannah (12160123876)

Bidang Pendidikan

Asisten Labor:
Muhammad Irsan Tanjung
NIM: 12060112336

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil
wawancara ini yang berjudul Gambaran Resiliensi pada Mahasiswa Laki-Laki
di Psikologi untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Wawancara ini dengan
tepat waktu.

Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Rahmatul Aufa, S.Psi., M.Psi.
yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terimakasih juga
kami ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang. Semoga laporan tentang Gambaran Resiliensi pada Mahasiswa
Laki-Laki di Psikologi ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pekanbaru, 17 April 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................5
C. Tujuan Wawancara.......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................6

A. Pengertian Resiliensi....................................................................................................6
B. Aspek-Aspek Resiliensi................................................................................................6
C. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi resiliensi..............................................................8
D. Kerangka Berpikir........................................................................................................9

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................12

A. Prosedur Wawancara...................................................................................................12
B. Subjek Wawancara......................................................................................................13
C. Teknik Pengambilan Data...........................................................................................13
D. Prosedur Wawancara...................................................................................................13
E. Timeline Pelaksanaan Wawancara...............................................................................14
F. Definisi Operasional....................................................................................................14
G. Guideline Wawancara..................................................................................................15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................18

A. Hasil Wawancara.........................................................................................................18
B. Pembahasan.................................................................................................................18

BAB V SIMPULAN DAN SARAN................................................................................24

A. Simpulan......................................................................................................................24
B. Saran............................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................48

LAMPIRAN

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mahasiswa adalah individu yang belajar dan menekuni disiplin
ilmu, di mana dalam menjalani serangkaian perkuliahan sangat
dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri (Ganda, 2004).
Mahasiswa dalam menjalani perkuliahan di perguruan tinggi tentunya
akan menghadapi masalah. Masalah-masalah yang dihadapi tentunya
berbeda-beda antara permasalahan yang dihadapi mahasiswa tingkat awal,
mahasiswa tingkat menengah dan mahasiswa tingkat akhir. Biasanya
mahasiswa tingkat awal sering dihadapkan pada permasalahan mengenai
kesulitan dalam menyesuaikan proses belajar di perguruan tinggi
dikarenakan mahasiswa tingkat awal merupakan transisi dari sekolah
menengah atas menuju perguruan tinggi. Adapun mahasiswa tingkat
menengah biasanya dihadapkan dengan permasalahan tugas perkuliahan
yang cukup banyak dan tantangan dalam mengatur waktu dengan baik
antara proses perkuliahan dan kegiatan-kegiatan di luar perkuliahan.
Sementara mahasiswa tingkat akhir cenderung dihadapkan pada tantangan
dalam pembuatan tugas akhir skripsi sebagai syarat untuk meraih gelar
sarjana.
Mahasiswa merupakan populasi yang paling sering mengalami
peningkatan stres akademik dan tekanan psikologis, yang mengakibatkan
banyak mahasiswa meninggalkan bangku perkuliahan tanpa
menyelesaikan studi mereka (Andrew, dkk., 2008). Hal ini didukung
dengan adanya penelitian yang menunjukkan bahwa mahasiswa menjadi
tidak berkembang karena merasa lelah, kelebihan beban, depresi dan tidak
memiliki waktu yang cukup untuk kehidupan pertemanan dan keluarga
(Slavin, Hatchett, Chibnall, Schindler, & Fendell, 2011).
Adanya berbagai tantangan dan permasalahan yang dapat dihadapi
oleh mahasiswa menunjukkan bahwa diperlukan nya resiliensi bagi
mahasiswa agar memiliki kemampuan adaptasi terhadap situasi yang berat

3
dan mengatasi tantangan serta permasalahan-permasalahan baik dalam
bangku perkuliahan maupun kehidupan pribadinya. Resiliensi adalah
kemampuan untuk beradaptasi dengan baik dari waktu ke waktu terhadap
situasi yang mengubah hidup atau permasalahan kehidupan. Bagi
mahasiswa, resiliensi sangat penting karena kehidupan di universitas bisa
jadi kompleks dan menuntun, sehingga membutuhkan kapasitas untuk
mengatasi tuntutan akademik, keseimbangan belajar dan kehidupan, serta
masalah keuangan. Akibatnya, mahasiswa mengalami peningkatan tingkat
kesehatan mental yang buruk dibandingkan dengan rekan-rekan non-
universitas mereka (Stallman, 2010).

B. Rumusan Masalah
Agar topik yang dibahas dapat lebih mudah dipahami dan tidak
terjadi kesalahpahaman, maka penulis telah menetapkan rumusan masalah
dalam penelitian ini. Adapun penulisan yang dibuat berdasarkan
pemaparan pada latar belakang yang telah dijelaskan. Rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran resiliensi pada
mahasiswa laki-laki di fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau.

C. Tujuan Wawancara
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan maksud
dari tujuan disini adalah untuk memberi penjelasan dan jawaban terhadap
permasalahan diatas, maka tujuan penelitian adalah untuk mendapat
penjelasan dan pemahaman terhadap gambaran resiliensi pada mahasiswa
laki-laki di fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Resiliensi
Resiliensi merupakan kapasitas seseorang untuk tetap berkondisi
baik dan memiliki solusi yang produktif ketika berhadapan dengan
kesulitan ataupun trauma, yang memungkinkan adanya stress di
kehidupannya (Reivich & Shatte,2002).
Resiliensi adalah proses beradaptasi baik dalam situasi trauma,
tragedi, ataupun kejadian lainnya yang mungkin dapat menimbulkan stres
(Mahmood & Ghaffar, 2014). Selain itu Pidgeon, Rowe, Stapleton,
Magyar, dan Lo (2014) mendefinisikan resiliensi sebagai kemampuan
untuk merespon permasalahan dengan baik, kemampuan untuk berhasil
dalam menghadapi kesengsaraan, serta mampu untuk memiliki harapan
yang lebih dalam keadaan kesulitan. Resiliensi menggambarkan cara
individu untuk pulih dari kemunduran atau trauma, serta bagaimana
individu tersebut mampu mengatasi tantangan dalam hidup (Eley et al.,
2013).
Resiliensi merupakan suatu usaha dari individu sehingga mampu
beradaptasi dengan baik terhadap keadaan yang menekan, sehingga
mampu untuk pulih dan berfungsi optimal dan mampu melalui kesulitan.
Secara umum resiliensi merujuk pada faktor-faktor yang membatasi
perilaku negatif yang dihubungkan dengan stres dan hasil yang adaptif
meskipun dihadapkan dengan kemalangan atau kesengsaraan (Waxman,
Gray, & Padron, 2003). Menurut Diclemente, Santelli dan Crosby (2009)
resiliensi memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan stres, karena
keduanya merupakan konstruk yang tidak dapat dipisahkan. Resiliensi
hanya bisa dijelaskan ketika ada kondisi kesengsaraan/tekanan yang
dihadapi seseorang, sementara kondisi tersebut dapat memicu stres; dan
manajemen stres yang mengarah pada adaptasi yang positif adalah
resiliensi.

5
Dari pengertian resiliensi menurut para ahli di atas, maka dapat
penulis simpulkan bahwa resiliensi adalah suatu usaha individu dalam
merespon permasalahan, beradaptasi dengan baik dalam situasi trauma,
keadaan yang menekan, dan keadaan lain yang dapat menimbulkan stress.

B. Aspek-Aspek Resiliensi
Menurut Connor dan Davidson (2003) resiliensi terdiri atas lima aspek,
yaitu personal competence, trust in one's instincts, positive acceptance of
change and secure relationships, control and factor dan spiritual
influences yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Kemampuan Personal
Aspek ini menjelaskan tentang kompetensi personal
individu, dimana individu merasa sebagai orang yang mampu
untuk mencapai tujuan walaupun dalam situasi kemunduran atau
kegagalan. Individu ketika mengalami tekanan atau stres
cenderung merasa ragu akan berhasil dalam mencapai tujuan
sehingga dibutuhkan standar yang tinggi dan keuletan dalam diri
individu tersebut. Indikator dalam aspek ini adalah mampu menjadi
individu yang kompeten; mampu menjadi individu yang ulet dan
memiliki standar yang tinggi.
b. Toleransi Terhadap Situasi yang tidak Menyenangkan
Aspek ini berhubungan dengan ketenangan dalam
bertindak. Individu yang tenang cenderung berhati-hati dalam
mengambil sikap atas masalah yang dihadapi. Individu juga
mampu melakukan coping terhadap stres dengan cepat serta tetap
fokus pada tujuan walaupun sedang mengalami tekanan atau
masalah. Indikator dalam aspek ini adalah percaya pada naluri
toleran pada hal buruk, dan mampu mengatasi akibat dari stres.
c. Penerimaan Positif Terhadap Perubahan dan Hubungan Sosial
yang Terjaga
Aspek ini berhubungan dengan kemampuan menerima
kesulitan secara positif serta jika berada dalam kesulitan mampu

6
untuk berhubungan aman dengan orang lain. Individu
menunjukkan kemampuan untuk menerima masalah secara positif
sehingga tidak mempengaruhi kehidupan sosial individu dengan
orang lain. Indikator dalam aspek ini adalah dapat menerima
perubahan secara positif dan dapat menjaga hubungan baik dengan
orang lain.

d. Kemampuan Untuk Mengendalikan Situasi


Aspek ini merupakan kemampuan untuk mengontrol diri
dan mencapai tujuan. Individu memiliki kontrol terhadap dirinya
sendiri dalam mencapai tujuan serta memiliki kemampuan untuk
meminta dan mendapatkan dukungan sosial dari orang lain ketika
mengalami suatu masalah. Indikator dalam aspek ini adalah
mampu mengontrol diri sendiri mampu mengendalikan diri sendiri.
e. Spiritual
Aspek ini berhubungan dengan kemampuan untuk selalu
berjuang karena keyakinannya pada Tuhan dan takdir. Individu
yang percaya kepada Tuhan akan menganggap bahwa masalah
yang ada merupakan takdir dari Tuhan dan harus dilalui dengan
perasaan yang positif sehingga individu harus tetap berjuang dalam
mencapai tujuan. Indikator pada aspek ini adalah individu percaya
kepada Tuhan dan individu percaya pada takdir.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resiliensi


Reivich dan Shatte (dalam Nasution, 2011: 18) mengemukakan ada
tujuh faktor yang mempengaruhi resiliensi, antara lain sebagai berikut.
a) Emotional regulation
Emotional regulation merupakan kemampuan untuk tetap
tenang bila mengalami tekanan.
b) Impulse control

7
Impulse control yaitu orang yang mampu mengontrol
dorongannya, menunda pemuasan kebutuhannya.
c) Optimisme
Optimisme adalah yakin bahwa kondisi dapat berubah
menjadi lebih baik, memiliki harapan ke masa depan dan yakin
dapat mengatur bagian dari kehidupannya. Optimisme
menyiratkan bahwa seseorang memiliki keyakinan akan
kemampuannya mengatasi adversity, yang mungkin muncul di
masa depan.
d) Causal analysis
Causal analysis menunjukkan bahwa seseorang memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab masalahnya secara
akurat.
e) Empathy
Empathy menunjukkan bagaimana seseorang mampu
membaca sinyal-sinyal dari orang lain mengenai kondisi psikologis
dan emosional mereka, melalui isyarat nonverbal, untuk kemudian
menentukan apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain.
f) Self efficacy
Self efficacy menggambarkan perasaan seseorang tentang
seberapa efektifnya ia berfungsi di dunia ini.
g) Reaching out
Resiliensi bukan sekedar kemampuan mencapai aspek
positif dalam hidup. Resiliensi merupakan sumber daya untuk
mampu keluar dari kondisi sulit (reaching out) merupakan
kemampuan seseorang untuk bisa keluar dari zona aman yang
dimilikinya.

D. Kerangka Berpikir
Resiliensi merupakan kemampuan mahasiswa untuk bisa bangkit,
menghadapi, dan mampu mengatasi rintangan atau kesulitan dalam hidup
sehingga individu tersebut menjadi lebih kuat. Resiliensi sangat penting
dimiliki oleh mahasiswa, karena memiliki resiliensi mampu mengatasi

8
permasalahan atau kesulitan apapun yang muncul dalam kehidupan. Ada
individu yang mampu bertahan dan pulih secara efektif namun ada pula
individu gagal karena tidak berhasil keluar dari situasi tidak
menguntungkan.
Mahasiswa resiliensi tinggi, maka mereka dapat berfungsi dengan
baik dalam mengatasi segala tantangan di lingkungan untuk mencapai
kesuksesan akademis, mereka juga dapat memandang penderitaan sebagai
tantangan, kegagalan sebagai awal keberhasilan, dan keputusasaan
menjadi kekuatan. Penelitian Cahyo (2015) mengatakan bahwa individu
resiliensi tinggi, menganggap bahwa kegagalan tersebut merupakan batu
loncatan untuk dirinya memperbaiki agar bisa mengejar impian. Seseorang
dengan resiliensi tinggi terdorong untuk berkembang dan menjadi lebih
baik. Namun, mahasiswa resiliensi rendah sangat mungkin untuk tidak
mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi terhadap perubahan, tuntutan
mahasiswa, dan kekecewaan muncul dalam kehidupan. Penelitian Suwarjo
(2008:35) mengatakan bahwa seseorang dengan tingkat resiliensi yang
rendah tidak akan mampu menilai, mengatasi, dan meningkatkan diri
ataupun mengubah dirinya dari kesulitan yang terjadi dalam hidup.
Mahasiswa resiliensi rendah, artinya bahwa mahasiswa tidak
berfungsi dengan baik dalam mengatasi segala tantangan di lingkungan
untuk mencapai kesuksesan akademis. mahasiswa harus bisa memandang
penderitaan sebagai tantangan, kegagalan sebagai awal keberhasilan dan
keputusasaan menjadi kekuatan. Mahasiswa resilien terdorong untuk
berkembang dan menjadi lebih baik, dengan kemampuan resilien individu
yang telah gagal dalam akademik terdorong untuk mengembangkan sikap
positif dalam diri. Maka, mahasiswa dengan resiliensi rendah perlu untuk
di intervensi, agar mahasiswa mampu untuk menghadapi tuntutan maupun
kesulitan yang akan dihadapi selama perkuliahan.

9
Mahasiswa laki-
laki psikologi

Resiliensi

Aspek-aspek
resiliensi

Kemampua Toleransi Penerimaan Kemampua Spiritual


n personal terhadap positif n untuk
situasi yang terhadap mengendali
tidak perubahan kan situasi
menyenang dan
kan hubungan
sosial yang
terjaga
Gambaran
resiliensi pada
mahasiswa laki-
laki di psikologi

10
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Prosedur Wawancara
1. Tahap Persiapan
Tahapan penelitian dimulai dengan penentuan subjek. Peneliti akan
mencari informasi mengenai informan. Selain itu peneliti juga
menyiapkan penyusunan guideline wawancara sebelum pelaksanaan
penelitian. Dalam tahap persiapan ini, peneliti berkonsultasi dengan
Dosen Pengampu mengenai pelaksanaan dan metode penelitian yang
tepat disertai dengan pertanyaan wawancara yang berkaitan dengan
gambaran resiliensi pada mahasiswa laki-laki di psikologi. Sebelum
melakukan penelitian, peneliti juga meminta izin secara tertulis kepada
pihak yang bersangkutan agar bersedia melakukan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Sebelum melakukan proses penelitian, peneliti sudah lebih dulu
melakukan observasi pada tempat yang akan digunakan untuk proses
wawancara. Selain itu, peneliti juga membangun raport kepada subjek
dengan tujuan agar pada saat diwawancarai, subjek merasa nyaman
sehingga subjek lebih terbuka dalam memberikan informasi.
Peneliti kemudian memberikan pernyataan persetujuan kepada
subjek dalam bentuk informed consent untuk melakukan proses
penelitian dan memberikan penjelasan terkait penelitian yang
dilakukan oleh peneliti. Peneliti dan subjek kemudian menentukan
waktu dan lokasi untuk disepakati bersama.
Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk menggali informasi
yang berkaitan dengan gambaran resiliensi pada mahasiswa laki-laki di
psikologi. Data wawancara dikumpulkan dengan cara rekaman suara
dari handphone untuk kemudian dicatat dalam bentuk verbatim.

11
B. Subjek Wawancara
Subjek wawancara pada penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki
UIN Suska Riau. Subjek telah menempuh atau sedang menempuh
pendidikan di UIN Suska Riau selama 2-6 semester. Subjek berjumlah 10
orang dan pernah (sedang) mengikuti perkuliahan secara online dan
offline di UIN Suska Riau.

C. Teknik Pengambilan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada
metode wawancara. Murdiyanto (2020) wawancara adalah salah satu
metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yaitu melalui
percakapan yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Peneliti
menggunakan jenis wawancara semi-terstruktur, dimana pertanyaan yang
digunakan dalam wawancara semi terstruktur ini adalah pertanyaan yang
terbuka sehingga jawaban dari responden tidak dibatasi dan dapat lebih
bebas mengemukakan jawabannya.
Namun, jawaban yang diberikan tetap dibatasi oleh tema dan alur
pembicaraan agar pembicaraan tidak keluar dari tema (Fitriyani &
Ikhwanisifa, 2016). Pedoman wawancara tetap dibutuhkan ketika
melakukan wawancara terstruktur yang berfungsi sebagai patokan ataupun
kontrol dan menjadi alur serta prediksi waktu untuk melakukan
wawancara. Pedoman dalam wawancara semi terstruktur berisi topik-topik
pembicaraan yang mengacu pada tema sentral saja sesuai dengan tujuan
dari wawancara (Fitriyani & Ikhwanisifa, 2016).

D. Prosedur Wawancara

Creswell (1998) menjelaskan bahwa prosedur wawancara seperti


tahapan berikut ini:

12
1. Identifikasi para partisipan berdasarkan prosedur sampling yang
dipilih.
2. Tentukan jenis wawancara yang akan dilakukan dan informasi apa
yang relevan dalam menjawab pertanyaan penelitian.
3. Siapkan alat perekam yang sesuai, misalnya mike untuk
pewawancara maupun partisipan. Mike harus cukup sensitif
merekam pembicaraan terutama bila ruangan tidak memiliki
struktur akustik yang baik dan ada banyak pihak yang harus
direkam.
4. Cek kondisi alat perekam, misalnya baterainya. Kaset harus kosong
dan tepat pada pita hitam bila mulai merekam. Jika perekaman
dimulai, tombol perekam sudah ditekan dengan benar.
5. Susun protokol wawancara, panjangnya kurang lebih empat sampai
lima halaman dengan kira-kira lima pertanyaan terbuka dan
sediakan ruang yang cukup di antara pertanyaan untuk mencatat
respon terhadap komentar partisipan.
6. Tentukan tempat untuk melakukan wawancara. Jika mungkin
ruangan cukup tenang, tidak ada distraksi dan nyaman bagi
partisipan. Idealnya peneliti dan partisipan duduk berhadapan
dengan perekam berada di antaranya, sehingga suara suara
keduanya dapat terekam baik. Posisi ini juga membuat peneliti
mudah mencatat ungkapan non verbal partisipan, seperti tertawa,
menepuk kening, dsb.
7. Berikan informed consent pada calon partisipan.
8. Selama wawancara, sesuaikan dengan pertanyaan, lengkapi pada
waktu tersebut (jika mungkin), hargai partisipan dan selalu
bersikap sopan santun. Pewawancara yang baik adalah yang lebih
banyak mendengarkan daripada berbicara

13
E. Timeline Pelaksanaan Wawancara

No. Responden Wawancara

1. I 12 Juni 2023

2. II 13 Juni 2023

F. Definisi Operasional
Resiliensi pada mahasiswa laki-laki di psikologi adalah
kemampuan individu untuk mengatasi dan pulih dari tekanan, tantangan,
atau kesulitan yang terkait dengan aspek akademik, sosial, dan emosional
dalam konteks studi psikologi. Definisi ini berfokus pada pengamatan dan
pengukuran kemampuan mahasiswa laki-laki dalam menghadapi situasi
yang menantang dan mempertahankan fungsi psikologis yang sehat.

G. Blue Print Wawancara


NO ASPEK

1 Regulasi Emosi

2 Pengendalian Impuls

3 Optimisme

4 Self Efficacy

5 Causal Analysis

6 Empati

7 Reaching Out

H. Guideline Wawancara

14
Pada penelitian ini wawancara digunakan sebagai instrumen utama
untuk mendapatkan informasi dari subjek. Metode wawancara yang
digunakan adalah wawancara semi formal. Tujuan memilih wawancara
semi formal agar dapat menggali dan memahami lebih dalam tentang
informasi tersebut.

Bagian I : Pertanyaan Pembuka

1. Siapakah nama anda ?


2. Berapa usia anda saat ini ?
3. Dimana tempat tinggal anda ?
4. Coba Ceritakan sedikit tentang diri anda saat ini?

Bagian II : Pertanyaan Tubuh atau Isi

1. Bagaimana anda mengartikan resiliensi dalam konteks kehidupan


sehari-hari sebagai mahasiswa laki-laki di psikologi ?
2. Bagaimana Anda menghadapi tantangan dan hambatan yang muncul
dalam kehidupan mahasiswa anda?
3. Bisakah anda memberikan contoh konkret dimana anda menetapkan
standar yang tinggi dan berhasil mencapainya?
4. Ceritakan tentang pengalaman kampus anda, di mana Anda harus
mengandalkan naluri Anda untuk mengatasi situasi yang sulit.
Bagaimana Anda membuat keputusan dalam situasi tersebut?
5. Bagaimana Anda memanfaatkan pengalaman atau pembelajaran dari
situasi buruk sebelumnya untuk membangun toleransi Anda terhadap
hal-hal yang tidak menyenangkan ?
6. Bagaimana cara anda dalam mengatasi tekanan dan stress yang terkait
dengan situasi yang tidak menyenangkan di kampus?
7. Bagaimana Anda merespon ketika dihadapkan pada perubahan dalam
jadwal kuliah atau penugasan yang tidak terduga? Apakah Anda
mampu menerima perubahan tersebut dengan sikap yang positif?
8. Bagaimana cara anda dalam menjaga hubungan baik antara sesama
mahasiswa?

15
9. Ceritakan tentang suatu kegagalan yang pernah Anda alami dalam
kehidupan akademik dan bagaimana Anda mengatasinya tanpa
menyerah atau kehilangan motivasi.
10. Bagaimana Anda mengendalikan diri ketika Anda merasa frustasi atau
marah selama kolaborasi dalam sebuah proyek kelompok?
11. Sejauh mana keyakinan anda pada tuhan membantu anda dalam
menghadapi situasi yang sulit atau tidak menyenangkan dalam
kehidupan anda?
12. Bagaimana Anda memasukkan pemahaman tentang takdir dalam
pengambilan keputusan penting dalam hidup Anda, terutama dalam
konteks pendidikan tinggi

Bagian II : Pertanyaan Penutup

1. Terima kasih telah berpartisipasi dalam wawancara ini. Sebelum kita


mengakhiri, apakah ada pertanyaan terakhir yang ingin Anda ajukan?

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Wawancara
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap satu dua subjek,
yaitu TDP dan R diperoleh data-data yang berkaitan dengan resiliensi,
sehingga melahirkan beberapa tema yang menggambarkan aspek-aspek
yang diteliti. Data pertama yang diperoleh setelah dilakukannya
wawancara, yaitu sebagai berikut.
B. Pembahasan
1. Kemampuan Personal
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, di dapat hasil bahawa
kedua subjek memiliki kemampuan personal. Robbins (2002) dalam
(Ardana, 2012) menggambarkan lebih lanjut bahwa kemampuan adalah
suatu kapasitas yang dimiliki seorang individu untuk mengerjakan
berbagai tugas dalam suatu bidang pekerjaan. Hal ini sesuai dengan apa
yang disampaikan oleh kedua subjek, yaitu:
Subjek 1:
“Kalau kendala itu pastinya ada ee apalagi ee kendala laki-laki itu
seperti malas terus ee kalau laki-laki ini biasanya ketika ada tugas
kelompok misalnya kan biasanya kalau aku sendiri, kurang menseriusi lah
jadi ya itu kurangnya pemahaman tentang materi-materi yang dipahami”
S1 (TDP) W1 : 56-70
“Mungkin untuk sekarang ini sih selama berjalan dari sem 4 ini lah
ya mungkin seperti tidak mau bertanya kepada dosen terus tidak mau
berkontribusi dalam kelompok mungkin coba untuk saya kurangi. Yaa
sekarang ini mungkin mencoba lebih aktif lagi dalam perkuliahan agar
yang dipelajari itu mungkin dapat dipahami dengan baik.” S1 (TDP).
W1: 77-94
Subjek 2:
“Untuk kendala dan hambatan nya itu ada ya mungkin, mungkin yang
sering saya lakukan yang biasanya umum yang dirasakan oleh mahasiswa

17
rasa kejenuhan gitu, kejenuhan dalam menghadapi tugas, dalam
mengerjakan tugas. Namun, ee saya memiliki prinsip ee sesulit apapun
tugas itu pasti akan ada solusi dalam mengerjakannya. Dan itu menurut
saya hal yang normal, karena sejujurnya ee saya pribadi itu memiliki
target yang dimana target itu sudah ada dalam rencana saya sendiri gitu.
Jadi untuk hambatannya,sejauh ini Alhamdulillah sudah dapat saya atasi
gitu. Dan saya rasa ee diperkuliahan lebih banyak sukanya gitu
daripadahambatan-hambatannya.” S2 (R).W1: 54-84 91-151
“Jadi ketika syaa mendapat suatu masalah saya akan fokus dulu
untuk menyelesaikan masalah itu. Nah, ketika masalah tersebut sudah
saya selesaikan, maka saya bisa beralih ke kegiatan lain gitu. Jadi, dapat
disimpulkan secara sederhananya, ketika saya mendapatkan masalah ee
walaupun masalah ini masalah berat ataupun masalah yang sederhana
atau masalahh yang yang ringan, ee saya tidak akan mencampurkan
masalah ini kedalam kehidupan saya gitu. Jadi saya akan
menyelesaikannya ketika masa dimana saya akan menghadapi dan
menyelesaikan masalah itu seperti itu dan mungkin ee ketika masalah itu
tetap ada pada diri saya dan saya sulit untuk melaksanakan atau
memecahkan masalah itu dan biasanya saya selalu meminta bantuan
saran teman, bantuan orang-orang sekitar, untuk membantu saya dalam
menyelesaikan masalah itu. Contoh simple nya kayak mengerjakan tugas,
ketika dapat tugas yang sulit itu ya saya tidak tau harus bagaimana
mengerjakannya biasanya saya butuh teman, syaa butuh abang tingkat,
saya btuh teman-teman yang membantu sya untuk memahami bagaimana
tata cara menyelesaikan tugas itu. Jadi itu mungkin simple nya ketika saya
menghadapi masalah.” S2 (R). W1: 91-151

2. Toleransi Terhadap Situasi yang tidak Menyenangkan


Toleransi dapat dimaknai dalam berbagai cara, seperti menghargai dan
merayakan perbedaan, sikap positif umum (general positive attitude)
terhadap kelompok lain, tidak adanya prasangka, serta menerima sesuatu
yang tidak disetujui atau yang diprasangkakan (Robinson dkk., dalam

18
Verkuyten & Slooter, 2007). berdasarkan pendapat dari Vogt (dalam
Doorn, 2012), yaitu penerimaan atas hal-hal yang tidak disetujui atau tidak
disukai agar kita dapat berhubungan dan berinteraksi lebih baik dengan
orang lain. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada kedua subjek,
diketahui bahwa kedua subjek memiliki toleransi terhadap situasi yang
tidak menyenangkan. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
kedua subjek wawancara, yaitu:
Subjek 1:
“Mungkin terkadang ketika ada itu ada dosen yang mungkin suka
bertanya secara tiba-tiba, mungkin disitu yang disitulah naluri kita
bekerja. Tapi, yang naluri tadi ketika kita tidak ada belajar sebelumnya ya
itu tadi sama aja tidak akan bisa muncul muncul secara tiba-tiba.
Mungkin antisipasi juga kalau kita dihadapkan dengan pertanyaan
tersebut ee dengan belajar dihari sebelumnya mungkin.” S1 (TDP).W1:
145-164
“Mungkin ee kembali lagi hal yang tadi itu seperti yang dibilang hal
yang tidak disenangi. Hal yang seperti itu terjadi karena kemalasan itu
tadi. Kalau misalnya saya tidak malas gitu pastinya hal-hal yang
menjadikan tidak senang itu tadi tidak akan muncul. Hal-hal yang tidak
disenangi tadi muncul pastinya karna tidak belajar, yang jadinya ketika
kita belajar itu tidak nyambung dengan pelajaran itu tadi. Mungkin kira-
kira seperti itulah..” S1 (BIP).W1:179-200
Subjek 2:
“Jadi,ee sejujurnya saya orangnya terencana, terplaning dan juga
tersturktur yang syaa bilang sebelumnya. Saya orang nya terencana
contoh seperti ini, ketika tugas A itu dihari senin harus dikerjain maka
dihari senin itu saya kerjain, mau gimanapun dan ada hambatan-
hambatan apapun, dari siapapun, saya akan tetap mengerjakan tugas itu
mau gimanapun. Karena menurut saya, karna saya orang nya terencana,
terstruktur. Semua yang saya lalui, semua hal yang saya lakukan itu harus
terencana dengan baik dan saya harus menyelesaikan apa yang sudah
menjadi tanggung jawab saya. Jadi untuk seperti kejenuhan, malas

19
mengerjakan tugas, memang ada rasa-rasa itu cuman biasanya cara sya
untuk menanggulangi hal itu saya tetap menanmkan dalam prinsip saya
bahwa ee yang nama nya tugas itu harus dituntaskan, harus diselesaikan,
ketika tugas sudah terselesaikan barulah kita boleh bermalas-malasan,
kita bolehlah untuk rebahan, kita bolehlah untuk ee menyenangkan diri
gitu. Jadi, pendapat saya pribadi saya jarang sih untuk malas-malasan
atau mageran dalam mengerjakan tugas. Jadi saya apabila ada tugas
dikasih hari senin maka saya harus mengerjakannya dihari senin atau gak
paling lambat dihari selasa gitu.” S2 (R). W1: 160-217

“Kalau berbicara tentang naluri ya felling ya, ee ketika saya berada


di kondisi sulit ee memang kondisi sulit itu sulit untuk digambarkan ya,
kalau menurut saya pribadi dulu ya jujur, emang dulu ee saya pernah
berada di situasi sulit dimana ee mungkin masalah ini terjadi pada diri
saya. Namun cara saya mengambil keputusan itu memang terjadi sesuai
keinginan saya gitu. Saya yakin keputusan yang saya ambil itu
berdasarkan ee interprestasi saya, berdasarkan perencanaan saya,
berdasarkan tantangan saya serta hal-hal yang keputusan yang seperti itu
tepat buat saya. Jadi, ketika saya berada disituasi sulit, baik itu seperti
misalnya simple nya mungkin untuk simple contoh situasi nya kayak gini,
ketika saya berada di organisasi misalnya, organisasi di organisasi A
saya punya tanggung jawab dan dilima waktu yang lalu ternyata ada
tanggung jawab kuliah juga, nah jadi dari dua hal itukan ada dilemma.
Apakah saya mementingkan organisasi atau saya mementingkan kuliah
saya. Nah dikarenakan disituasi seperti itu, biasanya saya menggunakan
felling gitu. Nah ketika ada tugas kuliah dan juga organisasi, feeling saya
biasanya lebih berat ketugas kuliah gitu. Kenapa? Karena menurut saya
pribadi sesuai prinsip yang ada pada diri saya, saya harus mendahulukan
yang namanya kuliah. Kuliah itu yang harus saya kerjakan, tugas-tugas
yang harus saya kerjakan itu berdasarkan keputusan feeling saya. Karena
alas an saya kuliah ya harus mengerjakan tugas dengan baik,
mengerjakan hal itu dengan serius, dan hal itu saya selesaikan (suara

20
adzan) baru saya beralih ke hal yang sekunder tadi ya itu organisasi. Nah
itu salah satu contoh dimana disituasi saya mengambil keputusan
berdasarkan feeling. Nah feeling itu tergantung lagi bagaimana skala
prioritasnya, kalau misalnya tugas yang dikuliah itu tergolong mudah
ataupun bisa saya kerjakan tanpa harus berpikir dengan ee lebih lagi,
maka mungkin saya akan mementingkan organisasi. Namun, jika dikuliah
itu tugas-tugasnya sulit ataupun sangat mengganggu dipikiran saya,
karena biasanya ketika mendapatkan tugas saya akan memikirkan
konsepnya telebih dahulu untuk apa yang harus saya jawab gitu sebelum
saya mengeksekusinya. Namun jika masih terpikir-pikir sama saya tugas
itu maka mau gak mau langsung saya eksekusi. Nah jadi seperti itulah
contoh pengambilan keputusan saya berdasarkan feeling sih.” S2 (R).
W1:228-335

“mungkin berkaitan juga yang ya sama relasi sama lingkungan,


mungkin berdasarkan keputusan yang saya ambil ya selama saya
mengutamakan tugas kuliah, mungkin ada beberapa pihak dari teman
saya contohnya dari organisasi, kecewa sama saya atau bahkan kurang
suka sama saya karna saya telah mengambil keputusan itu. Namun mau
gimanapun biasanya, ee untuk saya ee untuk berpikir positif, untuk tetap
menjaga relasi dengan orang lain, saya akan terbuka sama mereka gitu,
saya akan menjelaskan apa yang saya rasakan, saya akan menjelaskan
tuntutan kuliah saya bagaimana supaya mereka mengerti. Jadi mereka
memanglumi hal itu ee dan juga biasanya saya bertindak itu pasti ada
alasannya. Nah, saya akan berusaha mendekati beliau, biasanya kalau
saya mendahulukan kuliah saya akan ngomong dulu sih sama organisasi
saya ternyata saya ditugas ini harus ini yang saya kerjakan. “Jadi saya
mungkin harus fokus ke sini saya nggak bisa mementingkan kalian atau
memprioritaskan kalian dulu, saya harus menyelesaikan tugas saya dulu.
Ketika saya sudah menyelesaikan ini barulah saya bisa ke kalian.” Kira-
kira seperti itu. Saya akan memberikan pengertian kepada mereka dan
juga saya harap mereka akan metoleren bagaimana keputusan saya, dan

21
disituasi yang sama mungkin ketika mereka ada diposisi saya, saya akan
mentoleransi hal itu, karena saya paham apa yang mereka rasakan dan
saya harap mereka juga paham apa yang saya rasakan seperti itu.” S2
(R).W1:347-413.

3. Penerimaan Positif Terhadap Perubahan dan Hubungan Sosial yang


Terjaga
Individu yang mengidentifikasikan seseorang yang memiliki
penyesuaian diri yang baik akan dapat membangun sikap-sikap positif
terhadap dirinya sendiri, dan bertingkah laku dengan baik menimbulkan
penilaian dan penerimaan diri yang baik (Hurlock, 1978). Menurut
Johnson (1993) penerimaan diri adalah suatu sikap menghargai diri sendiri
atau dalam arti yang berlawanan adalah seseorang yang tidak melihat
dirinya sebagai suatu yang selalu berkurangan sehingga menyebabkan
perasaan benci terhadap diri sendiri.
Sedangkan menurut Setiadi dan Usman (2011) Interaksi sosial adalah
adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang berkaitan dengan
orang perorangan, kelompok perkelompok, maupun perorangan terhadap
perkelompok ataupun sebaliknya. Interaksi sosial adalah hubungan timbal
balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan
kelompok dengan kelompok.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada kedua subjek,
diketahui bahwa Individu menunjukkan kemampuan untuk menerima
masalah secara positif sehingga tidak mempengaruhi kehidupan sosial
individu dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan
oleh kedua subjek wawancara, yaitu:
Subjek 1:
“Kalau dikampus sih InsyaAllah hubungan sosial nya baiklah
terutama dengan laki-laki, kalau dengan perempuan sih bisa dibilang
dekatlah. Mungkin secara menjaga nya ya ee seperti misalnya ada tugas
kelompok saling membantu, kalau aku sih jujur dalam tugas kelompok
kadang suka lalai gitu suka cuek. Mungkin hal seperti tadi dapat

22
menimbulkan ee miskomuniasi lah. Mungkin hal-hal yang seperti itu
bakal dikurangin agar tidak ada miskomunikasi.S1 (TDP).W1: 292-315

Subjek 2:
“Saya mampu, kerana menurut saya pribadi yang namanya
perkuliahan, yang namanya tugas itu hal yang lumrah yang terjadi pada
mahasiswa, ya itu juga tanggung jawab saya sebagai mahasiswa yang
berkuliah di Fakultas Psikologi UIN Suska Riau ini, saya menggang tugas
itu sebagai suat hal yang dapat mengapgurade dan meningkatkan diri
saya sendiri karena dalam mengerjakan tugas saya dibantu untuk berpikir.
Ketika saya berpikir, saya berspektif baru, saya dapat ilmu baru, saya
dapat insight yang baru sehingga pengetahuan ini akan saya aplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Nah ketika terjadi perubahan jadwal atau
lain sebagainya, saya akan menyesuaikannya sesuai dengan kondisi saya,
yang saya maksud kondisi saya, yang saya maksud kondidi saya yaitu saya
akan menyesuaikan kapan, dimana mata kuliah itu memang pas dengan
saya ataupun perubahan jadwal itu pas dengan saya tanpa harus
mengganggu aktivitas saya yang lain gitu. Namun saya akan meresponnya
dengan baik dan kalau misalnya cemas ya itu hal yang wajar sih menurut
saya pribadi. Kalau cemas sedikit-sedikit ketika kita gak tau harus
bagaimana, namun biasanya kondisi seperti itu apabila saya rasa cemas
saya akan terus mencari ee saya akan berusaha bersikap setenang-tenang
nya gitu.” S2 (R).W1:507-564.
“alhamdulilah untuk saat ini menurut saya pribadi saya belum
memiliki yang namanya musuh dikampus , menurut saya pribadi saya
belum punya musuh karena biasanya eee dalam berinteraksi
Alhamdulillah lancer-lancar aja sama teman-teman kampus, baik teman-
teman yang psikologi cowok dan yang psikologi cewek ya aman-aman
saja. Karena menurut saya pribadi, mereka itu juga ee yang namanya
manusia tetap harus yang namanya bersosialisasi. Karena bagaimana
cara saya mempertahankan hubungan itu? Biasanya saya akan
menceritakan hal-hal yang umum kepada mereka gitu untuk menjaga

23
hubungan saya dengan mereka. Contoh hubungan saya dengan teman
laki-laki saya akan membuka topik pembicaraan yang menyenangkan,
yang kami bahas sesama laki-laki, topik itu mungkin dari politik, dari
agama atau pokok pembahasan mengenai keilmuan psikologi yang
mungkin mudah mereka pahami dan mudah saya sampaikan. Tentu topik
yang kami bahas itu topik yang ringan gitu sehingga obrolan kami itu
menyenangkan dan juga lucu. Ada juga saya memancing teman saya untuk
mengobrol atau bercerita hal yang lucu dan dari interaksi kami itu
biasanya sama teman terkhususnya sama laki-laki ya di psikologi kami itu
merasa memiliki hubungan yang khusus gitu, hubungan yang lekat antara
satu sama lain. Karena kami merasa kayak kami ini minoritas, kami
memang tidak ramai, kalah jumlah dengan wanita namun biasa nya dalam
berkomunikasi terkhususnya dengan sesama gender ya, kami biasanya
akan open sharing, saling terbuka satu sama lain gitu. Saling terbuka,
saling bercerita, saling berinteraksi, saling menyapa, saling bertegur sapa
dimanapun bila kami berjumpa. Kira-kira seperti itu. Dan kalau untuk
relasi dengan lawan jenis, Alhamdulillah nya saya tetap mampu
berinteraksi dengan mereka. Namun,untuk seperti interaksi yang intens
gitu ya kayak interkasi yang memang deket banget atau sampai berpegang
tangan itu jarang. Karena menurut saya pribadi, ee saya kurang nyaman
jika berinteraksi dengan lawan jenis apalagi lawan jenisnya itu ee
komunikasinya itu sampai intens banget atau sampai komunikasinya itu
sampai dalam banget saya itu jarang. Karena menurut saya pribadi ee
saya tau batasan saya, saya tau apa yang harus saya kontrol, saya nggak
mau berinteraksi dengan lawan jenis itu apabila kelewatan batas gitu.
Jadi biasanya kalau berinteraksi dengan sesama jenis dan sesame lawan
jenis itu berbeda menurut saya pribadi. Namun kalau untk menjaga relasi
ataupun hubungan Alhamdulillah sampai sekarang tetap nyaman dan juga
lancar.” S2 (R). W1:573-691

24
4. Kemampuan Untuk Mengendalikan Situasi
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada kedua subjek
diperoleh beberapa informasi yang termasuk kedalam aspek kemampuan
untuk mengendalikan situasi. Gilliom (2002) berpendapat bahwa bahwa
pengendalian diri adalah kemampuan individu yang memiliki tiga aspek
utama yaitu: kontrol perilaku (behavior control), kontrol kognitif
(cognitive control), dan kontrol keputusan (decisional control). Individu
yang lemah dalam pengendalian dirinya, cenderung untuk bertingkah laku
negatif atau cenderung menunjukkan gejala perilaku disiplin yang
melanggar/menyimpang, yang disebut sebagai bentuk
masalah/pelanggaran disiplin(Berk,1993).
Hasil dari wawancara yang dilakukan diketahui bahwa kemampuan
untuk mengendalikan situasi ini ditemukan pada subjek satu dan dua.
adapun kemampuan untuk mengendalikan situasi subjek ini adalah
Individu memiliki kontrol terhadap dirinya sendiri dalam mencapai tujuan
serta memiliki kemampuan untuk meminta dan mendapatkan dukungan
sosial dari orang lain ketika mengalami suatu masalah. Hal ini sesuai
dengan apa yang disampaikan oleh kedua subjek wawancara, yaitu:
Subjek 1:
“Mungkin nilai tadi sih. Ada beberapa nilai gitu yang gak sesuai
dengan harapan , kalau cara apa tadi? Cara memotivasinya ya? Mungkin
cara memotivasinya itu yang pastinya kembali lagi dengan tujuan kita
berkuliah, ee yang mana tujuan kuliah tadi yaa untuk bisa dibilang untuk
mensukseskan, mungkin dengan memikirkan hal-hal yang itu, memikirkan
kembali tujuan awal kita. Hal yang seperti itu cara memotivasi saya untuk
kembali ee kembali (berdecak) semangat lagi lah untuk memotivasi
kegagalan itu.” S1 (TDP). W1: 333-359
“Mungkin pertama-tama, saya perlu menyadari dan mengenali
emosi frustasi atau marah yang muncul. Dengan menyadari emosi
tersebut, saya dapat mengakui perasaannya dan menghindari bereaksi
secara impulsif. Dan saya cobalah melihat situasi dari sudut pandang
orang lain dalam kelompok. Mungkin ada alasan atau tantangan yang

25
membuat rekan-rekan sekelompok saya tidak dapat berkontribusi dengan
maksimal.” S1 (TDP) W1:369-392

Subjek 2:
“Ya kegagalan itu mungkin dimata kuliah salah satunya kalau gak
salah itu tugas mandiri, ee ditugas mandiri itu kami kana da disuruh
mengerjakan gform ya dengan waktu 10 menit, eh ya dengan waktu 10
menit namun kondisi saat itu kebetulan saya ada acara di rektorat lantai
5, yaa acaranya kalau gak salah sosialisasi psikologi gitulah yang
direktorat lantai 5 yang dihadiri oleh mahasiswa Fakultas Psikologi. Nah
dikondisi saya itu, saya sebagai moderator dan saya terkejut ternyata
pada jam segitu, jam 08.49 ternyata ada tugas mandiri itu lintas budaya,
pengerjaannya melalui gform. Lantas saya terkejut kapan tugas itu
muncul, karena sebelumnya saya kurang tau gitu atau kurang memahami.
Kebetulan teman saya mengerjakan dengan waktu 30 menit dan saya
mengerjakannya dengan waktu 10 menit ee dan malang nya, ya saya disitu
mendapatkan nilai 70 ee sekitar 60 sedangkan teman saya itu 90, 80 dan
100 gitu ya 70 paling rendah. Nah disitu saya merasa down ya agak down
sedikit atau agak sedikti frustasi namun saya berpegang teguh lagi sama
prinsip saya, saya yakin bahwa ee hal ini bukan menjadi faktor yang
membuat saya mundur untuk maju terus kedepan gitu. Saya merasa
kegagalan ini itu hanya sebagai batu loncatan saja, kegagalan ini
merupakan hal yang lumrah terjadi pada semua orang. Jadi ketika saya
mengalami kegagalan, dalam hal ini saya akan terus mengingat ada
bahwa kegagalan yang lebih saya dapatkan dari ini, maka buat apa saya
menyerah karena saya yakin setiap kegagalan yang saya dapatkan itu
pasti ada hikmahnya, itu pasti ada ee nilai valuenya, itu pasti ada hal
yang saya pelajari dari hal itu. Jadi cara saya meningkatkan motivasi
saya ialah saya akan mengevaluasi diri saya sendiri, ketika saya
mendapatkan hal ini syaa harus tau caranya bersikap, saya harus tau
strategi baru saya dan saya harus tau tata cara dalam menghadapi situasi
ini, situasi yang sama dikedepan harinya.” S2 (R).W1:702-289.

26
“kalau soal frustasi atau marah dalam tugas kelompok, yaa jujur
kalau misalnya sama tugas kelompok ya itu merupakan hal yang lumrah
ya, memang sejujurnya saya pernah merasa marah atau mislanya kesal
ketika sekelompok dengan teman-teman yang malas atau teman-teman
yang sering menunda-nunda dalam mengerjakan tugas sehingga saya
frustasi, karena mau gimana ya ketika sudah mengerjakan tugas itu
dengan baik, sudah menyelesaikan tanggung jawab kita, sedangkan teman
kita itu lalai, sangking lalai nya kita menghandel tugas mereka, sejujurnya
saya kurang nyaman dengan hal itu, sejujurnya kesal namun cara saya
untuk mengatasinya biasanya saya akan menegur gitu, dengan saya
menegur beliau mohon maaf misalnya “ kamu ngerjakan ini ini ini dan
segala macam dan seperti ini gitu” nah ketika saya menegur beliau, saya
harapkan mereka itu sadar sama kesalahan yang mereka perbuat. Atau
bagaimana sih cara saya mengontrol rasa frutasi dan rasa kesal saya
ataupun rasa marah saya karna hal seperti itu? Yaa saya biasanya kalau
dalam kerja kelompok memang benar teman saya itu nggak berkontribusi
sama sekali, biasanya saya mengambil langkah tegas. Saya akan bilang
saja ke dosen yang mengampu “ bu mohon maaf, dia nggak ada kontribusi
sama sekali. Jadi dalam membuat makalah ini, ppt ini yang berkontribusi
hanya saya sendiri” misalnya seperti itu. Dan juga ee yam au gimana pun
dalam perkuliahan biasanya saya mengambil langkah tegas sih. Dan
untuk mengontrol rasa frustasi saya, jika memang si A itu tidak mau untuk
diatur, saya akan terus mengingatkan beliau, saya akan terus menegur
beliau dan bahkan saya akan terus mengecek supaya dia melaksanakan
tugas yang telah kami laksanakan. Seperti itu. Untuk frustasi banget atau
sampai marah kayaknya nggak terlalu sih, nggak sampai banget. Cuma
kalau misalnya kedapatan tuntutan akademik dalam bekerja kelompok dan
mislanya teman kita kelompok itu memproktasinasi saya akan langsung
menegur atau meneror beliau gitu. Untuk mengatasi rasa frustasi dan
cemas saya seperti itu.” S2 (R).W1:790-889.

27
5. Spiritual
Aspek ini berhubungan dengan kemampuan untuk selalu berjuang
karena keyakinannya pada Tuhan dan takdir. Individu yang percaya
kepada Tuhan akan menganggap bahwa masalah yang ada merupakan
takdir dari Tuhan dan harus dilalui dengan perasaan yang positif sehingga
individu harus tetap berjuang dalam mencapai tujuan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada kedua subjek,
diketahui bahwa kedua subjek menunjukkan spiritual. Hal ini sesuai
dengan apa yang disampaikan oleh kedua subjek wawancara, yaitu:
Subjek 1:
“pastinya sangat percaya lah ya dan saya juga pernah ada
pengalaman seperti itu , ee pas SMP gitu, doa itu emang nyata gitu, doa
itu emang terkabul. Ketika kita menghadapi sesuatu itu. Ya saya sangat
percaya lah ee ketika kita berdoa kepada Tuhan tu pasti adalah jalannya,
kalau kita emang ingin sesuatu, tentunya tidak luput dari usaha juga.” S1
(TDP).W1:419-435.
“Takdir ya ? Yang pastinya ee takdir yang kita ketahui itu yang sudah
digariskan, jadi ya bagaimanapun usaha kita merasakan kegagalan lah
gitu, ya takdir itu emang sudah ada. Jadi, kita juga harus bisalah
menerima nya.” S1 (TDP).W1: 454-466.

Subjek 2:
“saya kalau misalnya berbicara tentang Tuhan terkhususnya Allah
SWT.saya yakin ee Tuhan yang Maha Baik dan juga Yang Maha Esa.
Mengapa? Karena berbagai macam keputusan dalam hidup saya,
berbagai macam nasib dalam hidup saya itu tidak lepas dari Allah
SWT.saya yakin setiap perbuatan yang saya lakukan, yang bermanfaat
bagi orang lain, itu pasti memberikan ganjaran atau balasan dari Allah
SWT.oleh sebab itulah, perbuatan-perbuatan yang seperti menolong
orang, mengajari teman-teman saya atau seperti ee memberikan informasi
yang saya tau kepada teman-teman saya, saya yakin setiap informasi yang
saya berikan itu pasti akan ada dibalas oleh Allah SWT.ketika saya

28
melakukan hal itu, ternyata benar ketika saya dulu sering membant orang,
sejujurnya dengan pengalama saya pribadi, dulu ketika saya dulu sering
membantu orang, mungkin saya rasakan dimasa sekarang buktinya
akademis saya Alhamdulillah lancar, saya dapat kuliah dengan baik, saya
mendapatkan beasiswa dan itu apa yang saya dapatkan hari ini, yang saya
rasakan pada hari ini itu tidak lepas karena restu Allah SWT.dan saya
yakin ee karna saya punya mimpi yang besar, saya punya tujuan yang
besar, maka saya akan terus bergantung sama Allah SWT. karena saya
yakin Allah SWT itulah yang akan menentukan takdir saya. Baik atau
buruknya Allah SWT yang menentukan. Namun takdir dari Allah itu ialah
takdir yang pasti baik buat saya dan saya yakin akan hal itu.” S2
(R).W1:898-962.

“Kalau bicara tentang takdir ya, ee saya percaya takdir itu hal yang
bisa diubah ketika kita berhasil berusaha. Nah takdir itu memang hal yang
serius karena tidak bisa diprediksi. Karna suatu hal terjadi dimasa depan
itu atas kehendak Allah, atas ee rahmat Allah, dan juga atas perintah
Allah. Jadi saya yakin apa yang saya lakukan pada hari ini, hal positif
yang saya lakukan hari ini ataupun hal yang negative yang saya lakukan
pada hari ini, itu akan berdampak pada apa yang akan saya dapatkan
dimasa depan. Dan itulah yang menjadi motivasi saya untuk berusaha
untuk berbuat baik, sebaik apapun saya akan terus berbuat baik agar saya
yakin dua hal yang saya lakukan pada hari ini akan berdampak pada diri
saya dimasa yang akan datang. Yang namanya takdir itu memang gak bisa
diubah, ada beberapa takdir yang tidak bisa diubah namun kalau dalam
konteks pendidikan, kecerdasan, intelegensi, sikap, attitude itu bisa
dirubah jika kita punya kemauan, punya prinsip, punya motivasi dalam
mencapai atau menargetkan takdir itu. Nah jadi kalau kesan saya pribadi
sih saya akan melaksanakan hidup ini dengan sebaik-baiknya, kalau
dalam konteks pendidikan saya akan kuliah dengan sebaik-baiknya, saya
akan mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya, saya akan melaksanakan
tanggung jawab dan kewajiban saya sebagai mahasiswa itu dengan

29
sebaik-baiknya, saya akan berelasi baik dengan teman saya sebaik-
baiknya, dan juga saya akan berusaha menolong orang walaupun dalam
kondisi atau situasi apapun saya akan berusaha menolong orang. Memang
beberapa situasi saya akan memprioritaskan diri saya, namun jika
menolong orang yang pantas saya tolong maka saya akan berusaha untuk
menolongnya. Karena perilaku-perilaku yang itulah saya yakin akan
takdir, Allah itu akan memberikan takdir yang terbaik pada saya, mau itu
dalam bentuk jodoh, kerjaan, percintaan, ataupun yang lain sebagainya.”
S2 (R).W1:973-1057.

30
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dan data yang diperoleh
diketahui muncul tema-tema yang berkaitan dan dapat menjelaskan makna
gambaran resiliensi pada mahasiswa laki-laki di psikologi. Tema yang
muncul tersebut masing-masingnya dapat menggambarkan aspek-aspek
dari resiliensi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa melalui hasil
wawancara gambaran resiliensi pada mahasiswa laki-laki di psikologi
dapat tergambarkan dengan baik.
B. Saran
Penelitian masih memiliki kekurangan dan keterbatasan, karena itu
untuk penelitian selanjutnya, peneliti akan memberikan beberapa masukan
dan saran yang relevan agar penelitian yang dilakukan selanjutnya bisa
lebih baik dan rinci, yaitu sebagai berikut.
1. Penelitian selanjutnya bisa menambahkan subjek wawancara yang
lebih banyak agar data penelitian lebih jelas dan rinci.
2. Penelitian juga bisa menggunakan beberapa teori dari ahli yang
berbeda mengenai resiliensi.

31
DAFTAR PUSTAKA

Amelasasih.P. (2017). Resiliensi Orangtua yang Mempunyai Anak Berkebutuhan


Khusus. Psikosains, Vol.11, No.2, Hal. 72-81 ISSN: 1907-5235
Ifdil & Taufik. (2012). Urgensi Peningkatan dan Pengembangan Resiliensi Siswa
di Sumatera Barat, Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume XII No.2
Putra ,Siregar,& Achmad. (2016). Efektivitas Pelatihan Bersyukur Untuk
Meningkatkan Resiliensi Pada Penyintas Erupsi Gunung Sinabung, Jurnal
Dialog Penanggulangan Bencana Vol. 7, No. 2 Hal. 120-127
Sukmaningpraja, & Santhoso. (2016). Peran Regulasi Emosi terhadap Resiliensi
pada Siswa Sekolah Berasrama Berbasis Semi Militer, Gadjah Mada
Journal of Psychology volume 2, NO. 3, hal: 184-191
Ruswahyuningsi, M. C., & Afiatin, T. (2015). Resiliensi pada remaja jawa.
Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP), 1(2), 96-105.
Indrawati, T. (2019). Pengaruh resiliensi dan religiusitas terhadap kesejahteraan
psikologis pada guru di paud rawan bencana rob. Al-Athfaal: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Anak Usia Dini, 2(2), 71-82.
Djaelani, A. R. (2013). Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif. Majalah
Ilmiah Pawiyatan, 20(1), 82-92.
Rachmawati, I. N. (2007). Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif:
wawancara. Jurnal Keperawatan Indonesia, 11(1), 35-40.
Putri, A. K. (2012). Hubungan antara penerimaan diri dengan depresi pada
wanita perimenopause (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
AIRLANGGA).
Hafid, A. (2016). Hubungan Sosial Masyarakat Multietnik di Kabupaten Luwu
Sulawesi Selatan. Al-Qalam, 22(2).
Widodo, B. (2013). Perilaku Disiplin Siswa Ditinjau dari Aspek Pengendalian
Diri (Self Control) dan Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Pada Siswa
SMK WONOASRI Caruban Kabupaten Madiun. Widya Warta, 37(01).
Oktapiani, M. (2020). Tingkat Kecerdasan Spiritual Dan Kemampuan Menghafal
Al-Qur’an. Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 95-108.

32
LAMPIRAN

33
A. Kartu Keterangan Wawancara

34
35
LAMPIRAN VERBATIM

VERBATIM WAWANCARA SUBJEK I


GAMBARAN RESILIENSI PADA MAHASISWA LAKI-LAKI DI
PSIKOLOGI UIN SUSKA RIAU

Hari/Tanggal : Senin, 12 Juni 2023

Pukul : 15.40 – 15.53

Nama Pewawancara : Sekar Raudhatul Jannah

Nama/Inisial Responden : Teguh Dwi Putra

Jenis Kelamin : Laki-laki

Lokasi Wawancara : SLU Madani UIN Suska Riau

Wawancara Ke : 1 (Satu)

Observasi No P/R Verbatim Ide Utama Tema Umum


Perilaku Baris
1 P Assalamualaikum,
2 selamat siang
3 menjelang sore,
4 sebelumnya kenalin
5 aku sekar
6 raudhatuljannah dri
7 kelas 4C Fakultas
8 Psikologi UIN Suska
9 Riau. Jdi disini saya
10 ingin mewawancarai
11 teguh tentang
12 resiliensi. Apakah
Teguh bersedia

36
13 untuk melakukan
14 wawancara?
15
16 R
Waalaikumussalam
17
warahmatullahi
18
wabarakatuh Ee ya
19
saya bersedia
20 P Sebelumnya ee boleh
21 perkenalan dulu
22 bang ?
23 R Eee oke-oke,
24 perkenalan nama aku
25 teguh dwi putra, aku
26 berasal dari fakultas
27 psikologi semester 4
28 P Okee. Ee
29 sebelumnya teguh
30 udah tau belum apa
31 itu resiliensi ?
32 R Ee yang saya ketahui
33 resiliensi itu mungkin
34 gak banyak, yang
35 saya ketahui itu
36 resiliensi ini
37 merupakan suatu
38 kondisi dimana kita
39 mengalami kesulitan
40 dan disana resiliensi
41 ini bagaimana cara
42 kita menghadapi
43 situasi sulit tersebut.
Mungkin seperti itu

37
44 yang saya ketahui.
45 P Okee. Ee
46 selamaTeguh
47 menjalani proses
48 perkuliahan dari
49 semester 1 sampai
50 semester 4 ni,
51 apakah Teguh
52 pernah mengalami
53 kendala atau
54 hambatan dalam
55 proses perkuliahan ?
56 R Kalau kendala itu Responden menyoroti Mampu
57 pastinya ada ee tantangan yang sering menjadi
58 apalagi ee kendala dialami oleh laki-laki Individu yang
59 laki-laki itu seperti dalam tugas Kompoten
60 malas terus ee kalau kelompok, yaitu sikap
61 laki-laki ini biasanya malas dan kurang
62 ketika ada tugas pemahaman tentang
63 kelompok misalnya materi yang dibahas.
64 kan biasanya kalau Kendala ini
65 aku sendiri, kurang berdampak negatif
66 menseriusi lah jadi ya pada partisipasi dan
67 itu kurangnya kualitas kontribusi
68 pemahaman tentang laki-laki dalam
69 materi-materi yang kelompok kerja.
70 dipahami
71 P Nah dari masalah-
72 masalah yang teguh
73 sebutin tadi, ee lalu
74 bagaimana sih cara
75 teguh menghadapi

38
76 masalah tersebut?
77 R Ee mungkin untuk Responden Mampu
78 sekarang ini sih mengungkapkan menjadi
79 selama berjalan dari keinginannya untuk Individu yang
80 sem 4 ini lah ya mengubah sikapnya ulet
81 mungkin seperti tidak dalam perkuliahan.
83 mau bertanya kepada Selama menjalani
84 dosen terus tidak mau semester keempat,
85 berkontribusi dalam responden menyadari
86 kelompok mungkin bahwa ia cenderung
87 coba untuk saya enggan untuk bertanya
88 kurangi. Yaa sekarang kepada dosen dan
89 ini mungkin mencoba berkontribusi dalam
90 lebih aktif lagi dalam kelompok. Namun,
91 perkuliahan agar yang sekarang ia bertekad
92 dipelajari itu mungkin untuk mengurangi
93 dapat dipahami sikap tersebut dan
94 dengan baik. menjadi lebih aktif
95 dalam proses
96
pembelajaran, dengan
97
harapan dapat
98
memahami materi
99
dengan lebih baik.
100 P Okee. Terus pas
101
teguh malas
102
ngerjain tugas nih ,
103
hal apasih yang
104
pertama kali teguh
105
lakuin supaya teguh
106
tu gak malas lagi
107
dalam mengerjakan
tugas?

39
108 R Sebelumnya saya Responden Memiliki
109 memberi tau alasan mengungkapkan Standar yang
110 saya tambah malas alasan tinggi
111 lah gitu yakan, ketidakberdayaan dan
112 mungkin alas an saya keengganannya yang
113 kenapa saya malas itu lebih dulu
114 karna minsed saya itu disampaikan.
115 menganggap tugas itu Responden mencatat
116 payah gitu, sementara bahwa rasa malasnya
117 (suara adzan) disebabkan oleh
118 mungkin caranya itu pandangan negatif
119 ee memikirkan bahwa terhadap tugas yang
120 tugas ini gak sesulit dianggap sulit dan
121 yang di bayangkan tidak
122 gitu. Mungkin seperti menyenangkanNamun
123 itu. , sekarang responden
124 menyadari pentingnya
125 mengubah cara
126 pandangnya dengan
127 memahami bahwa
128 tugas mungkin tidak
129 seburuk yang
130 dibayangkan
131 sebelumnya.
132 P Sebelumnya teguh
133 pernah gak kayak
134 teguh itu berada
135 disituasi yang sulit
136 terus teguh
137 diharuskan
138 menggunakan naluri
139 nih dalam

40
140 menghadapi situasi
141 tersebut, lalu
142 bagaimana sih cara
143 teguh mengambil
144 keputusan?
145 R Mungkin terkadang Responden menyoroti Percaya pada
146 ketika ada itu ada pentingnya persiapan naluri
147 dosen yang mungkin dan belajar
148 suka bertanya secara sebelumnya ketika
149 tiba-tiba, mungkin menghadapi
150 disitu yang disitulah pertanyaan tiba-tiba
151 naluri kita bekerja. dari dosen. Responden
152 Tapi, yang naluri tadi menyadari bahwa
153 ketika kita tidak ada naluri untuk bekerja
154 belajar sebelumnya ya muncul dalam situasi
155 itu tadi sama aja tidak tersebut, tetapi
156 akan bisa muncul menyadari bahwa
157 muncul secara tiba- naluri tersebut tidak
158 tiba. Mungkin akan muncul jika tidak
159 antisipasi juga kalau ada pemahaman yang
160 kita dihadapkan sudah diperoleh
161 dengan pertanyaan sebelumnya.
162 tersebut ee dengan Responden
163 belajar dihari menyarankan untuk
164 sebelumnya mungkin. mengantisipasi
165 pertanyaan dengan
166 belajar sebelumnya.
167 P Okee. Jadi dari
168 pengalaman yang
169 teguh sebutkan tadi,
170 bagaimana cara
171 teguh

41
172 memanfaatkan
173 situasi tersebut atau
174 pengalam tersebut
175 untuk membangun
176 toleransi teguh
177 terhadap hal-hal
178 yang tidak
menyenangkan?
179 R Mungkin ee kembali Responden mencatat Toleran pada
180 lagi hal yang tadi itu faktor kemalasan hal buruk
181 seperti yang dibilang sebagai penyebab
182 hal yang tidak ketidaknyamanan
183 disenangi. Hal yang dalam pembelajaran.
184 seperti itu terjadi Responden menyadari
185 karena kemalasan itu bahwa hal-hal yang
186 tadi. Kalau misalnya tidak disenangi
187 saya tidak malas gitu muncul karena adanya
188 pastinya hal-hal yang kemalasan. Jika
189 menjadikan tidak responden tidak
190 senang itu tadi tidak malas, maka
191 akan muncul. Hal-hal kemungkinan
192 yang tidak disenangi ketidaknyamanan
193 tadi muncul pastinya tersebut dapat
194 karna tidak belajar, berkurang. Responden
195 yang jadinya ketika juga mengakui bahwa
196 kita belajar itu tidak kurangnya
197 nyambung dengan keterhubungan antara
198 pelajaran itu tadi. belajar dan pelajaran
199 Mungkin kira-kira memperkuat perasaan
200 seperti itulah. tidak disenangi dalam
proses pembelajaran.
201 P Kalau lagi dikampus

42
202 kan ada aja tuh
203 tekanan-tekanan
204 yang mungkin
205 membuat kita stress,
206 lalun bagaimana
207 cara teguh dalam
208 mengatasi atau
209 menghadapi
210 tekanan-tekanan
211 tersebut?
212 R Mungkin lebih ke Responden Mampu
213 mikir gini ya, e semua mengemukakan mengatasi
214 hal yang kita inginkan pentingnya mengelola akibat dari
215 itu kadang gak sesuai harapan dan menerima stress
216 dengan yang kita kenyataan bahwa
217 harapkan. Kadang tidak semua hal yang
218 juga sesuatu yang kita diinginkan dapat
219 mau, juga ngga harus tercapai. Responden
220 kita dapat. Mungkin mencatat bahwa
221 lebih mikir ke arah seringkali apa yang
222 sana untuk nanganin diinginkan tidak
223 hal hal yang kek tadi sesuai dengan
224 itu. harapan, dan kadang-
225 kadang apa yang
226 diinginkan tidak perlu
227 didapatkan.
228 Responden
229 mengajukan
230 pendekatan untuk
231 menghadapi hal-hal
232 seperti itu dengan
lebih baik.

43
233 P Terus gimana nih
234 cara teguh merespon
235 ketika dihadapkan
236 pada perubahan
237 jadwal dalam mata
238 kuliah atau ada
239 penugasan yang
240 tidak terduga?
241 Apakah teguh
242 mampu menerima
243 perubahan itu gak
244 dengan sikap yang
245 positif?
246 R Jujur seperti Responden Dapat
247 perubahan jadwal, mengungkapkan rasa menerima
248 tugas-tugas yang frustrasi dan beban perubahan
249 mendadak dalam yang muncul akibat secara positif
250 jangka waktu yang perubahan jadwal dan
251 dekat, hal-hal yang tugas mendadak
252 seperti itu tu sangat dalam pembelajaran.
253 mengesalkan gitu ya, Perubahan jadwal
254 apalagi misalkan ee yang mengganggu
255 kita kosong ni waktu istirahat dan
256 misalnya tiba-tiba ada jarak rumah yang jauh
257 jadwal yang harusnya dari kampus menjadi
258 kita istirahat jadinya faktor penambah
259 malah ngampus gitu. beban. Responden
260 Kalau aku sendiri juga merasa kesal
261 jujur sangat kesal, terhadap tugas-tugas
262 dikarenakan juga yang memiliki
263 kondisi rumah yang deadline singkat, sulit,
264 jauh dari kampus , dan kurang penjelasan

44
265 hal-hal yang seperti dari dosen.
266 itu jadi beban gitu
267 sementara jika kita
268 tidak datang absen
269 nya gak ada, ngurangi
270 absen. Ya begitulah,
271 kesal lah pokoknya.
272 Apalagi untuk tugas-
273 tugas yang deadline
274 nya singkat gitu
275 sementara tugas nya
276 ini gak mudah, tugas
277 nya ni payah apalagi
278 misalnya kan udah
279 tugasnya payah
280 dosennya ee kurang
281 detail gitu
282 menjelaskan nya.
283 Kesallah pokoknya.
284 P Terus untuk
285 interaksi sosial
286 dikampus gimana
287 cara teguh menjaga
288 atau menjalin
289 hubungan sosial
290 yang baik sama
291 teman dikampus?

292 R Kalau dikampus sih Responden mengakui Dapat menjaga


293 InsyaAllah hubungan pentingnya hubungan hubungan baik
294 sosial nya baiklah sosial yang baik di dengan orang
295 terutama dengan laki- lingkungan kampus, lain
laki, kalau dengan terutama dengan laki-

45
296 perempuan sih bisa laki dan juga dekat
297 dibilang dekatlah. dengan perempuan.
298 Mungkin secara Untuk menjaga
299 menjaga nya ya ee hubungan tersebut,
300 seperti misalnya ada responden
301 tugas kelompok menekankan
302 saling membantu, pentingnya saling
303 kalau aku sih jujur membantu dalam
304 dalam tugas tugas kelompok.
305 kelompok kadang Namun, responden
306 suka lalai gitu suka juga mengakui
307 cuek. Mungkin hal kecenderungan untuk
308 seperti tadi dapat menjadi cuek atau
309 menimbulkan ee lalai dalam tugas
310 miskomuniasi lah. kelompok, yang dapat
311 Mungkin hal-hal yang menyebabkan
312 seperti itu bakal miskomunikasi. Oleh
313 dikurangin agar tidak karena itu, responden
314 ada miskomunikasi. berkomitmen untuk
315 mengurangi hal-hal
316 tersebut demi
317 menghindari
318 miskomunikasi
319
320 P Okee. Ee terus coba
321 teguh ceritain
322 tentang suatu
323 kegagalan yang
324 teguh alami
325 dikehidupan
326 akademik teguh.
327 Dan bagaimana sih

46
328 cara teguh
329 mengatasinya tanpa
330 menyerah atau
331 kehilangan
332 motivasi?
333 R Em mungkin nilai tadi Responden mengakui Mampu
334 sih. Ada beberapa adanya beberapa nilai mengontrol
335 nilai gitu yang gak yang tidak sesuai diri sendiri
336 sesuai dengan dengan harapan, dan
337 harapan , kalau cara mencari cara untuk
338 apa tadi? Cara memotivasi diri dalam
339 memotivasinya ya? menghadapi
340 Mungkin cara kegagalan tersebut.
341 memotivasinya itu Cara yang disarankan
342 yang pastinya adalah dengan
343 kembali lagi dengan kembali mengingat
344 tujuan kita berkuliah, tujuan awal dalam
345 ee yang mana tujuan berkuliah, yaitu untuk
346 kuliah tadi yaa untuk mencapai kesuksesan.
347 bisa dibilang untuk Dengan memikirkan
348 mensukseskan, ulang tujuan tersebut,
349 mungkin dengan responden berharap
350 memikirkan hal-hal dapat memotivasi diri
351 yang itu, memikirkan untuk kembali
352 kembali tujuan awal semangat dalam
353 kita. Hal yang seperti menghadapi
354 itu cara memotivasi kegagalan.
355 saya untuk kembali ee
356 kembali (berdecak)
357 semangat lagi lah
358 untuk memotivasi
359 kegagalan itu.

47
360 P Lalu bagaimana sih
361 cara teguh
362 mengendalikan diri
363 ketika teguh merasa
364 frustasi atau marah
365 selama
366 berkolaborasi dalam
367 sebuah tugas
368 kelompok?
369 R Mungkin pertama- Responden menyadari Mampu
370 tama, saya perlu pentingnya mengenali mengendalika
371 menyadari dan emosi frustasi atau n diri sendiri
372 mengenali emosi marah yang muncul
374 frustasi atau marah dalam dirinya dan
375 yang muncul. Dengan mengakui perasaan
376 menyadari emosi tersebut. Dengan
377 tersebut, saya dapat menyadari emosi
378 mengakui tersebut, responden
379 perasaannya dan berusaha menghindari
380 menghindari bereaksi bereaksi secara
381 secara impulsif. Dan impulsif, yang dapat
382 saya cobalah melihat memperburuk situasi.
383 situasi dari sudut Selain itu, responden
384 pandang orang lain juga mencoba melihat
385 dalam kelompok. situasi dari sudut
386 Mungkin ada alasan pandang orang lain
387 atau tantangan yang dalam kelompok,
388 membuat rekan-rekan dengan menyadari
389 sekelompok saya bahwa mungkin ada
390 tidak dapat alasan atau tantangan
391 berkontribusi dengan tertentu yang
392 maksimal. membuat rekan-rekan

48
393 sekelompok tidak
394 dapat berkontribusi
395 dengan maksimal.
396 Dengan demikian,
397 responden berusaha
398 untuk memahami dan
399 menghargai perspektif
400 orang lain dalam
401 upaya mencapai
402 pemahaman dan solusi
403 yang lebih baik secara
404 kolektif.
405 P Dari banyaknya
406 tekanan atau
407 masalah yang teguh
408 hadapi tadi, kan
409 teguh udah
410 ngejelasin nih cara-
411 cara menghadapi
412 situasi-situasi yang
413 teguh sebutin tadi
414 dalam
415 menyelesaikan
416 masalah tu ada
417 bantuan Tuhan,
418 teguh percaya gak?
419 R Ee pastinya sangat Responden Percaya
420 percaya lah ya dan menyampaikan kepada Tuhan
421 saya juga pernah ada keyakinannya akan
422 pengalaman seperti kekuatan doa dan
423 itu , ee pas SMP gitu, pengalamannya
424 doa itu emang nyata sendiri yang

49
425 gitu, doa itu emang menguatkan
426 terkabul. Ketika kita keyakinan tersebut,
427 menghadapi sesuatu terutama ketika
428 itu. Ya saya sangat menghadapi tantangan
429 percaya lah ee ketika pada masa SMP.
430 kita berdoa kepada Responden percaya
431 Tuhan tu pasti adalah bahwa doa memiliki
432 jalannya, kalau kita kekuatan nyata dan
433 emang ingin sesuatu, dapat dikabulkan oleh
434 tentunya tidak luput Tuhan. Namun,
435 dari usaha juga. responden juga
436 menekankan bahwa
437 keinginan dan upaya
438 keras tidak boleh
439 terlewatkan, karena
440 keberhasilan juga
441 memerlukan usaha
442 yang nyata.
443 P Kalau untuk
444 masalah takdir nih,
445 gimana sih cara
446 Teguh memasukkan
447 pemahaman takdir
448 dalam pengambilan
449 keputusan dalam
450 hidup Teguh
451 terutama dalam
452 konteks
453 perkuliahan?
454 R Takdir ya ? Yang Responden Individu
456 pastinya ee takdir menyampaikan percaya pada
457 yang kita ketahui itu pandangan tentang takdir

50
458 yang sudah takdir dan penerimaan
459 digariskan, jadi ya terhadap kegagalan
460 bagaimanapun usaha dalam menghadapi
461 kita merasakan tantangan. Responden
462 kegagalan lah gitu, ya meyakini bahwa
463 takdir itu emang takdir telah ditetapkan
464 sudah ada. Jadi, kita dan tak dapat diubah,
465 juga harus bisalah sehingga kegagalan
466 menerima nya. yang dialami sebagian
467 merupakan bagian
468 dari takdir tersebut.
469 Oleh karena itu,
470 responden
471 menekankan
472 pentingnya untuk
473 menerima kegagalan
474 dengan lapang dada.
475 Penerimaan terhadap
476 takdir dan kegagalan
477 dianggap sebagai
478 langkah yang
479 diperlukan dalam
480 menghadapi
481 tantangan.
482 P Ee okee.
483 Terimakasih karena
484 telah berpartisipasi
485 Teguh dalam
486 wawancara hari ini.
487 Sebelum kita
488 mengakhiri
489 wawancara ini

51
490 apakah Teguh
491 punya pertanyaan
492 terakhir?
493 R Kalau boleh tau ini
494 untuk tugas
495 perkuliahan mata
496 kuliah apa kalau
497 boleh tau ?
498 P Ini untuk tugas mata
499 kuliah metode
500 wawancara
501 P Oke karna kita juga
502 udh masuk waktu
503 ashar ya, berarti
504 langsung saja kita
505 akhiri wawancara
506 kita. Terimakasih
507 atas waktunya
508 Teguh. Maaf juga
509 mengganggu
510 aktivitasnya. Sekian
511 dari aku.
512 Wassalamu’alaikum
513 warahmautallahi
514 wabarakatuh..
515 R Wa’alaikumussalam
516 warahmatullahi
517 wabarakatuh

No Coding Uraian Tema

52
1. S1.W1 : Kalau kendala itu pastinya ada ee Mampu menjadi Individu yang
56-70 apalagi ee kendala laki-laki itu Kompoten
seperti malas terus ee kalau laki-
laki ini biasanya ketika ada tugas
kelompok misalnya kan biasanya
kalau aku sendiri, kurang
menseriusi lah jadi ya itu
kurangnya pemahaman tentang
materi-materi yang dipahami
2. S1.W1 : mungkin untuk sekarang ini sih Mampu menjadi Individu yang
77-94 selama berjalan dari sem 4 ini lah ulet
ya mungkin seperti tidak mau
bertanya kepada dosen terus tidak
mau berkontribusi dalam kelompok
mungkin coba untuk saya kurangi.
Yaa sekarang ini mungkin mencoba
lebih aktif lagi dalam perkuliahan
agar yang dipelajari itu mungkin
dapat dipahami dengan baik.
3. S1.W1 : Sebelumnya saya memberi tau Memiliki Standar yang tinggi
108-123 alasan saya tambah malas lah gitu
yakan, mungkin alas an saya
kenapa saya malas itu karna minsed
saya itu menganggap tugas itu
payah gitu, sementara (suara adzan)
mungkin caranya itu ee memikirkan
bahwa tugas ini gak sesulit yang di
bayangkan gitu. Mungkin seperti
itu.
4. S1.W1 : Mungkin terkadang ketika ada itu Percaya pada naluri
145-164 ada dosen yang mungkin suka
bertanya secara tiba-tiba, mungkin

53
disitu yang disitulah naluri kita
bekerja. Tapi, yang naluri tadi
ketika kita tidak ada belajar
sebelumnya ya itu tadi sama aja
tidak akan bisa muncul muncul
secara tiba-tiba. Mungkin antisipasi
juga kalau kita dihadapkan dengan
pertanyaan tersebut ee dengan
belajar dihari sebelumnya mungkin.
5. S1.W1 : Mungkin ee kembali lagi hal yang Toleran pada hal buruk
179-200 tadi itu seperti yang dibilang hal
yang tidak disenangi. Hal yang
seperti itu terjadi karena kemalasan
itu tadi. Kalau misalnya saya tidak
malas gitu pastinya hal-hal yang
menjadikan tidak senang itu tadi
tidak akan muncul. Hal-hal yang
tidak disenangi tadi muncul
pastinya karna tidak belajar, yang
jadinya ketika kita belajar itu tidak
nyambung dengan pelajaran itu
tadi. Mungkin kira-kira seperti
itulah.
6. S1.W1 : Mungkin lebih ke mikir gini ya, e Mampu mengatasi akibat dari
212-224 semua hal yang kita inginkan itu stress
kadang gak sesuai dengan yang kita
harapkan. Kadang juga sesuatu
yang kita mau, juga ngga harus kita
dapat. Mungkin lebih mikir ke arah
sana untuk nanganin hal hal yang
kek tadi itu.
7. S1.W1 : Jujur seperti perubahan jadwal, Dapat menerima perubahan

54
246-283 tugas-tugas yang mendadak dalam secara positif
jangka waktu yang dekat, hal-hal
yang seperti itu tu sangat
mengesalkan gitu ya, apalagi
misalkan ee kita kosong ni
misalnya tiba-tiba ada jadwal yang
harusnya kita istirahat jadinya
malah ngampus gitu. Kalau aku
sendiri jujur sangat kesal,
dikarenakan juga kondisi rumah
yang jauh dari kampus , hal-hal
yang seperti itu jadi beban gitu
sementara jika kita tidak datang
absen nya gak ada, ngurangi absen.
Ya begitulah, kesal lah pokoknya.
Apalagi untuk tugas-tugas yang
deadline nya singkat gitu sementara
tugas nya ini gak mudah, tugas nya
ni payah apalagi misalnya kan udah
tugasnya payah dosennya ee kurang
detail gitu menjelaskan nya.
Kesallah pokoknya.
8. S1.W1 : Kalau dikampus sih InsyaAllah Dapat menjaga hubungan baik
292-315 hubungan sosial nya baiklah dengan orang lain
terutama dengan laki-laki, kalau
dengan perempuan sih bisa dibilang
dekatlah. Mungkin secara menjaga
nya ya ee seperti misalnya ada
tugas kelompok saling membantu,
kalau aku sih jujur dalam tugas
kelompok kadang suka lalai gitu
suka cuek. Mungkin hal seperti tadi

55
dapat menimbulkan ee
miskomuniasi lah. Mungkin hal-hal
yang seperti itu bakal dikurangin
agar tidak ada miskomunikasi.
9. S1.W1 : mungkin nilai tadi sih. Ada Mampu mengontrol diri sendiri
333-359 beberapa nilai gitu yang gak sesuai
dengan harapan , kalau cara apa
tadi? Cara memotivasinya ya?
Mungkin cara memotivasinya itu
yang pastinya kembali lagi dengan
tujuan kita berkuliah, ee yang mana
tujuan kuliah tadi yaa untuk bisa
dibilang untuk mensukseskan,
mungkin dengan memikirkan hal-
hal yang itu, memikirkan kembali
tujuan awal kita. Hal yang seperti
itu cara memotivasi saya untuk
kembali ee kembali (berdecak)
semangat lagi lah untuk memotivasi
kegagalan itu.
10. S1.W1 : Mungkin pertama-tama, saya perlu Mampu mengendalikan diri
sendiri
369-392 menyadari dan mengenali emosi
frustasi atau marah yang muncul.
Dengan menyadari emosi tersebut,
saya dapat mengakui perasaannya
dan menghindari bereaksi secara
impulsif. Dan saya cobalah melihat
situasi dari sudut pandang orang
lain dalam kelompok. Mungkin ada
alasan atau tantangan yang
membuat rekan-rekan sekelompok
saya tidak dapat berkontribusi

56
dengan maksimal.

11. S1.W1 : pastinya sangat percaya lah ya dan Percaya kepada Tuhan
419-435 saya juga pernah ada pengalaman
seperti itu , ee pas SMP gitu, doa
itu emang nyata gitu, doa itu emang
terkabul. Ketika kita menghadapi
sesuatu itu. Ya saya sangat percaya
lah ee ketika kita berdoa kepada
Tuhan tu pasti adalah jalannya,
kalau kita emang ingin sesuatu,
tentunya tidak luput dari usaha
juga.
12. S1.W1 : Takdir ya ? Yang pastinya ee takdir Individu percaya pada takdir
454-466 yang kita ketahui itu yang sudah
digariskan, jadi ya bagaimanapun
usaha kita merasakan kegagalan lah
gitu, ya takdir itu emang sudah ada.
Jadi, kita juga harus bisalah
menerima nya.

57
LAMPIRAN VERBATIM

58
VERBATIM WAWANCARA SUBJEK II
GAMBARAN RESILIENSI PADA MAHASISWA LAKI-LAKI DI
PSIKOLOGI UIN SUSKA RIAU

Hari/Tanggal : Selasa,13 Juni 2023

Pukul : 19.26 – 19.57

Nama Pewawancara : Sekar Raudhatul Jannah

Nama/Inisial Responden : Ramadanus

Jenis Kelamin : Laki-laki


Wawancara Ke : 2 (Dua)

Observa No P Verbatim Ide Utama Tema


si Baris / Umum
Perilaku R

1 P ssalamualaikum
2 warahmatullahi
3 wabarakatuh. Ee
4 selamat malam,
5 sebelumnya
6 perkenalkan saya
7 sekar raudhatul
8 jannah dari kelas
9 4C Fakultas
10 Psikologi UIN
11 Suska Riau. Jadi
12 saya ingin
13 mewawancarai
14 abang tentang
15 resiliensi. Apakah
abang bersedia
untuk melakukan
wawancara ?

59
16 R Waalaikumussalam
17 warahmatullahi
18 wabarakatuh. Baik
19 saya bersedia
20 P Sebelumnya ee
21 boleh perkenalan
dulu bang ?
22 R Baik, perkenalkan
23 nama saya
23 Ramadhanus
24 biasanya teman-
25 teman manggil saya
26 Rama. Saya adalah
27 mahasiswa fakultas
28 psikologi uin suska
29 riau yang saat ini
30 berada dikelas 4e di
fakultas psikologi
uin suska riau.
31 P Okee. Sebelumnya
32 abang udah tau
33 belum apa itu
resiliensi?
34 R Ee resiliensi itu
35 ialah kondisi
36 dimana seorang
37 individu itu ketika
38 dia menghadapi
39 tekanan-tekanan
40 yang ada didalam
41 kekurangan dia, dia
42 masih bisa bertahan

60
dalam
mempertahankan
apa yang ia
inginkan gitu.
43 P Oke bang, kita
44 langsung saja ke
45 wawancara inti
46 yaa. Ee selama
47 abang menjalani
48 proses
49 perkuliahan ni
50 dari semester 1
51 sampai semester 4
52 sekarang ini,
53 apakah abang
pernah mengalami
kendala atau
hambatan dalam
proses
perkuliahan?
54 R Okee. Untuk Responden Mampu
55 kendala dan mengakui menjadi
56 hambatan nya itu adanya Individu
57 ada ya mungkin, hambatan dan yang
58 mungkin yang kejenuhan Kompoten
59 sering saya lakukan yang sering
60 yang biasanya dirasakan oleh
61 umum yang mahasiswa,
62 dirasakan oleh terutama
63 mahasiswa rasa dalam
64 kejenuhan gitu, menghadapi
65 kejenuhan dalam tugas kuliah.

61
66 menghadapi tugas, Namun,
67 dalam mengerjakan responden
68 tugas. Namun, ee memiliki
69 saya memiliki prinsip bahwa
70 prinsip ee sesulit tidak ada tugas
71 apapun tugas itu yang terlalu
72 pasti akan ada sulit yang
73 solusi dalam tidak dapat
74 mengerjakannya. diselesaikan
75 Dan itu menurut dengan adanya
76 saya hal yang solusi yang
77 normal, karena tepat.
78 sejujurnya ee saya Responden
79 pribadi itu memiliki memiliki
80 target yang dimana target dan
81 target itu sudah ada rencana
83 dalam rencana saya pribadi yang
84 sendiri gitu. Jadi menjadi
untuk hambatannya, motivasi untuk
sejauh ini mengatasi
Alhamdulillah hambatan
sudah dapat saya tersebut.
atasi gitu. Dan saya
rasa ee
diperkuliahan lebih
banyak sukanya
gitu daripada
hambatan-
hambatannya..
85 P Oo begitu ya.
86 Terus dari yang
87 abang jelasin tadi

62
88 nih,lalu
89 bagaimana sih
90 cara abang
menghadapi
masalah-masalah
tersebut?
91 R Okee. Ee mungkin Responden Mampu
92 masalah yang tidak menjadi
93 dimaksud saudari mencampurka Individu
94 ialah sebenarnya n masalah ke yang ulet
95 masalah itu timbul dalam
96
ya ada beberapa kehidupan
97
strategi sih ee sehari-hari,
98
dikarenakan saya melainkan
99
orang punya menyelesaikan
100
rencana, saya orang nya pada saat
101
nya terstruktur. Jadi yang tepat.
102
ketika syaa Jika masalah
103
mendapat suatu sulit atau
104
masalah saya akan rumit, ia
105
fokus dulu untuk mencari
106
menyelesaikan bantuan dan
107
masalah itu. Nah, saran dari
108
ketika masalah teman, abang
109
tersebut sudah saya tingkat, dan
110
selesaikan, maka orang-orang di
111
saya bisa beralih ke sekitarnya.
112
kegiatan lain gitu.
113
Jadi, dapat
114
disimpulkan secara
115
sederhananya,
116
ketika saya
117

63
118 mendapatkan
119 masalah ee
120 walaupun masalah
121 ini masalah berat
122 ataupun masalah
123 yang sederhana atau
124 masalahh yang
125 yang ringan, ee
126 saya tidak akan
127 mencampurkan
128 masalah ini
129 kedalam kehidupan
130 saya gitu. Jadi saya
131 akan
132 menyelesaikannya
133 ketika masa dimana
134 saya akan
135 menghadapi dan
136 menyelesaikan
137 masalah itu seperti
138 itu dan mungkin ee
139 ketika masalah itu
140 tetap ada pada diri
141 saya dan saya sulit
142 untuk
143 melaksanakan atau
144 memecahkan
145 masalah itu dan
146 biasanya saya selalu
147 meminta bantuan
148 saran teman,
149 bantuan orang-

64
150 orang sekitar, untuk
151 membantu saya
dalam
menyelesaikan
masalah itu. Contoh
simple nya kayak
mengerjakan tugas,
ketika dapat tugas
yang sulit itu ya
saya tidak tau harus
bagaimana
mengerjakannya
biasanya saya butuh
teman, syaa butuh
abang tingkat, saya
btuh teman-teman
yang membantu sya
untuk memahami
bagaimana tata cara
menyelesaikan
tugas itu. Jadi itu
mungkin simple
nya ketika saya
menghadapi
masalah.
152 P Terus pas abang
153 lagi masalah ni
154 mengerjakan
155 tugas, hal apa sih
156 yang pertama kali
157 abang lakukan
158 supaya abang itu

65
159 gak malas lgi
dalam
mengerjakan
tugas?
160 R Ee untuk hal itu yaa Responden Memiliki
161 yang saya lakukan menjelaskan Standar yang
162 biasanya, saya sih bahwa ia tinggi
163
menetapkan ee memiliki
164
yang nama nya pendekatan
165
target gitu. Jadi,ee terencana dan
166
sejujurnya saya terstruktur
167
orangnya terencana, dalam
168
terplaning dan juga menyelesaikan
169
tersturktur yang tugas dan
170
syaa bilang tanggung
171
sebelumnya. Saya jawab. Ia
172
orang nya terencana menetapkan
173
contoh seperti ini, target dan
174
ketika tugas A itu jadwal yang
175
dihari senin harus jelas, sehingga
176
dikerjain maka ia
177
dihari senin itu saya berkomitmen
178
kerjain, mau untuk
179
gimanapun dan ada menyelesaikan
180
hambatan-hambatan tugas pada
181
apapun, dari waktu yang
182
siapapun, saya akan ditentukan,
183
tetap mengerjakan tanpa
184
tugas itu mau memperdulika
185
gimanapun. Karena n hambatan
186
menurut saya, karna atau rasa
187
saya orang nya jenuh.

66
188 terencana,
189 terstruktur. Semua
190 yang saya lalui,
191 semua hal yang
192 saya lakukan itu
193 harus terencana
194 dengan baik dan
195 saya harus
196 menyelesaikan apa
197 yang sudah menjadi
198 tanggung jawab
199 saya. Jadi untuk
200 seperti kejenuhan,
201 malas mengerjakan
202 tugas, memang ada
203 rasa-rasa itu cuman
204 biasanya cara sya
205 untuk
206 menanggulangi hal
207 itu saya tetap
208 menanmkan dalam
209 prinsip saya bahwa
210 ee yang nama nya
211 tugas itu harus
212 dituntaskan, harus
213 diselesaikan, ketika
214 tugas sudah
215 terselesaikan
216 barulah kita boleh
217 bermalas-malasan,
kita bolehlah untuk
rebahan, kita

67
bolehlah untuk ee
menyenangkan diri
gitu. Jadi, pendapat
saya pribadi saya
jarang sih untuk
malas-malasan atau
mageran dalam
mengerjakan tugas.
Jadi saya apabila
ada tugas dikasih
hari senin maka
saya harus
mengerjakannya
dihari senin atau
gak paling lambat
dihari selasa gitu.
Seperti itu.
218 P Sebelumnya abang
219 pernah gak ee
220 kayak abang tu
221 berada di situasi
222 yang sulit terus
223 abang diharuskan
224 menggunakan
225 naluri nih dalam
226 menghadapi
227 situasi tersebut,
lalu bagaimana
cara abang
mengambil
keputusan?
228 R Okee naluri yaa. Responden Percaya pada

68
229 Kalau berbicara menjelaskan naluri
230 tentang naluri ya bahwa ia
231 felling ya, ee ketika sering
232 saya berada di mengambil
233 kondisi sulit ee keputusan
234 memang kondisi berdasarkan
235 sulit itu sulit untuk naluri atau
236 digambarkan ya, perasaan
237 kalau menurut saya pribadinya.
238
pribadi dulu ya Ketika ia
239
jujur, emang dulu berada dalam
240
ee saya pernah situasi sulit, ia
241
berada di situasi mempercayai
242
sulit dimana ee instingnya
243
mungkin masalah untuk
244
ini terjadi pada diri mengambil
245
saya. Namun cara keputusan
246
saya mengambil yang sesuai
247
keputusan itu dengan
248
memang terjadi keinginannya.
249
sesuai keinginan Keputusan
250
saya gitu. Saya tersebut
251
yakin keputusan didasarkan
252
yang saya ambil itu pada
253
berdasarkan ee interpretasi,
254
interprestasi saya, perencanaan,
255
berdasarkan tantangan, dan
256
perencanaan saya, hal-hal yang
257
berdasarkan dianggap tepat
258
tantangan saya serta untuk dirinya.
259
hal-hal yang
260
keputusan yang

69
261 seperti itu tepat buat
262 saya. Jadi, ketika
263 saya berada
264 disituasi sulit, baik
265 itu seperti misalnya
266 simple nya
267 mungkin untuk
268 simple contoh
269 situasi nya kayak
270 gini, ketika saya
271 berada di organisasi
272 misalnya,
273 organisasi di
274 organisasi A saya
275 punya tanggung
276 jawab dan dilima
277 waktu yang lalu
278 ternyata ada
279 tanggung jawab
280 kuliah juga, nah
281 jadi dari dua hal
282 itukan ada dilemma.
283 Apakah saya
284 mementingkan
285 organisasi atau saya
286 mementingkan
287 kuliah saya. Nah
288 dikarenakan
289 disituasi seperti itu,
290 biasanya saya
291 menggunakan
292 felling gitu. Nah

70
293 ketika ada tugas
294 kuliah dan juga
295 organisasi, feeling
296 saya biasanya lebih
297 berat ketugas kuliah
298 gitu. Kenapa?
299 Karena menurut
300 saya pribadi sesuai
301 prinsip yang ada
302 pada diri saya, saya
303 harus
304 mendahulukan yang
305 namanya kuliah.
306 Kuliah itu yang
307 harus saya kerjakan,
308 tugas-tugas yang
309 harus saya kerjakan
310 itu berdasarkan
311 keputusan feeling
312 saya. Karena alas
313 an saya kuliah ya
314 harus mengerjakan
315 tugas dengan baik,
316 mengerjakan hal itu
317 dengan serius, dan
318 hal itu saya
319 selesaikan (suara
320 adzan) baru saya
321
beralih ke hal yang
322
sekunder tadi ya itu
323
organisasi. Nah itu
324
salah satu contoh

71
325 dimana disituasi
326 saya mengambil
327 keputusan
328 berdasarkan feeling.
329 Nah feeling itu
330 tergantung lagi
331 bagaimana skala
332 prioritasnya, kalau
333 misalnya tugas
334 yang dikuliah itu
335 tergolong mudah
ataupun bisa saya
kerjakan tanpa
harus berpikir
dengan ee lebih
lagi, maka mungkin
saya akan
mementingkan
organisasi. Namun,
jika dikuliah itu
tugas-tugasnya sulit
ataupun sangat
mengganggu
dipikiran saya,
karena biasanya
ketika mendapatkan
tugas saya akan
memikirkan
konsepnya telebih
dahulu untuk apa
yang harus saya
jawab gitu sebelum

72
saya
mengeksekusinya.
Namun jika masih
terpikir-pikir sama
saya tugas itu maka
mau gak mau
langsung saya
eksekusi. Nah jadi
seperti itulah
contoh pengambilan
keputusan saya
berdasarkan feeling
sih. Terimakasih.
336 P Jadi dari
337 pengalaman yang
338 abang bilang tadi
339 nih, bagaimana
340 cara abang
341 memanfaatkan
342 situasi tersebut
343 atau pengalaman
344 yang abang
345 ceritakan tadi
untuk membangun
toleransi terhadap
hal-hal yang tidak
menyenangkan ?
346 R Okee untuk Responden Toleran pada
347 membangun menjelaskan hal buruk
348 toleransi. Ya, tentang
349 mungkin ee ini bagaimana ia
350 mungkin berkaitan membangun

73
351 juga yang ya sama toleransi
352 relasi sama dalam
353 lingkungan, hubungan
354
mungkin dengan orang
355
berdasarkan lain, terutama
356
keputusan yang dalam konteks
357
saya ambil ya keputusan
358
selama saya yang
359
mengutamakan diambilnya
360
tugas kuliah, untuk
361
mungkin ada memprioritask
362
beberapa pihak dari an tugas
363
teman saya kuliah. Ia
364
contohnya dari menyadari
365
organisasi, kecewa bahwa
366
sama saya atau beberapa
367
bahkan kurang suka orang, seperti
368
sama saya karna rekan
369
saya telah organisasinya,
370
mengambil mungkin
371
keputusan itu. merasa
372
Namun mau kecewa atau
374
gimanapun tidak senang
375
biasanya, ee untuk dengan
376
saya ee untuk keputusannya
377
berpikir positif, tersebut.
378
untuk tetap menjaga Namun, ia
379
relasi dengan orang berusaha
380
lain, saya akan untuk tetap
381
terbuka sama menjaga
382
mereka gitu, saya hubungan
383
akan menjelaskan yang baik

74
384 apa yang saya dengan orang-
385 rasakan, saya akan orang tersebut
386 menjelaskan melalui
387 tuntutan kuliah saya komunikasi
388 bagaimana supaya terbuka.
389 mereka mengerti.
390 Jadi mereka
391 memanglumi hal itu
392 ee dan juga
393 biasanya saya
394 bertindak itu pasti
395 ada alasannya. Nah,
396 saya akan berusaha
397 mendekati beliau,
398 biasanya kalau saya
399 mendahulukan
400 kuliah saya akan
401 ngomong dulu sih
402 sama organisasi
403 saya ternyata saya
404 ditugas ini harus ini
405 yang saya kerjakan.
406 “Jadi saya mungkin
407 harus fokus ke sini
408 saya nggak bisa
409 mementingkan
410 kalian atau
411 memprioritaskan
412 kalian dulu, saya
413 harus
menyelesaikan
tugas saya dulu.

75
Ketika saya sudah
menyelesaikan ini
barulah saya bisa ke
kalian.” Kira-kira
seperti itu. Saya
akan memberikan
pengertian kepada
mereka dan juga
saya harap mereka
akan metoleren
bagaimana
keputusan saya, dan
disituasi yang sama
mungkin ketika
mereka ada diposisi
saya, saya akan
mentoleransi hal
itu, karena saya
paham apa yang
mereka rasakan dan
saya harap mereka
juga paham apa
yang saya rasakan
seperti itu.
414 P Ee kan kita ni
415 kalau lgi di
416 kampuskan ada
417 aja tekanan-
418 tekanan yang
419 mungkin ngebuat
420 kita stress, lalu
421 bagaimana sih

76
422 cara abang dalam
mengatasi atau
menghadapi
tekanan-tekanan
tersebut?
423 R Ee okee kalau Responden Mampu
424 misalnya untuk menjelaskan mengatasi
425 menghadapi bahwa setiap akibat dari
426
tekanan itu, setiap orang stress
427
orang biasanya memiliki
428
punya strategi strategi coping
429
coping yang yang berbeda-
430
berbeda-beda ya. beda untuk
431
Cuma kalau saya menghadapi
432
pribadi itu kalau tekanan.
433
misalnya saya Responden
434
dikampus, biasanya mencari
435
kalau saya dukungan
436
menghadapai emosional dari
437
tekanan yang luar teman-teman
438
biasa atau stress dekat atau
439
akan tugas kuliah sahabat yang
440
yang mana saya memahami
441
sulit kondisinya.
442
mengerjakannya, ee Dalam
443
pola makan saya menghadapi
444
bisa berantakan tekanan yang
445
gitu. Maksud daya kuat di
446
bukan beratakan kampus,
447
gimana ya, pola tekanan dari
448
makan saya itu keluarga, atau
449
bukan berkurang tekanan hidup

77
450 namun bertambah, secara umum,
451 saya akan lebih responden
452 sering mengunyah, menemukan
453 saya akan sering penyaluran
454 makan, saya akan melalui dua
456 sering ee pokoknya hal utama,
457 saya akan sering yaitu makan
458 berpikir, berpikir itu dengan
459 tentu butuh yang intensitas
460 namanya tenaga, tinggi dan
461 butuh yang berbagi
462 namanya kalori, dengan orang-
463 butuh yang nama orang terdekat.
464 nya kabohidrat.
465 Nah,biasanya kalau
466 situasi tertekan
467 seperti itu ketika
468 saya mendapatkan
469 masalah, intensitas
470 makan saya
471 mungkin lebih
472 biasanya. Nah,itu
473 sih yang saya sadari
474 saat ini. Nah namun
475 ada kalanya ketika
476 saya berada di
477 masalah,ee saya
478 tidak akan makan
479 berlebihan atau
480 makan yang
481 intensitasnya tinggi,
482 saya biasanya

78
483 menceritakan
484 masalahnya itu
485 kepada orang yang
486 saya percaya. Nah
487 orang yang saya
488 percaya ini
489 biasanya orang-
490 orang yang saya
491 anggap percaya
492 buka rekan lagi,
493 bukan teman lgi
494 namun yang
namanya sahabat.
Yang dia ngerti apa
yang saya katakan,
dia mengerti
kondisi saya dan
saya mengerti
kondisi dia. Jadi
sayakan biasanya
ketika mendapatkan
tekanan yang kuat
dikuliah atau dapat
tekanan dari
keluarga atau
bahkan tekanan
hidup, biasanya
saya melampiaskan
nya dari dua hal itu.
Makan dengan
intensitas tinggi dan
juga curhat ataupun

79
sharing smaa
teman-teman atau
kerabat yang saya
percaya. Mungkin
seperti itu.
495 P Terus gimana cara
496 abang merespon
497 ketika dihadapkan
498 pada perubahan
499 jadwal atau mata
500 kuliah atau
501 misalnya
502 penugasan-
503 penugasan yang
504 tidak terduga?
505 Apakah abang
506 mampu menerima
perubahan
tersebut dengan
sikap yang positif?
507 R Ee saya mampu, Responden Dapat
508 kerana menurut menjelaskan menerima
509 saya pribadi yang bahwa dalam perubahan
510 namanya menjalani secara positif
511 perkuliahan, yang perkuliahan
512 namanya tugas itu dan
513 hal yang lumrah mengerjakan
514 yang terjadi pada tugas, ia
515 mahasiswa, ya itu melihatnya
516 juga tanggung sebagai hal
517 jawab saya sebagai yang lumrah
518 mahasiswa yang dan tanggung

80
519 berkuliah di jawab sebagai
520 Fakultas Psikologi seorang
521 UIN Suska Riau ini, mahasiswa.
522 saya menggang Menurut
523 tugas itu sebagai responden,
524 suat hal yang dapat tugas-tugas
525 mengapgurade dan tersebut dapat
526 meningkatkan diri memberikan
527 saya sendiri karena pengembanga
528 dalam mengerjakan n dan
529 tugas saya dibantu peningkatan
530 untuk berpikir. diri, karena
531 Ketika saya dalam
532 berpikir, saya mengerjakann
533 berspektif baru, ya ia dapat
534 saya dapat ilmu berpikir,
535 baru, saya dapat memperoleh
536 insight yang baru wawasan baru,
537 sehingga dan
538 pengetahuan ini menerapkan
539 akan saya pengetahuan
540 aplikasikan dalam tersebut dalam
541 kehidupan sehari- kehidupan
542 hari. Nah ketika sehari-hari.
543 terjadi perubahan
544 jadwal atau lain
545 sebagainya, saya
546 akan
547 menyesuaikannya
548 sesuai dengan
549 kondisi saya, yang
550 saya maksud

81
551 kondisi saya, yang
552 saya maksud
553 kondidi saya yaitu
554 saya akan
555 menyesuaikan
556 kapan, dimana mata
557 kuliah itu memang
558 pas dengan saya
559 ataupun perubahan
560 jadwal itu pas
561 dengan saya tanpa
562 harus mengganggu
563 aktivitas saya yang
564 lain gitu. Namun
saya akan
meresponnya
dengan baik dan
kalau misalnya
cemas ya itu hal
yang wajar sih
menurut saya
pribadi. Kalau
cemas sedikit-
sedikit ketika kita
gak tau harus
bagaimana, namun
biasanya kondisi
seperti itu apabila
saya rasa cemas
saya akan terus
mencari ee saya
akan berusaha

82
bersikap setenang-
tenang nya gitu.
Kira-kira seperti itu.
565 P Nah kalau untuk
566 intrekasi sosial
567 dikampus nih
568 bang, bagaimana
569 cara abang
570 menjaga atau
571 menjalin
572 hubungan sosial
yang baik sesama
teman-teman
dikampus?
573 R Okee kalau Responden Dapat
574 misalnya unuk cara menjelaskan menjaga
575 menjaga hubungan bagaimana ia hubungan
576 sosial, alhamdulilah menjaga baik dengan
577 untuk saat ini hubungan orang lain
578 menurut saya sosial di
579 pribadi saya belum lingkungan
580 memiliki yang kampus. Ia
581 namanya musuh menyatakan
582 dikampus , menurut bahwa saat ini
583 saya pribadi saya tidak memiliki
584 belum punya musuh musuh di
585 karena biasanya kampus dan
586 eee dalam memiliki
587 berinteraksi hubungan
588 Alhamdulillah yang lancar
589 lancer-lancar aja dengan teman-
590 sama teman-teman teman, baik

83
591 kampus, baik laki-laki
592 teman-teman yang maupun
593 psikologi cowok perempuan.
594 dan yang psikologi
595 cewek ya aman-
596 aman saja. Karena
597 menurut saya
598 pribadi, mereka itu
599 juga ee yang
600 namanya manusia
601 tetap harus yang
602 namanya
603 bersosialisasi.
604 Karena bagaimana
605 cara saya
606 mempertahankan
607 hubungan itu?
608 Biasanya saya akan
609 menceritakan hal-
610 hal yang umum
611 kepada mereka gitu
612 untuk menjaga
613 hubungan saya
614 dengan mereka.
615 Contoh hubungan
616 saya dengan teman
617 laki-laki saya akan
618 membuka topik
619 pembicaraan yang
620 menyenangkan,
621 yang kami bahas
622 sesama laki-laki,

84
623 topik itu mungkin
624
dari politik, dari
625
agama atau pokok
626
pembahasan
627
mengenai keilmuan
628
psikologi yang
629
mungkin mudah
630
mereka pahami dan
631
mudah saya
632
sampaikan. Tentu
633
topik yang kami
634
bahas itu topik yang
635
ringan gitu
636
sehingga obrolan
637
kami itu
638
menyenangkan dan
639
juga lucu. Ada juga
640
saya memancing
641
teman saya untuk
642
mengobrol atau
643
bercerita hal yang
644
lucu dan dari
645
interaksi kami itu
646
biasanya sama
647
teman terkhususnya
648
sama laki-laki ya di
649
psikologi kami itu
650
merasa memiliki
651
hubungan yang
652
khusus gitu,
653
hubungan yang
654
lekat antara satu
655

85
656 sama lain. Karena
657 kami merasa kayak
658 kami ini minoritas,
659 kami memang tidak
660 ramai, kalah jumlah
661 dengan wanita
662 namun biasa nya
663 dalam
664 berkomunikasi
665 terkhususnya
666 dengan sesama
667 gender ya, kami
668 biasanya akan open
669 sharing, saling
670 terbuka satu sama
671 lain gitu. Saling
672 terbuka, saling
673 bercerita, saling
674 berinteraksi, saling
675 menyapa, saling
676 bertegur sapa
677 dimanapun bila
678 kami berjumpa.
679 Kira-kira seperti itu.
680 Dan kalau untuk
681 relasi dengan lawan
682 jenis,
683 Alhamdulillah nya
684 saya tetap mampu
685 berinteraksi dengan
686 mereka.
687 Namun,untuk

86
688 seperti interaksi
689 yang intens gitu ya
690 kayak interkasi
691 yang memang deket
banget atau sampai
berpegang tangan
itu jarang. Karena
menurut saya
pribadi, ee saya
kurang nyaman jika
berinteraksi dengan
lawan jenis apalagi
lawan jenisnya itu
ee komunikasinya
itu sampai intens
banget atau sampai
komunikasinya itu
sampai dalam
banget saya itu
jarang. Karena
menurut saya
pribadi ee saya tau
batasan saya, saya
tau apa yang harus
saya kontrol, saya
nggak mau
berinteraksi dengan
lawan jenis itu
apabila kelewatan
batas gitu. Jadi
biasanya kalau
berinteraksi dengan

87
sesama jenis dan
sesame lawan jenis
itu berbeda menurut
saya pribadi.
Namun kalau untk
menjaga relasi
ataupun hubungan
Alhamdulillah
sampai sekarang
tetap nyaman dan
juga lancar.
Mungkin seperti itu.
692 P Kalau boleh tau
693 nih bang, ee abang
694 pernah nggak
695 mengalami
696 kegagalan
697 akademik? Kalau
698 misalnya pernah,
699 bagaimana sih
700 cara abang
701 menghadapi
situasi tersebut,
tanpa menyerah
dan kehilangan
motivasi?
702 R Eee untuk Responden Mampu
703 kagagalan pernah. mengungkapk mengontrol
704 Ya kegagalan itu an diri sendiri
705 mungkin dimata pengalaman
706 kuliah salah satunya kegagalan
707 kalau gak salah itu dalam

88
708 tugas mandiri, ee menyelesaikan
709 ditugas mandiri itu tugas mandiri
710 kami kana da di lingkungan
711 disuruh kuliah.
712 mengerjakan gform Meskipun
713 ya dengan waktu 10 merasa down
714 menit, eh ya dengan dan frustasi,
715 waktu 10 menit responden
716 namun kondisi saat memandang
717 itu kebetulan saya kegagalan
718 ada acara di rektorat sebagai batu
719 lantai 5, yaa loncatan dan
720
acaranya kalau gak bagian normal
721
salah sosialisasi dari
722
psikologi gitulah perkembangan
723
yang direktorat pribadi.
724
lantai 5 yang Responden
725
dihadiri oleh meyakini
726
mahasiswa Fakultas bahwa setiap
727
Psikologi. Nah kegagalan
728
dikondisi saya itu, membawa
729
saya sebagai hikmah dan
730
moderator dan saya pelajaran yang
731
terkejut ternyata berharga.
732
pada jam segitu, Untuk
733
jam 08.49 ternyata meningkatkan
734
ada tugas mandiri motivasi,
735
itu lintas budaya, responden
736
pengerjaannya melakukan
737
melalui gform. evaluasi diri,
738
Lantas saya terkejut mencari
739
kapan tugas itu strategi baru,
740

89
741 muncul, karena dan
742 sebelumnya saya mempersiapka
743 kurang tau gitu atau n diri untuk
744 kurang memahami. menghadapi
745 Kebetulan teman situasi serupa
746 saya mengerjakan di masa depan.
747 dengan waktu 30
748 menit dan saya
749 mengerjakannya
750 dengan waktu 10
751 menit ee dan
752 malang nya, ya saya
753 disitu mendapatkan
754 nilai 70 ee sekitar
755 60 sedangkan
756 teman saya itu 90,
757 80 dan 100 gitu ya
758 70 paling rendah.
759 Nah disitu saya
760 merasa down ya
761 agak down sedikit
762 atau agak sedikti
763 frustasi namun saya
764 berpegang teguh
765 lagi sama prinsip
767 saya, saya yakin
768 bahwa ee hal ini
769 bukan menjadi
770 faktor yang
771 membuat saya
772 mundur untuk maju
773 terus kedepan gitu.

90
774 Saya merasa
775 kegagalan ini itu
776 hanya sebagai batu
777 loncatan saja,
778 kegagalan ini
779 merupakan hal yang
780 lumrah terjadi pada
781 semua orang. Jadi
782 ketika saya
783 mengalami
784 kegagalan, dalam
785 hal ini saya akan
786 terus mengingat ada
787 bahwa kegagalan
789 yang lebih saya
dapatkan dari ini,
maka buat apa saya
menyerah karena
saya yakin setiap
kegagalan yang
saya dapatkan itu
pasti ada
hikmahnya, itu pasti
ada ee nilai
valuenya, itu pasti
ada hal yang saya
pelajari dari hal itu.
Jadi cara saya
meningkatkan
motivasi saya ialah
saya akan
mengevaluasi diri

91
saya sendiri, ketika
saya mendapatkan
hal ini syaa harus
tau caranya
bersikap, saya harus
tau strategi baru
saya dan saya harus
tau tata cara dalam
menghadapi situasi
ini, situasi yang
sama dikedepan
harinya. Kira-kira
seperti itu.
790 P Lalu bagaimana
791 sih cara abang
792 mengendalikan
793 diri ketika abang
794 merasa frustasi
795 atau marah
796 selama
797 berkolaborasi
dalam sebuah
tugas kelompok?
798 R Okee kalau soal Responden Mampu
799 frustasi atau marah merasa tidak mengendalik
800 dalam tugas nyaman an diri
801 kelompok, yaa jujur dengan sendiri
802 kalau misalnya perilaku
803 sama tugas tersebut dan
804 kelompok ya itu mencoba
805 merupakan hal yang mengatasi
806 lumrah ya, memang frustasi

92
807 sejujurnya saya dengan cara
808 pernah merasa menegur
809 marah atau anggota
810 mislanya kesal kelompok
811 ketika sekelompok yang lalai dan
812 dengan teman- mengambil
813 teman yang malas langkah tegas,
814 atau teman-teman seperti
815 yang sering melaporkan
816 menunda-nunda kepada dosen
817 dalam mengerjakan tentang
818 tugas sehingga saya kontribusi
819 frustasi, karena mau yang kurang
820 gimana ya ketika atau bahkan
821 sudah mengerjakan mengambil
822
tugas itu dengan alih tugas
823
baik, sudah secara penuh.
824
menyelesaikan Untuk
825
tanggung jawab mengontrol
826
kita, sedangkan rasa frustasi,
827
teman kita itu lalai, responden
828
sangking lalai nya terus
829
kita menghandel mengingatkan
830
tugas mereka, anggota
831
sejujurnya saya kelompok,
832
kurang nyaman menegur
833
dengan hal itu, mereka, dan
834
sejujurnya kesal memastikan
835
namun cara saya tugas
836
untuk mengatasinya dilaksanakan
837
biasanya saya akan dengan baik.
838
menegur gitu, Meskipun
839

93
840 dengan saya tidak
841 menegur beliau mencapai
842 mohon maaf tingkat
843 misalnya “ kamu kemarahan
844 ngerjakan ini ini ini yang ekstrem,
845 dan segala macam responden
846 dan seperti ini gitu” menunjukkan
847 nah ketika saya ketegasan
848 menegur beliau, dalam
849 saya harapkan menghadapi
850 mereka itu sadar situasi tersebut
851 sama kesalahan dan mengatasi
852 yang mereka frustasi
853 perbuat. Atau dengan
854 bagaimana sih cara mengambil
855 saya mengontrol tindakan
856 rasa frutasi dan rasa proaktif.
857 kesal saya ataupun
858 rasa marah saya
859 karna hal seperti
860 itu? Yaa saya
861 biasanya kalau
862 dalam kerja
863 kelompok memang
864 benar teman saya
865 itu nggak
866 berkontribusi sama
867 sekali, biasanya
868 saya mengambil
869 langkah tegas. Saya
870 akan bilang saja ke
871 dosen yang

94
872 mengampu “ bu
873 mohon maaf, dia
874 nggak ada
875 kontribusi sama
876 sekali. Jadi dalam
877 membuat makalah
878 ini, ppt ini yang
879 berkontribusi hanya
880 saya sendiri”
881 misalnya seperti itu.
882 Dan juga ee yam au
883 gimana pun dalam
884 perkuliahan
885 biasanya saya
886 mengambil langkah
887 tegas sih. Dan
888 untuk mengontrol
889 rasa frustasi saya,
jika memang si A
itu tidak mau untuk
diatur, saya akan
terus mengingatkan
beliau, saya akan
terus menegur
beliau dan bahkan
saya akan terus
mengecek supaya
dia melaksanakan
tugas yang telah
kami laksanakan.
Seperti itu. Untuk
frustasi banget atau

95
sampai marah
kayaknya nggak
terlalu sih, nggak
sampai banget.
Cuma kalau
misalnya kedapatan
tuntutan akademik
dalam bekerja
kelompok dan
mislanya teman kita
kelompok itu
memproktasinasi
saya akan langsung
menegur atau
meneror beliau gitu.
Untuk mengatasi
rasa frustasi dan
cemas saya seperti
itu.
890 P Okee ee sejauh
891 mana sih
892 keyakinan abang
893 kepada Tuhan
894 dalam membantu
895 abang menghadapi
896 situasi yang sulit
897
atau tidak
menyenangkan
dalam kehidupan
abang?
898 R Oke saya kalau Responden Percaya
899 misalnya berbicara mengungkapk kepada

96
900 tentang Tuhan an Tuhan
901 terkhususnya Allah keyakinannya
902 SWT.saya yakin ee terhadap
903 Tuhan yang Maha Tuhan,
904 Baik dan juga Yang khususnya
905 Maha Esa. Allah SWT,
906 Mengapa? Karena Menurut
907 berbagai macam responden,
908 keputusan dalam keputusan dan
909 hidup saya, nasib dalam
910 berbagai macam hidupnya tidak
911 nasib dalam hidup terlepas dari
912 saya itu tidak lepas Allah SWT,
913 dari Allah dan setiap
914 SWT.saya yakin perbuatan
915 setiap perbuatan yang
916 yang saya lakukan, bermanfaat
917 yang bermanfaat bagi orang lain
918 bagi orang lain, itu akan
919 pasti memberikan mendapatkan
920 ganjaran atau balasan dari-
921 balasan dari Allah Nya.
922 SWT.oleh sebab Responden
923 itulah, perbuatan- meyakini
924 perbuatan yang bahwa ketika
925 seperti menolong ia membantu
926 orang, mengajari orang lain atau
927 teman-teman saya memberikan
928 atau seperti ee informasi
929 memberikan kepada teman-
930 informasi yang saya temannya, ia
931 tau kepada teman- merasa bahwa

97
932 teman saya, saya hal itu akan
933 yakin setiap dibalas oleh
934 informasi yang saya Allah SWT
935 berikan itu pasti
936 akan ada dibalas
937 oleh Allah
938 SWT.ketika saya
939 melakukan hal itu,
940 ternyata benar
941 ketika saya dulu
942 sering membant
943 orang, sejujurnya
944 dengan pengalama
945 saya pribadi, dulu
946 ketika saya dulu
947 sering membantu
948 orang, mungkin
949 saya rasakan
950 dimasa sekarang
951 buktinya akademis
952 saya Alhamdulillah
953 lancar, saya dapat
954 kuliah dengan baik,
955 saya mendapatkan
956 beasiswa dan itu
957 apa yang saya
958 dapatkan hari ini,
959 yang saya rasakan
960 pada hari ini itu
961 tidak lepas karena
962 restu Allah
SWT.dan saya

98
yakin ee karna saya
punya mimpi yang
besar, saya punya
tujuan yang besar,
maka saya akan
terus bergantung
sama Allah SWT.
karena saya yakin
Allah SWT itulah
yang akan
menentukan takdir
saya. Baik atau
buruknya Allah
SWT yang
menentukan.
Namun takdir dari
Allah itu ialah
takdir yang pasti
baik buat saya dan
saya yakin akan hal
itu. Seperti itu kira-
kira.
963 P Oke bang. Ee
964 terus bagaimana
965 sih cara abang
966 memasukkan
967 pemahaman abang
968 tentang takdir
969 dalam
970 pengambilan
971 keputusan yang
972 penting dalam

99
hidup abang ni
terutama dalam
konteks
pendidikan?
973 R Kalau bicara Responden Individu
974 tentang takdir ya, ee percaya bahwa percaya pada
975 saya percaya takdir takdir adalah takdir
976 itu hal yang bisa sesuatu yang
977 diubah ketika kita dapat diubah
978 berhasil berusaha. melalui upaya
979 Nah takdir itu keras.
980
memang hal yang Meskipun
981
serius karena tidak takdir adalah
982
bisa diprediksi. sesuatu yang
983
Karna suatu hal serius dan
984
terjadi dimasa tidak dapat
985
depan itu atas diprediksi,
986
kehendak Allah, responden
987
atas ee rahmat meyakini
988
Allah, dan juga atas bahwa apa
989
perintah Allah. Jadi yang
990
saya yakin apa yang dilakukan saat
991
saya lakukan pada ini, baik itu
992
hari ini, hal positif hal positif atau
993
yang saya lakukan negatif, akan
994
hari ini ataupun hal berdampak
995
yang negative yang pada masa
996
saya lakukan pada depan.
997
hari ini, itu akan Keyakinan ini
998
berdampak pada menjadi
999
apa yang akan saya motivasi bagi
1000
dapatkan dimasa responden

100
1001 depan. Dan itulah untuk
1002 yang menjadi berusaha
1003 motivasi saya untuk melakukan
1004 berusaha untuk yang terbaik
1005 berbuat baik, sebaik dan berbuat
1006 apapun saya akan baik, dengan
1007 terus berbuat baik harapan
1008 agar saya yakin dua bahwa
1009 hal yang saya tindakan
1010 lakukan pada hari tersebut akan
1011 ini akan berdampak mempengaruhi
1012 pada diri saya takdirnya di
1013 dimasa yang akan masa yang
1014 datang. Yang akan datang.
1015 namanya takdir itu
1016 memang gak bisa
1017 diubah, ada
1018 beberapa takdir
1019 yang tidak bisa
1020 diubah namun kalau
1021 dalam konteks
1022 pendidikan,
1023 kecerdasan,
1024 intelegensi, sikap,
1025 attitude itu bisa
1026 dirubah jika kita
1027 punya kemauan,
1028 punya prinsip,
1029 punya motivasi
1030 dalam mencapai
1031 atau menargetkan
1032 takdir itu. Nah jadi

101
1033 kalau kesan saya
1034 pribadi sih saya
1035 akan melaksanakan
1036 hidup ini dengan
1037 sebaik-baiknya,
1038 kalau dalam
1039 konteks pendidikan
1040 saya akan kuliah
1041 dengan sebaik-
1042 baiknya, saya akan
1043 mengerjakan tugas
1044 dengan sebaik-
1045 baiknya, saya akan
1046 melaksanakan
1047 tanggung jawab dan
1048 kewajiban saya
1049 sebagai mahasiswa
1050 itu dengan sebaik-
1051 baiknya, saya akan
1052 berelasi baik
1053 dengan teman saya
1054 sebaik-baiknya, dan
1055 juga saya akan
1056 berusaha menolong
1057 orang walaupun
dalam kondisi atau
situasi apapun saya
akan berusaha
menolong orang.
Memang beberapa
situasi saya akan
memprioritaskan

102
diri saya, namun
jika menolong
orang yang pantas
saya tolong maka
saya akan berusaha
untuk
menolongnya.
Karena perilaku-
perilaku yang itulah
saya yakin akan
takdir, Allah itu
akan memberikan
takdir yang terbaik
pada saya, mau itu
dalam bentuk
jodoh, kerjaan,
percintaan, ataupun
yang lain
sebagainya. Kira-
kira seperti itu
1058 P Oke baik bang. Ee
1059 terimakasih telah
1060 berpartisipasi
1061 dalam wawancara
1062 kali ini.
1063 Terimakasih juga
1064 atas waktu dan
1065 kesediaanny, maaf
1066 mengganggu
1067 aktivitasnya pada
1068 malam hari ini.
1069 Sekian dari saya

103
1070 wassalamualaiku
m warahmatullahi
wabarakatuh
1071 R Waalaikumussalam
1072 warahmatullahi
1073 wabarakatuh. Baik,
1074 terimakasih
moderator
No Coding Uraian Tema
1. S1.W1: Untuk kendala dan Mampu menjadi Individu
54-84 hambatan nya itu ada ya yang Kompoten
mungkin, mungkin
yang sering saya
lakukan yang biasanya
umum yang dirasakan
oleh mahasiswa rasa
kejenuhan gitu,
kejenuhan dalam
menghadapi tugas,
dalam mengerjakan
tugas. Namun, ee saya
memiliki prinsip ee
sesulit apapun tugas itu
pasti akan ada solusi
dalam mengerjakannya.
Dan itu menurut saya
hal yang normal, karena
sejujurnya ee saya
pribadi itu memiliki
target yang dimana
target itu sudah ada
dalam rencana saya

104
sendiri gitu. Jadi untuk
hambatannya, sejauh ini
Alhamdulillah sudah
dapat saya atasi gitu.
Dan saya rasa ee
diperkuliahan lebih
banyak sukanya gitu
daripada hambatan-
hambatannya..
2. S1.W1 : Okee. Ee mungkin Mampu menjadi Individu
91-151 masalah yang dimaksud yang ulet
saudari ialah
sebenarnya masalah itu
timbul ya ada beberapa
strategi sih ee
dikarenakan saya orang
punya rencana, saya
orang nya terstruktur.
Jadi ketika syaa
mendapat suatu
masalah saya akan
fokus dulu untuk
menyelesaikan masalah
itu. Nah, ketika masalah
tersebut sudah saya
selesaikan, maka saya
bisa beralih ke kegiatan
lain gitu. Jadi, dapat
disimpulkan secara
sederhananya, ketika
saya mendapatkan
masalah ee walaupun

105
masalah ini masalah
berat ataupun masalah
yang sederhana atau
masalahh yang yang
ringan, ee saya tidak
akan mencampurkan
masalah ini kedalam
kehidupan saya gitu.
Jadi saya akan
menyelesaikannya
ketika masa dimana
saya akan menghadapi
dan menyelesaikan
masalah itu seperti itu
dan mungkin ee ketika
masalah itu tetap ada
pada diri saya dan saya
sulit untuk
melaksanakan atau
memecahkan masalah
itu dan biasanya saya
selalu meminta bantuan
saran teman, bantuan
orang-orang sekitar,
untuk membantu saya
dalam menyelesaikan
masalah itu. Contoh
simple nya kayak
mengerjakan tugas,
ketika dapat tugas yang
sulit itu ya saya tidak
tau harus bagaimana

106
mengerjakannya
biasanya saya butuh
teman, syaa butuh
abang tingkat, saya btuh
teman-teman yang
membantu sya untuk
memahami bagaimana
tata cara menyelesaikan
tugas itu. Jadi itu
mungkin simple nya
ketika saya menghadapi
masalah.
3. S1.W1 : untuk hal itu yaa yang Memiliki Standar yang tinggi
160-217 saya lakukan biasanya,
saya sih menetapkan ee
yang nama nya target
gitu. Jadi,ee sejujurnya
saya orangnya
terencana, terplaning
dan juga tersturktur
yang syaa bilang
sebelumnya. Saya
orang nya terencana
contoh seperti ini,
ketika tugas A itu dihari
senin harus dikerjain
maka dihari senin itu
saya kerjain, mau
gimanapun dan ada
hambatan-hambatan
apapun, dari siapapun,
saya akan tetap

107
mengerjakan tugas itu
mau gimanapun.
Karena menurut saya,
karna saya orang nya
terencana, terstruktur.
Semua yang saya lalui,
semua hal yang saya
lakukan itu harus
terencana dengan baik
dan saya harus
menyelesaikan apa
yang sudah menjadi
tanggung jawab saya.
Jadi untuk seperti
kejenuhan, malas
mengerjakan tugas,
memang ada rasa-rasa
itu cuman biasanya cara
sya untuk
menanggulangi hal itu
saya tetap menanmkan
dalam prinsip saya
bahwa ee yang nama
nya tugas itu harus
dituntaskan, harus
diselesaikan, ketika
tugas sudah
terselesaikan barulah
kita boleh bermalas-
malasan, kita bolehlah
untuk rebahan, kita
bolehlah untuk ee

108
menyenangkan diri
gitu. Jadi, pendapat
saya pribadi saya jarang
sih untuk malas-
malasan atau mageran
dalam mengerjakan
tugas. Jadi saya apabila
ada tugas dikasih hari
senin maka saya harus
mengerjakannya dihari
senin atau gak paling
lambat dihari selasa
gitu. Seperti itu.
4. S1.W1 : Kalau berbicara tentang Percaya pada naluri
228-335 naluri ya felling ya, ee
ketika saya berada di
kondisi sulit ee
memang kondisi sulit
itu sulit untuk
digambarkan ya, kalau
menurut saya pribadi
dulu ya jujur, emang
dulu ee saya pernah
berada di situasi sulit
dimana ee mungkin
masalah ini terjadi pada
diri saya. Namun cara
saya mengambil
keputusan itu memang
terjadi sesuai keinginan
saya gitu. Saya yakin
keputusan yang saya

109
ambil itu berdasarkan
ee interprestasi saya,
berdasarkan
perencanaan saya,
berdasarkan tantangan
saya serta hal-hal yang
keputusan yang seperti
itu tepat buat saya. Jadi,
ketika saya berada
disituasi sulit, baik itu
seperti misalnya simple
nya mungkin untuk
simple contoh situasi
nya kayak gini, ketika
saya berada di
organisasi misalnya,
organisasi di organisasi
A saya punya tanggung
jawab dan dilima waktu
yang lalu ternyata ada
tanggung jawab kuliah
juga, nah jadi dari dua
hal itukan ada dilemma.
Apakah saya
mementingkan
organisasi atau saya
mementingkan kuliah
saya. Nah dikarenakan
disituasi seperti itu,
biasanya saya
menggunakan felling
gitu. Nah ketika ada

110
tugas kuliah dan juga
organisasi, feeling saya
biasanya lebih berat
ketugas kuliah gitu.
Kenapa? Karena
menurut saya pribadi
sesuai prinsip yang ada
pada diri saya, saya
harus mendahulukan
yang namanya kuliah.
Kuliah itu yang harus
saya kerjakan, tugas-
tugas yang harus saya
kerjakan itu
berdasarkan keputusan
feeling saya. Karena
alas an saya kuliah ya
harus mengerjakan
tugas dengan baik,
mengerjakan hal itu
dengan serius, dan hal
itu saya selesaikan
(suara adzan) baru saya
beralih ke hal yang
sekunder tadi ya itu
organisasi. Nah itu
salah satu contoh
dimana disituasi saya
mengambil keputusan
berdasarkan feeling.
Nah feeling itu
tergantung lagi

111
bagaimana skala
prioritasnya, kalau
misalnya tugas yang
dikuliah itu tergolong
mudah ataupun bisa
saya kerjakan tanpa
harus berpikir dengan
ee lebih lagi, maka
mungkin saya akan
mementingkan
organisasi. Namun, jika
dikuliah itu tugas-
tugasnya sulit ataupun
sangat mengganggu
dipikiran saya, karena
biasanya ketika
mendapatkan tugas saya
akan memikirkan
konsepnya telebih
dahulu untuk apa yang
harus saya jawab gitu
sebelum saya
mengeksekusinya.
Namun jika masih
terpikir-pikir sama saya
tugas itu maka mau gak
mau langsung saya
eksekusi. Nah jadi
seperti itulah contoh
pengambilan keputusan
saya berdasarkan
feeling sih.

112
5. S1.W1 : mungkin ee ini Toleran pada hal buruk
346-413 mungkin berkaitan juga
yang ya sama relasi
sama lingkungan,
mungkin berdasarkan
keputusan yang saya
ambil ya selama saya
mengutamakan tugas
kuliah, mungkin ada
beberapa pihak dari
teman saya contohnya
dari organisasi, kecewa
sama saya atau bahkan
kurang suka sama saya
karna saya telah
mengambil keputusan
itu. Namun mau
gimanapun biasanya, ee
untuk saya ee untuk
berpikir positif, untuk
tetap menjaga relasi
dengan orang lain, saya
akan terbuka sama
mereka gitu, saya akan
menjelaskan apa yang
saya rasakan, saya akan
menjelaskan tuntutan
kuliah saya bagaimana
supaya mereka
mengerti. Jadi mereka
memanglumi hal itu ee
dan juga biasanya saya

113
bertindak itu pasti ada
alasannya. Nah, saya
akan berusaha
mendekati beliau,
biasanya kalau saya
mendahulukan kuliah
saya akan ngomong
dulu sih sama
organisasi saya ternyata
saya ditugas ini harus
ini yang saya kerjakan.
“Jadi saya mungkin
harus fokus ke sini saya
nggak bisa
mementingkan kalian
atau memprioritaskan
kalian dulu, saya harus
menyelesaikan tugas
saya dulu. Ketika saya
sudah menyelesaikan
ini barulah saya bisa ke
kalian.” Kira-kira
seperti itu. Saya akan
memberikan pengertian
kepada mereka dan juga
saya harap mereka akan
metoleren bagaimana
keputusan saya, dan
disituasi yang sama
mungkin ketika mereka
ada diposisi saya, saya
akan mentoleransi hal

114
itu, karena saya paham
apa yang mereka
rasakan dan saya harap
mereka juga paham apa
yang saya rasakan
seperti itu.
6. S1.W1 : setiap orang biasanya Mampu mengatasi akibat dari
423-494 punya strategi coping stress
yang berbeda-beda ya.
Cuma kalau saya
pribadi itu kalau
misalnya saya
dikampus, biasanya
kalau saya
menghadapai tekanan
yang luar biasa atau
stress akan tugas kuliah
yang mana saya sulit
mengerjakannya, ee
pola makan saya bisa
berantakan gitu.
Maksud daya bukan
beratakan gimana ya,
pola makan saya itu
bukan berkurang namun
bertambah, saya akan
lebih sering
mengunyah, saya akan
sering makan, saya
akan sering ee
pokoknya saya akan
sering berpikir, berpikir

115
itu tentu butuh yang
namanya tenaga, butuh
yang namanya kalori,
butuh yang nama nya
kabohidrat.
Nah,biasanya kalau
situasi tertekan seperti
itu ketika saya
mendapatkan masalah,
intensitas makan saya
mungkin lebih
biasanya. Nah,itu sih
yang saya sadari saat
ini. Nah namun ada
kalanya ketika saya
berada di masalah,ee
saya tidak akan makan
berlebihan atau makan
yang intensitasnya
tinggi, saya biasanya
menceritakan
masalahnya itu kepada
orang yang saya
percaya. Nah orang
yang saya percaya ini
biasanya orang-orang
yang saya anggap
percaya buka rekan
lagi, bukan teman lgi
namun yang namanya
sahabat. Yang dia ngerti
apa yang saya katakan,

116
dia mengerti kondisi
saya dan saya mengerti
kondisi dia. Jadi
sayakan biasanya ketika
mendapatkan tekanan
yang kuat dikuliah atau
dapat tekanan dari
keluarga atau bahkan
tekanan hidup, biasanya
saya melampiaskan nya
dari dua hal itu. Makan
dengan intensitas tinggi
dan juga curhat ataupun
sharing smaa teman-
teman atau kerabat
yang saya percaya.
Mungkin seperti itu.
7. S1.W1 : saya mampu, kerana Dapat menerima perubahan
507-564 menurut saya pribadi secara positif
yang namanya
perkuliahan, yang
namanya tugas itu hal
yang lumrah yang
terjadi pada mahasiswa,
ya itu juga tanggung
jawab saya sebagai
mahasiswa yang
berkuliah di Fakultas
Psikologi UIN Suska
Riau ini, saya
menggang tugas itu
sebagai suat hal yang

117
dapat mengapgurade
dan meningkatkan diri
saya sendiri karena
dalam mengerjakan
tugas saya dibantu
untuk berpikir. Ketika
saya berpikir, saya
berspektif baru, saya
dapat ilmu baru, saya
dapat insight yang baru
sehingga pengetahuan
ini akan saya
aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Nah ketika terjadi
perubahan jadwal atau
lain sebagainya, saya
akan menyesuaikannya
sesuai dengan kondisi
saya, yang saya maksud
kondisi saya, yang saya
maksud kondidi saya
yaitu saya akan
menyesuaikan kapan,
dimana mata kuliah itu
memang pas dengan
saya ataupun
perubahan jadwal itu
pas dengan saya tanpa
harus mengganggu
aktivitas saya yang lain
gitu. Namun saya akan

118
meresponnya dengan
baik dan kalau misalnya
cemas ya itu hal yang
wajar sih menurut saya
pribadi. Kalau cemas
sedikit-sedikit ketika
kita gak tau harus
bagaimana, namun
biasanya kondisi seperti
itu apabila saya rasa
cemas saya akan terus
mencari ee saya akan
berusaha bersikap
setenang-tenang nya
gitu. Kira-kira seperti
itu.
8. S1.W1 : alhamdulilah untuk saat Dapat menjaga hubungan
573-691 ini menurut saya baik dengan orang lain
pribadi saya belum
memiliki yang namanya
musuh dikampus ,
menurut saya pribadi
saya belum punya
musuh karena biasanya
eee dalam berinteraksi
Alhamdulillah lancer-
lancar aja sama teman-
teman kampus, baik
teman-teman yang
psikologi cowok dan
yang psikologi cewek
ya aman-aman saja.

119
Karena menurut saya
pribadi, mereka itu juga
ee yang namanya
manusia tetap harus
yang namanya
bersosialisasi. Karena
bagaimana cara saya
mempertahankan
hubungan itu? Biasanya
saya akan menceritakan
hal-hal yang umum
kepada mereka gitu
untuk menjaga
hubungan saya dengan
mereka. Contoh
hubungan saya dengan
teman laki-laki saya
akan membuka topik
pembicaraan yang
menyenangkan, yang
kami bahas sesama
laki-laki, topik itu
mungkin dari politik,
dari agama atau pokok
pembahasan mengenai
keilmuan psikologi
yang mungkin mudah
mereka pahami dan
mudah saya sampaikan.
Tentu topik yang kami
bahas itu topik yang
ringan gitu sehingga

120
obrolan kami itu
menyenangkan dan juga
lucu. Ada juga saya
memancing teman saya
untuk mengobrol atau
bercerita hal yang lucu
dan dari interaksi kami
itu biasanya sama
teman terkhususnya
sama laki-laki ya di
psikologi kami itu
merasa memiliki
hubungan yang khusus
gitu, hubungan yang
lekat antara satu sama
lain. Karena kami
merasa kayak kami ini
minoritas, kami
memang tidak ramai,
kalah jumlah dengan
wanita namun biasa nya
dalam berkomunikasi
terkhususnya dengan
sesama gender ya, kami
biasanya akan open
sharing, saling terbuka
satu sama lain gitu.
Saling terbuka, saling
bercerita, saling
berinteraksi, saling
menyapa, saling
bertegur sapa

121
dimanapun bila kami
berjumpa. Kira-kira
seperti itu. Dan kalau
untuk relasi dengan
lawan jenis,
Alhamdulillah nya saya
tetap mampu
berinteraksi dengan
mereka. Namun,untuk
seperti interaksi yang
intens gitu ya kayak
interkasi yang memang
deket banget atau
sampai berpegang
tangan itu jarang.
Karena menurut saya
pribadi, ee saya kurang
nyaman jika
berinteraksi dengan
lawan jenis apalagi
lawan jenisnya itu ee
komunikasinya itu
sampai intens banget
atau sampai
komunikasinya itu
sampai dalam banget
saya itu jarang. Karena
menurut saya pribadi ee
saya tau batasan saya,
saya tau apa yang harus
saya kontrol, saya
nggak mau berinteraksi

122
dengan lawan jenis itu
apabila kelewatan batas
gitu. Jadi biasanya
kalau berinteraksi
dengan sesama jenis
dan sesame lawan jenis
itu berbeda menurut
saya pribadi. Namun
kalau untk menjaga
relasi ataupun
hubungan
Alhamdulillah sampai
sekarang tetap nyaman
dan juga lancar.
Mungkin seperti itu.
9. S1.W1 : Ya kegagalan itu Mampu mengontrol diri
702-789 mungkin dimata kuliah sendiri
salah satunya kalau gak
salah itu tugas mandiri,
ee ditugas mandiri itu
kami kana da disuruh
mengerjakan gform ya
dengan waktu 10 menit,
eh ya dengan waktu 10
menit namun kondisi
saat itu kebetulan saya
ada acara di rektorat
lantai 5, yaa acaranya
kalau gak salah
sosialisasi psikologi
gitulah yang direktorat
lantai 5 yang dihadiri

123
oleh mahasiswa
Fakultas Psikologi. Nah
dikondisi saya itu, saya
sebagai moderator dan
saya terkejut ternyata
pada jam segitu, jam
08.49 ternyata ada tugas
mandiri itu lintas
budaya, pengerjaannya
melalui gform. Lantas
saya terkejut kapan
tugas itu muncul,
karena sebelumnya saya
kurang tau gitu atau
kurang memahami.
Kebetulan teman saya
mengerjakan dengan
waktu 30 menit dan
saya mengerjakannya
dengan waktu 10 menit
ee dan malang nya, ya
saya disitu
mendapatkan nilai 70
ee sekitar 60 sedangkan
teman saya itu 90, 80
dan 100 gitu ya 70
paling rendah. Nah
disitu saya merasa
down ya agak down
sedikit atau agak sedikti
frustasi namun saya
berpegang teguh lagi

124
sama prinsip saya, saya
yakin bahwa ee hal ini
bukan menjadi faktor
yang membuat saya
mundur untuk maju
terus kedepan gitu.
Saya merasa kegagalan
ini itu hanya sebagai
batu loncatan saja,
kegagalan ini
merupakan hal yang
lumrah terjadi pada
semua orang. Jadi
ketika saya mengalami
kegagalan, dalam hal
ini saya akan terus
mengingat ada bahwa
kegagalan yang lebih
saya dapatkan dari ini,
maka buat apa saya
menyerah karena saya
yakin setiap kegagalan
yang saya dapatkan itu
pasti ada hikmahnya,
itu pasti ada ee nilai
valuenya, itu pasti ada
hal yang saya pelajari
dari hal itu. Jadi cara
saya meningkatkan
motivasi saya ialah saya
akan mengevaluasi diri
saya sendiri, ketika saya

125
mendapatkan hal ini
syaa harus tau caranya
bersikap, saya harus tau
strategi baru saya dan
saya harus tau tata cara
dalam menghadapi
situasi ini, situasi yang
sama dikedepan
harinya. Kira-kira
seperti itu.
10. S1.W1 : kalau soal frustasi atau Mampu mengendalikan diri
789-889 marah dalam tugas sendiri
kelompok, yaa jujur
kalau misalnya sama
tugas kelompok ya itu
merupakan hal yang
lumrah ya, memang
sejujurnya saya pernah
merasa marah atau
mislanya kesal ketika
sekelompok dengan
teman-teman yang
malas atau teman-teman
yang sering menunda-
nunda dalam
mengerjakan tugas
sehingga saya frustasi,
karena mau gimana ya
ketika sudah
mengerjakan tugas itu
dengan baik, sudah
menyelesaikan

126
tanggung jawab kita,
sedangkan teman kita
itu lalai, sangking lalai
nya kita menghandel
tugas mereka,
sejujurnya saya kurang
nyaman dengan hal itu,
sejujurnya kesal namun
cara saya untuk
mengatasinya biasanya
saya akan menegur gitu,
dengan saya menegur
beliau mohon maaf
misalnya “ kamu
ngerjakan ini ini ini dan
segala macam dan
seperti ini gitu” nah
ketika saya menegur
beliau, saya harapkan
mereka itu sadar sama
kesalahan yang mereka
perbuat. Atau
bagaimana sih cara saya
mengontrol rasa frutasi
dan rasa kesal saya
ataupun rasa marah
saya karna hal seperti
itu? Yaa saya biasanya
kalau dalam kerja
kelompok memang
benar teman saya itu
nggak berkontribusi

127
sama sekali, biasanya
saya mengambil
langkah tegas. Saya
akan bilang saja ke
dosen yang mengampu
“ bu mohon maaf, dia
nggak ada kontribusi
sama sekali. Jadi dalam
membuat makalah ini,
ppt ini yang
berkontribusi hanya
saya sendiri” misalnya
seperti itu. Dan juga ee
yam au gimana pun
dalam perkuliahan
biasanya saya
mengambil langkah
tegas sih. Dan untuk
mengontrol rasa frustasi
saya, jika memang si A
itu tidak mau untuk
diatur, saya akan terus
mengingatkan beliau,
saya akan terus
menegur beliau dan
bahkan saya akan terus
mengecek supaya dia
melaksanakan tugas
yang telah kami
laksanakan. Seperti itu.
Untuk frustasi banget
atau sampai marah

128
kayaknya nggak terlalu
sih, nggak sampai
banget. Cuma kalau
misalnya kedapatan
tuntutan akademik
dalam bekerja
kelompok dan mislanya
teman kita kelompok
itu memproktasinasi
saya akan langsung
menegur atau meneror
beliau gitu. Untuk
mengatasi rasa frustasi
dan cemas saya seperti
itu.
11. S1.W1 : saya kalau misalnya Percaya kepada Tuhan
898-962 berbicara tentang Tuhan
terkhususnya Allah
SWT.saya yakin ee
Tuhan yang Maha Baik
dan juga Yang Maha
Esa. Mengapa? Karena
berbagai macam
keputusan dalam hidup
saya, berbagai macam
nasib dalam hidup saya
itu tidak lepas dari
Allah SWT.saya yakin
setiap perbuatan yang
saya lakukan, yang
bermanfaat bagi orang
lain, itu pasti

129
memberikan ganjaran
atau balasan dari Allah
SWT.oleh sebab itulah,
perbuatan-perbuatan
yang seperti menolong
orang, mengajari
teman-teman saya atau
seperti ee memberikan
informasi yang saya tau
kepada teman-teman
saya, saya yakin setiap
informasi yang saya
berikan itu pasti akan
ada dibalas oleh Allah
SWT.ketika saya
melakukan hal itu,
ternyata benar ketika
saya dulu sering
membant orang,
sejujurnya dengan
pengalama saya pribadi,
dulu ketika saya dulu
sering membantu orang,
mungkin saya rasakan
dimasa sekarang
buktinya akademis saya
Alhamdulillah lancar,
saya dapat kuliah
dengan baik, saya
mendapatkan beasiswa
dan itu apa yang saya
dapatkan hari ini, yang

130
saya rasakan pada hari
ini itu tidak lepas
karena restu Allah
SWT.dan saya yakin ee
karna saya punya
mimpi yang besar, saya
punya tujuan yang
besar, maka saya akan
terus bergantung sama
Allah SWT. karena
saya yakin Allah SWT
itulah yang akan
menentukan takdir
saya. Baik atau
buruknya Allah SWT
yang menentukan.
Namun takdir dari
Allah itu ialah takdir
yang pasti baik buat
saya dan saya yakin
akan hal itu. Seperti itu
kira-kira.
12. S1.W1 : Kalau bicara tentang Individu percaya pada takdir
973-1057 takdir ya, ee saya
percaya takdir itu hal
yang bisa diubah ketika
kita berhasil berusaha.
Nah takdir itu memang
hal yang serius karena
tidak bisa diprediksi.
Karna suatu hal terjadi
dimasa depan itu atas

131
kehendak Allah, atas ee
rahmat Allah, dan juga
atas perintah Allah. Jadi
saya yakin apa yang
saya lakukan pada hari
ini, hal positif yang
saya lakukan hari ini
ataupun hal yang
negative yang saya
lakukan pada hari ini,
itu akan berdampak
pada apa yang akan
saya dapatkan dimasa
depan. Dan itulah yang
menjadi motivasi saya
untuk berusaha untuk
berbuat baik, sebaik
apapun saya akan terus
berbuat baik agar saya
yakin dua hal yang saya
lakukan pada hari ini
akan berdampak pada
diri saya dimasa yang
akan datang. Yang
namanya takdir itu
memang gak bisa
diubah, ada beberapa
takdir yang tidak bisa
diubah namun kalau
dalam konteks
pendidikan, kecerdasan,
intelegensi, sikap,

132
attitude itu bisa dirubah
jika kita punya
kemauan, punya
prinsip, punya motivasi
dalam mencapai atau
menargetkan takdir itu.
Nah jadi kalau kesan
saya pribadi sih saya
akan melaksanakan
hidup ini dengan
sebaik-baiknya, kalau
dalam konteks
pendidikan saya akan
kuliah dengan sebaik-
baiknya, saya akan
mengerjakan tugas
dengan sebaik-baiknya,
saya akan
melaksanakan tanggung
jawab dan kewajiban
saya sebagai mahasiswa
itu dengan sebaik-
baiknya, saya akan
berelasi baik dengan
teman saya sebaik-
baiknya, dan juga saya
akan berusaha
menolong orang
walaupun dalam
kondisi atau situasi
apapun saya akan
berusaha menolong

133
orang. Memang
beberapa situasi saya
akan memprioritaskan
diri saya, namun jika
menolong orang yang
pantas saya tolong
maka saya akan
berusaha untuk
menolongnya. Karena
perilaku-perilaku yang
itulah saya yakin akan
takdir, Allah itu akan
memberikan takdir
yang terbaik pada saya,
mau itu dalam bentuk
jodoh, kerjaan,
percintaan, ataupun
yang lain sebagainya.
Kira-kira seperti itu

B. Dokumentasi

(Subjek 1)

134
(Subjek 2)

135

Anda mungkin juga menyukai