Kelas : TIPA1
Kelompok : 5
Disusun Oleh :
Muhammad Arif (2320203884206006)
Agus (2320203884206019)
Sri Utami (2320203884206013)
Cahya Fajria Utami (2320203884206004)
Puji syukur kami panjatakan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Batasan
Motivasi” tepat pada waktunya.
Sholawat dan salam kami haturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman ilmu pengetahuan yang menjadikan
manusia cerdas dan berwawasan luas.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
ilmu yang kami miliki. Namun berkat usaha dan bantuan dari beberapa pihak, makalah ini
dapat terselesaikan meski masih banyak terdapat kekurangan.
Akhirnya kepada Allah SWT kami (penulis) berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembacanya. Di dalam materi ini kami mengambil beberapa
referensi dari berbagai buku yang berbeda yang menjadi syarat diterimanya makalah kami ini
oleh ibu Dosen pengampuh mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Sebagai penutup kami ingin makalah ini dapat menjadi acuan pertama untuk kami jika
terdapat kesalahan di dalamnya kami ingin ada saran dari teman teman agar makalah kami
kedepannya lebih baik daripada sekarang, karna kami tak luput dari kesalahan. Mudah-
mudahan atas bantuan serta bimbingan semua pihak, Allah SWT akan membalasnya dengan
pahala yang setimpal, aamin yaa Rabbal aalamiin.
Harapan kami adalah semoga kritik dan saran dari pembaca tetap tersalurkan kepada
kami dan semoga makalah ini bermanfaat. Amin
Penyusun .
Kelompok 5bbffn
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ................................................................................................................
Saran ..........................................................................................................................
DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Motivasi merupakan suatu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau
mencapai suatu tujuan. Motivasi akan memberikan keinginandan dorongan maksimal
(Marpaung, 2007: 116). Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk
menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain, motivasi adalah
sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia
telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.
Orang tua dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mungkin percaya bahwa
keterlibatan mereka dalam pendidikan anak adalah penting. Mereka lebih mungkin untuk
berpartisipasi dalam pendidikan anak dan memberi stimuli intelektual di rumah. Ketika waktu
dan energi orang tua lebih banyak dihabiskan untuk orang lain atau untuk sesuatu yang lain
ketimbang untuk anaknya, motivasi anak mungkin akan menurun tajam.
Banyak anak yang tidak bagus belajarnya di sekolah punya hubungan yang negatif
dengan guru mereka. Mereka sering kali karena, misalnya, tidak mengerjakan tugas, tidak
memerhatikan, atau karena mengalami masalah bikin onar. Dalam banyak kasus, mereka
pantas ditegur dan dihukum, akan tetapi sering kali situasi kelas menjadi sangat tidak
menyenangkan bagi mereka
guru dan teman adalah motif sosial penting bagi kebanyakan murid. Pada masa SD
murid lebih termotivasi untuk menyenangkan orang tuanya ketimbang menyenangkan
temannya (Berndt, 1979). Menjelang akhir masa SD, penerimaan orang tua dan teman berada
dalam posisi seimbang dalam sistem motif anak. Pada grade delapan atau sembilan (sekolah
menengah), penerimaan teman lebih penting ketimbang penerimaan orang tua. Pada grade 12,
penerimaan teman kurang penting karena murid sudah mulai mandiri dan membuat keputusan
sendiri.
Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain
(cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal
seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk
mendapatkan nilai yang baik.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
a) Prespektif behavioral
Prespektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci
dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau
negatif yang dapat dimotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekantan
mawa ensentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pengajaran, dan mengarahkan
perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tpat
(emmer Dkk, 2000).
b) Prespektif humanistis
Prespektif humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk mengmbangkan
kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan koalitas positif (seperti peka
terhadap orang lain). Prespektif ini berkaitan dengan pendangan Abraham Maslow bahwa
kebutuhan dasar tentu harus di puaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih
tinggi. Menurut Maslow misalnya murid harus memuaskan kebutuhan makan sebelum
mereka dapat berprestasi. Aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi dan sulid dalam Hierarki
maslow di beri perhatian khusus.
Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh
sebagai manusia. Menurut maslow, aktualisasi diri dimungkinkan hanya setelah kebutuhan
yang lebih rendah telah terpenuhi. Maslow memperingatkan bagwa kebanyakan orang yang
berhenti menjadi dewasa setelah mereka mengembangkan level harga diri yang tinggi dan
karenanya tak pernah sampai ke aktualisasi ini lagu. Ide bahwa kebutuhan manusia tersusuh
hirearkis ini memang menarik. Teori Imaslow menimbulkan diskusi tentang dukungannya
motivasi dalam kehidupan murid dan guru. Namun, tidak semua orang setuju dengan
pandangan maslow ini. Misalnya, bagi beberapa murid, kebutuhan kognitif mungkin lebih
fondamental ketimbang kebutuhan harga diri.murid lain mungkin memenuhi kebutuhan
kognitif mereka walaipun nmereka belum merasakan cinta dan rasa memiliki. 1
c) Prespektif kognitif
Perspektif Kognitif. Menurut murid memandu motivasi mereka. Belakangan ini I minat
besar pada motivasi menurut perspektif kog (Pintrich & Schunk, 2002). Minat ini berfokus
pada ide- ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka
(persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan, terutama perspesi bahwa usaha
adalah fak tor penting dalam prestasi), dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat
mengontrol lingkungan mereka secara efek- perspektif kognitif juga menekankan arti
penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan tif. nuju suatu tujuan
(Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001).
perspektif behavioris memandang motivasi murid sebagai konsekuensi dari insentif
eksternal, sedangkan perspektif kognitif berpendapat bahwa tekanan eks- I seharusnya
tidak dilebih-lebihkan. Perspektif kognitif merekomendasikan murid diberi lebih banyak
kesempatan dan tanggung jawab ternal agar prestasi mereka sendiri. Perspektif kognitif
tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W. White (1959), yang trol hasil mengusulkan
konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi
lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi
secara efisien. White mengatakan bahwa orang melaku- kan hal-hal tersebut bukan karena
kebutuhan biologis, tetapi karena orang punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan
lingkungan secara efektif.
d) Prespektif Sosial
Murid sekolah yang punya hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya
memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah (Baker, 1999; Stipek,
2002). Dalam sebuah studi berskala luas, salah satu faktor terpenting dalam motivasi dan
prestasi murid adalah persepsi mereka mengenai apakah hubungan mereka dengan guru
1
Jonh W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Cet.2; Jl. Tambra Raya No. 23: Kencana
Prenada Media Groub, 2008. Hal. 510-513
bersifat positif atau tidak (McCombs, 2001; Mc-
1) Motivasi Ekstrensik
Motivasi Ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain
(cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal
seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk
mendapatkan nilai yang baik. Perspektif behavioral menekankan arti penting dari motivasi
ekstrinsik dalam prestasi ini, sedangkan pendekatan kognitif dan humanistis lebih menekankan
pada arti penting dari motivasi intrinsik dalam prestasi.
Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu
sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia
senang motivasi ekstrinsik Melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara
untuk men- capai tujuan). pada mata pelajaran yang diujikan itu. Bukti terbaru mendukung
pembentukan iklim kelas di mana murid bisa termotivasi motivasi intrinsik Motivasi internal
untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). 2
C. Motivasi dalam Konteks Sosiokultural
Motivasi mengandung komponen sosial. Selain motif untuk berprestasi, murid juga
punya motif sosial. Bahasan kita tentang dimensi sosial dari motivasi ini akan difokuskan pada
motif sosial, hubungan sosial, dan konteks sosiokultural dari murid
Dalam bagian ini kita akan fokus pada bagaimana latar belakang status sosioekonomi,
etnis, dan gender bisa memengaruhi motivasi dan prestasi. Fokus uta- manya adalah pada
diversitas. Status Sosioekonomi dan Etnisitas. Diversitas dalam kelompok minoritas etnis yang
kita diskusikan di Bab 5 juga memengaruhi prestasi. Misalnya, banyak murid Asia punya
orientasi prestasi akademik yang kuat, tetapi sebagian tidak.
Motivasi mengandung komponen sosial. Selain motif untuk berprestasi, murid juga punya
motif sosial. Bahasan kita tentang dimensi sosial dari motivasi ini akan difokuskan pada motif
sosial, hubungan sosial, dan konteks sosiokultural dari murid.
1) Motif Sosial
Latar belakang sosial anak akan memengaruhi kehidupan mereka di sekolah. Setiap
hari murid membangun dan mempertahankan hubungan sosial. Para periset telah
2
Jonh W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Cet.2; Jl. Tambra Raya No. 23: Kencana
Prenada Media Groub, 2008. Hal. 514-515
menemukan bahwa murid yang menunjukkan perilaku yang kompeten secara sosial lebih
mungkin unggul secara akademis ketimbang murid yang tidak kompeten (Wentzel, 1996).
Namun, secara keseluruhan, para periset tidak banyak memberi perhatian pada bagaimana
dunia sosial murid berhubungan dengan motivasi mereka dalam kelas.
Motif sosial adalah kebutuhan dan keinginan yang dikenal melalui pengalaman dengan
dunia sosial. Perhatian terhadap motif sosial muncul dari katalog kebutuhan (atau motif)
yang disusun Henry Murray (1938), yang mencakup kebutuhan akan afiliasi atau
keterhubungan, yakni motif untuk merasa cukup terhubung dengan orang lain, yang telah
kami deskripsikan di awal bab ini. Kebutuhan ini membutuhkan pembentukan,
pemeliharaan, dan pemulihan hubungan yang akrab, hangat, dan personal. Kebutuhan
sosial murid direfleksikan dalam ke- inginan mereka untuk populer di mata teman sebaya
dan kebutuhan punya satu kawan akrab atau lebih, dan keinginan untuk menarik di mata
orang yang mereka sukai. Meskipun setiap murid punya kebutuhan afiliasi, beberapa murid
punya kebutuhan yang lebih kuat ketimbang murid lain (O'Conner & Rosenblood, 1996)
Beberapa murid suka dikelilingi banyak kawan. Di SMP dan SMA, beberapa murid merasa
ada yang hilang dalam kehidupan mereka jika mereka tidak punya pacar untuk diajak
kencan pada malam minggu. Murid lainnya tidak punya kebutuhan afiliasi sekuat itu.
Mereka tidak peduli apakah mereka punya banyak kawan atau tidak dan tidak cemas jika
mereka tidak punya pacar.
Penerimaan guru dan teman adalah motif sosial penting bagi kebanyakan murid. Pada
masa SD murid lebih termotivasi untuk menyenangkan orang tuanya ketimbang
menyenangkan temannya (Berndt, 1979). Menjelang akhir masa SD, penerimaan orang tua
dan teman berada dalam posisi seimbang dalam sistem motif anak. Pada grade delapan atau
sembilan (sekolah menengah), penerimaan teman lebih penting ketimbang penerimaan
orang tua. Pada grade 12, penerimaan teman kurang penting karena murid sudah mulai
mandiri dan membuat keputusan sendiri.
Remaja dapat merupakan masa peralihan penting dalam motivasi prestasi dan mo-
tivasi sosial (Henderson & Dweck, 1990). Tekanan akademik dan sosial memaksa remaja
mengambil peran baru yang melibatkan tanggung jawab yang lebih besar. Setelah remaja
mengalami tekanan yang lebih kuat untuk berprestasi, kepentingan sosial mereka mungkin
akan agak terabaikan karena mereka lebih fokus pada persoalan akademik. Atau, ambisi di
satu bidang dapat melemahkan tujuan di bidang lain, seperti ketika tujuan mengejar prestasi
akademik menyebabkan hi- langnya motif sosial. Pada masa remaja awal ini, murid
menghadapi pilihan antara mengejar tujuan sosial atau mengejar tujuan akademik. Hasil
dari keputusan ini akan berefek jangka panjang dalam tujuan akademik dan karier mereka
2) Hubungan Sosial
Hubungan murid dengan orang tua, teman sebaya, kawan, guru dan mentor, dan orang
lain, dapat memengaruhi prestasi dan motivasi sosial mereka.
3) Orang Tua
Telah dilakukan riset tentang hubungan antara parenting dengan motivasi murid. Studi-
studi tersebut mengkaji karakteristik demografis, praktik pengasuhan anak, dan provisi
pengalaman spesifik di rumah (Eccles, Wigfield, & Schiefele, 1998). 3
Karakteristik demografis
Orang tua dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mungkin percaya bahwa
keterlibatan mereka dalam pendidikan anak adalah penting. Mereka lebih mungkin
untuk berpartisipasi dalam pendidikan anak dan memberi stimuli intelektual di rumah
(Schneider & Coleman, 1993). Ketika waktu dan energi orang tua lebih banyak
dihabiskan untuk orang lain atau untuk sesuatu yang lain ketimbang untuk anaknya,
motivasi anak mungkin akan menurun tajam. Prestasi murid dapat menurun apabila
mereka tinggal dalam keluarga single- parent, tinggal bersama orang tua yang waktunya
dihabiskan untuk bekerja, dan tinggal dalam keluarga besar.
Guru
Banyak anak yang tidak bagus belajarnya di sekolah punya hubungan yang negatif
dengan guru mereka (Stipek, 2002). Mereka sering kali karena, misalnya, tidak
mengerjakan tugas, tidak memerhatikan, atau karena mengalami masalah bikin onar.
Dalam banyak kasus, mereka pantas ditegur dan dihukum, akan tetapi sering kali situasi
kelas menjadi sangat tidak menyenangkan bagi mereka. Nel Noddings (1992, 1998, 2001)
3
Jonh W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Cet.2; Jl. Tambra Raya No. 23: Kencana
Prenada Media Groub, 2008. Hal. 531-532
percaya bahwa murid kemungkinan besar akan berkembang menjadi manusia yang
kompeten apabila mereka merasa diperhatikan. Karenanya guru harus mengenal murid
dengan baik. Dia percaya bahwa keadaan sulit terwujud di sekolah besar dengan murid
yang banyak di setiap kelasnya. Dia menganjurkan agar guru mengajar murid yang sama
selama dua atau tiga tahun (di mana kedua belah pihak sama-sama setuju) sehingga guru
akan bisa lebih yang merasa punya guru yang su mengenal minat dan kapasitas masing-
masing murid (Thornton, 2001).
Para periset telah menemukan bahwa murid portif dan perhatian akan lebih termotivasi
untuk belajar ketimbang murid yang merasa punya guru yang tidak suportif dan tidak
perhatian (McCombs, 2001; Newman, 2002; Ryan & Deci, 2000). Seorang periset meneliti
pandangan murid terhadap kualitas hubungan yang baik dengan guru. Peneliti itu
mengajukan pertanyaan kepada murid sekolah menengah seperti bagaimana mereka tahu
seorang guru memerhatikan diri mereka (Wentzel, 1997).
murid sebagai manusia adalah faktor penting bagi murid. Yang menarik, murid juga
mempertimbangkan perilaku instruksional guru sebagai salah satu faktor dari sejauh mana
guru memerhatikan mereka Murid mengatakan bahwa guru-guru yang perhatian punya
standar yang tepat dan akan menyampaikan perhatian mereka kepada murid saat mereka
berusaha keras meningkatkan pembelajaran.
4
Jonh W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Cet.2; Jl. Tambra Raya No. 23: Kencana
Prenada Media Groub, 2008. Hal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Motivasi adalah suatu keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong untuk
melakukan suatu kegiatan, guna mencapai keinginan atau tujuan. Motivasi sangat penting
dalam menjalani kehidupan karena dengan adanya motivasi kita akan terus berjuang untuk
mencapai cita-cita dan tujuan yang ingin kita capai.
Motivasi bukan hanya dapat diberikan untuk menyemangati diri sendiri atau orang di
sekitar kita, tetapi juga dapat diberikan kepada para karyawan untuk mengembangkan rasa
semangat dalam berproduktivitas. Dengan adanya motivasi baik itu berupa uang sebagai gaji
ataupun penghargaan berupa penganggapan terhadap apa yang terlah dicapai oleh seorang
karyawan dalam pekerjaannya..
Dengan adanya motivasi yang diberikan menajer kepada bawahannya, itu akan
mendorong bawahan untuk menghasilkan yang terbaik dalam pekerjaannya. Sebaliknya, jika
seorang manajer tidak member penghargaan apapun kepada bawahannya sedangkan
bawahannya tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan baik, maka semangat kerja
bawahannya tersebut sedikit demi sedikit akan menurun dan akan berakibat juga pada proses
produktivitas.
B. Saran
Diharapkan agar semua elemen masyarakat indonesia dapat mengetahui lebih dalam
tentang pendidikan terutama sejarah pendidikan di indonesia. Dengan demikian kita dapat
merasakan perjuangan yang dulu telah di perjuangkan dan kita bisa meningkatkan mutu dari
pendidikan tersebut.
Daftar Pustaka
Jonh W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Cet.2; Jl. Tambra Raya No. 23: Kencana Prenada
Media Groub, 2008.