Kelompok 5:
Sarmila (B0221354)
Wilna sari sumiati (B0221015)
Yunita (B0221328)
Reskita saratu (B0221535)
Nurlaeni (B0221002)
1
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Taufiknya
kepada kita, sehingga kita masih dapat menghirup nafas kelslaman sampai sekarang ini.
Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
berjuang dengan semangatnya yang begitu mulia yang telah membawa kita dari jaman
Jahilliyah kepada jaman Islamiyah.
Dengan mengucap Alhamdulillah kami dapat menyusun makalah yang berjudul
"ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA SEPANJANG RENTANG KEHIDUPAN,
USIA DEWASA". Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pengampu yang telah
membimbing dalam setiap materi, tidak lupa teman-teman yang senantiasa saya banggakan
yang semoga kita selalu dalam lindungan Allah serta dapat berjuang dijalan Allah SWT.
Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu saya mohon
saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya saya mengucapkan terima
kasih dan mohon maaf apabila dalam penulisan masih terdapat kalimat-kalimat yang kurang
dapat dipahami agar menjadi maklum.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................................
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................
A. Latar Belakang ...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................
A. Konsep dasar usia dewasa ..........................................................................................
B. Asuhan keperawatan sehat jiwa pada rentang usia dewasa .......................................
C. Analisis teori ..............................................................................................................
D. Analisis jurnal ............................................................................................................
BAB III PENUTUP ............................................................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No.23
tahun 1992 tentang kesehatan). Sedangkan menurut WHO (2005) kesehatan adalah
suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas
dari penyakit atau kecatatan. Dari dua definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
untuk dikatakan sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik, mental dan
sosial yang bebas dari gangguan, seperti penyakit atau perasaan tertekan yang
memungkinkan seseorang tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stress
yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas.
Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau
bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas
hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No.23 tahun 1996 tentang
kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dan seseorang dan perkembangan itu berjalan
secara selaras dengan keadaan orang lain. Selain dengan itu pakar lain
mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang
sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif,
sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua
segi kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas
dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang,
mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati dkk, 2009).
Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti penyakit lain yang bisa datang secara tiba-
tiba tetapi lebih kearah permasalahan yang terakumulasi dan belum dapat diadaptasi
atau terpecahkan. Dengan demikian akibat pasti atau sebab yang melatar belakangi
timbulnya suatu gangguan. Pengetahuan dan pengalaman yang cukup dapat
4
membantu seseorang untuk menangkap adanya gejala-gejala tersebut. Semakin dini
kita menemukan adanya gangguan maka akan semakin mudah penanganannya.
Lingkup masalah kesehatan jiwa yang dihadapi individu sangat kompleks sehingga
perlu penanganan oleh suatu program kesehatan jiwa yang bersifat kompleks pula.
Masalah-masalah kesehatan jiwa dapat meliputi:
1. Perubahan fungsi jiwa sehingga menimbulkan penderitaan pada individu
(distress) dan atau hambatan dalam melaksanakan fungsi sosialnya;
2. Masalah psikososial yang diartikan sebagai setiap perubahan dalam
kehidupan individu baik yang bersifat psikologis maupun sosial yang
memberi pengaruh timbal balik dan dianggap mempunyai pengaruh cukup
besar. Sebagai faktor penyebab timbulnya berbagai gangguan jiwa.
Psikososial yang dapat berupa masalah perkembangan manusia yang harmonis,
peningkatan kualitas hidup, upaya-upaya kesehatan jiwa diperlukan untuk mengatasi
masalah tersebut yang meliputi upaya primer, sekunder dan tersier yang ditujukan
untuk meningkatkan taraf kesehatan jiwa manusia agar dapat hidup lebih sehat,
harmonis, dan produktif (Dalami, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar pada usia dewasa?
2. Bagaimanakah proses perkembangan pada usia dewasa?
3. Seperti apa asuhan keperawatan sehat jiwa pada usia dewasa?
4. Bagaimana analisa keterkaitan teori dengan masalah?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana konsep dasar pada usia dewasa
2. Mengetahui seperti apa tahap perkembangan pada rentang usia dewasa
3. Memahami dan mampu menerapkan asuhan keperawatan sehat jiwa pada
usia dewasa
4. Memastikan teori yang digunakan sudah relevan dengan masalah keperawatan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Gould, “usia yang tepat saat perubahan-perubahan itu terjadi adalah produk
dari kepribadian gaya hidup dan sub-budaya total seorang individu”.
7
masa kedewasaaan dengan berakhirnya masa adolesensi orang muda pada masa
kedewasaan.
Bahwa ciri utama dari adolesensi ialah :
1. Mampu mengaitkan realitas dunialuar yang obyektif dengan AKU-nya (kehidupan
jiwanya) sendiri;
2. Mampu mengendalikan dorongan-dorongan dari dalam, untuk diarahkan pada
tujuan yang berarti.
8
Ciri-ciri Manusia Dewasa
Masa dewasa adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola
kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, seseorang dituntut
untuk memulai kehidupannya dalam memerankan peran ganda seperti peran sebagai
suami/istri dan peran dalam dunia kerja (berkarier).
Masa dewasa juga dikatakan sebagai masa sulit bagi seorang individu karena pada masa
ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan
berusaha untuk dapat mandiri. Ciri-ciri masa dewasa dini yaitu :
1. Masa Pengaturan (Settle Down) Pada masa ini, seseorang akan “mencoba-
coba” sebelum ia menentukan mana yang sesuai, cocok, dan memberi
kepuasan permanen. Ketika ia sudah menemukan pola hidup yang diyakininya
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, maka ia akan mengembangkan pola-
pola perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi
kekhasannya selama sisa hidupnya.
2. Masa Usia Produktif Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang
usia ini merupakan masa-masa yang cocok dalam menentukan pasangan
hidup, menikah, dan berproduksi/menghasilkan anak. Pada masa ini, organ
reproduksi sangat produktif dalam menghasilkan keturunan (anak).
3. Masa dewasa dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah. Hal ini
dikarenakan seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran barunya
(perkawinan vs. pekerjaan). Jika ia tidak dapat mengatasinya, maka akan
menimbulkan masalah.
4. Ketika seseorang berumur 20-an (sebelum 30-an), kondisi emosionalnya tidak
terkendali. Ia cenderung labil, resah, dan mudah memberontak. Pada masa ini
juga emosi seseorang sangat bergelora dan mudah tegang.
5. Masa Keterasingan Sosial Masa dewasa dini adalah masa di mana seseorang
mengalami “krisis isolasi”, ia terisolasi atau terasingkan dari kelompok sosial.
Kegiatan sosial dibatasi karena berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga.
6. Masa Komitmen Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan
pentingnya sebuah komitmen. Ia mulai membentuk pola hidup, tanggung
jawab, dan komitmen baru.
9
7. Masa Ketergantungan Pada awal masa dewasa dini sampai akhir usia 20-
an,seseorang masih punya ketergantungan pada orang tua atau
organisasi/instansi yang mengikatnya.
8. Masa Perubahan Nilai Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada dalam
masa dewasa dini berubah karena pengalaman dan hubungan sosialnya
semakin meluas. Nilai sudah mulai dipandang dengan kacamata orang
dewasa.
9. Masa Penyesuaian Diri dengan Hidup Baru Ketika seseorang telah mencapai
masa dewasa berarti ia harus lebih bertanggung jawab karena pada masa ini ia
sudah mempunyai peran ganda (peran sebagai orang tua dan pekerja).
10. Masa Kreatif Dinamakan sebagai masa kreatif karena pada masa ini
seseorang bebas dalam berbuat apa yang diinginkan. Namun kreativitas
tergantung pada minat, potensi, dan kesempatan.
10
C. Analisis Teori
Teori Erikson
Erikson menjadi terkenal karena upayanya dalam mengembangkan teori tentang
tahap perkembangan manusia yang dirintis oleh Freud. Erikson menyatakan bahwa
pertumbuhan manusia berjalan sesuai prinsip epigenetic yan menyatakan bahwa
kepribadian manusia berjalan menurut delapan tahap. Perkembangannya manusia dari
satu tahap berikutnya ditentukan oleh keberhasilannya atau ketidakberhasilannyadala
menempu tahap sebelumnya.
Erikson mengembangkan teori psikosoial berdasarkan hasil penelitiannya, terkait
perkembangan usia dewasa (Generativity vs Stagnation).
Tahap menjalin kedekatan di usia dewasa muda (19-40 tahun)
Pada tahap psikososial ini, manusia berfokus pada pengembangan hubungan
dekat dan penuh kasih dengan orang lain. Anda akan mulai mengenal pacaran,
pernikahan, membangun keluarga, dan persahabatan. Ketika hubungan cita
dengan orang lain berhasil, anda dapat mengalami cinta dan menikmati
keintiman (hubungan yang sangat dekat) . sementara yang gagal akan merasa
terisolasi.
Tahap dewasa usia (40-65 tahun)
Ditahap dewasa, anda akan berfokus pada kontribusi kepada masyarakat dan
generasi berikutnya, termasuk membesarkan anak. Anda yang berhasil akan
merasa berguna karena bisa berkontribusi pada masa depan masyarakat.
Sementara jika gagal, anda akan merasa tidak berkontribusi apa-apa untuk
dunia. Akhirnya, anda menjadi stagnan dan merasa tidak produktif.
11
D. Analisa Jurnal
Studi Kasus: Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Kecemasan pada Orang
Dewasa Menerapkan Cognitive Behaviour Therapy (CBT)
Terapi kognitif dan perilaku atau Cognitive Behavior Therapy (CBT) adalah
intervensi terapeutik yang bertujuan untuk mengurangi tingkah laku mengganggu dan
maladaptif dengan mengembangkan proses kognitif yang didasarkan pada asumsi
bahwa afek dan tingkah laku adalah produk dari kognitif oleh karena itu intervensi
kognitif dan tingkah laku dapat membawa perubahan dalam pikiran, perasaan, dan
tingkah laku. Terapi kognitif dan perilaku bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
pikiran dan perasaan klien dengan kecemasan dengan merubah pikiran dan perilaku
yang maladaptif. Cognitive Behavior Therapy merupakan salah satu terapi yang
mempunyai pendapat bahwa keyakinan dan pola pikir, dapat mempengaruhi sikap
dan perilaku dan juga perubahan pada kognisi sehingga akan menghasilkan
perubahan sikap yang diharapkan.6 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penerapan Cognitive Behavior Therapy terhadap kecemasan pada masa
pandemi.
Penelitian ini adalah dengan rancangan studi kasus menggunakan pendekatan proses
keperawatan. Sampel pada penelitian ini adalah Ny.E dengan menggunakan Teknik
sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Penelitian dilakukan di
wilayah Bogor pada bulan Agustus 2020. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Instrumen penelitian adalah peneliti
sendiri dengan alat bantu sphygmomanometer, stetoskop, termometer, penlight, serta
pedoman pengkajian dan pedoman Cognitive Behavior Therapy. Pendekatan proses
keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi tahapan sebagai berikut: Pengkajian
Peneliti melakukan pengumpulan data, baik bersumber dari responden/pasien.
Diagnosis keperawatan, membuat intervensi keperawatan, melakukan implmentasi
kemudian melakukan evaluasi keperawatan.
12
Asuhan keperawatan pada klien Ny. E dilakukan selama 3 hari. Pada hari pertama
asuhan keperawatan yang dilakukan adalah membina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi penyebab ansietas Ny. E, cara yang dilakukan Ny. E saat merasa
cemas dan mengajarkan Cognitive Behavior Therapy (CBT). Teknik CBT dalam
dipilih menjadi SP 1 untuk masalah ansietas Ny. E karena menurut penyusun yang
saat ini dibutuhkan klien relakasi dengan cara yang mudah, sehingga untuk
selanjutnya dapat dilakukan oleh klien. Teknik Cognitive Behavior Therapy (CBT)
ini terus dievaluasi oleh penyusun sampai pada hari terahir melakukan asuhan
keperawatan. Intervensi keperawatan teknik relaksasi napas dalam dilakukan selama
3 hari klien dirumah. Setiap kali melakukan interaksi dengan Ny. E, penyusun
mengevaluasi kembali kemampuan klien dalam melakukan teknik Cognitive
Behavior Therapy (CBT). Selain itu penyusun juga membantu klien dalam menyusun
jadwal latihan teknik Cognitive Behavior Therapy (CBT) yang disepakati bersama,
yaitu 3x sehari setiap setelah sarapan, makan siang, dan makan sore. Setelah
dilakukan 5 kali kunjungan ke rumah klien, tingkat kecemasan berkurang dengan
score kecemasan dari score awal 25 (kecemasan sedang) menjadi 19 (kecemasan
ringan), saat anseitas datang klien menerapkan apa yang telah diajarkan perawat yaitu
melakukan nafas dalam dibantu oleh keluarga, menerapkan teknik Cognitive
Behaviour Therapy, dan klien sudah bisa melakukan aktivitas dirumah seperti
membersihkan rumah, memasak dan ketika keluar rumah selalu memperhatikan
protokol kesehatan.
13
E. ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA DEWASA
1. Pengkajian
Merupakan tahap perkembangan manusia yang berada pada 20-30 tahun dan
pada usia ini individu harus mampu berinteraksi akrab dengan Orang lain
(Enckson, 1963) Pada masa ini penekanan utama dalam perkembangan
identitas diri untuk membuat ikatan dengan orang lain yang menghasilkan
hubungan intim. Orang dewasa mengembangkan pertemanan abadi dan
mencari pasangan atau menikah dan terikat dalam tugas awal sebuah
keluarga. Levinson (1978) mengatakan bahwa pada masa ini seseorang berada
pada puncak intelektual dan fisik. Selama periode ini kebutuhan untuk
mencari kepuasan diri tinggi. Selain itu masa dewasa awal seseorang
berpindah melalui tahap dewasa baru, dari asumsi peran yunior pada
pekerjaan, memulai perkawinan dan peran orang tua dan memulai pelayanan
pada komunitas ke suatu tempat yang lebih senior dirumah, pekerjaan dan di
komunitas. Kegagalan dalam berhubungan akrab dan memperoleh pekerjaan
dapat menyebabkan individu menjauhi pergaulan dan merasa kesepian lalu
menyendiri.
Ketika mengkaji dewasa awal dan tengah, perawat harus mempertimbangkan
perbandingan tugas perkembangan mereka dan juga membedakan tahap serta
konsekuensi perkembangan baik psikologi dan biologis.
a. Perkembangan psikologis
Dewasa mulai telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20
tahun. Pengecualian padahal ini adalah wanita hamil dan menyusui.
Perubahan fisik, kognitif dan psikologis serta masalah kesehatan pada
wanita hamil dan keluarga usia subur sangat luas. Dewasa awal
biasanya lebih aktif, mengalami penyakit berat tidak sesering
kelompok usia lebih tua. Cenderung mengakibatkan gejala fisik dan
sering menunda pencari perawatan kesehatan. Karakteristik dewasa
muda mulai berubah mendekati usia baya. Temuan pengkajian
umumnya dalam batas normal kecuali klien mempunyai penyakit.
14
Namun demikian klien pada tahap perkembangan ini dapat mengambil
manfaat dari pengkajian gaya hidup pribadi. Pengkajian gaya hidup
membantu perawat dank lien mengidentifikasi kebiasaan yang
meningkatkan risiko penyakit jantung, maligna, paru, ginjal atau
penyakit kronik lainnya. Pengkajian gaya hidup pribadi dewasa awal
meliputi pengkajin kepuasan hidup secara umum yaitu.
Hobi dan minat
Kebiasaan meliputi: diet, tidur, olahraga, perilaku seksual dan
penggunaan kafein, alcohol dan obat terlarang
Kondisi rumah meliputi: rumah, kondisi ekonomi, jenis
asuransi kesehatan dan hewan peliharaan
Lingkungan pekerjaan meliputi: jenis pekerjaan, pemajanan
terhadap fisik dan mental
b. Perkembangan Kognitif
Kebiasaan berpikir rasional meningkatkan secara tetap pada masa
dewasa awal dan tengah. Pengalaman pendidikan formal dan informal,
pengalaman hidup secara umum dan kesempatan pekerjaan secara
dramatis meningkatkan konsep individu, pemecahan masalah dan
keterampilan motorik. Mengidentifikasi area pekerjaan yang
diinginkan adalah tugas utama dewasa awal. Ketika seseorang
mengetahui persiapan pendidikannya, keahliannya, bakat dan
karakteristik kepribadian. Pilihan pekerjaan menjadi lebih mudah dan
biasanya mereka akan lebih luas dengan pilihannya. Akan tetapi
banyak dewasa awal kekurangan sumber dan sistem pendukung untuk
memfasilitasi pendidikan lebih lanjut atau pengembangan keahlian
yang diperlukan untuk berbagai posisi pekerjaan. Akibatnya, beberapa
dewasa awal mempunyai pilihan pekerjaan yang terbatas.
c. Perkembangan psikososial
Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan
individu mengarahkan dan memecahkan tugas pribadi dan sosial.
Dewasa awal kadang terjebak antara keinginan untuk memperpanjang
15
masa remaja yang tidak ada tanggung jawab dan memikul tanggung
jawab dewasa. Namun pola tertentu atau kecenderungan relative dapat
diperkirakan. Antara usia 23-28 tahun, orang dewasa memperbaiki
persepsi diri dan kemampuan berhubungan. Dari usia 29-39 tahun
orang dewasa mengarahkan kelebihan energinya terhadap pencapaian
besar dan penguasaan dunia sekitarnya. Usia 35-43 tahun adalah waktu
ujian yang besar dari tujuan hidup dan hubungan. Perubahan telah
dibuat dalam kehidupan pribadi sosial dan pekerjaan. Seringkali stress
dalam ujian mengakibatkan krisis usia baya ketika pasangan dalam
pernikahan, gaya hidup dan pekerjaan dapat berubah. Faktor etnik dan
gender mempunyai dampak sosiologi dan psikologis dalam kehidupan
dewasa dan faktor tersebut dapat merupakan tantangan yang jelas bagi
asuhan keperawatan. Dewasa awal harus membuat keputusan
mengenai karir, pernikahan dan menjadi orangtua. Meskipun setiap
orang memiliki keputusan tersebut berdasarkan faktor individu,
perawat harus memahami prinsip umum yang tercakup dalam aspek
perkembangan psikososial dewasa awal.
d. Stress pekerjaan
Stress pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu kewaktu
.kebanyakan dewasa awal dapat mengatasi krisis dari hari kehari .
Stress situasi pekerjaan situasional dapat terjadi ketika atasan baru
memasuki tempat pekerjaan, tenggat waktu hamper dekat , atau
seseorang pekerja yang diberi tanggung jawab baru atau besar . Stress
pekerjaan juga terjadi jika seseorang tidak puas pada pekerjaan atau
tanggung jawabnya karena setiap individu menerima pekerjaan yang
berbeda , maka setiap stressor bervariasi pada setiap klien .
Pengkajian perawat pada dewasa awal harus meliputi deskripsi
pekerjaan yang biasa dilakukan dan pekerjaan saat ini jika berbeda .
Pengkajian pekerjaan juga meliputi kondisi dan jam kerja , durasi
bekerja , perubahan pada kebiasaan tidur atau makan , dan tanda
peningkatan iritabilitas dan kegugupan.
16
e. Stress keluarga
Setiap keluarga mempunyai berbagai peranan dan pekerjaan yang
dapat di prediksi untuk anggota keluarganya. Peran ini memungkinkan
keluarga berfungsi dan menjadi bagian dalam masyarakat salah satu
peran penting adalah kepala keluarga. Bagi kebanyakan keluarga,
salah satu orang tua adalah pemimpin keluarga atau kedua orang tua
berperan coleader. Dalam keluarga orang tua tunggal, orang tua atau
adakalanya seseorang anggota keluarga besar menjadi kepala keluarga.
Ketika perubahan akibat dari penyakit, krisis keadaan dapat terjadi.
Perawat harus mengkaji faktor lingkungan dan keluarga termasuk
sistem pendukung , penguasaan mekanisme yang biasa digunakan oleh
anggota keluarga.
Karakteristik Perilaku
a. Karakteristik Prilaku Normal
Menjalin interaksi yang hangat dan akrab dengan oranglian
Mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang tertenti
(pacar, sahabat)
Membentuk keluarga
Mempunyai komitmen yang jelas dalam bekerja dan
berinteraksi
Merasa mampu mandiri karena sudah bekerja
Memperlihatkan tanggungjawab secara ekonomi, sosial dan
emosional
Mempunyai konsep diri yang realistis
Menyukai diri dan mengetahui tujuan hidup
Berinteraksi baik dengan keluarga
Mampu mengatasi strss akibat perubahan dirinya
Menganggap kehidupan sosialnya bermakna
Mempunyai nilai yang menjadi pedoman hidupya
17
b. Karakteristik penyimpangan perkembangan
Tidak mempuyai hubungan akrab
Tidak mandiri dan tidak mempunyai komitmen hidup
Konsep diri tidak realistis
Tidak menyukai diri sendiri
Tidak mengetahui arah hidup
Tidak mampu mnegatasi stres
Hubungan dengan orangtua tidak harmonis
Bertindak semaunya sendiri dan tidak bertanggungjawab
Tidak memiliki nilai dan pedoman hidup yang jelas, mudah
terpengaruh
Menjadi pelaku tindak antisosial (kriminal, narkoba, tindak
asusila)
Intervensi:
1) Kaji status koping individu saat ini
Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta
Dengarkan dengan cermat dan amati wajah, gerak tubuh,
kontak mata, intonasi, dan intensitas suara
2) Berbicara alternative yang mungkin timbul (mis:
membicarakan dengan orang terdekat)
3) Berikan kesempatan untuk belajar dan menggunakan Teknik
pelaksanaan stress (mis: jogging, yoga)
b. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pertambahan anggota
keluarga (mis: pernikahan)
18
Intervensi:
1) Bantu keluarga menghadapi kekhawatiran terhadap masalah
tersebut
2) Dorong keluarga untuk mengungkapkan rasa bersalah, marah,
menyalahkan diri, bermusuhan, dan mengenal lebih lanjut
perasaannya dalam anggota keluarga
3) Bantu keluarga untuk mengenal peran dan menentukan
prioritas
4) untuk mempertahankan integritas keluarga dan menurunkan
stress
5) Bina hubungan saling percaya antara anggota keluarga
Intervensi:
1) Identifikasi factor penyebab dan penunjang
2) Beri dorongan individu untuk membicarakan perasaan kesepian
3) Tingkatkan interaksi social
Kerahkan system pendukung tetangga dan keluarga individu
Rujuk pada penyuluhan keterampilan social
Tawarkan umpan balik tentang bagaimana individu
menampilkan diri
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melewati masa kanak-kanak dan remaja, akhirnya individu memasuki
masa dewasa, yakni masa terpanjang setelah masa kanak-kanak dan masa remaja.
Masa ini adalah masa dimana seseorang harus melepaskan ketergantungannya dari
orang tua dan mulai belajar madiri karena ia sudah mempunyai peran dan tugas-
tugasnya yang baru.
Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa ini jika tidak dioptimalkan dengan
baik akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri di masa yang akan datang.
Perkembangan fisik, emosional, agama, cinta, kognitif dan sosial pada masa ini juga
sangat berpengaruh bagi tiap individu.
Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung
jawabnya tentu makin bertambah besar. la tak lagi harus bergantung secara ekonomis,
sosiologis ataupun psikologis pada orang tuanya. Mereka justru merasa tertantang
untuk membukukan dirinya sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. „Segala
urusan ataupun masalah yang dialami dalam hidupnya sedapat mungkin akan
ditangani sendiri tanpa bantuan orang lain, termasuk orang tua. Berbagai pengalaman
baik yang berhasil maupun yang gagal dalam menghadapi suatu masalah akan dapat
dijadikan pelajaran berharga guna mem-bentuk seorang pribadi yang matang,
tangguh, dan bertanggung jawab terhadap masa depannya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang kita
harapkan, maka dari pada itu penulis butuh kritikan dan saran dari ibu dosen
pembimbing kita dan bagi teman-teman yang membacanya, yang sifatnya
membanggun, demi kesempurnaannya kedepan.
20
DAFTAR PUSTAKA
21