Disusun Oleh :
Kelompok 5
2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa. Dimana berkat rahmat,
karunia serta kesempatan yang diberikannya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari pembuatan tugas ini yaitu untuk
memenuhi tugas tugas dari Mata Kuliah Kesehatan Mental di Universitas Negeri
Medan.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Kesehatan
Mental, Ibu Nani Barorah Nasution, S.Psi., MA., PhD. yang telah bersedia
membimbing kami dalam mata kuliah ini.
Kami menyadari tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan tugas ini. Semoga
dengan selesainya tugas ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Terimakasih.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN...........................................................................................................6
H. Contoh Kasus....................................................................................................27
BAB III.......................................................................................................................30
PENUTUP..................................................................................................................30
A. Kesimpulan........................................................................................................30
B. Saran...................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................31
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial dituntut untuk selalu melakukan penyesuaian
(adjusment). Penyesuaian adalah suatu hubungan harmonis dengan lingkungan yang
melibatkan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan terpenting dan
menghadapi tuntutan, baik secara fisik & sosial. Penyesuaian diri yang baik bukanlah
kemampuan beradaptasi dengan cepat semata, tetapi juga dengan cara-cara yang
sesuai dengan diri dan lingkungan, serta mengarahkan individu untuk mampu berbuat
yang terbaik dan mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya.
Kemampuan penyesuaian diri idealnya dilatih dan dibina sejak kecil. Namun
peningkatan kemampuan ini bukan tidak dapat dilakukan ketika seseorang sudah
dewasa. Dari waktu ke waktu idealnya manusia perlu terus mengembangkan
kemapuan penyesuaian dirinya yang aktif, realistik dan dinamis sambil tetap menjaga
stabilitas diri. Dalam banyak literatur psikologi kesehatan, pengembangan diri dan
kemampuan penyesuaian diri merupakan salah satu indikasi dari kepribadian yang
sehat. Kita dapat melihat di antaranya dalam uraian-uraian Gordon W. Allport, Carl
Rogers, Abraham Maslow dan Viktor Frankl. Pemikiran mereka menegaskan bahwa
pribadi yang sehat selalu ditandai dengan keinginan untuk tumbuh dan berkembang,
berorientasi ke masa depan sambil tetap realistis dan mampu melakukan inovasi bagi
diri serta lingkungannya. Artinya perbaikan kemampuan penyesuaian diri tidak hanya
perlu dilakukan pada mereka yang mengalami gangguan mental tetapi juga pada siapa
saja.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana konsep dari penyesuaian diri?
2. Apa saja aspek aspek dari penyesuaian diri?
3. Bagaimana karakteristik penyesuaian diri?
4
4. Bagaimana tahapan proses dari penyesuaian diri?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri?
6. Apa saja gangguan mental akibat dari penyesuaian diri?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dari penyesuaian diri.
2. Untuk mengetahui aspek aspek dari penyesuaian diri.
3. Untuk mengetahui karakteristik penyesuaian diri.
4. Untuk mengetahui tahapan proses dari penyesuaian diri.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri.
6. Untuk mengetahui apa saja gangguan mental akibat penyesuaian diri.
7. Untuk mengetahui keterkaitan penyesuaian diri dengan Kesehatan Mental.
5
BAB II
PEMBAHASAN
3) Kartini Kartono (2002), usaha yang dilakukan oleh manusia dalam mencapai
harmoni atau kesatuan untuk diriya sendiri dan lingkungan sekitar agar bisa
memusnahkan rasa permusuhan, rasa dengki, iri hati, sebuah prasangka,
gangguan depresi, ekspresi kemarahan, dan emosi negatif yang dianggap
sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien.
4) Schneiders, bentuk proses yang melingkupi reaksi mental dan tingkah laku,
di mana individu sedang berupaya untuk mengambil keberhasilan dalam
mengatasi kebutuhan-kebutuhan di dalam dirinya, ketegangan-ketegangan,
konflik-konflik, dan frustrasi yang dialaminya, sehingga tingkat keselarasan
6
antara tuntutan dalam diri dengan apa yang diinginkan oleh lingkungan di
mana dia tinggal dapat terwujud dengan baik. (dalam Desmita, 2009)
Dari berbagai definisi yang telah disebutkan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk
mendapatkan ketentraman secara internal dan hubungannya dengan dunia
sekitarnya. Secara garis besar penyesuaian diri dapat dipahami sebagai
adjustment dan adaptasi. Adjustment adalah penyesuaian diri dimana lingkungan
diubah supaya lebih sesuai dengan kondisi individu, sedangkan adaptasi adalah
individu mengubah dirinya sehingga lebih sesuai dengan lingkungan.
a. Penyesuaian Pribadi
7
kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak
adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa,
atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan
tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa
cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
b. Penyesuaian Sosial
8
Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan
masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian social yang
memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan
cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian
sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan social
kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun
dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur
hubungan individu dengan kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial individu
mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturanperaturan tersebut lalu
mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada
dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok Kedua hal tersebut merupakan
proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial
untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika
mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur
kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud
sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan
individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku
yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal
yang tidak diterima oleh masyarakat.
9
b. Mekanisme pertahanan diri minimal.
10
melakukan analisis mengenai faktor-faktor apa saja yang membantu dan
mengganggu penyesuaiannya.
11
a. Reaksi bertahan (defence reaction)
1. Rasionalisasi, yaitu suatu usaha bertahan dengan mencari alasan yang masuk
akal.
2. Represi yaitu suatu usaha menekan atau melupakan hal yang tidak
menyenangkan.
3. Proyeksi, yaitu suatu usaha memantulkan ke pihak lain dengan alasan yang
tidak dapat diterima.
Keras kepala
Balas dendam
12
Reaksi ini orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan
melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya. Reaksi yang
muncul antara lain:
Banyak tidur
Minum-minuman keras
Langkah pertama yang kita mulai dalam proses penyesuaian diri yang
baik yakni pemahaman (inisight) dan pengetahuan tentang diri sendiri (self-
knowledge). Dengan insight dan self-knowledge terhadap diri sendiri, maka
kita dapat mengetahui kapabilitas dan kekurangan diri kita sendiri dan kita
dapat menangani secara efektif masalah-masalah penyesuaian diri.
Pengetahuan tentang diri sendiri memerlukan perincian yang baik tentang
kekuatan dan kelemahan kita sendiri. Dengan mengetahui kelemahan itu,
sekurang-kurangnya kita berusaha untuk mengurangi atau menghilangkan
pengaruh- pengaruhnya terhadap kehidupan-kehidupan kita. Dan sebaliknya,
dengan mengetahui kekuatan kita sendiri, maka kita berada pada posisi yang
lebih baik. Untuk menggunakannya demi pertumbuhan pribadi. Perbaikan
13
diri dimulai dengan keberanian dan kepastian untuk menghadapi kebenaran
tentang diri sendiri.
a. Kondisi fisik
14
Seringkali kondisi fisik berpengaruh kuat terhadap proses penyesuaian
diri remaja. Aspek-aspek yang berkaitan dengan kondisi fisik yang dapat
mempengaruhi penyesuaian diri remaja adalah sebagai berikut:
2) Sistem utama tubuh, Termasuk ke dalam system utama tubuh yang memiliki
pengaruh terhadap penyesuaian diri adalah sistem syaraf, kelenjar dan otot.
Sistem syaraf yang berkembang dengan normal dan sehat merupakan syarat
mutlak bagi fungsi-fungsi psikologis agar dapat berfungsi secara maksimal
yang akhirnya berpengaruh secara baik pula kepada penyesuaian diri. Dengan
kata lain, fungsi yang memadai dari sistem syaraf merupakan kondisi umum
yang diperlukan bagi penyesuaian diri yang baik. Sebaliknya penyimpangan
didalam system syaraf akan berpengaruh terhadap kondisi mental yang
penyesuaian dirinya kurang baik.
3) Kesehatan fisik, Penyesuaian diri seseorang akan lebih mudah dilakukan dan
dipelihara dalam kondisi fisik yang sehat daripada yang tidak sehat. Kondisi
fisik yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri, kepercayaan diri, harga
15
diri dan sejenisnya yang akan menjadi kondisi yang sangat
menguntungkan bagi proses penyesuian diri.
b. Kepribadian
16
Termasuk unsur-unsur penting dalam education atau pendidikan yang dapat
mempengaruhi penyesuaian diri individu antara lain
17
maka memerlukan latihan yang sungguh-sungguh agar mencapai hasil
penyesuaian diri yang baik. Tidak jarang seseorang yang sebelumnya
memiliki kemampuan penyesuaian diri yang kurang baik dan kaku, tetapi
melakukan latihan secara sungguh-sungguh, akhirnya lambat laun menjadi
bagus dalam setiap penyesuaian diri dengan lingkungan baru.
d. Lingkungan
1) Lingkungan Keluarga.
2) Lingkungan Sekolah.
3) Lingkungan Masyarakat
Konsistensi nilai – nilai, sikap, aturan – aturan, norma, moral, dan perilaku
masyarakat akan diidentifikasi oleh individu yang berada dalam masyarakat
tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap proses perkembangan
penyesuaian dirinya.
18
e. Agama dan Budaya
c) Enggan untuk curhat pada orang lain karena ketakutan yang tidak beralasan
bahwa informasi tersebut akan digunakan secara jahat terhadap dirinya.
19
d) Membaca makna yang merendahkan atau mengancam yang tersembunyi ke
dalam ucapan atau kejadian yang tidak berbahaya.
Perkembangan
20
Gangguan kepribadian paranoid dapat terlihat pertama kali pada masa kanak-
kanak dan remaja dengan kesendirian, hubungan teman sebaya yang buruk,
kecemasan sosial, kurang berprestasi di sekolah, dan hipersensitivitas interpersonal.
Timbulnya gangguan kepribadian paranoid pada masa remaja dikaitkan dengan
riwayat penganiayaan masa kecil sebelumnya, gejala eksternalisasi, intimidasi teman
sebaya, dan penampilan agresi interpersonal saat dewasa.
Pola keterpisahan yang meluas dari hubungan sosial dan rentang ekspresi emosi
yang terbatas dalam pengaturan interpersonal, dimulai pada masa dewasa awal dan
muncul dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) hal
berikut:
e) Tidak memiliki teman dekat atau orang kepercayaan selain kerabat tingkat
pertama.
f) Tampak acuh tak acuh terhadap pujian atau kritikan orang lain.
21
gangguan spektrum autisme dan tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari
kondisi medis lain.
Pola pengabaian dan pelanggaran hak orang lain yang meluas, terjadi sejak usia
15 tahun, seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau lebih) dari berikut ini:
22
d) Iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukkan dengan perkelahian atau
penyerangan fisik berulang kali.
23
Pola pervasif ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan afek, serta
impulsif yang jelas, dimulai pada awal masa dewasa dan muncul dalam berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) hal berikut:
b) Suatu pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan intens yang ditandai
dengan pergantian antara idealisasi dan devaluasi ekstrem.
c) Gangguan identitas: citra diri atau rasa diri yang tidak stabil secara nyata dan
persisten.
e) Perilaku, gestur, atau ancaman bunuh diri berulang, atau perilaku melukai diri
sendiri.
24
5. Avoidant Personality Disorder
c) Menahan diri dalam hubungan intim karena takut dipermalukan atau diejek.
f) Memandang diri sebagai orang yang tidak kompeten secara sosial, tidak
menarik secara pribadi, atau lebih rendah dari orang lain.
g) Sangat enggan untuk mengambil risiko pribadi atau terlibat dalam aktivitas
baru apa pun karena hal itu dapat memalukan.
Gangguan kepribadian ini adalah kondisi yang ditandai oleh pola perilaku
yang melibatkan penghambatan sosial, perasaan ketidakcukupan, dan
hipersensitivitas terhadap kritik negatif. Kondisi ini dapat muncul dalam berbagai
situasi sejak dewasa. Karena takut akan kritik, penolakan, atau penghinaan,
individu dengan gangguan ini cenderung menghindari aktivitas kerja yang
melibatkan kontak interpersonal. Selain itu, mereka lebih cenderung tidak
membuat teman baru kecuali mereka merasa disukai dan diterima tanpa kritik.
Individu dengan gangguan kepribadian menghindar juga sering mengalami
kesulitan dalam membangun kedekatan dengan orang lain. Namun, mereka dapat
25
membangun hubungan yang intim jika mereka menerima jaminan bahwa mereka
akan diterima tanpa kritik.
Kebutuhan yang meresap dan berlebihan untuk diurus yang mengarah pada
perilaku tunduk dan melekat serta ketakutan akan perpisahan, yang dimulai sejak
awal masa dewasa dan muncul dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan
oleh lima (atau lebih) hal berikut ini:
2. Membutuhkan orang lain untuk memikul tanggung jawab atas sebagian besar
area utama dalam hidupnya.
5. Berusaha keras untuk mendapatkan pengasuhan dan dukungan dari orang lain,
sampai-sampai orang lain, sampai-sampai secara sukarela melakukan hal-hal
yang tidak menyenangkan.
6. Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya saat sendirian karena ketakutan yang
berlebihan tidak mampu merawat dirinya sendiri.
7. Segera mencari hubungan lain sebagai sumber perhatian dan dukungan ketika
hubungan dekat berakhir.hubungan dekat berakhir.
26
Secara tidak realistis disibukkan dengan ketakutan akan ditinggalkan untuk
mengurus dirinya sendiri.
1. Merasa tidak nyaman dalam situasi di mana ia tidak menjadi pusat perhatian.
2. Interaksi dengan orang lain sering kali ditandai dengan perilaku menggoda
secara seksual yang tidak pantas
27
berpakaian dengan cara yang menantang, atau membuat drama untuk menarik
perhatian. Mereka tampak percaya diri, tetapi sebenarnya sangat bergantung pada
perhatian orang lain dan validasi. Karena kebutuhan mereka yang terus menerus
untuk perhatian, gangguan ini juga sering dikaitkan dengan kesulitan
mempertahankan hubungan yang intim dan stabil. Pengobatan dan dukungan
psikologis, meskipun gejalanya dapat berbeda, dapat membantu orang dengan
gangguan ini belajar mengelola emosi mereka dan membangun hubungan yang
lebih sehat.
bakat, berharap untuk diakui sebagai superior tanpa prestasi yang sepadan).
3. Percaya bahwa dirinya "istimewa" dan unik dan hanya dapat dipahami oleh,
atau
bergaul dengan orang-orang (atau institusi) yang istimewa atau berstatus tinggi.
28
5. Memiliki rasa memiliki hak (yaitu, harapan yang tidak masuk akal terutama
orang lain.
8. Sering iri pada orang lain atau percaya bahwa orang lain iri padanya.
Gangguan kepribadian narsistik adalah kondisi yang ditandai oleh pola perilaku
yang melibatkan grandiositas, kebutuhan akan pujian, dan kurangnya empati yang
meresap dan dimulai sejak dewasa. Orang-orang yang mengalami gangguan ini
memiliki keyakinan yang sangat kuat pada diri mereka sendiri, termasuk
keyakinan yang berlebihan pada nilai, kemampuan, dan keunggulan mereka
sendiri. Mereka sering mengagungkan diri mereka sendiri dan mengabaikan
pekerjaan orang lain. Mereka bahkan mungkin membandingkan diri mereka
dengan orang-orang terkenal atau berpengaruh. Selain itu, fantasi tentang
kesuksesan tak terbatas, kekuasaan, kecerdasan, kecantikan, atau cinta ideal
biasanya menjadi obsesi bagi orang yang mengalami gangguan kepribadian
narsistik.
Selain itu, individu yang mengalami gangguan ini menganggap diri mereka unik
atau istimewa dan mengharapkan bahwa orang lain akan menganggap mereka
istimewa. Ketika mereka tidak mendapatkan pujian yang mereka harapkan,
29
mereka cenderung terkejut atau hancur. Mereka yang mengalami gangguan
kepribadian narsistik juga memiliki perasaan entitlement, yang tercermin dalam
harapan mereka akan perawatan yang sangat bermanfaat. Mereka mungkin
merasa berhak atas itu tanpa mempertimbangkan keinginan atau kebutuhan orang
lain.
30
perubahan besar dalam perilaku mereka. Perubahan ini juga harus menyebabkan
masalah yang signifikan, seperti kesulitan dalam berinteraksi dengan teman atau
belajar di sekolah. Ini penting untuk mendapatkan perhatian dan bantuan dari dokter
agar anak bisa kembali merasa lebih baik dan bisa kembali menjadi dirinya yang
biasanya.
31
h. Avoidant Personality Disorders
a. Personal
b. Sosial
c. Keluarga
d. Akademik
Kaitan antara kesehatan mental dengan penyesuaian diri adalah kunci dari
penyesuaian diri yang sehat fundament yang penting bagi good adjustment adalah
bagian integral dari proses adjustment secara keseluruhan. Kaitan lainnya meliputi:
H. Contoh Kasus
Kasus dan solusi
32
Suatu gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan pengabaian terhadap
orang lain.Pola pengabaian dan pelanggaran hak orang lain yang meluas, terjadi sejak
usia 15 tahun, seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau lebih) dari berikut ini:
nama samaran, atau menipu orang lain untuk keuntungan atau kesenangan pribadi.
kegagalan berulang kali untuk mempertahankan perilaku kerja yang konsisten atau
memenuhi kewajiban keuangan.
g) Kurangnya penyesalan, seperti yang ditunjukkan dengan bersikap acuh tak acuh
atau merasionalisasi telah menyakiti, menganiaya, atau mencuri dari orang lain.
33
Ada seorang berumur 18 tahun mengalami Antisocial Personality Disorders gejala
yang dialami anak tersebut
* Manipulatif
Hal ini disebabkan oleh Masa kecil berada di lingkungan keluarga yang tidak
harmonis atau sering menjadi korban tindakan kekerasan
Tetapi psikoterapi tidak selalu efektif, terutama jika gejalanya parah dan orang
tersebut tidak dapat mengakui bahwa dia memiliki masalah serius.
34
Jika ditemukan adanya gejala gangguan mental dan emosional tertentu, seperti
cemas, sulit meredam emosi atau dorongan untuk melakukan hal yang tidak baik,
dokter mungkin akan memberikan obat-obatan penstabil mood, obat penenang, atau
antipsikotik. Dengan rawat inap mungkin menjadi pilihan terbaik untuk
mengendalikan gangguan terkati, seperti penyalahgunan zat atau obat-obatan.
Namun, rawat inap dianggap tidak efektif untuk penderita gangguan kepribadian
antisosial karena dapat mengganggu kehidupan di rumah sakit.
35
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan mental adalah terwujudnya integritas kepribadian, keselarasan
dengan jati diri, pertumbuhan ke arah realisasi diri, dan ke arah hubungan
yang sehat dengan orang lain. Sehingga Kesehatan mental merupakan
kondisi: Tingkat “kesejahteraan mental‟ dimana individu dapat berfungsi
secara kuat dapat menikmati hidupnya secara seimbang dan mampu
menyesuaikan diri terhadap tantangan hidup dan mampu berkontribusi pada
kehidupan sosial budaya & agama memiliki peran dalam memberi batasan
sehat/tidak sehat. Dalam pengertian yang lebih “positif” tersebut kesehatan
mental merupakan fondasidari tercapainya kesejahteraan (well-being)
individu dan fungsi yang efektif dalam komunitasnya.
Kehidupan yang sehat adalah kehidupan yang penuh makna. Hanya dengan
makna yang baik orang akan menjadi insane yang berguna tidak hanya untuk
diri sendiri tetapi juga untuk orang lain.
36
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca dan bisa digunakan
sebagaimana mestinya, selain itu kita juga bisa memahami tentang gangguan
mental secara sosial (penyesuaian diri).
37
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mau'ziah , Volume 5 Nomor1.
38
Kusuma, A. D., & Sativa, S. O. (2020). Karakteristik Kepribadian
Antisosial. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(1), 33-36.
39