LANDASAN TEORI
A. Keyakinan Diri
Konsep keyakinan diri pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Keyakinan diri
dirasakan untuk membentuk perilaku yang relevan pada tugas atau situasi yang
Keyakinan diri individu dalam mengerjakan suatu tugas berbeda dalam tingkat
kesulitan tugas. Individu memiliki keyakinan diri yang tinggi pada tugas yang
mudah dan sederhana, atau juga pada tugas-tugas yang rumit dan membutuhkan
kompetensi yang tinggi. Individu yang memiliki keyakinan diri yang tinggi
kemampuannya.
b. Keluasan (generality)
Dimensi ini berkaitan dengan keluasan individu terhadap bidang atau tugas
aktivitas yang luas, atau terbatas pada fungsi domain tertentu saja. Individu
dengan keyakinan diri yang tinggi akan mampu menguasai beberapa bidang
diri yang rendah hanya menguasai sedikit bidang yang diperlukan dalam
c. Kekuatan (strength)
Dimensi yang ketiga ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan atau
tindakan yang dilakukan individu akan memberikan hasil yang sesuai dengan
yang diharapkan individu. Keyakinan diri menjadi dasar dirinya melakukan usaha
khususnya jika kegagalan terjadi ketika keyakinan diri individu belum benar-
benar terbentuk secara kuat. Kegagalan juga dapat menurunkan keyakinan diri
lain dalam bidang tertentu akan meningkatkan keyakinan diri individu tersebut pada
mengatakan jika individu lain dapat melakukannya dengan sukses, maka individu
individu terhadap kegagalan yang dialami individu lain meskipun telah melakukan
dan mengurangi usaha individu untuk mencapai kesuksesan. Ada dua keadaan
c. Persuasi verbal
diinginkan.
d. Keadaan fisiologis
sebagian dipengaruhi oleh keadaan fisiologis. Gejolak emosi dan keadaan fisiologis
yang dialami individu memberikan suatu isyarat terjadinya suatu hal yang tidak
keadaan fisik seperti jantung berdebar, keringat dingin, dan gemetar menjadi
isyarat bagi individu bahwa situasi yang dihadapinya berada di atas kemampuannya.
fisiologis individu.
dibawah ini :
sehari-hari yang akan berakibat pada masa depan. Asumsi yang timbul pada aspek
kognitif ini adalah semakin efektif kemampuan individu dalam analisis dan dalam
b. Proses motivasi
Motivasi individu timbul melalui pemikiran optimis dari dalam dirinya untuk
yang dibangun dari beberapa teori yaitu atribusi penyebab yang berasal dari teori
atribusi dan pengharapan akan hasil yang terbentuk dari teori nilai-pengharapan.
akan hasil (outcome expectation) dan nilai hasil (outcome value) tersebut.
tertentu akan menyebabkan akibat yang khusus bagi individu. Hal tersebut
konsekuensi tertentu. Outcome value adalah nilai yang mempunyai arti dari
expectation.
c. Proses afeksi
Afeksi terjadi secara alami dalam diri individu dan berperan dalam
kecemasan dan perasaan depresif yang menghalangi pola-pola pikir yang benar
pada diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kepercayaan individu
ketika menghadapi tugas yang sulit atau bersifat mengancam. Individu yang yakin
dirinya mampu mengontrol ancaman tidak akan membangkitkan pola pikir yang
tingkah laku dan lingkungan yang tepat, sehingga dapat mencapai tujuan yang
membuat individu tidak percaya diri, bingung, dan mudah menyerah ketika
menghadapi masalah atau situasi sulit. Keyakinan diri dapat membentuk hidup
individu melalui pemilihan tipe aktivitas dan lingkungan. Individu akan mampu
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses keyakinan diri meliputi
B. Penyesuaian Diri
sebagai keadaan (state) atau sebagai proses. Penyesuaian diri sebagai keadaan
berarti bahwa penyesuaian diri merupakan suatu tujuan yang ingin dicapai oleh
adjusted dan maladjusted. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik
terkadang tidak dapat meraih tujuan yang ditetapkannya, membuat dirinya atau
orang lain kecewa, merasa bersalah, dan tidak dapat lepas dari perasaan takut dan
mungkin dicapai oleh individu dengan sempurna. Tidak ada individu yang
berhasil menyesuaikan diri dalam segala situasi sepanjang waktu karena situasi
senantiasa berubah.
berubah. Individu mengubah tujuan dalam hidupnya seiring dengan perubahan yang
proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku individu, yaitu individu
berusaha keras agar mampu mengatasi konflik dan frustrasi karena terhambatnya
diri sendiri dengan lingkungannya. Dalam interaksi tersebut baik individu maupun
terjadi pada diri individu dan lingkungan di sekeliling individu yang dibutuhkan
untuk mencapai kepuasan dalam hubungan dengan orang lain dan dengan
lingkungan.
adalah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku individu,
yaitu individu berusaha keras agar mampu mengatasi konflik dan frustrasi karena
emotionality)
Penyesuaian diri yang baik dapat ditandai dengan tidak adanya emosi yang
Individu menanggapi situasi atau masalah yang dihadapinya dengan cara yang
baik akan merasa tenang dan memiliki kontrol emosi yang baik.
mechanisms)
jika bersedia mengakui kegagalan yang dialami dan berusaha kembali untuk
frustation)
Adanya perasaan frustasi akan membuat individu sulit atau bahkan tidak
dihadapi.
direction)
Proses penyesuaian diri yang baik selalu dapat ditandai dengan sejumlah
realitas yang dihadapi. Sikap yang realistik dan objektif didasarkan pada
proses belajar.
Penyesuaian diri yang ada pada individu terbagi dalam dua bentuk. Menurut
Hartono & Sunarto (2002) terdapat penyesuaian diri yang baik dan yang buruk.
diri yang baik, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain:
eksplorasi.
guru akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak belajar tentang
berbagai pengetahuan.
memilih tindakan yang tepat dan pengendalian diri secara tepat pula.
dilakukan, dan tindakan mana yang tidak perlu dilakukan. Cara inilah yang
1) Reaksi bertahan
dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk khusus reaksi ini antara lain:
membenarkan tindakannya.
dirinya.
2) Reaksi menyerang
laku:
Dalam reaksi ini, orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan
banyak tidur, minum minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja,
narkotika dan regresi (kembali pada tingkah laku yang semodel dengan
Dari uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua
karakteristik seseorang dalam menyesuaikan diri, yaitu penyesuaian diri yang baik
diri adalah :
diri, sebab keadaan sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi
terciptanya penyesuaian diri yang baik. Adanya cacat fisik dan penyakit kronis
penyesuaian diri.
tingkah laku infantil dalam merespon lingkungan. Hal tersebut bukan karena
diri yang baik, sehingga dapat dikatakan bahwa adanya frustrasi, kecemasan dan
diri. Keadaan mental yang baik akan mendorong individu untuk memberikan
Keadaan lingkungan yang baik, damai, tentram, aman, penuh penerimaan dan
tentram, tidak damai, dan tidak aman, maka individu tersebut akan mengalami
dapat digunakan untuk mengurangi konflik, frustrasi dan ketegangan psikis lain.
tujuan, dan stabilitas hidup yang diperlukan untuk menghadapi tuntutan dan
suatu masyarakat merupakan suatu faktor yang membentuk watak dan tingkah
laku individu untuk menyesuaikan diri dengan baik atau justru membentuk
kebudayaan.
1. Sekolah Berasrama
Nama lain dari istilah boarding school adalah sekolah berasrama. Para murid
Di lingkungan sekolah ini mereka dipacu untuk menguasai ilmu dan teknologi
menerapkan ajaran agama atau nilai-nilai khusus serta mengespresikan rasa seni
dan ketrampilan hidup di hari libur. Hari-hari mereka adalah hari-hari berinteraksi
dengan teman sebaya dan para guru. Rutinitas kegiatan tersebut berlangsung dari
pagi hingga malam sampai bertemu pagi lagi. Mereka menghadapi makhluk hidup
yang sama, orang yang sama, lingkungan yang sama. dinamika dan romantika
logis dari perubahan lingkungan sosial dan keadaan ekonomi serta cara pandang
terutama di kota-kota besar. Sebagian penduduk tidak lagi tinggal dalam suasana
satu marga telah lama bergeser ke arah masyarakat yang heterogen, majemuk, dan
plural. Hal ini berimbas pada pola perilaku masyarakat yang berbeda karena
berada dalam pengaruh nilai-nilai yang berbeda pula. Oleh karena itu, sebagian
besar masyarakat yang terdidik dengan baik menganggap bahwa lingkungan sosial
seperti itu sudah tidak lagi kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan
sampai yang agak liberal. Hal ini merupakan representasi dari corak
tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam
development, life skill (soft skill dan hard skill) sampai membangun
teoritis, tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun
belajar hidup.
sekolah yaitu kelas belajar yang baik, laboratorium, klinik, sarana olah
raga semua cabang olah raga, perpustakaan, kebun dan taman hijau.
mandi, gantungan pakaian dan lemari cuci, area belajar pribadi, detektor
kebakaran, jam dinding, lampu meja, cermin besar, rak-rak yang luas,
pintu darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan fasilitas dapur terdiri dari
meja dan kursi yang besar, perlengkapan makan, dan pecah belah yang
lengkap, lemari es, dua toaster listrik, tempat sampah, perlengkapan masak
dua kutub yang sangat ekstrim antara kegiatan pendidikan dengan kegiatan
sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau
bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran, tapi semua orang
dewasa yang ada di sekolah berasrama adalah guru. Siswa tidak bisa lagi
kehidupan dalam berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihat siswa di dalam
6) Jaminan keamanan
terhindar dari pergaulan bebas, dan jaminan keamanan fisik (tawuran dan
7) Jaminan kualitas
pintar tidak pintarnya anak, baik dan tidak baiknya anak sangat tergantung
masih dibantu oleh lembaga bimbingan belajar, lembaga kursus dan lain-
sebagai berikut:
improvisasi yang bias dan keluar dari pakem atau frame ideologi tersebut.
Sampai saat ini sekolah berasrama kesulitan mencari guru yang cocok
berasrama. Hal ini penting agar tidak terjadinya saling menyalahkan dalam
Tetapi jika bicara tentang pola pengasuhan sangat beragam, dari yang
sangat militer (sangat disiplin) sampai ada yang terlalu lunak. Kedua-
peraturan
dan dalam jarak yang sangat dekat. Kondisi ini telah banyak berkontribusi
SMA Budi Murni Deli Tua merupakan salah satu model sekolah berasrama
yang bercorak nasionalis-religius. Sekolah SMA Budi Murni Deli Tua ini
merupakan unit pendidikan dari Yayasan Ordo Saudara Dina Konventual (OFM
Conv.). Misi sekolah SMA Budi Murni Deli Tua adalah untuk mendampingi
siswa melalui pendidikan sekolah berasrama. Sesuai dengan misi SMA Budi
Murni Deli Tua sebagai sekolah berasrama, pendidikannya meliputi dua bidang
SMA Budi Murni Deli Tua menyediakan asrama putri. Penyelenggaraan asrama
didampingi oleh pamong asrama. Pamong asrama bukanlah orang awam, melainkan
biarawati yang disebut Suster. Suasana asrama membentuk warga asrama untuk
religiusitas, dan sosialitas. Pengajar SMA Budi Murni Deli Tua disebut sebagai
pendidikan yang dituntut lebih aktif dan mandiri dalam kegiatan belajar mengajar.
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan formal dapat
secara mandiri. Unsur-unsur pendidikan formal, non formal, dan informal dalam
proses pendidikan di SMA Budi Murni Deli Tua ini mencakup segi-segi
meningkatkan kualitas anak didik. Nama lain dari istilah boarding school adalah
sekolah berasrama. Para murid mengikuti pendidikan reguler dari pagi hingga siang
agama atau pendidikan nilai-nilai khusus lainnya. Selama 24 jam anak didik berada
tersebut dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif bagi kehidupan
siswa. Dampak positif dari sekolah berasrama tersebut antara lain membangun
wawasan pendidikan keagamaan yang tidak hanya sampai pada tataran teoritis
tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu maupun belajar hidup,
sebaya yang berasal dari berbagai latar belakang dan dapat melatih anak untuk
anak terjaga seperti terhindar dari pergaulan bebas, dan lain-lain (Maknun, 2006).
Selain dampak positif, ternyata tuntutan dari sekolah berasrama juga dapat
berpengaruh negatif bagi siswa, seperti pola pengasuhan yang tidak baku dan
sangat beragam dari yang sangat militer (disiplin) sampai ada yang terlalu lunak
dimana keduanya mempunyai efek negatif yaitu pola militer yang melahirkan
siswa yang berwatak keras dan pola yang terlalu lunak menimbulkan watak licik
(Maknun, 2006). Banyak individu yang menderita, stres dan tidak mampu mencapai
asrama seperti tuntutan akan kemandirian, tuntutan akan tanggung jawab, dan
seperti mencuci, menyetrika, dan melakukan tugas piket asrama. Tuntutan akan
menjalankan setiap tugas sekolah dan asrama secara bertanggung jawab sesuai
memiliki prestasi yang baik sesuai standar nilai yang ditetapkan sekolah. Siswa
yang gagal memenuhi tuntutan tersebut akan dikenai sanksi sesuai aturan. Sanksi
(Widiastono, 2001). Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai
individu mempunyai penyesuaian diri yang baik maka individu akan mampu
Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon mental dan
tingkah laku individu, yaitu individu berusaha keras agar mampu mengatasi
tercapai keselarasan dan keharmonisan antara tuntutan dari dalam diri dengan
dengan cara yang tepat untuk memenuhi tuntutan tertentu (Mu’tadin, 2002).
diri yang baik maka individu akan mampu mengatasi stres dan mengatasi
individu yang sehat, dimana individu yang memiliki mental yang sehat memiliki
perilaku yang akan dibentuk atau tidak, individu tidak hanya mempertimbangkan
perilaku tersebut (Bandura, 1986). Oleh karena itu, untuk memiliki kemampuan
(Bandura, 1986).
berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas, keluasan individu terhadap tugas, dan
keyakinan diri menjadi dasar diri individu untuk melakukan usaha dalam
tersebut didasarkan atas keyakinan diri yang dimilikinya. Dengan keyakinan diri
memenuhi berbagai tuntutan yang ada, dan pada akhirnya akan mempengaruhi
2007).
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini
adalah ada hubungan yang positif antara keyakinan diri dengan penyesuaian diri
siswa kelas X yang tinggal di asrama, yaitu semakin tinggi keyakinan diri siswa
maka penyesuaian diri yang dimiliki siswa semakin baik, dan sebaliknya.