Anda di halaman 1dari 26

Konsep PHC

A. Latar Belakang

World Health Essembly tahun 1977 telah menghasilkan kesepakatan global untuk mencapai
“Kesehatan Bagi Semua atau Health For All” Pada Tahun 2000 ( KBS 2000 / HFA by The Year
2000 ), yaitu Tercapainya suatu derajat kesehatan yang optimal yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif baik secara social maupun ekonomi.

Selanjutnya pada tahun 1978, Konferensi di Alma Ata, menetapkan Primary Health Care (PHC)
sebagai Pendekatan atau Strategi Global untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua (KBS) atau
Health For All by The Year 2000 ( HFA 2000 ). Dalam konferensi tersebut Indonesia juga ikut
menandatangani dan telah mengambil kesepakatan global pula dengan menyatakan bahwa untuk
mencapai Kesehatan Bagi Semua Tahun 2000 ( HFA’200 ) kuncinya adalah PHC ( Primary
Health Care ) dan Bentuk Opersional dari PHC tersebut di Indonesia adalah PKMD (
Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa ).

B. Pengertian
Primary Health Care ( PHC ) adalah : Pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada
metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh
individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta
dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat
perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri ( self reliance ) dan menentukan
nasib sendiri ( self determination )

C. Unsur, Prinsip dan Program PHC

UNSUR UTAMA PHC


Tiga ( 3 ) Unsur Utama yang terkandung dalam PHC adalah :
1. Mencakup Upaya – upaya Dasar Kesehatan
2. Melibatkan Peran Serta Masyarakat
3. Melibatkan Kerja Sama Lintas Sektoral

PRINSIP DASAR PHC


Lima ( 5 ) Prinsip Dasar PHC adalah :
1. Pemerataan Upaya Kesehatan
2. Penekanan Pada Upaya Preventif
3. Menggunakan Teknologi Tepat Guna
4. Melibatkan Peran Serta Masyarakat

Program-program PHC
Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :
1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan panyakit serta
pengendaliannya.
2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Dasar
4. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
5. Imunisasi terhadap Penyakit – penyakit Infeksi Utama
6. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Endemik Setempat
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Makalah Ilmu Kesehatan Masyarakat : Primary Health Care (PHC)

PRIMARY HEALTH CARE (PHC)


A. Pendahuluan

Sidang kesehatan dunia (World Health Assembly) tahun 1977 melahirkan


kesepakatan global untuk mencapai “Kesehatan Bagi Semua (KBS) pada tahun 2000”
yakni tercapai suatu derajat kesehatan yang optimal yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif baik secara social maupun ekonomi. Karena kesehatan dimulai dimana
orang bermukim dan di tempat-tempat orang bekerja. Orang akan mengetahui cara-
cara yang lebih baik untuk mencegah penyakit dan menyembuhkan penyakit secara
cacat yang terlanjur terjadi. Setiap orang akan mengetahui cara yang lebih baik untuk
mencegah penyakit dan menyembuhkan penyakit secara cacat yang terlanjur terjadi.
Setiap orang akan mengetahui cara yang lebih baik untuk berkembang, menjadi orang
tua dan kemudian mati dengan tenang.
Selanjutnya pada tahun 1978, dalam konferensi di Alma Ata ditetapkan prinsip-
prinsip Primary Health Care (PHC) sebagai pendekatan atau strategi global guna
mencapai kesehatan bagi semua (KBS) dan Indonesia ikut menandatangani,
menyatakan bahwa untuk mencapai kesehatan bagi semua pada tahun 2000, PHC
adalah kuncinya. Sedangkan pembangunan kesehatan masyarakat desa adalah salah
satu bentuk operasional dari PHC.
Hal tersebut disadari benar karena kesehatan adalah kebutuhan dasar dan
modal utama untuk hidup, karena setiap manusia berhak untuk hidup dan memiliki
kesehatan. Kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau mampu memiliki
derajat kesehatan yang optimal, karena berbagai masalah bersama secara global.
Diantaranya adalah kesehatan lingkungan yang buruk, social ekonomi yang rendah,
yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer untuk hidup
dalam memenuhi kebutuhan gizi, pemeliharaan kesehatan, pendidikan, dan
kebutuhan-kebutuhan lainnya.Oleh karena itu PHC merupakan salah satu pendekatan
dan alat untuk mencapai kesehatan bagi semua pada tahun 2000sebagai tujuan untuk
pembangunan kesehatan semesta dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Di Indonesia bentuk operasional PHC adalah PKMD dengan berlandaskan kepada
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang merupakan ketetapan MPR untuk
dilaksanakan dengan melibatkan kerjasama lintas sektoral dan instansi-instansi yang
berwenang dalam mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat.
Pelayanan kesehatan adalsh ujung tombak untuk menciptakan masyarakat yang
dan bangsa yang sehat. Sayangnya belum semua masyarakat dapat menikmati sistem
pelayanan tersebut dengan leluasa. Salah satu penyebabnya adalah faktor ekonomi.
Masyarakat yang mampu dapat berobat kemanapun dia mau bahkan ke luar
negeri sekalipun. Sementara masyarakat yang tidak mampu tidak dapat akses untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.
Oleh karena itu banyak Negara yang berusaha dan mencari bagaimana agar
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat dan masyarakat
yang kurang mampu dapat memenuhi kebutuhan dirinya dalam hal kesehatan.

B. Pengertian
Adapun beberapa pengertian mengenai Primary Health Care adalah :
1. Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan social yang dapat diterima secara
baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka
sepenuhnya, serta dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk
memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup
mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination)
2. Primary Health Care (PHC) adalah strategi yang dapat dipakai untuk mencapai
tingkat minimal dan pelayanan kesehatan semua penduduk
PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metoda dan
teknologi praktis, ilmiah, dan social yang dapat diterima secara umum baik oleh
individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya,
serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk
memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup
mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination).
C. Tujuan PHC
1. Tujuan umum
Adalah mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diselenggarakan, sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang
menerima pelayanan.
2. Tujuan khusus
a. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
b. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
c. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dan populasi yang dilayani
d. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumberdaya lain
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat

D. Fungsi PHC
PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Pemeliharaan kesehatan
2. Pencegahan penyakit
3. Diagnosis dan pengobatan
4. Pelayanan tingkat lanjut
5. Pemberian sertifikat

E. Falsafah
1. PHC merupakan bagian integral dari kesehatan nasional
2. PHC merupakan bagian integral dari perkembangan social ekonomi menyeluruh dari
masyarakat
3. PHC memusatkan perhatian pada masalah kesehatan utama komuniti

F. Sasaran
Sasaran dari PHC adalah individu, keluarga, masyarakat dan pemberi pelayanan
kesehatan
G. Prinsip Dasar PHC
1. Pemerataan upaya kesehatan
2. Melibatkan peran serta masyarakat
3. Menggunakan teknologi tepat guna
4. Menekankan pada upaya preventif
5. Melibatkan kerja sama lintas sektoral

H. Kendala yang Mempengaruhi Penerapan PHC


Kendala yang mempengaruhi penerapan PHC
§ Masalah kependudukan
§ Masalah lingkungan sosial budaya
§ Masalah lingkungan fisik dan biologi
§ Masalah ekonomi
§ Masalah upaya kesehatan yang meliputi : jangkauan upaya kesehatan, sumber daya,
peran serta masyarakat, pengadaan da pengendalian obat-obatan, manajemen upaya
kesehatan dan kerjasama lintas sector
Tanggung Jawab Perawat Dalam PHC
Tanggung jawab perawat dalam PHC lebih dititikberatkan kepada hal-hal sebagai
berikut :
© Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi
pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan
© Kerjasama dengan anggota masyarakat, keluarga, dan individu
© Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada masyarakat
© Memberikan dukungan dan bimbingan kepada petugas pelayanan kesehatan dan
kepada masyarakat
© Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat
Tiga Unsur Utama PHC
1. Mencakup upaya dasar kesehatan
2. Melibatkan peran serta masyarakat
3. Melibatkan kerja sama lintas sektoral
Elemen PHC
Dalam pelaksanaan PHC paling sedikit harus memiliki 8 elemen, yaitu :
1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya
2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit endemik setempat
6. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
7. Penyediaan obat-obat esensial
Ciri-Ciri PHC
1. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
2. Pelayanan yang menyeluruh
3. Pelayanan yang terorganisasi
4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
5. Pelayanan yang berkesinambungan
6. Pelayanan yang progresif
7. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
8. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja
Tanggung Jawab Bidan dalam PHC
Tanggung jawab bidan dalam PHC lebih dititik beratkan kepada hal-hal sebagai
berikut :
1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi
pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan
2. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga dan individu
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada masyarakat
4. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan
kepada masyarakat
5. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat
Bidan sebagai anggota tim kesehatan harus dapat membina kerjasama dengan
anggota tim kesehatan lainnya dan masyarakat khususnya dalam hal :
1. Melaksanakan pelayanan esensial
2. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan diri sendiri melalui
penyuluhan kesehatan dan asuhan keperawatan terhadap individu, keluarga, dan
masyarakat
3. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat
4. Mengaplikasikan kebijaksanaan tentang kesehatan masyarakat

Perkembangan Konsep PHC


PHC merupakan hasil pengkajian, pemikiran pengalaman dalam pembangunan
kesehatan di banyak negara, yang diawali kampanye massal pada tahun 1950 an dalam
pemberantasan penyakit menular, karena pada waktu itu banyak negara tidak mampu
mengatasi dan menanggulangi wabah penyakit TBC, Campak, Diare dan sebagainya.
Oleh Karena itu dibentuklah suatu forum internasional yang menekankan pentingnya
memperhatikan aspek social, kesehatan, dan penyakit di semua negara untuk
menekan angka kesakitan dan kematian.
Pada tahun 1960 teknologi kuratif dan preventif dalam infrastruktur pelayanan
kesehatan telah mengalami kemajuan. Oleh Karena itu, timbulah pemikiran untuk
mengembangkan konsep “Upaya Dasar Kesehatan”
Pada tahun 1972/1973, WHO mengadakan studi dan mengungkapkan bahwa
banyak negara tidak puas atas sistem kesehatan yang dijalankan, dan banyak issue
tentang kurangnya pemerataan pelayanan kesehatan di daerah-daerah pedesaan. Dan
tahun 1977 pada sidang kesehatan sedunia dicetuskan kesepakatan untuk melahirkan
“Healthy for All by the Year 2000” yang sasaran semesta utamanya dalam bidang
social pada tahun 2000 adalah “tercapainya derajat kesehatan yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara social maupun ekonomi” oleh karena itu dituntut
perubahan orientasi dalam pembangunan kesehatan, yang meliputi perubahan-
perubahan dari :
1. Pelayanan ke kuratif dan preventif
2. Daerah perkotaan ke daerah pedesaan
3. Golongan mampu ke golongan masyarakat berpenghasilan rendah
4. Kampanye massal ke upaya kesehatan terpadu
5. Kesehatan vertical
Tahun 1978 konferensi Alma Ata menetapkan PHC sebagai pendekatan atau
strategi global guna mencapai kesehatan semua.

REFERENSI

Syafrudin, dkk. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. TIM. Jakarta


http://titaharita.blogspot.com/2011/11/konsep-
phc_25.htmhttp://artikelprofesikesehatan.blogspot.com/2012/11/konsep-primary-
health-care-phc.html

PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA

22 Desember 2008 oleh Ramadhan

SUATU KONSEP YANG LAHIR UNTUK MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT DALAM


KESEHATAN

Oleh : ERFANDI

Latar Belakang Lahirnya PKMD

Pada evaluasi menjelang Pelita I terungkapkan adanya permasalahan kesehatan yang perlu
memperoleh pemecahan segera melalui suatu pendekatan baru, yaitu PKMD. Suatu
pendekatan yang diharpkan dapat mengatasi latar belakang permasalahan terhadap :

– meraja lelanya penyakit-penyakit menular yang banyak menimpa rakyat kecil di pedusunan

– keadaan under-nurishment yang menyangkut terutama bayi dan balita maupun ibu-ibu dalam
masa reproduktif

– keadaan sanitasi lingkungan jelek ditambah ekses dari perumbuhan industrialisasi

– pertambahan penduduk secara alamiah yang masih tinggi

– tingkat pendapat perkapita yang rendah

Tegasnya selama pelita I itu diletakkan rintisan yang mendasar melalui perbaikan tingkat
kesehatan rakyat dengan skala prioritas program kesehatan antara lain :

– pemulihan kesehatan

– pembinaan hidup sehat


– pemberantasan penyakit menular

– farmasi

– pengembangan infrastruktur

– penelitian kesehatan

– training

Kebijaksanaan-kebijaksanaan pelayanan selama pelita I karenanya ditik beratkan kepada :

1. perencanaan kesehatan yang lebih baik, kerena sebelumnya masih berupa meraba-raba
sebab belum ada data-data yang akurat.

2. Melihat kenyataan keterbatasan-keterbatasan dana dan fasiitas maupun atas dasar


efektifitas dan efisiensi

3. Daerah sasaran diprioritaskan pada daerah-daerah pedusunan (yang kemudian lahir konsep
PKMD), daerah transmigrasi dan daerah pengembangan / pembanguanan lainnya

4. Kebijaksanaan pelayanan ditetapkan atas dasar skala prioritas program dengan


pertimbangan adanya keterbatasan-keterbatasan diatas

5. Usaha-usaha preventif maupun promotif lebih ditingkatkan dengan memperhatikan pola


keseimbangannya berdasarkan situasionalny dan kondisioningnya.

A. Pengertian

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah rangkaian kegiatan


masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong-royong, swadaya masyarakat dalam
rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal dan memecahkan masalah atau
kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun bidang
dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan, agar mampu memelihara
kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan
masyarakat.

PKMD adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya didasarkan melalui


sistem pelayanan puskesmas, dimana dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan
kesehatan oleh lembaga ini diikutsertakan anggota-anggota masyarakat di Pedusunan
melalui segala pengarahan untuk menimbulkan kesadaran secara aktif di dalam ikut
membantu memecahkan dan mengembangkan usaha-usaha kesehatan di Desanya
(Dirjen Binkesmas Depkes RI, 1976)
PKMD adalah kegiatan atau pelayanan kesehatan berdasarkan sistem pendekatan
edukatif masalah kesehatan melalui Puskesmas dimana setiap individu atau kelompok
masyarakat dibantu agar dapat melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam
mengatasi kesehatan mereka sendiri. Disamping itu kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan juga dapat mendorong timbulnya kreativitas dan inisiatif setiap individu atau
kelompok masyarakat untuk ikut secara aktif dalam program-program kesehatan di
daerahnya dan menentukan prioritas program sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
masyarakat yang bersangkutan. (Kanwil Depkes Jawa Timur)

Pokok-pokok pemikiran yang fundamental yang melandasi definisi PKMD tersebut diatas
ditekankan melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut :

Untuk keberhasilan PKMD di suatu daerah herus memanfaatkan pendekatan operasional


terpadu (comprehensive operational approach) yang meliputi pendekatan secara sistem
(system approach), pendekatan lintas sektoral dan antar program (inter program and
inter sektoral approach), pendekatan multi displiner (multi displionary approach),
pendekatan edukatif (educational approach), dsb.

Dalam pembinaan terhadap peran serta masyarakat melalui pendekatan edukatif,


hendaknya faktor ikut sertanya masyarakat ditempatkan baik sebagai komplemen
maupun suplemen terdepan dalam penunjang sistem kesehatan nasional ini.

Sebagai kegiatan yang dikelola sendiri oleh masyarakat, PKMD secara bertahap dan terus
menerus harus mampu didorong untuk membuka kemungkinan-kemungkinan
menumbuhkan potensi swadayanya melalui pemerataan akan peranserta setiap individu
di desa secara lebih luas dan lebih nyata

Puskesmas sebagai pengarah (provider) setempat perlu meningkatkan kegiatan diluar


gedung (ourt door activities) untuk mengarahkan “intervensinya “ di dalam memacu
secara edukatif terhadap kelestarian kegiatan PKMD oelh masyarakat dibawah
bimbingan LSD.

Kegiatan masyarakat tersebut diharapkan muncul atas kesadaran dan prakarsa masyarakat
sendiri dengan bimbingan dan pembinaan dari pemerintah secara lintas program dan lintas
sektoral. Kegiatan tersebut tak lain merupakan bagian integral dari pembangunan nasional
umumnya dan pembangunan desa khususnya. Puskesmas sebagai pusat pengembangan
kesehatan di tingkat kecamatan mengambil prakarsa untuk bersama-sama dengan sektor-
sektor yang bersangkutan menggerakkan peran serta masyarakat (PSM) dalam bentuk
kegiatan PKMD.

B. Tujuan

1. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang kesehatan
dalam rangka meningkatkan mutu hidup

1. Tujuan khusus

a. menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk menolong


diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka

b. mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan secara aktif


dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri

c. menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu,


terampil serta mau berperan aktif dalam pembangunan desa

d. meningkatnya kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi beberapa indikator :

– angka kesakitan menurun

– angka kematian menurun, terutama angka kematian bayi dan anak

– angka kelahiran menurun

– menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita

C. Ciri-Ciri Utama

1. Kegiatan-kegiatan PKMD didasarkan atas kesadaran masyarakat dan dilaksanakan


melalui usaha-usaha swadaya masyarakat berdasarkan gotong-royong yang menggali
dan menggunkan sumber dan potensi masyarakat setempat
2. Setiap keputusan dalam rangka pelaksanaan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat
sendiri melalui musyawarah mufakat
3. Pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan oleh tenaga yang berasal dari masyarakat
setempat dan dipilih oleh masyarakat sendiri. Tenaga tersebut dipersiapkan terlebih
dahulu sehingga pengetahuan sikap dan ketrampilannya sesuai dengan kegiatan yang
akan dilakukan
4. Bantuan dan dukungan pemerintah yang bersifat lintas program dan lintas sektoral baik
dalam bentuk latihan maupun bahan-bahan atau peralatan selalu disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat dan tidak sampai menimbulkan ketergantungan
5. Dari berbagai kegiatan masyarakat tersebut minimal ada satu kegiatan yang merupakan
salah satu unsur dari unsur “Primary Health Care”
D. Ruang Lingkup

Tujuan PKMD adalah meningkatkan status kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu
hidup dan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian status kesehatan dipengaruhi oleh
berbagai faktor terutama lingkungan dan faktor perilaku masyarakat oleh karenanya kegiatan
PKMD tidak terbatas dalam bidang pelayanan kesehatan saja, akan tetapi menyangkut juga
kegiatan diluar kesehatan yang berkaitan dengan peningkatan status kesehatan dan perbaikan
mutu hidup masyarakat.

Misalnya : Kegiatan usaha bersama dalam bentuk koperasi simpan pinjam untuk
meningkatkan pendapatan, atau usaha bersama untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat
dengan bekerja sambil belajar, dan sebagainya.

Penegmbangan PKMD tidak terbatas pada daerah pedesaan saja, akan tetapi juga meliputi
masyarakat daerah perkotaan yanga berpenghasilan rendah.

Kegiatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pos pelayanan terpadu (posyandu) 5


program, yaitu : KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare juga merupakan salah satu
bentuk dari kegiatan PKMD.

E. Wadah Kegiatan PKMD

Karena PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan desa, sedang wadah
partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa adalah LKMD, maka dengan sendirinya
wadah kegiatan PKMD adalah LKMD juga.

Pembinaan PKMD yang bersifat lintas sektoral dengan sendirinya merupakan bagian dari Tim
Pembina LKMD.

F. Prinsip-Prinsip PKMD

1. Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang memenuhi kebutuhan


masyarakat setempat walaupun kegiatan tersebut bukan merupakan kegiatan
kesehatan secara langsung. Ini berarti bahwa kegiatan tidak hanya terbatas pada aspek
kesehatan saja, melainkan juga mencakup aspek-aspek kehidupan lainnya yang secara
tidak langsung menunjang peningkatan taraf kesehatan
2. Dalam membina kegiatan masyarakat diperlukan kerjasama yang baik :

a. antar dinas-dinas/instansi-instansi/lembaga-lembaga lain yang bersangkutan

b. antar dinas-dinas/instansi-instansi/lembaga-lembaga tersebut dengan masyarakat

1. Dalam hal masyarakat tidak dapat memecahkan masalah atau kebutuhannya sendiri,
maka pelayanan langsung diberikan oleh sektor-sektor yang bersangkutan
2. PKMD merupakan upaya swadaya masyarakat yang pembinaannya oleh Puskesmas
3. Operasionalisasinya oleh pos-pos kesehatan yang didirikan dan dilaksanakan oleh
tenaga masyarakat sendiri (kader kesehatan yang dilatih dan dibina oleh puskesmas
4. Tugas-tugas Puskesmas dapat didelegasikan kepada pos-pos kesehatan antara lain :

a. penyuluhan kesehatan

b. mengawasi adanya penyakit menular dan segera melaporkan ke Puskesmas

c. upaya dalam perbaikan sanitasi lingkungan umpamanya jamban, kebersihan


halaman, pembuangan limbah, dll.

d. Pengobatan ringan dalam rangka P3K sebelum dirujuk ke Puskesmas

e. Upaya perbaikan gizi keluarga umpamanya penimbangan balita, kurang gizi, dll.

f. Diskusi-diskusi dengan ibu hamil melalui arisan / PKK

1. Pembinaan peran serta masyrakat dalam kesehatan, baik secara individu, kelompok
atau masyarakat luas
2. Dalam pembinaan PKMD menggunakan pendekatan lintas sektor dan lintas program
3. Pelayanan langsung dapat diberi oleh petugas kesehatan apabila masyarakat tidak
mampu melaksanakannya
4. Type penyelenggaraan disesuaikan dengan budaya dan kemampuan masyarakat

G. Keterpaduan PKMD dalam 5 program puskesmas

Dalam rangka menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, dalam
Pelita IV dulu dikembangkan pendekatan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
keberhasilan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam Pelita IV, dengan cara
membina masyarakat untuk berusaha menolong mereka sendiri dalam melaksanakan 5
program prioritas, yaitu : KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare.

H. Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD

1. masyarakat perlu dikembangkan pengertiannya yang benar tentang kesehatan dan tentang
program-program yang dilaksanakan pemerintah

2. masyarakat perlu dikembangkan kesadarannya akan potensi dan sumber daya yang
dimiliki serta harus dikembangkan dan dibina kemampuan dan keberaniannya untuk
berperan secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan mutu hidup dan
kesejahteraan mereka
3. sikap mental pihak penyelenggara pelayanan perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar
dapat menyadari bahwa masyarakat mempunyai hak dan potensi untuk menolong diri
mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan mereka

4. harus ada kepekaan dari para pembina untuk memahami aspirasi yang tumbuh
dimasyarakat dan dapat berperan secara wajar dan tepat

5. harus ada keterbukaan dan interaksi yang dinamis dan berkesinambungan baik antara
para pembina maupun antara pembina dengan masyarakat, sehingga muncul arus
pemikiran yang mendukung kegiatan PKMD.

I. Persiapan bagi pelaksana

Persiapan bagi pelaksana dari masyarakat sangat penting artinya. persiapan yang dimaksud
dapat dilakukan melalui :

1. pelatihan kader

2. kunjungan kerja

3. studi perbandingan

J. Pengadaan Fasilitas

Kelestarian PKMD akan lebih terjamin bila fasilitas yang disediakan dari swadaya
masyarakat melalui potensi dan sumberdaya yang ada dimasyarakat yang dapat digali dan
dimanfaatkan. Bila masyarakat tidak memilikinya barulah para penyelenggara pembinaan
PKMD berusaha untuk memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan
ketentuan tidak menimbulkan ketergantungan bagi masyarakat.

K. Model / Proto Type PKMD

Antara lain Slamet Riyadi, menulis dalam buku ilmu kesehatan masyarakat ada beberapa Proto
type PKMD di Indonesia antara lain :

1. Proto Type Srikandi

Disini petugas puskesmas merintis PKMD dengan menyusupkan strateginya lewat non
kesehtan. Mereka berkeyakinan bahwa dengan keberhasilan sektor ekonomi di desa, maka
kemudian mudah menyelenggarakan usaha-usaha PKMD. Keberhasilan PKMD dirintis
lewat keberhasilan ekonomi desa terlebih dahulu. Kebutuhan masyarakat desa tidak
dipaksakan oleh dokter Puskesmas berdasarkan keinginannya (Needs) melainkan benar-
benar berdasarkan kebutuhan (Demands) masyarakat. Segala usaha yang dipelopiri
pUskesmas tetap mempergunakan lembaga pedesaan yang ada secara terpadu

2. Proto Type Kelompok

Disini pembinaan masyarakat desa tidak diintegrasikan dengan pembangunan masyarakat


desa secara keseluruhan sebagaimana prototype Srikandi, melainkan dikhususkan secara
tersendiri dengan wadah tersendiri pula, yaitu melalui suatu Dana Sehat yang berdiri sendiri
. mereka mengorganisir kader kesehatan desa yang sangat menonjol. Sekalipun tidak
diintegrasikan didalam LSD, namun pembinaan organisasi dan adminstrasi saderhana oleh
Pak Lurahnya. Yang sangat patut dicatat adalah peranan para kader kesehatan desanya
yang sangat menonjol dan berdedikasi.

3. Proto Type Karangsalam

PKMD disini sudah merupakan bagian dari pembangunan masyarakat desa yang
intervensinya secara lebih teratur dilakukan dari puskesmas setempat. Kegiatan-kegiatan
yang menonjol masih berupa dana sehat, pengembangan promotor kesehatan desa,
penyuluhan kesehatan maupunpendidikan gizi melalui arisan-arisan ibi-ibu. Pengetrapan
teknologi pedesaan setempat dikerjakan melalui sistem dapur sekam maupun pembuatan
gas metan dari kotoran (Digeseter). Sehingga melalaui cara-cara ini orang-orang kesehatan
berhasil merubah cara-cara tradisional kearah yang lebih maju yang dijalankan serentak
dengan usaha-usaha kesehatan.

4. Proto Type Kerten

Merupakan prototype untuk suatu daerah perkotaan yang memiliki keistimewaan juga.
Tekanannya juga pada dana sehat dengan sistem uang pangkal sebagai modal pertama yang
selanjutnya dioperasionalkan dengan sistem simpan pinjam. Setelah dananya kuat dipergunakan
untuk dana sehat yang meliputi :

– dana pengobatan orang sakit

– perbaikan kampung

– kegiatan pinjaman jangka panjang, yaitu : 8 minggu untuk keperluan ; modal dagang,
perbaikan rumah, pemeliharaan ternak

Unit sasaran hanya satu RT dengan sistem administrasi sederhana tapi tetap rapi. Satu-
satunya hambatan adalah bahwa kader kesehatan yang pernah dicoba permulaan dengan
12 orang, ternyata hanya 2 orang yang tertarik dengan tugas-tugas sosial ini.

5. Proto Type Karanganyar


Dalam penyelenggaraan PKMD ini puskesmas pemerintah bertindak sebagai pendorong
dan pembimbing. Suatu dana sehat diadakan dengan disertai pembentukan promotor
kesehatan desa, akan tetapi sayang tidak diintegrasikan dengan pembangunan masyarakat
desa. Tidak ada pungutan uang pangakal atau tidak ada usaha bagi suatu koperasi simpan
pinjam. Pelaksanaannya agak kaku karena mungkin terikat kepada suatu protokol “Reseach
Proyect”. Ini disiapkan melalui suatu perencanaan dari suatu badan konsultant yang terlalu
teoritis. Ditetapkan bahwa iuran perkapita atas saran konsultant ditentukan Rp. 40 untuk
dapat mencukupi suatu permulaan kegiatan. Dalam keadaan ini masyarakat banyak yang
tidak bersedia. Terlalu banyak intervensi oleh unsur-unsur pemerintah antara lain seperti
kader Promokesa ditunjuk oleh Lurah atau camat bukan dipilih oleh masyarakat setempat,
semuanya merupakan hal-hal yang kurang bisa memperoleh dukungan masyarakat
setempat.

6. Proto Type Subah

Hampir sama dengan bentuk Kranganyar, dimana unsur-insur menonjol yaitu tidak
diintegrasikannya PKMD itu dengan Pembangunan Masyarakat Desa, maupun terlalu
dibimbing secara ketat oleh Puskesmas Pemerintah setempat dalam menjalankan
programnya sendiri. Kasarnya, akhirnya terdapat suatu dana sehat tanpa Promokesa

7. Proto Type Dampit Malang

Masyarakat melakukan kegiatan sesuai dengan program yang diprioritaskan, sebagi hasil dari
pada perencanaan staf Puskesmas dan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Tokoh-tokoh
masyarakat memang sebelumnya dibina dahulu oleh puskesmas dan kemudian dijadikan “
PION” untuk memungkinkan sistem yang dilemparkan oleh atas dapat berhasil persis dengan
skenario.

8. Proto Type Mojokerto (Desa Balongmasin – Kecamatan Pengging)

Kegiatan kesehatan disini telah diintegrasikan dalam wilayah kegiatan pembangunan yaitu
LSD. Mirip dengan bentuk Srikandi. Disini unsur-unsur Pamong Praja dan LSD-nya
digerakkan untuk menangani. Suatu kemajuan yang menonjol bahwa Desa memiliki suatu
anggaran untuk bidang kesehatan yang dimasukkan kedalam semacam APBD Desa,
setelah mampu menyalurkan/menjual hasil produksi tanaman dari Desa. Keberhasilan Proto
Type yang demikian majunya sampai mampu berfikir menyelenggarakan semacam APBD
Desa, disebabkan karena Puskesmas Mojosari sebagai pembina, telah ikut berpengalaman
lama dibawah berbagai dokter. Memang daerah ini merupakan daerah “Fielf Practice and
Demonstration Area” (FPDA) yang berada langsung dibawah Dinas Kesehatan Propinsi dan
banyak memperoleh perhatian Depkes untuk menunjukkan Keberhasilan Depkes. Karena
juga berlakunya semacam Reward System bagi dokter-dokter pimpinan puskesmas
Mojosari untuk berhasil dapat menduduki jabatan-jabatan penting, seperti Prof. Sulianti, dr.
Lolong, dr. Soekamto, dll.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin (2000) Pengantar Pelayanan Keperawatan Di Puskesmas; seri 6 Perawatan
Kesehatan Masyarakat, Depok

Depkes RI (1987) Peran Serta Masyarakat, Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai, Jakarta

Effendi, Nasrul (1998) Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat, Ed. 2, EGC, Jakarta

Ryadi Slamet (1982) Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Dasar-Dasar Dan Sejarah


Perkembangannya, Ed. Revisi, Usaha Nasional, Surabaya.

Pengertian JPKM

Pengertian
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) adalah suatu konsep atau metode
penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna (preventif, promotif, rehabilitatif dan
kuratif) berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan yang berkesinambungan dengan mutu
yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara pra-upaya.

Landasan Hukum JPKM

1. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

Keputusan Menkes RI No. 326/Menkes/SK/VI/1990 tentang Strategi Pengembangan Program Jaminan


2.
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

3. Keputusan Menkes RI No. 595/Menkes/SK/VII/1993 tentang Standar Pelayanan Medis

Peraturan Menkes RI No. 571/Menkes/Per/VII/1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan


4.
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

Peraturan Menkes RI No. 527/Menkes/Per/VII/1993 tentang Paket Pemeliharaan Kesehatan dalam


5.
Penyelenggaraan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

Keputusan Menkes RI No. 378/Menkes/SK/IV/1993 tentang Penanggung Jawab Pembinaan dan


6.
Pengembangan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

Edaran Dirjen Binkesmas No.382/BM/DJ/BPSM/III/1993 tentang Pengembangan Dana Sehat ber-


7.
JPKM

Edaran Dirjen Binkesmas No. 862/BM/DJ/BPSM/III/1993 tentang Pengembangan Dokter Keluarga


8.
dalam Penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peran serta masyarakat adalah syarat mutlak bagi keberhasilan, kelangsungan dan kemandirian
pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan. Peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan diwujudkan antara lain dengan menjalankan cara “hidup sehat”,
penyelenggara pelbagai upaya/ pelayanan kesehatan dan dalam membiayai pemeliharaan
kesehatan.
Peran serta masyarakat (termasuk swasta) dalam pembiayaan pemeliharaan kesehatan terlaksana
antara lain dengan bentuk (1) Pengeluaran biaya langsung untuk kesehatan , (2) Dana sehat yakni
pengumpulan dana masyarakat untuk kesehatan berlandaskan semangat gotong royong
berazaskan usaha bersama dan kekeluargaan yang telah dikenal sejak tahun 1970-an di banyak
desa, (3) Asuransi sosial di bidang kesehatan antara lain program PT. Askes dan program JPK
Jamsostek serta PT.Jasa Raharja yang pendanaannya berasal dari iuran wajib para peserta
berdasarkan Undang-undang, dan (4) Pelbagai bentuk pembiayan ksehatan pra-upaya swasta,
yang sedang berkembang di Indonesia.
Peran masyarakat yang cukup besar dalam pembiayaan kesehatan ini masih perludi dodorong
agar dikelola dengan lebih efektif dan efisien, karena ¾ nya masih berupa pengeluaran biaya
langsung yang tidak terencana dan masih merupakan beban perorangan yang belum diringankan
dengan usaha bersama dan kekeluargaan. Sementara itu, keberhasilan pembangunan selama PJP
I telah membawa Indonesia kepada beberapa tantangan baru, yaitu :
1. perubahan demografi dengan meningkatnya penduduk usia kerja dan usia lanjut,
2. perubahan sosio-ekonomi dengan meningkatnya industrialisasi, pendapatan perkapita dan
tuntutan terhadap mutu pelayanan masyarakat,
3. perubahan pola penyakit dengan meningkatnya penyakit tidak menular, gangguan akibat
kemunduran fungsi tubuh, keganasan dan sebagainya, serta
4. perkembangan iptek di bidang kesehatanyang disamping memberikan manfaat yang besar
bagib kesehatan,juga cenderung menjadikan pelayanan kesehatan lebih canggih dan mahal.
Selain menimbulkan beban ganda bagi pembangunan kesehatan, pelbagai perubahan tersebut
juga akan meningkatkan pembiayaan kesehatan, yang bila tidak dikendalikan dapat menghambat
pemerataan dan peningkatan mutu upaya kesehatan; sehingga dapat menghambat tercapainya
peningkatan derajat kesehatan dan produktivitas bangsa. Sering dikemukakan bahwa pelayanan
kesehatan akan dapat lebih bermutu dan lebih merata kalau tersedia cukup dana untuk
meningkatkannya. Namun yang acapkali terjadi adalah bahwa penambahan dana malah
menaikkan biaya kesehatan bila sitem kesehatannya tidak dikelola untuk mencegah terjadinya
inefisiensi penggunaan dana. Lagi pula sitem pelayanan kesehatan yang inefisienitu, akan selalu
menghabiskan dana yang ada, berapapun penambahannya.
Pengalaman itu mengajarkan bahwa perbaikan dalam sistem pemeliharaan kesehatan kepada
masyarakat, memerlukan perubahan dan peningkatan sekaligus serta serentak atas tiga hal,
sebagai berikut:
1. perbaikan sistem pelayanan kesehatan, sehingga pelaksanaannya menjadi lebih efisien, lebih
efektif dan lebih bermutu.
2. perbaikan sistem pembiayaan kesehatan berdasarkan dana pra-upaya sedemikian rupa,
sehingga pengelolaannya lebih rasional.
3. peningkatan peranserta masyarakat, sehingga pemeliharaan kesehatan dirasakan sebagai
tanggung jawab dan usaha bersama. Upaya pemeliharaan kesehatan dapat membawa hasil yang
diharapkan, bila diberikan penekanan yang sama kepada ketiga hal tersebut secara serentak dan
sekaligus.
Dengan demikian, harus dikembangkan suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan
yang merangkum ke tiga hal tersebut dan diarahkan pada:
1. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan agar dapat secara efektif dan efisien dan efisien
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
2. Pengendalian biaya, agar pelayanan kesehatan dapat lebih terjangkau oleh setiap orang.
3. Pemeratan upaya kesehatan dengan peranserta masyarakat, agar setiap orang dapat menikmati
hidup sehat.
Pengendalian biaya umpamanya jangan menyebabkan mutu dan pemerataan menurun. Usaha
meningkatkan mutu tidak perlu berarti biaya menjadi tidak terjangkau. Begitu pula, peningkatan
pemerataan jangan mengakibatkan mutu menurun. Cara pengendalian terpadu terhadap ke tiga
hal inilah yang kemudian dirumuskan sebagai JPKM. Sebenarnya dalam setiap upaya
pembangunan kesehatan, hal-hal ini perlu Untuk menjamin meningkatkanya derajat kesehatan
masyarakat melalui pemerataan dan peningkatan mutu upaya kesehatan serta pengendalian
pembiayaan kesehatan di masa yang penuh tantangan ini, UU no.23 tahun 1992 tentang
Kesehatan telah menggariskan JPKM sebagai suatu “cara penyelenggaraan” pemeliharaan
kesehatan yang terpadu dengan pembiayaannya.
JPKM juga merupakan cara pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan sebagai suatu usaha
bersama guna mengefektifitaskan dan mengefisienkan pembiayaan yang sebagian besar kurang
lebih 70% sudah berasal dari masyarakat. Jadi,pengembangan JPKM sejalan dengan kebijakan
untuk menungkatkan peranserta masyarakat dalam upaya penyelenggaraan pemeliharaan
kesehatan dengan lebih memusatakan peran pemerintah untuk mengatur,membina dan
menciptakan iklim yang semakin mendiorong peningkatan peran serta masyarakat itu.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memahami dan mengaplikasikan JPKM sesuai standar prosedur yang berlaku untuk
kesejahteraan masyarakat.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan kami membuat makalah ini adalah sebagai berikut:
1.2.2.1 Memahami konsep dasar JPKM, serta bagaimana cara penggunaan dari JPKM.
1.2.2.2 Mampu mengaplikasikan dan mengembangkan JPKM.

1.3 Tinjauan Literatur


Dalam makalah ini, kami menggunakan beberapa teknik perngumpulan data, seperti :
1.3.1 Studi perpustakaan, merupakan cara pengambilan data dengan mengumpulkan data-data
yang bersumber dari literatur - literatur atau buku – buku penunjang.
1.3.2 Internet, merupakan cara pengambilan data dengan mengumpulkan data - data yang
bersumber dari media internet atau global.

1.4 Sistematika Penulisan


BAB I : PENDAHULUAN
Memuat tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, tinjauan literatur dan pengumpulan
data serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
Bab ini berisikan tentang pengertian JPKM, manfaat JPKM, tujuan JPKM, sasaran JPKM, syarat
menjadi peserta JPKM, hak dan kewajiban bagi peserta JPKM.

BAB III : PENUTUP


Berisikan tentang kesimpulan dari semua teori yang telah disusun.

DAFTAR PUSTAKA
Berisikan tentang sumber sumber literatur berdasarkan buku, dan internet.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
JPKM merupakan model jaminan kesehatan pra-bayar yang mutunya terjaga dan biayanya
terkendali, JPKM dikelola oleh suatu badan penyelenggara ( bapel ) dengan menerapkan jaga
mutu dan kendali biaya. Masyarakat yang ingin menjadi peserta/anggota mendaftarkan diri
dalam kelompok-kelompok ke bapel dengan membayar iuran di muka. Peserta akan memperoleh
pelayanan kesehatan paripurna dan berjenjang dengan pelayanan tingkat pertama sebagai ujung
tombak, yang memenuhi kebutuhan utama kesehatannya dengan mutu terjaga dan biaya
terjangkau.

Pemberi pelayanan kesehatan ( PPK ) adalah bagian dari jaringan pelayanan kesehatan yang
dikontrak dan dibayar praupaya di muka oleh bapel, sehingga terdorong untuk memberikan
pelayanan paripurna yang terjaga mutu dan terkendali biayanya. Jaringan pelayanan berjenjang
terdiri atas :
1. Pemberi pelayanan tingkat pertama (PPK-1) dapat berupa dokter umum atau dokter keluarga,
dokter gigi, bidan praktek, puskesmas, balkesmas, maupun klinik yang dikontrak oleh bapel
JPKM yang bersangkutan. Selanjutnya bila diperlukan akan dirujuk ke tingkat sekunder.
2. Sekunder (PPK-2), yakni praktek dokter spesialis, kemudian dapat dilanjutkan ke tingkat
tertier .
3. Tertier ( PPK-3 ) yaitu pelayanan spesialistik di rumah sakit untuk pemeriksaan atau rawat
inap.

Masyarakat memerlukan jaminan pemeliharaan kesehatan yang dibiayai dengan iuran bersama,
karena :
1. Biaya pemeliharaan kesehatan cenderung makin mahal seiring dengan perkembangan iptek
dan pola penyakit degeneratif akibat penduduk yang menua.
2. Pemeliharaan kesehatan memerlukan dana yang berkesinambungan.
3. Tidak setiap orang mampu membiayai pemeliharaan kesehatannya sendiri, Sakit dan musibah
dapat datang secara tiba-tiba.
4. Pembiayaan pemeliharaan kesehatan yang dilakukan secara sendiri-sendiri cenderung lebih
mahal dan tidak menjamin terpeliharanya kesehatan karena bersifat kuratif semata.
5. Beban biaya perorangan dalam pemeliharaan kesehatan menjadi lebih ringan bila ditanggung
bersama. Dana dari iuran bersama yang terkumpul pada JPKM dapat menjamin pemeliharaan
kesehatan peserta.

Para pelaku jaminan kesehatan prabayar yang berdasarkan JPKM :


1. Peserta
Peserta yang mendaftarkan diri dalam satuan keluarga, kelompok atau unit organisasi, dengan
membayar kepada bapel sejumlah iuran tertentu secara teratur untuk membiayai pemeliharaan
kesehatannya.
2. Pemberi Pelayanan Kesehatan ( PPK )
PPK merupakan bagian dari jaringan pelayanan kesehatan terorganisir untuk memberikan
pelayanan kesehatan paripurna dan berjenjang secara efektif dan efisien.
3. Badan Penyelenggara JPKM ( Bapel JPKM )
Bapel JPKM sebagai badan hukum yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan JPKM secara
profesional menerapkan trias manajemen, meliputi manajemen kepesertaan, keuangan dan
pemeliharaan kesehatan.
4. Pemerintah
Pemerintah sebagai (badan), pembina yang melaksanakan, fungsi untuk mengembangkan,
membina dan mendorong penyelenggaraan JPKM.

Di antara ke empat pelaku tersebut terjadi hubungan yang saling menguntungkan dan berlaku
penerapan jurus-jurus kendali biaya, kendali mutu pelayanan dan pemenuhan kebutuhan medis
para peserta : dalam bentuk pelayanan kesehatan paripurna dan berjenjang.

Gambar 1. penjelasan pelaku jaminan kesehatan prabayar

Premi iuran Pembayaran


Ikatan kerja / kontrak Pra-upaya
Siklus jaga mutu
Pemantauan utilisasi
Penanganan keluhan

B. Manfaat JPKM
1. Manfaat bagi Masyarakat :
a. Masyarakat memperoleh pelayanan paripurna ( preventive, Promotive, Kuratif, rehabilitatif )
dan bermutu.
b. Masyarakat mengeluarkan biaya yang ringan untuk kesehatan, karena azas usaha bersama dan
kekeluargaan. JPKM memungkinkan terjadinya subsidi silang, dimana yang sehat membantu
yang sakit, yang muda membantu yang tua/balita dan yang kaya membantu yang miskin.
c. Masyarakat terlindung/terjamin dalam memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
utamanya.
d. Terjaminnya pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat.

2. Manfaat bagi PPK :


a. PPK dapat merencanakan pelayanan kesehatan yang lebih efisien dan efektif bagi peserta
karena ditunjang sistem pembayaran dimuka (praupaya).
b. PPK akan memperoleh balas jasa yang makin besar dengan makin terpeliharanya kesehatan
peserta (konsumen).
c. PPK dapat lebih meningkatkan prefesionalisme, kepuasan kerja dan mutu pelayanan.
d. Sarana pelayanan tingkat primer, sekunder dan tertier, yang selama ini menerapkan tarif wajar
akan mendapat pasokan dana lebih banyak apabila masyarakat telah ber JPKM dari tarif yang
diberlakukan dalam JPKM.
e. Sarana Pelayanan (terutama pada tingkat ke tiga) yang selama ini sudah mahal memang akan
mengalami penurunan pasokan dana dari jasa pelayanan karena efisiensi dalam JPKM.

3. Manfaat bagi dunia usaha :


a. Pemeliharaan kesehatan karyawan dapat terlaksana secara lebih efisien dan efektif
b. Biaya pelayanan kesehatan dapat direncanakan secara tepat.
c. Pembiayaan untuk pelayanan menjadi lebih efisien karena penerangan system pembayaran
pra-upaya bagi jasa pelayanan kesehatan , dibandingkan dengan sistem klaim , ganti rugi atau
Fee For service ( balas jasa pasca pelayanan ).
d. Terjaminnya kesehatan karyawan yang pada gilirannya mendorong peningkatan produktivitas.
e. Merupakan komoditi baru yang menjanjikan bagi dunia usaha yang akan menjadi Bapel.

4. Manfaat bagi Pemerintah / Pemda :


a. Pemda memperoleh masyarakat yang sehat dan produktif dengan biaya yang berasal dari
masyarakat sendiri.
b. Subsidi pemerintah dapat dialokasikan kepada yang lebih memerlukan , utamanya bagi
masyarakat miskin, Pembayaran pra-upaya dalam JPKM memakai perhitungan non subsidi,
sehingga pemda dapat menyesuaikan tarif bagi masyarakat mampu.
c. Pengeluaran pemda untuk membiayai bidang kesehatan dapat lebih efisien.

C. Tujuan JPKM
JPKM bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui :
1. Jaminan pemeliharaan kesehatan sesuai kebutuhan utama peserta yang berkesinambungan.
2. Pelayanan kesehatan paripurna yang lebih bermutu dengan biaya yang hemat dan terkendali
3. Pengembangan kemandirian masyarakat dalam membiayai pelayanan kesehatan yang
diperlukannya.
4. Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat.

D. Sasaran JPKM
1. Karyawan perusahaan atau dunia usaha.
2. Seluruh anggota keluarga atau masyarakat.
3. Pelajar dan mahasiswa.
4. Organisasi sosial dan kemasyarakatan.

E. Cara menjadi peserta JPKM


1. Untuk menjadi peserta JPKM, sebaiknya dilakukan secara berkelompok untuk membangun
solidaritas dan memudahkan administrasi dengan daya tawar yang tinggi.

2. Anggota suatu organisasi (perusahaan, sekolah/perguruan tinggi, kelompok pedagang,


organisasi kemasyarakatan,organisasi kepemudaan, dll) dapat menjadi peserta secara
berkelompok dengan menghubungi Bapel JPKM terdekat.
3. Calon peserta wajib mengisi formulir isian dengan jujur dan jelas.
4. Anggota JPKM membayar sejumlah iuran yang besarnya disepakati bersama atau disepakati
antara Bapel dan Calon peserta melalui kelompoknya.
5. Setiap peserta JPKM akan mendapatkan kartu identitas JPKM yang akan berlaku selama masa
yang disepakati.
6. Dengan menunjukkan kartu identitas JPKM tersebut, peserta dapat memeriksakan diri dan
mendapat perawatan (jika dianggap perlu) sesuai dengan ketentuan di tempat-tempat Pemberi
Pelayanan Kesehatan (PPK) yang telah dikontrak oleh Bapel JPKM.
7. Setiap anggota JPKM harus dapat mengerti dan memahami hak dan kewajibannya sebagai
peserta JPKM.

F. Hak dan Kewajiban peserta JPKM


1. Hak Peserta :
a. Memperoleh jaminan pemeliharaan kesehatan paripurna yang berjenjang sesuai dengan
kebutuhannya yang tertuang dalam paket pemeliharaan kesehatan dalam kontraknya dengan
Bapel.
b. Mendapat kartu peserta JPKM sebagai tanda identitas untuk memperoleh pelayanan di sarana
kesehatan yang ditunjuk.
c. Mengajukan keluhan dan memperoleh penyelesaian atas keluhan tersebut.
d. Memberikan masukan atau pendapat untuk perbaikan penyelenggaraan JPKM.

2. Kewajiban Peserta :
a. Membayar iuran dimuka secara teratur kepada Bapel JPKM.
b. Mentaati segala ketentuan dan kesepakatan.
c. Menandatangani kontrak.

G. Pemberi Pelayanan Kesehatan ( PPK )


Pemberi Pelayanan Kesehatan ( PPK ) dalam JPKM adalah sarana kesehatan yang dikontrak oleh
Badan Penyelenggara JPKM untuk melaksanakan pemeliharaan kesehatan peserta secara efektif
dan efesien berdasarkan paket pemeliharaan kesehatan yang disepakati bersama.

Sarana Pemberi Pelayanan Kesehatan tersebut dapat berupa :


1. Praktek dokter dan dokter gigi
2. Klinik yang melakukan praktek dokter bersama, baik umum maupun spesialis.
3. Bidan praktek.
4. Puskesmas atau Puskesmas Pembantu.
5. Balkesmas.
6. Praktek dokter spesialis.
7. Rumah Sakit Umum Pemerintah.
8. Rumah Sakit Swasta.
9. Rumah bersalin, dll

PPK berhak mendapatkan pembayaran praupaya dari Bapel JPKM , PPK berwajiban
memberikan jasa pelayanan kepada peserta JPKM sesuai ketentuan. Peraturan mengenai pemberi
pelayanan kesehatan tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan R I
No.571/Menkes/Per/VII/1993, tentang penyelenggaraan program JPKM. Pengaturan tersebut
meliputi hal-hal berikut:

1. PPK dilarang menarik pembayaran dari peserta sepanjang pelayanan yang diberikan sesuai
dengan paket yang disepakati bersama ( pasal 27 )
2. PPK tidak boleh menolak peserta yang membutuhkan pelayanan kesehatan
3. ( pasal 28 ).
4. PPK dilarang menghentikan perawatan dalam suatu proses karena alasan administratif ( pasal
29 ).
5. Peserta tidak perlu membayar sepanjang pelayanan sesuai dengan kesepakatan bersama yang
tertuang dalam kontrak.

Untuk memperoleh pelayanan pada sarana kesehatan, peserta JPKM hanya perlu menunjukkan
identitas kepesertaan JPKM yang masih berlaku, Pemberian Pelayanan Kesehatan ( PPK )
memeriksa dan menetapkan jenis pelayanan yang diberikan sesuai kebutuhan medis peserta.

Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam pemberian pelayanan kesehatan oleh PPK
adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan selesai karena peserta hanya membutuhkan konsultasi.
2. PPK memberikan pengobatan kepada peserta JPKM.
3. PPK memberikan rujukan ke rumah sakit, konsultasi dengan dokter spesialis atau jika
diperlukan rawat inap di rumah sakit.
4. PPK meminta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
rontgen, dan lain-lain yang dianggap perlu.

H. Badan Penyelenggara ( BapelJPKM )


Badan Penyelenggara ( BapelJPKM ) adalah suatu badan hukum yang telah diberi izin
operasional dari Menteri Kesehatan RI untuk menyelenggarakan pengelolaan JPKM Bapel
JPKM dapat berbentuk koperasi, yayasan, perseroan terbatas, BUMN, BUMD, atau bentuk usaha
lainnya yang memiliki izin usaha dibidang JPKM.
I. Tugas dari Bapel JPKM adalah :
1. Manajemen pemeliharaan kesehatan yang paripurna, terstruktur, bermutu dan
berkesinambungan.
2. Manajemen keuangan secara cermat.
3. Manajemen Kepesertaan.
4. Sistem Informasi Manajemen.

Bapel JPKM berhak atas imbalan jasa penyelenggaraan JPKM. Bapel JPKM wajib
menyelenggarakan JPKM sesuai ketentuan yang berlaku sesuai dengan izin operasional yang
diberikan. Data pemanfaatan pelayanan diperiksa oleh Bapel
dengan telaah utilisasi (utilization review) untuk dapat melakukan pengendalian mutu atau
pengendalian pembiayaan, sekaligus untuk melihat apakah pelayanan yang diberikan sudah
sesuai dengan prosedur dan kontrak

J. Badan Pembina JPKM (BAPIM JPKM)


Badan Pembina JPKM (BAPIM JPKM) adalah badan pemerintah yang melaksanakan fungsi
pemerintah yang melaksanakan, seperti diatur dalam pasal 66 ayat 1 UU No . 23/1992 tentang
kesehatan, yakni mengembangkan, membina serta mendorong penyelenggaraan JPKM. Anggota
badan pembina terdiri dari wakil-wakil pemerintah umum dan jajaran kesehatan serta pihak-
pihak terkait.

Bapim berkewajiban membina,mengembangkan serta mendorong ( termasuk mengawasi )


penyelenggaraan JPKM. Bapim berhak memperoleh semua data dan informasi yang berkaitan
dengan penyelenggaraan JPKM diwilayah kerjanya. Bapim
JPKM diharapkan aktif menjalin hubungan dengan Bapel JPKM, peserta dan PPK, untuk
kemudian memberikan masukan kepada penentu kebijakan berdasarkan hasil pemantau,
pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan JPKM.

Sebagai suatu jaminan kesehatan yang efektif dan efisien, JPKM mengandung beberapa jurus
yang harus diterapkan untuk memenuhi kebutuhan utama kesehatan peserta secara paripurna
dengan mutu yang terjamin dan biaya yang terkendali 7 jurus dalam pelaksanaan JPKM yang
menjamin efesiensi, efektivitas dan pemerataan pemeliharaan kesehatan dalam JPKM meliputi

1. Pembayaran iuran dimuka ke Badan Penyelenggara.


Peserta JPKM membayar sejumlah iuran di muka secara teratur kepada Bapel, sehingga Bapel
dapat mengetahui jumlah dana yang harus dikelolanya secara efisien untuk pemeliharaan
kesehatan peserta.
2. Pembayaran sejumlah dana dimuka oleh Bapel kepada PPK
Sehingga PPK tahu batas anggaran yang harus digunakan untuk merencanakan pemeliharaan
kesehatan
peserta secara efisien dan efektif. Dapat digunakan beberapa cara seperti kapitasi, sistem
anggaran.
3. Pemeliharaan kesehatan paripurna
mencakup upaya promotif/peningkatan kesehatan. Preventif, kuratif/pengobatan serta
rehabilitatif/pemulihan kesehatan.
4. Ikatan Kerja
hubungan antara Bapel dan PPK dan antar Bapel dengan peserta diatur dengan ikatan kerja yang
menata secara rinci dan jelas hak dan kewajiban masing-masing.
5. Jaga mutu pelayanan kesehatan
Jaga mutu dilaksanakan oleh Bapel agar pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai kebutuhan
dan standar profesi serta kaidah pengobatan rasional.
6. Pemantauan pemanfaatan pelayanan
Pemantauan ini perlu dilakukan untuk dapat melakukan penyesuaian
kebutuhan medis peserta, mengetahui perkembangan epidemologi penyakit peserta dan
pengendalian penggunaan pelayanan kesehatan oleh peserta.
7. Penanganan keluhan dilaksanakan oleh Bapel dengan tujuan menjamin mutu dan stabilitas
dalam menjalankan kegiatan JPKM.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
JPKM merupakan model jaminan kesehatan pra-bayar yang mutunya terjaga dan biayanya
terkendali, JPKM dikelola oleh suatu badan penyelenggara ( bapel ) dengan menerapkan jaga
mutu dan kendali biaya. Masyarakat yang ingin menjadi peserta/anggota mendaftarkan diri
dalam kelompok-kelompok ke bapel dengan membayar iuran di muka. Peserta akan memperoleh
pelayanan kesehatan paripurna dan berjenjang dengan pelayanan tingkat pertama sebagai ujung
tombak, yang memenuhi kebutuhan utama kesehatannya dengan mutu terjaga dan biaya
terjangkau.

Dengan adanya JPKM di indonesia, masyarakat bisa memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
sudah ada dengan membayar iuran dan dalam dasar azaz saling tolong menolong, mayarakat juga
selain mendapatkan pelayanan kesehatan, juga mendapatkan promotif, prefentif, kuratif, dan
rehabilitatif. Masyarakat indonesia agar bisa lebih sadar akan kesehatan di mulai dari individu,
keluarga sampai lingkungan sekitarnya, dengan adanya jpkm masyarakat akan terjamin dalam
segi kesehatan sesuai dengan kebutuhan, dan JPKM dapat memeratakan khususnya dibidang
kesehatan sehingga masyarakat lebih sadar pentingnya hidup sehat, dan dapt meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

3.2 SARAN
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat menambah wawasan kita tentang JPKM, yang
sangat berguna untuk kita dmana kita di tuntut untuk meningkatkan derajat kesahatan masyarakat
Indonesia dengan program JPKM ini maka akan mempermudah kita menjangkau setiap lapisan
masyarakat. Untuk para pembaca, setidaknya dapat mengetahui tentang JPKM, Manfaat JPKM,
syarat-syarat untuk mengikuti JPKM, Tujuan JPKM, sasaran JPKM. Dan diharapkan agar dapat
menyikapi makalah kami dan memberikan saran serta kritik untuk menyempurnakan makalah
kami ini

DAFTAR PUSTAKA
http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/buku/mengapa%20perlu%20jpkm.pdf
http://astaqauliyah.com/2006/01/jaminan-pemeliharaan-kesehatan-masyarakat-jpkm-pengertian-
dan-pelaksanaannya/
http://www.depkes.go.id/downloads/JPKM.pdf
http://pustaka.unpad.ac.id/archives/25437/
http://www.palu.bpk.go.id/wp-content/uploads/2009/07/perda-02-16.pdf
http://acronyms.thefreedictionary.com/Jaminan+Pemeliharaan+Kesehatan+Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai