Anda di halaman 1dari 6

SELF EFFICACY

A. Definisi Self Efficacy

Berikut adalah beberapa pengertian self efficacy menurut para Ahli:

1. “Santrock ( 2007;523 ) menyatakan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan bahwa


seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hasil positif.”1
2. “Stipek&Maddux ( dalam Santrock, 2007;523 ), self-efficacy adalah keyakinan bahwa
aku bisa, ketidakberdayaan adalah keyakinan bahwa aku tidak bisa.”2
3. “Self efficacy menurut Alwisol (2009:287 ) adalah penilaian diri, apakah dapat
melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa
mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan.”3
4. “Menurut Bandura (dalam Dede R.H, 2011;156 ), self efficacy atau efikasi diri adalah
penilaian diri terhadap kemampuan diri untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang ditetapkan.”
5. “Lunenburg (2011:10) mengemukakan bahwa self efficacy adalah keyakinan individu
dalam menghadapi dan menyesaikan masalah yang dihadapinya diberbagai situasi serta
mampu menetukan tindakan dalam menyelesaikan tugas atau masalah tertentu, sehingga
individu tersebut mampu mengatasi rintangan dan mencapai tujuan yang diharapkan.”4
6. “Kusuma mengatakan bahwa self efficacy merupakan kemampuan individu dalam
menentukan perilaku yang tepat untuk menghadapi rasa takut dan halangan untuk
mencapai keberhasilan yang diharapkan.”5

1
Ikha Putri Khanti Lestari, Skripsi: “Upaya Peningkatan Self Efficacy Rendah Terhadap Pemilihan Karir Dengan
Konseling Behavior Teknik Modeling Simbolik Pada Siswa Kelas VIII E SMPN 6 Batang”,
(Semarang:UNS,2014),hal.15.

2
Ibid,hal.15.

3
Ibid,hal.15.

4
Sapta Rini Widyawati dan ketut Karwini, “Pengaruh Self Esteem Dan Self-Efficacy Dan Keterlibatan Kerja Pada
Karyawan PT. Dwi Fajar Semesta Denpasar”, Forum Manajemen, Volume 16, Nomor 2, Tahun 2018,hal.56.
5
Iska Maulina, “Pengaruh Komunikasi, Self Esteem, Dan Self Efficacy Terhadap Kepuasan Kerja Serta Dampaknya
Terhadap Kinerja Perawat Rumah Sakit Tgk. Fakinah Banda Aceh”, Jurnal Manajemen dan Inovasi, Vol 8,
No.2, Juni 2017,hal.103.
7. “Miner (dalam Riyanti, 2007:14) menambahkan bahwa individu yang memiliki self
efficacy yang tinggi memiliki harapan-harapan kuat mengenai kemampuan diri untuk
menunjukkan prestasi secara sukses dalam situasi yang sama sekali baru.”6
8. Patton (dalam Wijaya, 2007:121) mengatakan bahwa self efficacy adalah keyakinan
terhadap diri sendiri dengan penuh optimisme serta harapan untuk dapat memecahkan
masalah tanpa rasa putus asa. Self efficacy yang dimiliki individu itu dapat membuat
individu mampu menghadapi berbagai situasi.

B. Aspek Self Efficacy


Bandura (1997) dalam Ghufron (2014: 80), efikasi diri tiap individu berbeda satu sama lain, hal ini
berdasarkan tiga dimensi self efficacy, antara lain:
a. Dimensi Tingkat (Level) Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu
merasa mampu untuk melakukannya. Apabila individu dihadapkan pada tugas-tugas yang
disusun menurut tingkat kesulitannya, maka efikasi diri individu mungkin akan terbatas pada
tugas yang mudah, sedang, bahkan paling sulit sesuai dengan batas kemampuannya untuk
memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat. Dimensi ini memiliki
implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang akan dicoba atau dihindari. Individu akan
mencoba tingkahlaku yang dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang
berada diluar batas kemampuan yang dirasakannya.
b. Dimensi Kekuatan (Strength) Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau
pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah digoyahkan
oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang mantap
mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya meskipun mungkin ditemukan pengalaman
yang kurang menunjang. Dimensi ini berkaitan langsung dengan dimensi level yaitu semakin
tinggi taraf kesulitasn tugas, semakin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.
c. Dimensi Generalisasi (Generality) Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku dimana
individu merasa yakin akan kemampuannya dan bagaimana seseorang mampu
menggeneralisasikan tugas dan pengalaman sebelumnya ketika menghadapi suatu tugas atau
pekerjaan, misalnya apakah ia dapat menjadikan pengalaman sebagai hambatan atau sebagai
kegagalan.
C. Proses Self Efficacy
6
Ibid,hal.103.
Bandura (2008: 3-6) memaparkan proses self efficacy, antara lain proses kognitif, proses
motivasi, proses afektif dan proses seleksi. Berikut akan dijelaskan uraian lengkap dari proses
self efficacy:
a. Proses Kognitif Semakin kuat self efficacy yang dirasakan, semakin tinggi tujuan dan
komitmen yang akan ditetapkan. Sebagian besar, tindakan dilakukan berdasarkan
pemikiran. Keyakinan orang sebagai bentuk dari antisipasi mereka untuk membangun dan
berlatih. Mereka yang memiliki self efficacy yang tinggi akan membuat rencana yang
didalamnya terdapat panduan positif untuk menunjang kinerja mereka. Mereka yang
meragukan keyakinan akan memikirkan rencana dan banyak hal yang salah oleh karena itu,
sulit mencapai keberhasilan bila memiliki keraguan.
b. Proses Motivasi Self efficacy memainkan peranan dalam pengaturan motivasi. Orang
memotivasi diri dan membimbing tindakan mereka untuk mengantisipasi tugas melalui
latihan. Mereka membentuk keyakinan tentang apa yang bisa mereka lakukan,
mengantisipasi kemungkinan yang dapat terjadi melalui tindakan dan menetapkan tujuan
mereka serta merencanakan program untuk masa depan.
c. Proses Afektif Proses afektif adalah keyakinan orang terhadap kemampuan mereka dalam
mengatasi stres dan depresi dalam situasi yang sulit. Self efficacy memainkan peran penting
dalam kecemasan. Orang yang percaya bahwa mereka dapat mengontrol diri, maka pola
pikir mereka tidak akan terganggu. Tapi orang yang yakin bahwa mereka tidak dapat
mengontrol diri sendiri, akan mengalami kecemasan. Mereka selalu memikirkan kekurangan
mereka, melihat lingkungan penuh dengan bahaya dan semakin parah dengan khawatir bila
sesuatu akan terjadi. Pemikiran sperti itu akan menyusahkan dan merusak mereka. Dalam
hal ini, self efficacy akan memberikan pengaruh terhadap kecemasan. Semakin tinggi self
efficacy, semakin berani orang menghadapi tantangan. Kecemasan tidak hanya dipengaruhi
oleh self efficacy tetapi juga dipengaruhi oleh pikiran mereka.
d. Proses Seleksi Orang adalah bagian dari produk lingkungan, oleh karena itu, self efficacy
membentuk arah kehidupan dan mempengaruhi jenis kegiatan orang dalam lingkungan.
Orang menghindari aktivitas diluar batas kemampuan mereka. Tapi mereka mau melakukan
tugas menantang dan menilai yang sekiranya sesuai dengan kemampuan mereka. Melalui
pilihan yang dibuat, orang akan berkompetisi dalam menentukan program.
D. Peningkatan self efficacy
“Perubahan tingkah laku, dalam sistem Bandura ( dalam Alwisol, 2009;288 ) kuncinya
adalah perubahan ekspetasi efikasi ( efikasi diri ). Self efficacy atau efikasi diri keyakinan
kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atua diturunkan, melalui salah satu
atau kombinasi empat sumber, yakni pengalaman menguasai sesuatu prestasi ( performance
accomplishment ), pengalaman vikarius ( vicarious experience ), persuasi social ( social
persuation ) dan pembangkitan emosi ( emotional physiological states ) yang akan dijelaskan
sebagai berikut :
1. Pengalaman performansi Prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Sebagai
sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat
pengaruhnya. Prestasi ( masa lalu ) yang bagus meningkatkan ekspetasi efikasi, sedang
kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan akan memberi dampak
efikasi yang berbeda – beda, tergantung proses pencapainnya :
a. Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi.
b. Kerja sendiri lebih meningkatkan efisiensi disbanding kerja kelompok dibantu orang
lain.
c. Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah berusaha sebaik mungkin.
d. Kegagalan dalam suasana emosional/ stress, dampaknya tidak seburuk kalau
kondisinya optimal.
e. Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat, dampaknya tidak
seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan efikasinya belum
kuat.
f. Orang yang bisa berhasil, sesekali gagal tidak mempengaruhi efikasi dirinya, bisa jadi
orang yang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal sedangkan figur yang
diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama.
2. Pengalaman Vikarius Dapat diperoleh melalui model sosial. Efikasi diri akan meningkat
ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi diri akan menurun jika
mengamati orang yang kemampuannya kira –kira sama dengan dirinya dan ternyata gagal.
Apabila figur yang diamatinya berbeda dengan diri si pengamat, pengaruhi vikarius tidak
besar. Sebaliknya ketika mengamati kegagalan figure yang setara dengan dirinya bisa jadi
orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah agagl dikerjakan figure yang diamatinya
itu dalam jangka waktu lama.
3. Persuasi Sosial. Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalui
persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi
dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada
pemberi persuasi, dan sifat negative, dan sifat relaistik dari apa yang dipersuasikan.
4. Keadaan emosi Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi
di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas , stress, dapat mengurangi efikasi
diri. Namun bisa terjadi, peningkatan emosi ( yang tidak berlebihan ) dapat meningkatkan
efikasi diri.”7

“Menurut Corsini ( 1994 : 368 ) aspek – aspek self efficacy adalah: (1) kognitif, (2 )
motivasi, (3) afeksi, dan (4) seleksi. Berikut ini adalah penjelasan tentang aspek – aspek self
efficacy tersebut :
1. Kognitif, merupakan keyakinan seseorang untuk memikirkan cara – cara yang dapat
digunakan dan merancang tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan
yangdiharapkan. Asumsi yang timbul pada aspek ini kognitif adalah semakin efektif
keyakinan seseorang dalam analisis berpikir dan dalam berlatih mengungkapkan ide – ide
atau gagasan – gagasan pribadi, maka akan mendukung seseorang bertindak dengan tepat
18 untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Aspek kognitif seseorang dapat dilihat dari
(a) cara memilirkan tindakan dan menetapkan target, (b) persepsi positif tentang situasi
yang dihadapi, dan (c) kemampuan dalam mengontrol kepercayaan tenatng kemampuan
diri sendiri.
2. Motivasi, merupakan keyakinan seseorang untuk dapat memotivasi diri melalui
pikirannya untuk melakukan tindakan dan keputusan dalam mencapai tujuan yang
diharapkannya. Tiap orang berusaha memotivasi diri dengan menetapkan keyakinan pada
tindakan yang akan dilakukan, merencanakan tindakan yang akan direalisasikan.
Motivasi dalam self efficacy digunakan untuk memprediksikan kesuksesan dan

7
Ikha Putri Khanti Lestari, Skripsi: “Upaya Peningkatan Self Efficacy Rendah Terhadap Pemilihan Karir Dengan
Konseling Behavior Teknik Modeling Simbolik Pada Siswa Kelas VIII E SMPN 6 Batang”,
(Semarang:UNS,2014),hal.16-17.
kegagalan seseorang. Aspek motivasi seseorang dapat dilihat dari cara mengontrol
kecemasan dan perasaan depresif, pemahaman akan situasi dan permasalahan, serta
tanggapan positif terhadap situasi dan permasalahan.
3. Seleksi, merupakan keyakinan seseorang untuk menyeleksi tingkah laku dan lingkungan
yang tepat sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Seleksi tingkah laku
mempengaruhi perkembangan personal. Asumsi yang timbul pada aspek ini adalah
ketidamampuan orang dalam melakukan seleksi tingkah laku membuat orang tidak
percaya diri, bingung, dan mudah menyerah ketika menghadapi situasi konflik. Seleksi
terhadap lingkungan dan aturan yang ada di dalmnya juga sangat berpengaruh terhadap
self efficacy yang dimiliki oleh seseorang.
4. Afeksi, merupakan kemampuan dalam mengtasi emosi yang timbul dalam diri sendiri
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Afeksi digunakan untuk mengontrol kecemasan
dan perasaan depresif yang menghalangi pola – pola pikir yang benar untuk mencapai
tujuan.”8

8
Ibid,hal.17-18.

Anda mungkin juga menyukai