Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memiliki tantangan dan tuntutan dalam kehidupan untuk mampu
beradaptasi dan mampu menyesuaikan diri di lingkungan sosial. Kemampuan
menyesuaikan diri dalam menyelesaikan masalah perkuliahan memiliki peran penting
dalam kehidupan mahasiswa. Kemampuan percaya dengan potensi yang dimiliki
dapat dibangun dengan dukungan-dukungan internal maupun eksternal mahasiswa.
Mahasiswa yang mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang baik mengalami
sedikit tekanan, sedangkan mahasiswa yang mempunyai kemampuan penyesuaian diri
yang buruk merasa mendapat tekanan dan cenderung berdampak pada perilaku
defensif (Hurlock, 1980). Berdasarkan uraian diatas, timbul pertanyaan dari peneliti
mengapa beberapa mahasiswa mampu menyesuaikan diri sedangkan beberapa
mahasiswa lainnya kurang mampu menyesuaikan diri.
Menurut Bandura (dalam Smet, 1994) untuk mengatur perilaku akan dibentuk
atau tidak, individu tidak hanya mempertimbangkan informasi dan keyakinan tentang
keuntungan dan kerugian, tetapi juga mempertimbangkan sampai sejauh mana
individu mampu mengatur perilaku tersebut, kemampuan ini disebut dengan efikasi
diri. Aspek efikasi diri menurut Bandura (1997) terdiri dari a) level, b) generality, dan
c) strength. Mahasiswa yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan
yang dimiliki akan lebih gigih berusaha dan tidak mudah menyerah meskipun
menghadapi berbagai kesulitan dan rintangan. Efikasi diri berhubungan dengan
keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan
(Bandura, dalam Alwisol 2009:284).
Efikasi diri akademik mahasiswa dapat dibangun dengan terpenuhinya dukungan
sosial dari keluarga. Dukungan sosial keluarga mampu memberi fungsi afeksi dan
meminimalisasi tingkat frustasi mahasiswa yang sedang mengalami goncangan psikis
saat menghadapi tugas perkuliahan yang dirasa sulit. Kehangatan dan perhatian yang
diberikan keluarga menjadi peredam emosi mahasiswa yang sedang dihadapkan
tantangan dalam perkuliahan untuk tetap mampu menjalani kehidupan perkuliahan.
Seseorang yang memiliki efikasi diri percaya bahwa mereka mampu mengatasi
situasi-situasi yang terjadi disekitarnya, sedangkan seseorang dengan efikasi diri
rendah mengganggap bahwa dirinya tidak mampu mengatasi permasalahan yang ada
disekitarnya dan cenderung mudah menyerah. Menurut Gist, yang menunjukkan

1
bahwa perasaan efikasi diri memerankan peranan penting dalam mengatasi
memotivasi pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan yang menantang. Menurut
penegasan Pajeres (1996) ia berpendapat, “jika seseorang tidak percaya bahwa
mereka dapat mencapai hasil yang diinginkan, mereka akan mempunyai dorongan
yang kecil untuk bertindak, atau bahkan mengeluarkan usaha yang kecil untuk
aktivitasnya.”
Apabila mahasiswa merasa memiliki dukungan sosial yang positif maka ia akan
lebih mudah dalam menghadapi tuntutan tugasnya, sehingga mahasiswa tidak akan
mengalami kesulitan saat menyesuaikan diri dengan perkuliahannya. Kemampuan
penyesuaian diri mahasiswa pada perkuliahan terutama mahasiswa baru, berkaitan
dengan proses mengenali lingkungan dan sistem belajar yang ada, cenderung terkait
dengan keyakinan dan kesanggupan diri mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugas
yang berorientasi pada hasil yang diharapkan(Yuli, 2015).
Di sisi lain, salah satu faktor yang dapat membantu mahasiswa dalam mengatasi
masalah yang berhubungan dengan kehidupan kuliah adalah dukungan sosial (Lepore
dalam Taylor, Peplau, & Sears, 2000). Hal ini sejalan dengan pendapat Effendi &
Tjahjono (1999) yang menyatakan bahwa dukungan sosial berperan penting dalam
memelihara keadaan psikologis individu yang mengalami tekanan sehingga
menimbulkan pengaruh positif yang dapat mengurangi goncangan psikologis.
Dukungan sosial memang bisa berasal dari mana saja (Sarafino & Smith, 2010).
Dukungan sosial keluarga terdiri dari empat jenis dukungan antara lain dukungan
emosional, dukungan instrumental, dukungan informasional dan penghargaan
(Friedman, Bowdon, 2010). Dukungan emosional meliputi dukungan yang berupa
kasih sayang, kehangatan keluarga, kepercayaan, kepedulian perhatian serta
didengarkan dan mendengarkan. Dukungan informasional diwujudkan berupa
pemberian informasi oleh keluarga yang digunakan untuk mengungkapkan masalah.
Dukungan instrumental merupakan dukungan yang diberikan berupa segala bantuan
secara langsung berupa tenaga, materi dan sarana. Dukungan penghargaan yaitu
dukungan berupa pemberian umpan balik, membimbing dan menengahi
permasalahan. Pembentukan efikasi diri mahasiswa tidak lepas dari pengaruh
lingkungan sekitar.
Menurut Johnson & Johnson (1991) ada empat manfaat dukungan sosial, yaitu
dukungan sosial dihubungkan dengan pekerjaan akan meningkatkan produktivitas,
meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan memberikan rasa

2
memiliki, memperjelas identitas diri, menambah harga diri serta mengurangi stress,
meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik serta pengelolaan terhadap stress dan
tekanan. Berdasarkan pendapat tersebut dukungan sosial keluarga dapat
mempengaruhi efikasi diri mahasiswa.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini memiliki tujuan mengetahui peran
dukungan sosial keluarga terhadap efikasi diri mahasiswa.
B. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas tidak meluas kedalam permasalahan
lainnya maka diberikan batasan permasalahan sebagai berikut :
1. Penelitian hanya terbatas pada efikasi diri akademik mahasiswa
2. Penelitian dibatasi pada dukungan sosial keluarga berupa fungsi afeksi,
informasional dan penghargaan
3. Penelitian ini difokuskan mengetahui pengaruh dukungan sosial keluarga
terhadap efikasi diri mahasiswa
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan, adapun rumusan masalah
dalam penelitian eksperimen ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan efikasi diri ?
2. Apa yang dimaksud dukungan sosial keluarga ?
3. Bagaimana dukungan sosial keluarga dapat memengaruhi efikasi diri
mahasiswa ?
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan efikasi diri
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan dukungan sosial keluarga
3. Mengetahui bagaimana pengaruh dukungan sosial keluarga terhadap efikasi
diri mahasiswa

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan referensi sebagai penelitian selanjutnya
b. Menambah kajian tentang pengaruh dukungan sosial keluarga terhadap
efikasi diri mahasiswa
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kalangan Umum

3
1. Meningkatkan pemahaman tentang adanya pengaruh dari dukungan
sosial terhadap efikasi diri mahasiswa
2. Mendapat informasi bagi kalangan umum tentang pentingnya
dukungan sosial keluarga dalam pembentuykan efikasi diri
mahasiswa

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori

1. Efikasi Diri
Self Efficacy adalah keyakinan seseorang pada kemampuan mereka untuk
melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian
di lingkungannya. Konsep Self Efficacy atau keberhasilan diri merupakan
keyakinan bahwa seseorang dapat berprestasi baik dalam situasi tertentu. Dimensi
self efficacy ada tiga yaitu tingginya tingkat kesulitan tugas seseorang yang
diyakini masih dapat dicapai, keyakinan pada kekuatan, dan harapan dari sesuatu
yang telah dilakukan. Self Efficacy adalah keyakinan individu dalam
mengendalikan diri untuk mengatasi masalah dan meraih prestasi yang baik
dalam situasi tertentu.
Self Efficacy dapat menggambarkan penilaian kemampuan diri bahwa
seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Self Efficacy memiliki
peran utama dalam pengaturan melalui motivasi individu dan pencapaian kerja
yang ditetapkan.44 Seseorang yang memiliki self efficacy yang kuat akan
menggunakan usaha terbaiknya untuk mengatasi hambatan sedangkan, seseorang
dengan self efficacy yang rendah akan cenderung untuk mengurangi usahanya
atau lari dari hambatan yang ada.
Menurut Bandura (dalam Smet, 1994) untuk mengatur perilaku akan
dibentuk atau tidak, individu tidak hanya mempertimbangkan informasi dan
keyakinan tentang keuntungan dan kerugian, tetapi juga mempertimbangkan
sampai sejauh mana individu mampu mengatur perilaku tersebut, kemampuan ini
disebut dengan efikasi diri. Aspek efikasi diri menurut Bandura (1997) terdiri dari
a) level, b) generality, dan c) strength. Mahasiswa yang memiliki keyakinan yang
kuat terhadap kemampuan yang dimiliki akan lebih gigih berusaha dan tidak
mudah menyerah meskipun menghadapi berbagai kesulitan dan rintangan. Efikasi
diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan
tindakan yang diharapkan (Bandura, dalam Alwisol 2009:284).
Sedangkan menurut Bandura (Adicondro & Purnamasari, 2011)
mengemukakan beberapa aspek dari efikasi diri, yaitu magnitude, strength dan
generality.

5
a. Magnitude
Berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu
untuk melakukannya.Individu yang memiliki magnitude yang tinggi merasa
bahwa memiliki kemampuan menguasai permasalahan yang sulit, sedangkan
individu yang memiliki magnitude rendah meyakini bahwa mereka hanya mampu
menyelesaikan tugas-tugas yang sederhana.
b. Strength
Berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu
mengenai kemampuan diri yang juga berkaitan langsung dengan magnitude, yaitu
makin tinggi taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk
menyelesaikannya. Individu dengan kekuatan efikasi diri yang tinggi sangat
yakin akan kemampuan dirinya, individu akan bertahan dalam usaha menghadapi
masalah yang sulit, mampu menyelesaikan masalah yang penuh rintangan, dan
ketekunan yang besar akan berhasil dalam melakukan tugasnya, sebaliknya,
kekuatan efikasi diri yang rendah akan merasa bahwa kemampuannya lemah dan
akan mudah terguncang apabila menghadapi rintangan dalam melakukan
tugasnya.
c. Generality
Berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu merasa yakin
akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin akan kemampuan dirinya.
Entah itu terbatas pada suatu aktifitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian
aktifitas dan situasi yang bervariasi.

2. Faktor Pembentuk Self Efficacy


Bandura mengungkapkan bahwa faktur yang dapat membentuk efikasi diri
ada empat , yaitu:
a. Pengalaman Menguasai Sesuatu (Mastery Experience)
Pengalaman menguasai sesuatu yaitu performa pada masa lalu.
Performa yang berhasil akan menaikkan self efficacy individu,
sedangkan pengalaman pada kegagalan akan menurunkan self efficacy.
Setelah self efficacy kuat dan berkembang melalui serangkaian
keberhasilan, dampak negatif dari kegagalan-kegagalan yang umum

6
akan terkurangi dengan sendirinya. Bahkan kegagalan-kegagalan
tersebut dapat diatasi dengan memperkuat motivasi diri.

b. Modeling Sosial
Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dengan kemampuan yang
sebanding dalma mengerjakan suatu tugas akan meningkatkan self
efficacy individu dalam mengerjakan tugas yang sama. Begitu pula
sebaliknya, pengamatan terhadap kegagalan orang lain akan menurunkan
penilaian individu mengenai kemampuannya dan individu akan
mengurangi usahanya dalam mengerjakan suatu tugas.
c. Persuasi Sosial
Individu diarahkan berdasarkan saran, nasihat, dan bimbingan
sehingga dapat meningkatkan keyakinan sehingga dapat membantu
mencapai tujuan yang diinginkan. Individu yang diyakinkan dengan
verbal cenderung lebih keras untuk berusaha dalam mencapai
keberhasilan. Namun pengaruh persuasi tidaklah terlalu besar,
karenan tidak dapat memberikan pengalaman secara langsung pada
individu.
d. Kondisi Fisik dan Emosional
Emosi yang kuat biasanya akan mengurangi performa, saat
seseorang mengalami ketakutan yang kuat, cemas atau tingkat stres yang
tinggi, kemungkinan akan memiliki ekspektasi efikasi yang rendah.

3. Dukungan Sosial Keluarga


Dukungan sosial (social support) didefinisikan sebagai informasi verbal
atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan
oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya
atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan manfaat
emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dukungan
sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh
dari orang lain yang dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada
orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan mencintainya. Dukungan
sosial adalah tindakan dari seseorang dengan tujuan yang baik yang diberikan
kepada orang lain yang telah memiliki hubungan personal. Dukungan sosial

7
sangat diperlukan oleh setiap individu didalam siklus kehidupannya. Individu
yang menerima dukungan sosial akan merasa dirinya dicintai, berharga, dan
merupakan bagian dari lingkungan sosialnya. Hal tersebut dikarenakan
individu merupakan bagian dari keluarga, teman sekolah, ataupun kelompok
lainnya. Dukungan sosial dapat berasal dari anggota keluarga (suami, istri,
orangtua, kakak, adik, kerabat), teman dekat, tetangga, teman kerja, dan
seorang ahli/profesional.Keluarga merupakan salah satu sumber dukungan
sosial. Keluarga merupakan tempat tumbuh kembang seorang individu,
keberhasilan pembangunan ditentukan oleh kualitas individu yang terbentuk
dari norma yang dianut oleh keluarga. Kebutuhan fisik dan psikologi
terpenuhi dari lingkungan keluarga. Individu akan menjadikan keluarga
sebagai tumpuan harapan, tempat bercerita, dan tempat mengeluarkan
keluhan-keluhan jika individu mengalami masalah.
Sarafino (2006) mengemukakan bahwa dukungan sosial merupakan
tersedianya rasa nyaman, didengar, adanya dukungan atau bantuan yang
diterima individu dari orang lain atau dari suatu kelompok. Bentuk dukungan
sosial bisa berupa kesempatan untuk bercerita, meminta pertimbangan,
bantuan, nasihat atau tempat berkeluh kesah. Rasa diperhatikan, dihargai, dan
dimengerti diharapkan dapat membuat individu merasa nyaman serta lebih
positif dalam memandang suatu masalah sehingga lebih mudah menemukan
jalan keluar dari suatu permasalahan.
Menurut Gibson (Andarika, 2004) dukungan sosial merupakan
kesenangan, bantuan, yang diterima seseorang melalui hubungan formal dan
informal dengan yang lain atau kelompok. Sementara Gottlieb (Kuntjoro,
2002) berpendapat bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat
verbal dan nonverbal, saran, bantuan nyata atau tingkah laku yang diberikan
oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya
atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan
emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini,
orang yang merasa memperoleh dukungan sosial secara emosional merasa
lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan
pada dirinya. Dukungan sosial juga merupakan persepsi seseorang terhadap
dukungan yang diberikan orang lain dalam jaringan sosialnya (orang tua,
teman dekat, dan sebagainya) yang membantu meningkatkan kemampuan

8
untuk bertahan dari pengaruh-pengaruh yang merugikan (Malecki &
Demaray, 2003).
Dukungan sosial keluarga terdiri dari empat jenis dukungan antara lain
dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasional dan
penghargaan (Friedman, Bowdon, 2010).
a. Dukungan emosional berfungsi sebagai pelabuhanistirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan emosional serta
meningkatkan moral keluarga (Friedman, 2010). Dukungan
emosianal melibatkan ekspresi empati, perhatian, pemberian
semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan emosional.
Dengan semua tingkah laku yang mendorong perasaan nyaman dan
mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia dipuji, dihormati,
dan dicintai, dan bahwa orang lain bersedia untuk memberikan
perhatian (Sarafino, 2011).
b. Dukungan informasi, keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor
dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia (Friedman,
1998). Dukungan informasi terjadi dan diberikan oleh keluarga
dalam bentuk nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara
mengatasi atau memecahkan masalah yang ada (Sarafino, 2011).
c. Dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber
pertolongan praktis dan konkrit (Friedman, 1998). Dukungan
instrumental merupakan dukungan yang diberikan oleh keluarga
secara langsung yang meliputi bantuan material seperti memberikan
tempat tinggal, memimnjamkan atau memberikan uang dan bantuan
dalam mengerjakan tugas rumah sehari-hari (Sarafino, 2011).
d. Dukungan penghargaan, keluarga bertindak (keluarga bertindak
sebagai sistem pembimbing umpan balik, membimbing dan
memerantai pemecahan masalah dan merupakan sumber
validatoidentitas anggota (Friedman, 2010). Dukungan penghargaan
terjadi melalui ekspresi penghargaan yang positif melibatkan
pernyataan setuju dan panilaian positif terhadap ide-ide, perasaan
dan performa orang lain yang berbanding positif antara individu
dengan orang lain (Sarafino, 2011).

9
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan para ahli, dapat
disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan pemberian informasi,
dukungan, atau bantuan nyata yang diberikan oleh orang-orang yang akrab di
dalam lingkungan sosial individu yang dapat memberikan keuntungan
emosional sehingga membuat individu merasa dihargai, dicintai, dan
diperhatikan.
B. Hipotesa
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah.
Dengan demikian, pada hakekatnya hipotesis adalah keputusan atau
kesimpulan yang bersifat relative sementara dan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis diperlukan penelitian dan analisis (Sugiyono:64).
Dalam penelitian ini sendiri penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
 Pertanyaan Penelitian: Apakah ada pengaruh dukungan sosial keluarga
terhadap tingkat efikasi diri mahasiswa ?
 Hipotesis Penelitian:
Ho: Dukungan sosial keluarga tidak memiliki pengaruh terhadap efikasi
diri mahasiswa
Ha: Dukungana sosial keluarga memiliki pengaruh terhadap efikasi diri
mahasiswa

10
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Design penelitian ini menggunakan design penelitia pra-eksperimental
One Shot Case Study (Studi Kasus Bentuk Tunggal) atau penelitian yang
dilakukan dengan cara memberikan perlakuan pada kelompok studi dan
selanjutnya diobservasi efeknya. Peneliti tidak melakukan randomisasi tetapi
menetapkan kelompok studi. Perlakuan merupakan variabel independen dan
hasilnya merupakan variabel dependen. Penelitian model ini digambarkan
seperti berikut:

X = Treatment yang diberikan (Variabel


X O
Independen)
O = Observasi (Variabel Dependen)
Cara membacanya ialah terdapat suatu kelompok diberi treatment atau
perlakuan dan selanjutnya di observasi hasilnya.
Alur penelitian :

Kelompok studi

Perlakuan Efek

1. Pertanyaan dan hipotesis Penelitian


 Pertanyaan Penelitian: Apakah ada pengaruh dukungan sosial
keluarga terhadap efikasi diri akademik mahasiswa ?
 Hipotesis Penelitian:
Ho: Dukungan sosial keluarga pada tidak memiliki pengaruh terhadap
efikasi diri akademik mahasiswa
Ha: Dukungan sosial keluarga pada memiliki pengaruh terhadap efikasi
diri mahasiswa.
2. Kelompok studi

11
Kelompok studi penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2018 Teknologi
Pendidikan Offering B8 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Malang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat
Penelitian akan dilaksanakan di Universitas Negri Malang, Fakultas Ilmu
Pendidikan Jl. Semarang No.5, Sumbersari, Kec. Lowokwaru, Kota Malang,
Jawa Timur 65145.
2. Waktu
Penelitian akan dilaksanakan pada 20 Januari - 25 Januari 2020.

C. Variabel Penelitian
Menurut Y. W Best (Hadi, Amirul dan Haryono, 1998: 204-205) variabel
penelitian adalah kondisi-kondisi yangdimanipulasi oleh peneliti dikontrol atau
diobservasi dalam satu penelitian. Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud
menjelaskan bahwa yang dimaksud variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
akan dijadikan objek pengamatan penelitian. Variabel dalam penelitian ini ada dua
macam, yaitu variabel bebas atau variabel independen (x) dan variuabel terikat atau
variabel dependen (y). Variabel bebas adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-
karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk menerangkan
hubungannya dengan fenomena diobservasi. Sedangkan variabel terikat adalah
kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika peneliti mengintoduksi,
mengubah atau mengganti variabel bebas.
1. Variabel Bebas : Efikasi diri
2. Variabel Terikat : Dukungan Sosial Keluarga

D. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif
dan menggunakan rancangan penelitian korelasi. Metode analisis statistik yang
digunakan adalah analisis regresi berganda. Penelitian korelasi adalah penelitian yang
bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel dan apabila ada
berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu (Arikunto, 2006).
Menurut Sugiyono, analisis regresi berganda adalah “alat analisis peramalan nilai

12
pengaruh dua variabel bebas terhadap satu variabel terikat untuk membuktikan
hubungan fungsional atau hubungan kausal dua variabel bebas dengan satu variabel
terikat”. Jadi rancangan penelitian korelasional ini adalah mencari hubungan diantara
variabel-variabel yang diteliti yaitu mengkorelasikan antar variabel bebas dan variabel
terikat sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

E. Teknik Pengambilan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:80).
Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa teknologi pendidikan
offering B8 angkatan tahun 2018.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2011:81). Sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah mahasiswa teknologi pendidikan offering B8 angkatan
2018.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik dalam pengambilan sampel untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian tersebut. Dalam
penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, karena dalam
dalam pengambilan sampel dari populasi dilakukan tanpa memperhatikan
strata. Alasan lainnya karena populasinya homogen yaitu mahasiswa
teknologi pendidikan angkatan 2018.

F. Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan proses teknik analisa sata sebagai berikut:
a. Edit, yaitu kegiatan memeriksa dan meneliti kembali data yang diperoleh dari
hasil kuesioner, untuk mengetahui apakah data yang ada sudah cukup dan
lengkap ataukah perlu ada pembetulan.
b. Koding, yaitu kegiatan melakukan klasifikasi data dari jawaban responden
dengan memberikan kode/simbol serta skor menurut kriteria yang ada.
Jawaban setiap item instrumen tersebut menggunakan skala Likert dalam

13
bentuk pilihan. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial (Sugiyono,
2001:73-74). Untuk setiap item pernyataan diberi skor satu sampai dengan
empat dari hasil yang terendah sampai yang tertinggi.
c. Tabulasi, yaitu kegiatan melakukan pengolahan data ke dalam bentuk tabel
dengan memproses hitung frekuensi dari masing-masing kategori, baik
secara manual maupun dengan bantuan komputer.

G. Instrumen Penelitian

KUESIONER SELF EFFICACY


Nama :
Program Studi :
Pada pernyataan-pernyataan berikut beri tanda checklist pada keadaan yang
menggambarkan diri Anda.
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS: Sangat tidak setuju

No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya tidak mengalami kesulitan untuk mencapai
tujuan dan niat saya
2. Saya dapat menyikapi suatu masalah dengan
tenang, karena saya mampu mengandalkan
kemampuan saya
3. Penyelesaian tugas kuliah akan mudah jika saya
berusaha
4. Ketika menghadapi sesuatu yang tidak terduga
saya selalu tahu bagaimana saya harus bersikap
5. Ketika saya menghadapi kesulitan saya memiliki
ide dan jalan keluar untuk mengatasinya
6. Jika seseorang menghambat tujuan saya, saya
akan mencari cara dan jalan untuk

14
meneruskannya

7. Untuk setiap problem saya bisa mengatasinya


dengan mudah
8. Jika saya akan menghadapi sesuatu yang baru,
saya tahu bagaimana saya dapat
menanggulanginya

9. Ketika dalam keadaan yang tidak terduga saya


kira saya akan dapat menanganinya

10. Apapun keadaannya saya dapat mengatasinya

KUESIONER DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA

15
Pada pernyataan-pernyataan berikut beri tanda checklist pada keadaan yang
menggambarkan diri Anda.
SL : Selalu
S : Sering
KK : Kadang-kadang
TP : Tidak pernah
NO PERNYATAAN TP KK S SL
1. Anggota keluarga selalu mendengarkan keluh
kesah saya
2. Saya merasa seseorang yang ada disamping saya
selalu siap mendengarkan curahan hati saya
3. Anggota keluarga menunjukkan sikap peduli
kepada saya
4. Saya merasa anggota keluarga saya siap untuk
diajak bertukar pikiran dan pendapat dengan saya
5. Saya merasa memiliki seseorang yang siap
berbagi suka duka dengan saya
6. Saya selalu menceritakan masalah dan hambatan
yang saya hadapi kepada keluarga
7. Saya merasa termotivasi setelah diberi dukungan
oleh keluarga
8. Saya diingatkan untuk selalu sabar dalam
menghadapi suatu permasalahan oleh keluarga
9. Keluarga selalu memberikan pujian atas
tercapainya sebuah tujuan yang saya capai
10. Keluarga saya percaya bahwa saya mampu
menghadapi suatu hal yang terjadi pada saya
11. Keluarga selalu memberi dorongan ketika saya
mulai putus asa dan menyerah
12. Anggota keluarga saya selalu berbagi pengalaman
yang pernah dilaluinya dalam menghadapi
masalah

16
13. Orang terdekat saya memberi saran dalam
pemecahan masalah
14. Orangtua saya selalu memenuhi segala kebutuhan
saya
15. Orang terdekat saya selalu ada ketika saya
membutuhkan untuk mencurahkan isi hati saya

Daftar Pustaka

17
Wijaya, I. P. (2012). Efikasi diri akademik, dukungan sosial orangtua dan
penyesuaian diri mahasiswa dalam perkuliahan. Persona: Jurnal Psikologi
Indonesia, 1(1).
Dwitantyanov, A., Hidayati, F., & Sawitri, D. R. (2010). Pengaruh pelatihan berpikir
positif pada efikasi diri akademik mahasiswa (studi eksperimen pada mahasiswa
fakultas psikologi undip semarang. Jurnal Psikologi Undip, 8(2).
Khotimah, R. H., Radjah, C. L., & Handarini, D. M. (2016). Hubungan antara Konsep
Diri Akademik, Efikasi Diri Akademik, Harga Diri dan Prokrastinasi Akademik
pada Siswa SMP Negeri di Kota Malang. Jurnal Kajian Bimbingan dan
Konseling, 1(2), 60-67.
Rozali, Y. A. (2015). Hubungan efikasi diri akademik dan dukungan sosial orangtua
dengan penyesuaian diri akademik pada mahasiswa UEU Jakarta. Jurnal
Psikologi Esa Unggul, 13(02).
Rahmayati, T. E., & Lubis, Z. (2017). Hubungan Efikasi Diri Akademik dan
Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri. Analitika, 5(2), 43-49.
Novariandhini, D. A., & Latifah, M. (2012). HARGA DIRI, EFIKASI DIRI,
MOTIVASI BELAAR, DAN BERPRESTASI AKADEMIK SISWA SMA
PADA BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN. Jurnal Ilmu Keluarga &
Konsumen, 5(2), 138-146.
Minauli, I., & Butar-butar, I. B. B. (2017). Hubungan Antara Efikasi Diri Dan
Regulasi Diri Dalam Belajar Dengan Prestasi Akademik
Mahasiswa. Analitika, 3(2), 79-84.
Widanarti, N., & Indati, A. (2002). Hubungan antara dukungan sosial keluarga
dengan self efficacy pada remaja di SMU Negeri 9 Yogyakarta. Jurnal
psikologi, 29(2), 112-123.
JULI WIDYASTUTI, R. E. T. N. O. (2013). Pengaruh self efficacy dan dukungan
sosial keluarga terhadap kemantapan pengambilan keputusan karir siswa. Jurnal
BK UNESA, 3(1).

18

Anda mungkin juga menyukai