Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN

MOTIVASI DENGAN EFIKASI DIRI PADA PASIEN


PASCA STROKE YANG MELAKUKAN
FISOTERAPI
Article Info
Published date:
26 Jun 2014

Kusuma, Henni
Hidayati, Wahyu
ABSTRACT
Latar Belakang : Pengetahuan dan motivasi pasien
STROKE dapat berfluktuasi disebabkan oleh perawatan
yang lama dan biaya yang besar sehingga dapat
menimbulkan masalah psikologis seperti frustasi,
cemas, dan depresi. Masalah psikologis ini dapat
mempengaruhi motivasi klien untuk melakukan
perawatan diri. Tingkat pengetahuan dan motivasi klien
yang rendah dapat mempengaruhi efikasi diri klien,
sehingga perawatan diri pasien STROKE tidak dapat
berjalan dengan baik. Manajemen diri yang berjalan
kurang baik dan ketidaktahuan akan berdampak pada
keberhasilan penatalaksanaan pasien STROKE. Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
hubungan antara pengetahuan dan motivasi dengan
efikasi diri pasien STROKE Metode: Desain dalam
penelitian ini adalah analitik cross sectional dengan
jumlah sampel ,,,,, pasien STROKE . Analisa data
menggunakan Chi square, uji t independen, dan regresi
logistik berganda. Hasil: Hasil penelitian didapatkan
bahwa karakteristik responden tidak ada yang
berhubungan dengan efikasi diri kecuali pekerjaan (p
value=0,000; =0,05) dan pendidikan (p value=0,049;
=0,05). Ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan efikasi diri (p value=0,045; =0,05), ada
hubungan antara depresi dengan efikasi diri (p value
0,022; : 0,05), dan pengetahuan dan motivasi
berhubungan dengan efikasi diri (p value 0,000; :
0,05). Responden yang memiliki pengetahuan dan
motivasi baik berpeluang 4,315 kali untuk memiliki
efikasi diri baik dibanding dengan responden yang
memiliki pengetahuan dan motivasi kurang baik setelah
dikontrol oleh pekerjaan, pendidikan, dukungan
keluarga, dan depresi (OR 95% CI: 0,082-

6,874).Kesimpulan:
Diharapkan
perawat
dapat
meningkatkan pengetahuan dan motivasi dan efikasi diri
pasien STROKE
dengan memberikan pendidikan
kesehatan terstruktur dengan metode swabantu self help
group, memfasilitasi pemberian dukungan sosial, dan
memberikan intervensi untuk mencegah munculnya
depresi.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN


MOTIVASI DENGAN EFIKASI DIRI PADA PASIEN
STROKE
Efikasi dirii adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya
dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai
hasil tertentu.
faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri :
a). Pengalaman Individu ( Enactive Mastery Experience) :
interpretasi individu terhadap keberhasilan yang dicapai individu pada
masa lalu akan mempengaruhi efikasi dirinya. Individu dalam melakukan
suatu tugas akan menginterpretasikan hasil yang dicapai, dan interpretasi
tersebut akan mempengaruhi kemampuan dirinya pada tugas-tugas
selanjutnya.
b). Pengalaman keberhasilan orang lain (Vicarious Experience) :
proses modeling atau belajar dari orang lain akan mempengaruhi efikasi
diri. Efikasi diri individu akan meningka apabila dipengaruhi model yang
relevan. Pengalaman orang lain menentukan persepsi akan keberhasilan
atau kegagalan individu.
c). Persuasi verbal ( Verbal Persuasion) : persuasi verbal yang
dilakukan oleh orang-orang yang menjadi panutan dan memiliki
kemampuan untuk mewujudkan dapat meningkatkan efikasi diri individu.
Persuasi verbal yang diberikan kepada individu bahwa individu memiliki
kemampuan untuk melakukan suatu tugas menyebabkan individu
semakin terpengetahuan dan motivasi untuk menyelesaikan tugas
tersebut.
d). Keadaan Fisiologis dan Emosional ( Physiological and Affective
States) : individu akan melihat kondisi fisiologis dan emosional dalam
menilai kemampuan, kekuatan dan kelemahan dari disfungsi tubuh.
Keadaan emosional yang sedang dihadapi individu akan mempengaruhi
keyakinan individu dalam menjalankan tugas.
Setiap individu harus meningkatkan efikasi dirinya untuk
mengembangkan potensi dirinya. Semakin kita meyakini kemampuan
yang dimiliki semakin mudah juga kita meningkatkan kualitas diri kita.
Peter mempunyai pendapat bahwa efikasi diri merupakan sikap atau
perasaan yakin atas kemapuan diri sendiri sehingga orang yang
bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat

merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggung


jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan
orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki
dorongan
untuk
berprestasi
serta
mengenal
kelebihan
dan
kekurangannya. (Umi Murtiningsih,1999)
Penilaian efikasi diri merupakan proses penarikan kesimpulan yang
mempertimbangkan sumbangan faktor kemampuan dan bukan
kemampuan pada keberhasilan dan kegagalan pada performansi. Sejauh
mana individu mengubah efikasinya melalui pengalaman performansi,
akan tergantung pada faktor-faktor lain seperti kesulitan tugas, besar
usaha yang dikeluarkan, besar bantuan eksternal yang diterima, situasi
pada saat performansi dan pola-pola keberhasilan dan kegagalan.
(Bandura,1991)
Efikasi tergantung pada kemampuan individu. Oleh karena itu pada
umunya individu yang berkemampuan tinggi memiliki efikasi yang lebih
tinggi tentang belajar dibandingkan dengan individu yang berkemampuan
rendah. (Schunk,1994)
fungsi efikasi adalah sebagai berikut :
a.

Pemilihan perilaku
Faktor ini merupakan faktor yang sangat penting sebagai sumber
pembentukan efikasi diri seseorang karena hal ini berdasarkan kepada
kenyataan keberhasilan seseorang dapat menjalankan suatu tugas atau
ketrampilan tertentu akan meningkatkan efikasi diri dan kegagalan yang
berulang akan mengurangi efikasi diri.

b.

Besar Usaha dan Ketekunan


Keyakinan yang kuat tentang efektifitas kemampuan seseorang akan
sangat menentukan usahanya untuk mencoba mengatasi siatuasi yang
sulit. Pertimbangan efikasi juga menentukan seberapa besar usaha yang
akan

dilakukan

dan

seberapa

lama

bertahan

dalam

menghadapi

tantangan. Semakin kuat efikasi dirinya maka semakin lama bertahan


dalam usahanya.
c.

Cara Berfikir dan Reaksi Emosional


Dalam pemecahan masalah yang sulit, individu yang mempunyai efikasi
tinggi cenderung mengatribusikan kegagalan pada usaha-usaha yang
kurang, sedangkan individu yang mempunyai efikasi rendah menganggap
kegagalan berasal dari kurangnya kemampuan mereka.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI


RUANG RAWAT INAP INTERNE
1.
2.
3.
4.
5.

MAKANAN TAMBAHAN
CITA RASA
ADAPTASI
PENGETAHUAN
PRASANGKA

Penerimaan pasien terhadap diet sangat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan


nutrisi pasien selama masa rawat inap. Penerimaan terhadap diet yang diberikan
rumah sakit dapat dilihat dari jumlah sisa makanan. Tujuan Penelitian:
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penerimaan diet makanan
biasa oleh pasien rawat inap Interne............... Metode: Desain Pnelitian yang
digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel
yang dipilih secara purposive sampling pada 51 responden. Analisis
datamenggunakan chi-squere dengan derajat kemaknaan 95%. Hasil..............
Diskusi: ..........................

HUBUNGAN PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUKATOR TERHADAP


KECEMASAN KELUARGA PASIEN YANG AKAN MELAKUKAN TINDAKAN
OPERASI
HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DAN PERAN KELUARGA DALAM
MEMBERIKAN NUTRISI DENGAN KEKAMBUHAN GOUT
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DAN
KETERATURAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM

Pengaruh Blog Edukatif Tentang Hipertensi


Terhadap Pengetahuan Tentang Hipertensi dan
Perilaku Diet Hipertensi

Anda mungkin juga menyukai