Anda di halaman 1dari 10

A.

Struktur kepribadian
Dalam pendekatan kepribadian Bandura, the self adalah sekumpulan proses dan struktur
kognitif yang berhubungan dengan pikiran, persepi, evaluasi dan regulasi perilaku. Dua aspek
penting the self adalah Self reinforcement dan Self efficacy.

Self Reinforcement
Self reinforcement adalah memberikan reward atau punishment pada diri sendiri untuk
memenuhi harapan atau standar diri sendiri. Salah satu fungsi dari self-reinforcement untuk
mengatur perilaku dengan terus melibatkan self-observation, proses penilaian, dan “self
responses,” atau reaksi terhadap perilaku kita sendiri. Kita mengembangkan standar perilaku
dengan mengobservasi model seperti orangtua atau guru. Perilaku kita yang dulu menjadi acuan
untuk mengevaluasi perilaku sekarang dan perangsang untuk kinerja yang lebih baik di masa
depan. Ketika kita meraih prestasi pada level tertentu, maka kita akan meningkatkan standar dan
menginginkan yang lebih. Kegagalan mencapai sesuatu mungkin akan mengakibatkan
penurunan standar ke tingkat yang lebih realistik. Sementara itu manusia yang menetapkan
standar kinerja yang tidak realistik mungkin akan mencoba memenuhi harapan yang tinggi
walaupun berulangkali gagal.

Self Efficacy
Bandura mendefenisikan self efficacy sebagai persepsi diri tentang seberapa baik kita dalam
memfungsikan diri kita untuk menghadapi situasi tertentu dalam hidup (Hall: 1985). Bandura
mengacu pada perasaan kecukupan (feelings of adequacy), keefisienan (efficiency), dan
kemampuan (competence) dalam menghadapi kehidupan (Schultz: 2005). Bandura juga
mengatakan bahwa self efficacy merupakan ekspektasi diri seseorang tentang kemampuannya
dalam berprestasi yang merupakan kunci utama dalam prestasi (achievement) dan kesejahteraan
(well being) manusia (Pervin: 2005). Dengan kata lain, self efficacy merupakan persepsi diri
individu terhadap kemampuan diri individu tersebut dalam memfungsikan dirinya dengan baik
untuk mencapai prestasi dan kesejahteraan hidupnya.
Orang yang memiliki self efficacy yang rendah akan merasa tidak berdaya dan tidak mampu
berusaha untuk mengatur setiap kejadian dalam hidupnya. Dalam menghadapi setiap ritangan
dan permasalahan dalam hidupnya, orang dengan low self efficacy ini akan cepat putus asa dan
percaya bahwa setiap usaha yang dilakukan adalah sia-sia. Low self efficacy dapat merusak
motivasi, mengganggu kemampuan kognitif, menurunkan aspirasi dan juga dapat berpengaruh
negatif pada kesehatan fisik.

Page 1 of 10
Sebaliknya orang dengan high self efficacy percaya bahwa mereka dapat menangani setiap
masalah dalam hidupnya karena orang dengan high self efficacy percaya bahwa dirinya
memiliki kemampuan dan merasa mampu berusaha untuk mengatur setiap kejadian dalam
hidupnya. High self efficacy dapat mengurangi rasa takut akan kegagalan, meningkatkan
aspirasi, dan meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah yang juga akan
meningkatkan kemampuan untuk berpikir analitikal. Seseorang akan mengukur self efficacy-
nya dengan melihat ke empat faktor ini :
 Performance attainment
Pencapaian yang telah dilakukan sebelumnya sangat berpengaruh dalam menentukan self
efficacy seseorang bagi dirinya sendiri. Kemampuan yang baik akan menguatkan self
efficacy, begitupula sebaliknya.
 Vicarious experiences
Melihat orang lain ternyata juga berpengaruh pada self efficacy. Prinsip yang terjadi adalah
“Dia bisa, maka kenapa saya tidak?” Jika ini yang terjadi maka self efficacy akan
meningkat. Namun ketika melihat orang lain gagal, apalagi yang gagal merupakan model
kita, maka kita akan turut rendah diri.
 Verbal persuasion
Dengan kalimat-kalimat yang bersifat meyakinkan atau persuasif, seseorang juga bisa
terdorong semangatnya untuk maju selama kalimat yang diucapkan itu masuk akal.
 Physiological arousal
Semacam level ketakutan atau ketegangan yang dimiliki tubuh untuk menghadapi sebuah
situasi. Bahkan Bandura berpendapat bahwa seseorang akan cenderung berhasil ketika
mereka tenang masalah daripada mereka yang tertekan (kegelisahan yang mendalam).

Dari keempat faktor ini bandura menyimpulkan bahwa ada 4 kondisi yang bisa
meningkatkan self efficacy, yakni :

1. Memberitahukan pada orang banyak bahwa pengalaman sukses yang terjadi adalah berkat
berhasilnya menyusun tujuan mulai dari yang paling ringan sehingga semuanya menjadi
tercapai, ini meningkatkan performance attainment.
2. Menceritakan tentang orang-orang atau tokoh-tokoh yang berhasil, ini meningkatkan
vicarious success experiences.
3. Memberikan sugesti positif melalui kalimat – kalimat persuasif bahwa mereka bisa
melakukan apa yang mereka inginkan.

Page 2 of 10
4. Menguatkan aksi fisiologis lewat pola makan, diet seimbang, olahraga teratur dan menjaga
stamina untuk terus berjuang menghadapi tantangan baru setiap harinya.

Selain hal-hal di atas, skill dan insentif juga merupakan hal utama yang menentukan
seberapa jauh usaha dan selama apakah seseorang akan terus berjuang dan bertahan pada
sebuah keadaan yang benar-benar tertekan.

B. Dinamika kepribadian

Dinamika kepribadian adalah proses yang menyebabkan atau memotivasi munculnya suatu
perilaku tertentu. Bandura mengemukakan sebuah prinsip teoritis yang menurutnya dapat
digunakan para ilmuwan untuk menganalisis dinamika pada kepribadian seseorang, teori
tersebut dinamakan reciprocal determinism yang menganalisis penyebab terjadinya suatu
perilaku. Selain itu, juga terdapat tiga tipe fungsi psikologis sosial kognitif yang mendapat
perhatian dalam menganalisis kepribadian seseorang, tipe-tipe tersebut adalah : Pembelajaran
observasi (modeling), motivation dan Self-control.

RECIPROCAL DETERMINISM
Bandura memperkenalkan sebuah prinsip teori yang dinamakan reciprocal determinism
pada tahun 1986. Prinsip ini digunakan untuk menganalisis isu tentang sebab dan akibat dalam
proses penelitian terhadap kepribadian. Bandura mengembangkan model reciprocal
determinism yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku (behavior), person/kognitif , dan
lingkungan (environment). Seperti yang ditunjukkan dalam Figur A, faktor- faktor ini bisa
saling berinteraksi untuk memenuhi pembelajaran: faktor lingkungan mempengaruhi perilaku,
perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor kognitif mempengaruhi perilaku, dan sebagainya.

Figur.A

Dalam model pembelajaran Bandura, peran person/ kognitif memainkan peran penting.
Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura pada masa belakangan ini adalah self-

Page 3 of 10
efficacy, yakni keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil
positif. Bandura juga mengatakan bahwa self-efficacy berpengaruh besar terhadap perilaku.

OBSERVATIONAL LEARNING (MODELING)

Pembelajaran observasional, juga dinamakan imitasi/ modelling adalah pembelajaran yang


dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain. Kapasitas untuk
mempelajari pola perilaku dengan observasi dapat mengeliminasi pembelajaran trial dan error yang
membosankan serta memakan waktu yang banyak.Dalam banyak kasus pembelajaran observasional
membutuhkan waktu yang lebih sedikit dibandingkan classical conditioning dan operant
conditioning.
Pembelajaran observasional juga menekankan bahwa orang-orang tidak hanya belajar melalui
pengondisian klasik dan operan, tetapi juga melalui pengobservasian terhadap perilaku orang lain,
inilah yang disebut Bandura sebagai modelling. Dalam pembelajaran observasional, peran orang tua
sangat penting sebagai model atau pedoman bagi anak-anaknya untuk meniru tingkah laku yang
akan mereka pelajari setelah diobservasi, orang yang diobservasi disebut dengan model, dan proses
pembelajaran observasi disebut dengan “modeling”.

Bandura mengatakan bahwa modeling sebagai hal yang sangat penting dalam
mendemonstrasikan peran kognitif seseorang dalam pembelajaran. Bandura juga menyarankan
bahwa modeling dapat mengingatkan kita untuk berperilaku yang sesuai dalam suatu situasi atau
menyarankan kita untuk berperilaku positif yang berujung pada penguatan/ pujian. Beberapa
tahapan yang terjadi dalam proses modeling: Atensi (perhatian), Retensi (ingatan), Reproduksi,
Motivasi. Contoh: Eksperimen Bobo doll.

SELF-REGULATION AND MOTIVATION

Istilah umum untuk proses kepribadian yang melibatkan motivasi sendiri dari sebuah perilaku
disebut dengan self-regulation. Istilah ini dimaksudkan untuk mengatakan bahwa manusia
memiliki kapasitas untuk memotivasi diri sendiri: mengatur tujuan pribadi, menyusun strategi,
mengevaluasi dan memodifikasi perilaku mereka saat ini untuk mencapai tujuan pribadi.Pengaturan
diri dilibatkan tidak hanya dalam mencapai tujuan, tapi juga menghindari gangguan lingkungan dan
dorongan emosional yang mungkin mengganggu perkembangan seseorang.Para peneliti telah
menemukan bahwa murid berprestasi tinggi sering kali merupakan pelajar yang juga belajar
mengatur diri sendiri.Misalnya dibandingkan dengan murid berprestasi rendah, murid berprestasi
tinggi menentukan tujuan yang lebih spesifik, menggunakan lebih banyak strategi belajar,
Page 4 of 10
memonitor sendiri proses belajar mereka, dan lebih sistematis dalam mengevaluasi kemajuan
mereka sendiri.Perkembangan regulasi diri dipengaruhi oleh banyak factor, di antaranya adalah
modeling dan self-efficacy.

SELF-CONTROL AND DELAY OF GRATIFICATION

Kadang-kadang anda harus menghentikan dalam melakukan sesuatu.Mungkin ada suatu perilaku
yang menyenangkan bagi anda, tetapi perilaku tersebut berakibat buruk atau merugikan orang lain
atau dirimu sendiri. Merokok, makan dalam jumlah yang banyak, menyetir dengan sangat cepat
adalah contoh yang lumrah. Anda harus membatasi perilaku yang menurut anda menyenangkan.
Anda harus dapat mengontrol perilaku anda yang implusif tersebut, dalam waktu yang lama, lebih
baik anda tidak melakukannya. Ketika kasus pengontrolan diri ini membiarkan sesuatu yang bagus
lepas pada masa sekarang dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih bagus pada masa
yang akan datang disebut dengan fenomena “delay of gratification”.

C. Perkembangan kepribadian

Childhood.
Bayi belum mengembangkan kemampuan kognitif (sistem representasi imajinasi dan lisan) yang
diperlukan untuk meniru perilaku model pada beberapa waktu setelah mengamatinya . Pada bayi,
perlu untuk perilaku model untuk diulang beberapa kali setelah upaya awal bayi untuk
menduplikasinya. Perilaku model juga harus berada dalam perkembangan sensorimotor jangkauan
bayi. Sekitar usia 2 tahun, anak-anak telah cukup mengembangkan atensi, retensi, dan proses
produksi untuk mulai meniru perilaku beberapa waktu setelah pengamatan.
Self-efficacy juga berkembang secara bertahap. Bayi mulai mengembangkan self-efficacy karena
mereka berusaha untuk mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap lingkungan fisik dan sosial
mereka. Mereka belajar tentang konsekuensi dari kemampuan mereka sendiri seperti kekuatan fisik,
keterampilan sosial, dan kompetensi bahasa. Kemampuan ini digunakan hampir konstan pada
lingkungan, terutama melalui pengaruhnya terhadap orang tua. Pengalaman-pengalaman
keberhasilan pembangunan awal yang berpusat pada orang tua. Perilaku orang tua yang mengarah
ke self-efficacy tinggi pada anak-anak berbeda bagi laki-laki dan perempuan. Penelitian telah
menunjukkan bahwa pria memiliki self-efficacy tinggi, ketika mereka masih anak-anak, hubungan
yang hangat dengan ayah mereka. Sebaliknya, perempuan mengalami self-efficacy tinggi, sebagai
anak-anak, tekanan dari ayah mereka untuk penghargaan tinggi. ( schneewind , 1995).
Pengajar mempengaruhi penilaian self efficacy melalui dampaknya terhadap pengembangan
kemampuan cognitive dan keterampilan pemecahan masalah, yang penting untuk fungsi dewasa

Page 5 of 10
efisien. Anak-anak sering menilai kemampuan mereka sendiri dalam hal evaluasi guru mereka dari
mereka. Dalam pandangan Bandura, sekolah yang menggunakan kemampuan pengelompokan dapat
merusak self-efficacy dan kepercayaan diri pada siswa yang ditugaskan untuk kelompok yang lebih
rendah.
Remaja.
Pengalaman transisi dari remaja melibatkan menghadapi tuntutan baru dan tekanan, dari
meningkatnya kesadaran seks dengan pilihan perguruan tinggi dan karir. Remaja harus membangun
kompetensi baru dan penilaian dari kemampuan mereka. Bandura mencatat bahwa keberhasilan
tahap ini biasanya tergantung pada tingkat - self-efficacy yang dibangun selama masa kanak-kanak.

Dewasa.
Bandura membagi menjadi dewasa dua periode, dewasa muda dan dewasa tengah. Dewasa muda
melibatkan penyesuaian seperti pernikahan, orang tua, dan kemajuan berkarier. Efikasi diri yang
tinggi diperlukan untuk hasil yang sukses dari pengalaman ini. Orang-orang yang berada di self-
efficacy rendah tidak akan mampu menangani secara memadai dengan situasi ini dan cenderung
gagal untuk menyesuaikan diri.
Studi menunjukkan bahwa wanita dewasa yang merasa self-efficacy tinggi tentang keterampilan
orangtua mereka cenderung untuk mempromosikan efektivitas dalam diri mereka anak-anak wanita
yang percaya bahwa mereka adalah orang tua yang baik adalah kurang tunduk pada putus asa dan
ketegangan emosional dalam peran mereka sebagai (orang tua dari wanita yang memiliki self-
efficacy rendah. Penelitian lain menunjukkan bahwa ibu yang self-efficacy tinggi yang bekerja di
luar rumah secara signifikan kurang pengalaman fisik dan ketegangan emosional dari konflik
pekerjaan-keluarga daripada wanita yang self-efficacynya rendah. Tahun-tahun tengah dewasa juga
mengalami stress sebagai orang yang mengevaluasi kembali karir mereka dan keluarga mereka dan
kehidupan sosial.

Usia tua.
Penilaian self-efficacy di usia tua sulit. Penurunan kemampuan mental dan fisik, pensiun kerja aktif,
dan dengan penarikan dana dari kekuatan kehidupan sosial babak baru dari penilaian diri.
Sebuah penurunan self-efficacy lanjut dapat mempengaruhi fungsi fisik dan mental dalam
semacam self-fulfilling prophecy. Misalnya: mengurangi kepercayaan diri tentang kinerja seksual
dapat menyebabkan penurunan aktivitas seksual. Khasiat fisik rendah dapat menyebabkan kelelahan
dan membatasi kegiatan fisik. Jika kita tidak lagi percaya bisa melakukan sesuatu yang kita
gunakan untuk menikmati dan melakukannya dengan baik, maka kita mungkin bahkan tidak

Page 6 of 10
mencobanya. Menurut Bandura, self-efficacy adalah faktor penting dalam menentukan keberhasilan
atau kegagalan di seluruh rentang hidup.
D. Psikopatologi
Menurut teori sosial-kognitif, perilaku maladaptif muncul akibat dari disfungsi belajar. Seperti
proses belajar lainnya, respon maladaptif juga dapat dipelajari sebagai akibat pengalaman langsung.
Meskipun belajar dari perilaku yang tampak dan reaksi emosional penting dalam psikopatologi,
namun teori sosial-kognitif menyatakan peranan dari dysfunctional expectancies dan self-
conception. Misalnya orang yang berpikir bahwa kedekatan akan menimbulkan rasa sakit akan
bersikap kasar, sehingga dia tidak disukai orang lain, sehingga apa yang dipikirkannya menjadi
kenyataan. Orang tersebut berperilaku demikian untuk menghindari situasi tertentu atau sebagai
cara untuk menciptakan situasi yang ingin dia hindari. Menurut Bandura, masalah pokok yang
terjadi pada manusia adalah percaya bahwa dirinya tidak dapat menangani situasi tertentu secara
efektif. Oleh karena itu, perlu dikembangkan efikasi diri agar terjadi perubahan tingkah laku.
Tingkah laku tersebutdipengaruhi oleh faktor kognitif, proses neurofisiologis,dan pengalaman masa
lalu yang mendapatkan penguatan dari lingkungan.

Fear and Phobias (Ketakutan dan Fobia)


Ketika modeling menjadi suatu cara kita untuk belajar mengenai perilaku kita, maka tentu saja cara
itu juga efektif digunakan untuk mempelajari kembali atau mengubah perilaku kita. Bandura
menggunakan teknik modeling untuk menghapus ketakutan dan reaksi emosional yang intens.
Bandura pernah melakukan penelitian terhadap orang dengan fobia ular (subjek penelitian).
teknik pertama, subjek diajak menonton film yang menunjukkan model beberapa orang berinteraksi
dengan ular. Teknik kedua yaitu guided participation adalah melihat model berinteraksi dengan
ular pada ruang kaca secara langsung, kemudian orang tersebut diarahkan untuk masuk kedalam
rungan dan bersama dengan pawang ular dan mulai mengamati dan merasakan suasananya secara
langsung hingga akhirnya dia berani untuk mendekat dan menyentuh ular. Teknik ketiga adalah
covert modeling yaitu subjek membayangkan seorang model dalam mengatasi situasi yang
menakutkan dan mengancam, tanpa perlu melihat model tersebut secara langsung.
Mengatasi ketakutan akan membuat perubahan yang signifikan pada perilaku subjek. Terdapat
banyak fobia yang dapat membatasi kehidupan kita. Bahkan ketika fobia muncul, hal itu dapat
meragukan self-efficacy seseorang dalam situasi menakutkan sehingga dia memiliki sedikit
kepercayaan atas kemampuannya untuk mengatasi sumber fobia mereka.

Anxiety and Depression (Kecemasan dan Depresi)

Page 7 of 10
Seseorang yang memiliki persepsi bahwa self-efficacy yang rendah akan berhubungan dengan
ancaman potensial dan mengalami gejala kecemasan yang tinggi. Penelitian membuktikan bahwa
orang yang tidak percaya mereka mampu mengatasi situasi yang mengancam akan mengalami stres.
Dengan kata lain, orang yang cemas akan fokus pada masalah yang ada di depannya dan
ketidakmampuannya mengatasi masalah itu. Mereka tidak berfokus pada apa yang seharusnya
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Ketidakmampuan yang mengarah pada situasi mengancam akan mengarah pada kecemasan,
sedangkan ketidakmampuan yang berhubungan dengan hasil yang memuaskan akan mengarah pada
depresi. Standar pribadi dan penerapan tujuan yang terlalu tinggi, membuat orang rentan mengalami
kegagalan, dan akan berakibat mengalami depresi. Mereka yang terkena depresi meremehkan
(underestimate) keberhasilannya sendiri, sebaliknya melebih-lebihkan (overestimate) kegagalan
yang dilakukannya. Penderita menempatkan standar dan tujuan terlalu tinggi di atas kesadaran
efikasi dirinya. Mereka menghukum diri sendiri secara berlebihan terhadap hasil kemampuan diri
yang kurang baik.
Dua contoh perilaku yang dapat dimodifikasi, yaitu ketakutan akan pengobatan medis dan
test anxiety (kecemasan akan tes).Modelling dapat dilakukan sebagai tahapan dalam mengatasinya.
Pada permasalahan depresi dapat diatasi melalui terapi sosial kognitif yaitu pada pengelolaan
regulasi diri yang baik dimana efikasi atau penilaian yang kita berikan terhadap diri sendiri akan
membantu pengubahan tingkah laku dan mempertahankan perubahan tingkah laku yang
terjadisesuai yang diinginkan.

Agression
Menurut Bandura, agresi diperoleh melalui pengamatan, pengalaman langsung dengan
reinforcement positif dan negatif, latihan atau perintah, dan keyakinan yang ganjil (bandingkan
dengan Freud dan kawan-kawannya yang menganggap agresi adalah dorongan bawaan). Agresi
yang ekstrim menjadi disfungsi atau salah psikologis. Dari penelitian yang dilakukan Bandura,
observasi terhadap perilaku agresi akan menghasilkan respon peniruan yang berlebih. Pengamat
akan bertingkah laku lebih agresif dibanding modelnya.

E. Assesment & Research

Seperti skinner, bandura fokus kepada perilaku daripada faktor internal lainnya. Ada 3 teknik
assessment menurut teori bandura, yaitu : Direct Observation (observasi langsung), Self-Report
Inventories, Physiological Measurement.

Penelitian yang dilakukan Bandura biasanya dilakukan pada subjek yang mengalami
kelainan perilaku seperti alkoholik, fetishm, fobia dan disfungsi seksual. Dia mempelajari subjek
Page 8 of 10
dengan jumlah yang besar dan kemudian membandingkan rata-rata performa mereka dengan
menggunakan Analitycal Statistic.

Bandura mengatakan bahwa Self-Efficiacy menentukan kemampuan kita untuk mengatasi


masalah di kehidupan. Self-Efficiacy akan berbeda jika di tinjau dari sisi gender dan usia
seseorang.Berdasarkan hasil penelitian, Self Efficiacy berperan penting dalam menentukan perilaku
seseorang, diantaranya adalah : Penampilan fisik, Prestasi Akademik, Pemilihan Karir dan Performa
Kerja, Kesehatan Fisik, Kesehatan Mental dan Mengatasi Stress. Selain itu juga terdapat penelitian
tentang Collective Efficacy dan Agresi pada televisi.

F. Isu-Isu penting
1. Free will vs Determinism
Perilaku dikontrol atau ditentukan oleh individu (melalui proses kognitif) dan oleh lingkungan
(melalui stimulus eksternal).Bandura menyebutnya reciprocal determinism.Menurut Bandura
dalam konsep reciprocal determinism ini, individu mempengaruhi hidup mereka dengan
mengontrol lingkungan, tetapi individu juga dipengaruhi oleh dorongan lingkungan ini. Oleh
karena itu, free will vs determinism seimbang.

2. Nature vs Nurture
Bandura menyatakan bahwa kebanyakan dari tingkah laku manusia itu dipelajari dan faktor
genetik hanya memainkan peran kecil.Bagaimanapun, faktor keturunan seperti tipe tubuh,
kematangan fisik, dan penampilan dapat mempengaruhi penguatan yang diterima, terutama di
masa kanak-kanak.
3. Past experiences vs Present experience
Menurut Bandura, keduanya seimbang karena pengalaman dimasa lalu mempengaruhi perilaku
dimasa sekarang. Serta pengalaman dimasa sekarang, mempengaruhi perilaku dimasa yang akan
datang.
4. Uniqueness vs Universality
Bandura lebih mengarah ke uniqeness karena menurutnya setiap orang memiliki cara yang
berbeda dalam menentukan standar pencapaian hidupnya.
5. Equilibrium vs Growth
Bandura lebih mendukung growth karena setiap orang terus berusaha menurunkan dan
menaikkan standar dirinya hingga ia dapat mencapai keinginannya.
6. Optimism vs Pesimism

Page 9 of 10
Bandura menyatakan bahwa optimism lebih dominan dibanding dengan pesimism karena
adanya kepercayaan diri yang terus mendorong seseorang untuk terus berusaha hingga
mendapatkan hasil yang diharapkan.

G. Komentar kelompok
 Kelompok melihat pendekatan sosial-kognitif memiliki beberapa keuntungan, yang pertama
adalah ke-objektifan dan dapat ditunjang melalui penelitian laboratorium, membuatnya
sejalan dengan penekanan pada saat ini di psikologi eksperimental.Kedua, pembelajaran
observasional dan modifikasi perilaku cocok dengan fungsional, dan semangat pragmatis
dari psikologi amerika. Teknik ini juga memberikan penguatan yang segera kepada praktisi
ketimbang pendekatan lainnya. Contoh, pada situasi klinis dimana perubahan yang dramatis
dapat dilihat pada perilaku klien dalam hitungan minggu atau bahkan hari.
 Sedangkan pada kelemahan sosial-kognitif adalah dimana pendekatan ini terlalu fokus
terhadap perilaku yang berlebihan. Dimana penekanan ini dapat mengabaikan aspek
kepribadian manusia yang terdiri dari emosi dan motivasi. Contoh, misalkan ada seorang
pasien yang mengeluh bahwa perutnya sakit sedangkan seorang dokter yang terlalu fokus
terhadap perilaku yang berlebihan mungkin akan menangani pasien tersebut dengan
menyuruhnya untuk berhenti mengeluh, protes dan memegang perut mereka dan bukannya
melakukan medikasi atau operasi.

Page 10 of 10

Anda mungkin juga menyukai