Anda di halaman 1dari 5

9.

Kepemimpinan Diri

Disusun oleh: Dian Utami Mas Bakar, Muhammad Ridwan,


Nursyamsi, Ashry Sallatu, Elvita Bellani, Asty
Amalia

Mengapa Kepemimpinan Diri (Self Leadership)

Setelah membahas tentang kesadaran dan kepercayaan diri serta


Kepemimpinan motivasi diri dan adaptasi,, materi berikutnya adalah
kepemimpinan diri atau self leadership. Dengan kesadaran diri,,
diri adalah proses individu akan mempunyai pengetahuan mengenai dirinya, serta
dirinya dalam relasinya dengan orang lain. Dengan pengetahuan
untuk secara mengenai diri, Individu seyogyanya dapat menetapkan tujuan
jangka pendek dan jangka panjang yang sesuai dengan dirinya.
sadar Penetapan tujuan ini akan memberikan arah dan energi bagi
mengendalikan, individu untuk mecapai tujuannya, yang akan membuat individu
termotivasi. Akan tetapi, dalam mencapai tujuan tersebut, tidak
mempengaruhi, selamanya mudah. Seringkali individu dihadapkan pada situasi-
situasi yang tidak menyenangkan, di mana individu harus tetap
dan mempertahankan motivasinya. Dalam menghadapi situasi yang
menantang seperti ini, individu perlu untuk memiliki
mengarahkan kepemimpinan diri. Kepemimpinan diri memungkinkan individu
tingkah laku dan untuk kembali dapat termotivasi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan..
pikiran diri untuk
Dalam kehidupan, individu tidak selalu dihadapkan pada situasi
mencapai tujuan yang menyenangkan. Bahkan, seringkali, untuk mencapai tujuan
yang diinginkan, seringkali harus melewati hal-hal yang tidak
yang diinginkan
menyenangkan, atau harus menunda kesenangan demi
mendapatkan hasil yang lebih besar. Ada kalanya individu
dihadapkan pada ketidakpastian, di mana individu bingung untuk
memilih. Ada kalanya pula individu dihadapkan pada situasi yang
minim dukungan dari orang-orang terdekat. Seperti contoh, untuk

1
menguasai materi perkuliahan tertentu, mahasiswa harus belajar.
Untuk belajar, ada beberapa hal yang harus dikorbankan, misalnya,
waktu untuk bermain atau berekreasi. Seseorang dengan
kepemimpinan diri mampu memilih untuk tetap belajar, karena
dengan tetap belajar dapat membuatnya mendapatkan hasil yang
lebih besar, misalnya nilai yang baik, ijazah sarjana, dll. Individu
yang memiliki kepemimpinan diri adalah individu yang senantiasa
dapat mengarahkan perilaku, pikiran, dan perasaannya untuk
tetap fokus pada pencapaian tujuan, baik jangka pendek maupun
jangka panjang.

Individu dengan kepemimpinan diri juga mengambil tanggung


jawab atas hidupnya. Ia berani menghadapi hidup yang sulit,
sebagai konsekuensi atas pilihan yang Ia buat. Ia tidak
menyalahkan orang lain atas kegagalan dan ketidakberuntungan
dalam hidup. Ia fokus untuk menjadi versi terbaik yang mampu ia
capai tanpa melukai atau menyusahkan orang lain. Ia bertanggung
jawab. Ia juga tahu kapan dan bagaimana agar bisa berkontribusi.
Ia sangat paham bahwa Ia mungkin tidak bisa mengubah dunia,
tapi dengan pasti bisa mengubah dirinya menjadi lebih baik.

Definisi Self Leadership

Kepemimpinan diri adalah proses untuk secara sadar


mengendalikan, mempengaruhi, dan mengarahkan tingkah laku
dan pikiran diri untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Neck &
Houghton, 2006). Kepemimpinan diri terdiri dari rangkaian
strategi tingkah laku, pikiran, dan perasaan, yang diarahkan untuk
mencapai efektifitas personal (Bryant & Kazan, 2013).
Kepemimpinan diri merupakan pengembangan dari self-
management, yaitu kemampuan untuk mengendalikan impuls
negatif, untuk berperilaku dengan penuh kejujuran dan integritas,
bertanggung jawab, serta menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan, terdorong untuk mencapai prestasi terbaik, memiliki
inisiatif dan kesiapan untuk bertindak ketika dibutuhkan.
Kepemimpinan diri lebih dari itu. Ia juga menekankan pentingnya
untuk mngelola perasaan, pikiran, dan perbuatan, sehingga tidak
saja menekankan pada pencapaian tujuan eksternal, tetapi juga
tergerak secara internal untuk mencapai tujuan personal yang
diinginkan, yang sesuai dengan fitrah diri masing-masing.

Hubungan Kepemimpinan Diri dengan Kesadaran Diri,


Kepercayaan Diri dan Efikasi Diri

Orang yang mampu memimpin diri adalah orang yang konstan


mampu mengembangkan kesadaran diri, kepercayaan diri, dan
efikasi diri.

2
 Kesadaran diri adalah tentang mengetahui intensi/niat dan
nilai Anda, serta mengetahui apa yang dapat menguatkan
anda agar dapat sukses dan menggagalkan Anda.
 Percaya diri timbul dari pemahaman mengenai kekuatan
dan kemampuan diri, sehingga kita dapat percaya diri
untuk melakukan suatu tindakan dan mengembangkan
kemampuan.
 Efikasi diri adalah keyakinan bahwa kita dapat menangani
semua hal yang datang kepada kita. Sehingga kita bisa lebih
kreatif dan inovatif.

Cara meningkatkan self-leadership

Secara umum, Neck dan Houghton (2006)mengajukan bahwa


terdapat tiga strategi utama yang dapat dilakukan untuk dapat
mengembangkan self-leadership. Strategi ini bisa digunakan salah
satunya, atau kombinasi dari keduanya. Ketiga strategi tersebut
adalah:

 Behaviour focused stategies


Strategi ini berfokus pada usaha meningkatkan kesadaran diri
untuk mengelola tingkah laku, khususnya ketika harus
melakukan hal-hal yang kurang menyenangkan tapi harus
dilakukan untuk mencapai tujuan. Strateginya meliputi self-
observation, goal setting, self-reward, self-punishment, and self-
cueing. Pada self-observation, individu menanyakan pada
dirinya, kapan dan mengapa ia melakukan perilaku tertentu,
selanjutnya, dengan memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai diri, individu dapat membuat tujuan spesifik yang
akan Ia capai. Dengan menetapkan tujuan, Individu dapat lebih
fokus dengan tujuannya, sekaligus juga dapat memberikan
energi kepadanya untuk melakukan sesuatu. Ketika Ia dapat
mencapai tujuannya, Ia dapat memberikan reward pada
dirinya. Reward ini bisa dalam bentuk konkrit, seperti berlibur,
atau makan makanan yang disukai, atau yang lebih abstrak,
seperti perasaan bangga ketika mencapai tujuan. Jika
tujuannya tidak tercapai, maka individu tidak menghukum
dirinya, tetapi mengarahkan tindakannya pada perbaikan
konstruktif. Selain itu, individu juga melakukan self-cueing, di
mana individu mengatur lingkungannya untuk menjaga arah
tingkah lakunya. Hal ini dapat dilakukan dengan memasang
poster-poster yang menyemangati, atau memasang pengatur
otomatis pada telepon genggam untuk membatasi
penggunaan media sosial.

3
Reward

Observasi Penetapan
Evaluasi
diri tujuan
Perbaikan
diri

Self-
cueing

 Natural reward strategies


Strategi ini ditujukan untuk menciptakan situasi di mana
individu termotivasi atau merasa dihargai oleh aspek-aspek
menyenangkan dari aktivitas yang sedang dilakukan. Ada dua
strategi utama dalam natural reward. Yang pertama, membuat
fitur yang menyenangkan dari aktivitas yang sedang dilakukan,
sehingga melakukan pekerjaan menjadi terasa menyenangkan.
Sebagai contohnya, ketika bekerja di dalam tim, membuat
suasana tim menjadi menyenangkan, seperti diselingi dengan
candaan. Yang kedua adalah mengubah fokus dari persepsi
mengenai suatu hal yang tidak menyenangkan menjadi hal
yang menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan reframing.
Reframing dilakukan dengan mengubah hal negatif menjadi
hal yang lebih positif. Misalnya ketika sangat kesal bekerja
dengan anggota tim yang sangat kritis, reframing dapat
dilakukan dengan mengubah persepsi negatif dengan
mengenai anggota tim yang kritis tersebut bahwa Ia memiliki
kekuatan untuk melihat hal-hal detail, yang mungkin tidak
bisa dilihat oleh tim lain.

 Constructive thought patterns


Strategi ini dibuat untuk memfasilitasi pikiran konstruktif
yang pada akhirnya dapat meningkatkan performa. Strategi ini
meliputi identifikasi, mengganti keyakinan, dan asumsi yang
tidak bermanfaat, mental imagery, dan positive self talk. Untuk
dapat melakukan ini, pertama-tama, individu harus dapat
mengenali pikiran-pikiran negatif yang menganggu, kemudian
mengubah pikirannyanya supaya menjadi lebih konstruktif.
Salah satu caranya adalah dengan melakukan self talk, di mana
individu bicara pada dirinya sendiri untuk mengganti pikiran-
pikiran negatif yang menganggu. Selain itu, mental imagery
juga dapat dilakukan di mana individu membayangkan hal-hal
baik mengenai pengalaman atau kegiatan tertentu sebelum
melakukan yang sebenarnya.

4
Referensi:
1. Bryant, A., & Kazan, A. L. (2013). Self-Leadership: How to
Become a More Successful, Efficient, and Effective ... - Andrew
Bryant, Ana Lucia Kazan –
2. Neck, C.P. & Houghton, J.D. (2006). Two decades of self‐
leadership theory and research. Journal of Managerial
Psychology,21(4),270–295.
3. Andrew Bryant, What is Self Leadership?,
https://www.selfleadership.com/what-is-self-leadership/,
di akses tanggal 15 Juli 2018.

Anda mungkin juga menyukai