Anda di halaman 1dari 17

IPTEKS DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA

Oleh:
Iriyanto Widisuseno
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

ABSTRACT

This paper discusses the development of science and technology in Indonesia based on
Pancasila values. The role Pancasila as paradigm of the development of science to gain
awareness, that science and technology are not value-free. It is therefore recognized that the
development of science and technology cannot be separated from ethical considerations,
religious, and cultural values which are aimed at establishing a civilized human life.

Keywords: Pancasila, science, strategy, technology

1. Ilmu dalam perspektif historis Sokrates, yaitu dengan kemampuan


Ilmu pengetahuan berkembang melangkah rasionalitasnya maka filsafat telah mencapai
secara bertahap menurut dekade waktu dan puncak perkembangan, seperti yang
menciptakan jamannya, dimulai dari jaman ditunjukkan oleh trio filsuf besar : Socrates,
Yunani Kuno, Abad Tengah, Abad Modern, Plato dan Aristoteles. Filsafat yang semula
sampai Abad Kontemporer bersifat mitologis berkembang menjadi ilmu
Masa Yunani Kuno (abad ke 6 SM- pengetahuan yang meliputi berbagai macam
6M) saat ilmu pengetahun lahir, kedudukan bidang. Aristoteles membagi ilmu menjadi
ilmu pengetahuan identik dengan filsafat ilmu pengetahuan poietis (terapan), ilmu
memiliki corak mitologis. Alam dengan pengetahuan prkatis (etika, politik) dan ilmu
berbagai aturannya diterangkan secara pengetahuan teoretik. Ilmu pengetahuan
theogoni, bahwa ada peranan para dewa teoretik dibagi menjadi ilmu alam, ilmu
yang merupakan unsur penentu segala pasti dan filsafat pertama atau kemudian
sesuatu yang ada. Bagaimana pun corak disebut metafisika.
mitologis ini telah mendorong upaya Memasuki Abad Tengah (abad ke 5
manusia terus menerobos lebih jauh dunia M), pasca Aristoteles filsafat Yunani Kuno
pergejalaan, untuk mengetahui adanya menjadi ajaran praksis, bahkan mistis, yaitu
sesuatu yang eka, tetap, dan abadi, di balik sebagaimana diajarkan oleh Stoa, Epicuri,
yang bhineka, berubah dan sementara ( T. dan Plotinus. Semua hal tersebut bersamaan
Yacob, 1993) dengan pudarnya kekuasaan Romawi
Setelah timbul gerakan mengisyaratkan akan datangnya tahapan
demitologisasi yang dipelopori filsuf pra- baru, yaitu filsafat yang harus mengabdi

62
kepada agama (Ancilla Theologiae). Filsuf kembali oleh umat manusia, sedang di lain
besar yang berpengaruh saat itu yaitu pihak manusia kemudian mengarahkan
Augustinus dan Thomas Aquinas, pemikiran hidupnya ke duania sekuler, yaitu suatu
mereka memberi ciri khas pada filsafat abad kehidupan pembebasan dari kedudukannya
tengah. Filsafat Yunani Kuno yang sekuler yang semula merupakan koloni dan
kini dicairkan dari antinominya dengan subkoloni agama dan gereja. Agama yang
doktrin gerejani, filsafat menjadi bercorak semula menguasai dan manunggal dengan
teologis. Biara tidak hanya menjadi pusat filsafat segera ditinggalkan oleh filsafat.
kegiatan agama, tetapi juga menjadi pusat Masing-masing berdiri mandiri dan
kegiatan intelektual. Bersamaan dengan itu berkembang menurut dasar dan arah
kehadiran para filsuf Arab tidak kalah pemikiran sendiri (Koento Wibisono, 1985)
penting, seperti: Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Dalam perkembangan berikutnya
Sina, Ibnu Rusyd, Al Gazali, yang telah filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu cabang
menyebarkan filsafat Aristoteles dengan yang dengan metodologinya masing-masing
membawanya ke Cordova (Spanyol) untuk mengembangkan spesialismenya sendiri-
kemudian diwarisi oleh dunia Barat melalui sendiri secara intens. Lepasnya ilmu-ilmu
kaum Patristik dan kaum Skolastik. Wells cabang dari batang filsafatnya diawali oleh
dalam karyanya The Outline of History ilmu-ilmu alam atau fisika, melalui tokoh-
(1951) PHQJDWDNDQ ³jika orang Yunani tokohnya:
adalah Bapak metode ilmiah, maka orang (1) Copernicus (1473-1543) dengan
PXVOLP DGDODK %DSDN DQJNDWQ\D´ astronominya menyelidiki putaran benda-
Munculah Abad Modern (abad ke 18 benda angkasa. Karyanya de Revolutionibus
M -19 M) dengan dipelopori oleh gerakan Orbium Caelistium yang kemudian
Renaissance di abad ke 15 dan dimatangkan dikembangakan oleh Galileo Galilei (1564-
oleh gerakan Aufklaerung di abad ke 18, 1642) dan Johanes Kepler (1571-1630),
melalui langkah-langkah revolusionernya ternyata telah menimbulkan revolusi tidak
filsafat memasuki tahap baru atau modern. hanya dikawasan ilmu pengetahuan saja,
Kepeloporan revolusioner yang telah tetapi juga di masyarakat dengan
dilakukan oleh anak-anak Renaissance dan implikasinya yang amat jauh dan mendalam.
Aufklaerung seperti: Copernicus, Galileo (2) Versalius (1514 -1564) dengan
Galilei, Kepler, Descartes dan Immanuel karyanya De Humani Corporis Fabrica
Kant, telah memberikan implikasi yang amat telah melahirkan pembaharuan persepsi
luas dan mendalam. Di satu pihak otonomi dalam bidang anatomidan biologi.
beserta segala kebebasannya telah dimiliki

63
(3) Isaac Newtown (1642-1727) kemampuan rasionalitasnya untuk
melalui Philosopie Naturalis Principia menguasai dan meramalkan masa depan,
Mathematica telah menyumbangkan bentuk dan dengan optimismenya menguasai,
definitif bagi mekanika klasik. berinovasi secara kreatif untuk membuka
Perkembangan ilmu pengetahuan rahasia ± rahasia alam. Didukung oleh roh
alam dan ilmu sosial dengan gaya semacam kebebasan Renaissance dan Aufklaerung,
itu mencapai bentuknya secara definitif menjadikan masyarakat Barat sebagai
melalui kehadiran Auguste Comte (1798- masyarakat yang tiada hari tanpa temuan-
1857) dengan Grand Theory-nya yang temuan baru, muncul secara historis
digelar dalam karya utama Cours de kronologis berurutan dan berdampingan
Philosophie Positive yang mengajarkan sebagai alternatif.
bahwa cara berfikir manusia dan juga Revolusi ilmu pengetahuan
masyarakat di mana pun akan mencapai memasuki Abad Kontemporer (abad ke 20-
puncaknya pada tahap positif, setelah sekarang) berkat teori relativitas Einstein
melampaui tahap teologik dan metafisik. yang telah merombak filsafat Newton
Istilah positif diberi arti eksplisit dengan (semula sudah mapan) di samping teori
muatan filsafati, yaitu untuk menerangkan kuantumnya yang telah mengubah persepsi
bahwa yang benar dan yang nyata haruslah dunia ilmu tentang sifat-sifat dasar dan
konkret, eksak, akurat, dan memberi perilaku materi. Sedemikian rupa sehingga
kemanfaatan (Tim Dosen Filsafat Ilmu para pakar dapat melanjutkan penelitian-
UGM, 1997) penelitiannya, dan berhasil mengembangkan
Metode observasi, eksperimentasi, ilmu-ilmu dasar seperti: astronomi, fisika,
dan komparasi yang dipelopori Francis kimia, biologi molekuler, hasilnya seperti
Bacon (1651-1626) telah semakin yang dapat dinikmati oleh manusia sekarang
mendorong pesatnya perkembangan ilmu ini (Sutardjo, 1982)
pengetahuan. Semua itu memberi isyarat Optimisme bersamaan dengan
bahwa dunia barat telah berhasil melakukan pesimisme merupakan sikap manusia masa
tinggal landas untuk mengarungi dirgantara kini dalam menghadapi perkembangan ilmu
ilmu pengetahuan yang tiada bertepi. pengetahuan dengan penemuan-penemuan
Battle cry ± nya Francis Bacon yang spektakulernya. Di satu pihak telah
menyerukan bahwa ³NQRZOHGJH LV SRZHU´ meningkatkan fasilitas hidup yang berarti
bukan sekedar mitos, melainkan sudah menambah kenikmatan. Namun di pihak lain
menjadi etos, telah melahirkan corak dan gejala-gejala adanya malapetaka, bencana
sikap pandang manusia yang meyakini alam (catastrophe) menjadi semakin

64
meningkat dengan akibat-akibat yang cukup dikembangkan dalam penelitian-penelitian
fatal. ilmu-ilmu sosial.
Berdasarkan gejala yang dihadapi Logico positivisme merupakan model
oleh masing-masing cabang ilmu, Auguste atau teknik penelitian yang menggunakan
Comte dalam sebuah Ensiklopedi menyusun presisi, verifiabilitas, konfirmasi, dan
hierarkhi ilmu pengetahuan dengan eksperimentasi dengan derajat optimal,
meletakkan matematika sebagai dasar bagi bermaksud agar sejauh mungkin dapat
semua cabang ilmu. Di atas matematika melakukan prediksi dengan derajat
secara berurutan ditunjukkan ilmu ketepatan optimal pula. Dengan demikian
astronomi, fisika, kimia, biologi dan fisika keberhasilan dan kebenaran ilmiah diukur
sosial atau sosiologi. Ia menjelaskan bahwa secara positivistik. Dalam arti yang benar
sampai dengan ilmu kimia, suatu tahapan dan yang nyata haruslah konkret, eksak,
positif telah dapat dicapai, sedangkan akurat, dan memberi kemanfaatan.
biologi dan fisika sosial masih sangat Akibatnya adalah bahwa dimensi-dimensi
dipengaruhi oleh nilai-nilai theologis dan kehidupan yang abstrak dan kualitatif yang
metafisis. justru menjadi basis eksistensi kehidupan
Pemikiran Auguste Comte tersebut manusia menjadi terabaikan atau terlepas
hingga kini menjadi semakin aktual dan dari pengamatan. Kebenaran dan kenyataan
relevan untuk mendukung sikap pandang diukur serta dimanipulasikan secara
yang meyakini bahwa masyarakat industri positivistitik kuantitatif. Keresahan dan
sebagai tolok ukur bagi tercapainya penderitaan seseorang atau masyarakat tidak
modernisasi, maka harus disiapkan melalui tersentuh. Masalah objektivitas menjadi
penguasaan basic science, yaitu matematika, tema-tema unggulan dalam kehidupan
fisika, kimia, dan biologi dengan penyediaan keseharian manusia saat ini, dengan
dana dan fasilitas dalam skala prioritas mengandalkan penjelasan validitas
utama (Koento Wibisono, 1985) kebenarannya secara matematis melalui
Bersamaan dengan itu logico angka-angka statistik. Langkah metodis
positivisme, yaitu sebuah model semacam ini sering penuh dengan rekayasa
epistemologi yang dalam langkah-langkah dan kuantifikasi yang dipaksakan sehingga
progresinya menempuh jalan : observasi, tidak menjangkau akar-akar
eksperimentasi, dan komparasi, permasalahannya
sebagaimana diterapkan dalam penelitian Kritik dan koreksi terhadap
ilmu alam, mendapatkan apresiasi yang positivisme banyak dilancarkan, karena
berlebihan sehingga model ini juga mulai sifatnya yang naturalistik dan deterministik.

65
Manusia dipandang hanya sebagai sekedar sarana bagi kehidupan umat
dependent variable, dan bukan sebagai manusia. Iptek kini telah menjadi sesuatu
independent variable. Manusia bukan lagi yang substansial, bagian dari harga diri
pelaku utama yang menentukan, tetapi objek (prestige) dan mitos, yang akan menjamin
yang diperlakukan oleh ilmu dan teknologi. survival suatu bangsa, prasyarat
Wilhelm Dilthey (1833-1911) (prerequisite) untuk mencapai kemajuan
mengajukan klasifikasi, membagi ilmu ke (progress) dan kedigdayaan (power) yang
dalam Natuurwissenchaft dan dibutuhkan dalam hubungan antar sesama
Geisteswissenchaft. Kelompok pertama bangsa.Dalam kedudukannya yang
sebagai Science of the World menggunakan substansif tersebut, Iptek telah menyentuh
metode Erklaeren, sedangkan kelompok semua segi dan sendi kehidupan secara
kedua adalah Science of Geist menggunakan ekstensif, dan pada gilirannya mengubah
metode Verstehen. Kemudian Juergen budaya manusia secara intensif. Fenomena
Habermas, salah seorang tokoh mazhab perubahan tersebut tercermin dalam
Frankfrut (Jerman) mengajukan klasifikasi masyarakat kita yang dewasa ini sedang
lain lagi dengan the basic human interest mengalami masa transisi simultan.
sebagai dasar, dengan mengemukakan 1. Masa transisi masyarakat berbudaya
klasifikasi ilmu-ilmu empiris- analitis, agraris-tradisional menuju
sosial-kritis dan historis-hermeneutik, yang masyarakat dengan budaya industri
masing-masing menggunakan metode modern. Dalam masa transisi ini
empiris, intelektual rasionalistik, dan peran mitos mulai diambil alih oleh
hermeneutic (Van Melsen, 1985) logos (akal pikir). Bukan lagi melalui
Adanya faktor heuristik mendorong kekuatan kosmis yang secara
lahirnya cabang-cabang ilmu yang baru mitologis dianggap sebagai penguasa
seperti : ilmu lingkungan, ilmu komputer, alam sekitar, melainkan sang akal
futurologi, sehingga berapa pun jumlah pikir dengan kekuatan penalarannya
pengklasifikasian pasti akan kita jumpai, yang handal dijadikan kerangka
seperti yang kita lihat dalam kehidupan acuan untuk meramalkan dan
perguruan tinggi dengan munculnya mengatur kehidupan. Pandangan
berbagai macam fakultas dan program studi mengenai ruang dan waktu, etos
yang baru. kerja, kaidah-kaidah normatif yang
Ilmu pengetahuan dalam semula menjadi panutan, bergeser
perkembangannya dewasa ini beserta anak- mencari format baru yang
anak kandungnya, yaitu teknologi bukan dibutuhkan untuk melayani

66
masyarakat yang berkembang satu kesatuan sintesis yang lebih
menuju masyarakat industri. Filsafat konkret dalam tataran operasional.
³VHVDPD EXV NRWD WLGDN EROHK VDOLQJ Batas-batas sempit menjadi terbuka,
PHQGDKXOXL´ WLGDN EHUODNX Oagi. eklektis, namun tetap mentoleransi
Sekarang yang dituntut adalah adanya pluriformitas sebagaimana
prestasi, siap pakai, keunggulan digerakkan oleh paham post-
kompetitif, efisiensi dan produktif- modernism.
inovatif-kreatif. Implikasi globalisasi menunjukkan
pula berkembangnya suatu standardisasi
2. Masa transisinya budaya etnis- yang sama dalam kehidupan di berbagai
kedaerahan menuju budaya nasional bidang. Negara atau pemerintahan di mana
kebangsaan. Puncak-puncak pun, terlepas dari sistem ideologi atau sistem
kebudayaan daerah mencair secara sosial yang dimiliknya. Dipertanyakan
konvergen menuju satukesatuan apakah hak-hak azasi dihormati, apakah
pranata kebudayaan demi tegak- demokrasi dikembangkan, apakah
kokohnya suatu negara kebangsaan kebebasan dan keadilan dimiliki oleh setiap
(nation state) yang berwilayah dari warganya, bagaimana lingkungan hidup
Sabang sampai Merauke. Penataan dikelola.
struktur pemerintahan, sistem Nyatalah bahwa implikasi globalisasi
pendidikan, penanaman nilai-nilai menjadi semakin kompleks, karena
etik dan moral secara intensif masyarakat hidup dengan standar ganda. Di
merupakan upaya serius untuk satu pihak sementara orang ingin
membina dan mengembangkan jati mempertahankan nilai-nilai budaya lama
diri sebagai satu kesatuan bangsa. yang diimprovisasikan untuk melayani
3. Masa transisinya budaya nasional- perekembangan baru yang kemudian disebut
kebangsaan menuju budaya global- sebagai lahirnya budaya sandingan (sub-
mondial. Visi, orientasi, dan persepsi culture), sedang di lain pihak muncul
mengenai nilai-nilai universal seperti tindakan-tindakan yang bersifat melawan
hak azasi, demokrasi, keadilan, terhadap perubahan-perubahan yang
kebebasan, masalah lingkungan dirasakan sebagai penyebab kegerahan dan
dilepaskan dalam ikatan fanatisme keresahan dari mereka yang merasa
primordial kesukuan, kebangsaan dipinggirkan, tergeser dan tergusur dari
atau pun keagamaan, kini mengendor tempat ke tempat, dari waktu ke waktu, yang
menuju ke kesadaran mondial dalam

67
disebut sebagai budaya tandingan (counter- karya publikasi yang kemudian diwariskan
culture). kepada masyarakat dunia.
Aspek struktural menunjukkan
2. Beberapa aspek penting dalam ilmu bahwa ilmu pengetahuan di dalamnya
pengetahuan terdapat unsur-unsur sebagai berikut.
Melalui kajian historis tersebut yang pada 1. Sasaran yang dijadikan objek
hakikatnya pemahaman tentang sejarah untuk diketahui (Gegenstand)
kelahiran dan perkembangan ilmu 2. Objek sasaran ini terus menerus
pengetahuan, dapat dikonstatasikan bahwa dipertanyakan dengan suatu cara
ilmu pengetahuan itu mengandung beberapa (metode) tertentu tanpa mengenal
aspek, yaitu aspek fenomenal dan aspek titik henti. Suatu paradoks bahwa
struktural. ilmu pengetahuan yang akan
Aspek fenomenal menunjukan terus berkembang justru muncul
bahwa ilmu pengetahuan mawujud permasalahan-permasalah baru
/memanifestasikan dalam bentuk yang mendorong untuk terus
masyarakat, proses, dan produk. Sebagai menerus mempertanyakannya.
masyarakat, ilmu pengetahuan 3. Ada alasan dan motivasi
menampakkan diri sebagai suatu masyarakat mengapa gegenstand itu menerus
atau kelompok elit yang dalam kehidupan dipertanyakan.
kesehariannya begitu mematuhi kaidah- 4. Jawaban-jawaban yang
kaidah ilmiah yang menurut partadigma diperoleh kemudian disusun
Merton disebut universalisme, dalam suatu kesatuan system
komunalisme, dan skepsisme yang teratur (Koento Wibisono, 1985)
dan terarah. Sebagai proses, ilmu Dengan Renaissance dan
pengetahuan menampakkan diri sebagai Aufklaerung ini, mentalitas manusia Barat
aktivitas atau kegiatan kelompok elit ini mempercayai akan kemampuan rasio
tersebut dalam upayanya untuk menggali yang menjadikan mereka optimis, bahwa
dan mengembangkan ilmu melalui segala sesuatu dapat diketahui, diramalkan,
penelitian, eksperimen, ekspedisi, seminar, dan dikuasai. Melalui optimisme ini, mereka
konggres. Sedangkan sebagai produk, ilmu selalu berpetualang untuk melakukan
pengetahuan menampakkan diri sebagai penelitian secara kreatif dan inovatif.
hasil kegiatan kelompok elit tadi berupa Ciri khas yang terkandung dalam
teori, ajaran, paradigma, temuan-temuan lain ilmu pengetahuan adalah rasional,
sebagaimana disebarluaskan melalui karya- antroposentris, dan cenderung sekuler,

68
dengan suatu etos kebebasan (akademis dan absolute dalam kebenaran ilmiah. Paradigma
mimbar akademis). sekarang ilmu bukan sesuatu / entity yang
Konsekuensi yang timbul adalah abadi, bahkan ilmu tidak pernah selesai
dampak positif dan negative. Positif, dalam meskipun ilmu itu didasarkan pada kerangka
arti kemajuan ilmu pengetahuan telah objektif, rasional, metodologis, sistematis,
mendorong kehidupan manusia ke suatu logis dan empiris. Dalam perkembangannya
kemajuan (progress, improvement) dengan ilmu tidak mungkin lepas dari mekanisme
teknologi yang dikembangkan dan telah keterbukaan terhadap koreksi. Itulah
menghasilkan kemudahan-kemudahan yang sebabnya ilmuwan dituntut mencari
semakin canggih bagi upaya manusia untuk alternatif-alternatif pengembangannya
meningkatkan kemakmuran hidupnya secara melalui kajian, penelitian eksperimen, baik
fisik-material. mengenai aspek ontologis epistemologis,
Negatif dalam arti ilmu pengetahuan maupun ontologisnya.
telah mendorong berkembangnya arogansi Karena setiap pengembangan ilmu
ilmiah dengan menjauhi nilai-nilai agama, paling tidak validitas (validity) dan
etika, yang akibatnya dapat menghancurkan reliabilitas (reliability) dapat
kehidupan manusia sendiri. dipertanggungjawabkan, baik berdasarkan
Akhirnya tidak dapat dipungkiri, kaidah ± kaidah keilmuan (context of
ilmu pengetahuan dan teknologi telah justification) maupun berdasarkan sistem
mempunyai kedudukan substantif dalam nilai masyarakat di mana ilmu itu ditemukan
kehidupan manusia saat ini. Dalam /dikembangkan (context of discovery)
kedudukan substantif itu ilmu pengetahuan Kekuatan bangunan ilmu terletak
dan teknologi telah menjangkau kehidupan pada sejumlah pilar-pilarnya, yaitu pilar
manusia dalam segala segi dan sendinya ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga
secara ekstensif, yang pada gilirannya ilmu pilar tersebut dinamakan pilar-pilar flosofis
pengetahuan dan teknologi merubah keilmuan. Berfungsi sebagai penyangga,
kebudayaan manusia secara intensif. penguat, dan bersifat integratif serta
prerequisite / saling mempersyaratkan.
3. Pilar-pilar penyangga bagi eksistensi ilmu Pengembangan ilmu selalu dihadapkan pada
pengetahuan persoalan ontologi, epistemologi dan
Melalui teori relativitas Einstein paradigma aksiologi.
kebenaran ilmu sekarang sudah berubah dari a. Pilar ontologi (ontology)
paradigma lama yang dibangun oleh fisika Selalu menyangkut problematika tentang
Newton yang ingin selalu membangun teori keberadaan (eksistensi)

69
(a) Aspek kuantitas : Apakah yang ada sarana legitimasi bagi ilmu/ menentukan
itu tunggal, dual atau plural keabsahan disiplin ilmu tertentu (b)
(monisme, dualisme, pluralisme ) memberi kerangka acuan metodologis
(b) Aspek kualitas (mutu, sifat ) : pengembangan ilmu (c) mengembangkan
bagaimana batasan, sifat, mutu dari ketrampilan proses (d) mengembangkan
sesuatu (mekanisme, teleologisme, daya kreatif dan inovatif.
vitalisme dan organisme).
Pengalaman ontologis dapat memberikan c. Pilar aksiologi (axiology)
landasan bagi penyusunan asumsi, dasar- Selalu berkaitan dengan problematika
dasar teoritis, dan membantu terciptanya pertimbangan nilai (etis, moral, religius)
komunikasi interdisipliner dan dalam setiap penemuan, penerapan atau
multidisipliner. Membantu pemetaan pengembangan ilmu
masalah, kenyataan, batas-batas ilmu dan Pengalaman aksiologis dapat memberikan
kemngkinan kombinasi antar ilmu. Misal arah pengembangan ilmu, mengembangkan
masalah krisis moneter, tidak dpt hanya etos keilmuan seorang professional dan
ditangani oleh ilmu ekonomi saja. Ontologi ilmuwan (Iriyanto Widisuseno, 2009).
menyadarkan bahwa ada kenyataan lain yg
tidak mampu dijangkau oleh ilmu ekonomi, Landasan pengembangan ilmu secara
maka perlu bantuan ilmu lain seperti politik, imperatif mengacu ketiga pilar filosofis
sosiologi. keilmuan tersebut yang bersifat integratif
dan prerequisite, kerangka bagannya seperti
b. Pilar epistemologi (epistemology) berikut:
Selalu menyangkut problematika teentang ONTOLOGY EPISTEMOLOGY AXIOLOGY

sumber pengetahuan, sumber kebenaran,


cara memperoleh kebenaran, criteria APA BAGAIMANA KEMANA

kebenaran, proses, sarana, dasar-dasar


kebenaran, sistem, prosedur, strategi.
REALITA METODOLOGI TUJUAN/ NILAI
Pengalaman epistemologis dapat
memberikan sumbangan bagi kita : (a)
4. Masalah nilai dalam IPTEKS keserbamajemukan ilmu itu sendiri. Ilmu
a. Keserbamajemukan ilmu pengetahuan dan pengetahuan tidak lagi satu, kita tidak bisa
persoalannya
Salah satu kesulitan terbesar yang
dihadapi manusia dewasa ini adalah

70
mengatakan inilah satu-satunya ilmu memajukan ilmu psikologi Kalau psikologi
pengetahuan yang dapat mengatasi problem mau maju dan berkembang harus
manusia dewasa ini. Berbeda dengan ilmu mengembangkan metode, objek dan
pengetahuan masa lalu lebih menunjukkan tujuannya sendiri. Contoh ilmu yang
keekaannya daripada kebinekaannya. Seperti berdekatan, biokimia dean kimia umum
pada awal perkembangan ilmu pengetahuan NHGXDQ\D PHPDNDL ´KXNXP´ \DQJ GDSDW
berada dalam kesatuan filsafat. dikatakan sama, tetapi seorang sarjana
Proses perkembangan ini menarik biokimia perlu pengetahuan susunan
perhatian karena justru bertentangan dengan bekerjanya organisme-organisme yang tidak
inspirasi tempat pengetahuan itu sendiri, dituntut oleh seorang ahli kimia organik. Hal
yaitu keinginan manusia untuk mengadakan ini agar supaya biokimia semakin maju dan
kesatuan di dalam keserbamajemukan mendalam, meskipun tidak diingkari antara
gejala-gejala di dunia kita ini. Karena yakin keduanya masih mempunyai dasar-dasar
akan kemungkinannya maka timbullah ilmu yang sama.
pengetahuan. Secara metodis dan sistematis Spesialisasi ilmu memang harus ada
manusia mencari azas-azas sebagai dasar di dalam satu cabang ilmu, namun kesatuan
untuk memahami hubungan antara gejala- dasar azas-azas universal harus diingat
gejala yang satu dengan yang lainsehingga dalam rangka spesialisasi. Spesialisasi ilmu
bisa ditentukan adanya keanekaan di dalam membawa persoalan banyakbagi ilmuwan
kebinekaannya. Namun dalam sendiri dan masyarakat. Ada kalanya ilmu
perkembangannya ilmu pengetahuan itu diterapkan dapat memberi manfaat bagi
berkembang ke arah keserbamajemukan manusia, tetapi bisa sebaliknya merugikan
ilmu. manusia. Spesialisasi disamping tuntutan
kemajuan ilmu juga dapat meringankan
(1)Mengapa timbul spesialisasi beban manusia untuk menguasai ilmu dan
Mengapa spesialaisasi ilmu semakin mencukupi kebutuhan hidup manusia.
meluas? Misalnya dalam ilmu kedokteran Seseorang tidak mungkin menjadi generalis
dan ilmu alam. Makin meluasnya yaitu menguasai dan memahami semua ilmu
spesialisasi ilmu dikarenakan ilmu dalam pengetahuan yang ada (Sutardjo, 1982)
perjalanannya selalu mengembangkan
macam metode, objek dan tujuan.Perbedaan (1) Persoalan yang timbul dalam spesialisasi
metode dan pengembangannya itu perlu Spesialisasi mengandung segi-segi
demi kemajuan tiap-tiap ilmu. Tidak postif, namun juga dapat menimbulkan segi
mungkin metode dalam ilmu alam dipakai negatif. Segi positif ilmuwan dapat lebih

71
fokus dan intensif dalam melakukan kajian pengetahuan dan terutama di antara
dan pengembangan ilmunya. Segi negatif, ilmuwannya. Hal ini tidak akan mengurangi
orang yang mempelajari ilmu spesialis kekhususan tiap-tiap ilmu pengetahuan,
meras terasing dari pengetahuan lainnya. tetapi akan memudahkan penempatan tiap-
Kebiasaan cara kerja fokus dan intensif tiap ilmu dalam dalam satu peta ilmu
membawa dampak ilmuwan tidak mau pengetahuan manusia. Keharusan kerjasama
bekerjasama dan menghargai ilmu lain. ilmu sesuai dengan sifat sosial manusia dan
Seorang spesialis bisa berada dalam bahaya segala kegiatannya. Kerjasama seperti itu
mencabut ilmu pengetahuannya dari rumpun akan membuat para ilmuwan memiliki
keilmuannya atau bahkan dari peta ilmu, cakrawala pandang yang luas dalam
kemudian menganggap ilmunya otonom dan menganalisis dan melihat sesuatu. Banyak
paling lengkap. Para spesialis dengan segi akan dipikirkan sebelum mengambil
otonomi keilmuannya sehingga tidak tahu keputusan akhir apalagi bila keputusan itu
lagi dari mana asal usulnya, sumbangan apa menyangkut manusia sendiri.
yang harus diberikan bagi manusia dan
ilmu-ilmu lainnya, dan sumbangan apa yang b. Dimensi moral dalam pengembangan dan
perlu diperoleh dari ilmu-ilmu lain demi penerapan ilmu pengetahuan
kemajuan dan kesempurnaan ilmu spesialis Tema ini membawa kita ke arah
yang dipelajari atau dikuasai. pemikiran, (a) apakah ada kaitan antara
Bila keterasingan yang timbul akibat moral atau etika dengan ilmu pengetahuan,
spesialisasi itu hanya mengenai ilmu (b) saat mana dalam pengembangan ilmu
pengetahuan tidak sangat berbahaya. Namun memerlukan pertimbangan moral/etik?
bila hal itu terjadi pada manusianya, maka Akhir±akhir ini banyak disoroti segi etis dari
akibatnya bisa mengerikan. Kalau manusia penerapan ilmu dan wujudnya yang paling
sampai terasing dari sesamanya dan bahkan nyata pada jaman ini adalah teknologi,
dari dirinya karena terbelenggu oleh maka pertanyaan yang muncul adalah
ilmunya yang sempit. Dalam praktik-praktik mengapa kita mau mengaitkan soal etika
ilmu spesialis kurang memberikan orientasi dengan ilmu pengetahuan? Mengapa ilmu
yang luas terhadap kenyataan dunia ini, pengetahuan yang makin diperkembangkan
apakah dunia ekonomi, politik, moral, SHUOX ´VDSD PHQ\DSD´ GHQJDQ HWLND"
kebudayaan, ekologi dll. Apakah ada ketegangan ilmu pengetahuan,
Persoalan tersebut bukan berarti teknologi dan moral?
tidak terpecahkan, ada kemungkinan Untuk menjelaskan permasalahan
merelativisir jika ada kerjasama ilmu±ilmu tersebut ada tiga tahap yang perlu ditempuh.

72
Pertama, kita melihat kompleksitas mati hidupnya seseorang, ilmu pengetahuan
permasalahan ilmu pengetahuan dan menghadapi keterbatasannya. Ia butuh
teknologi dalam kaitannya dengan manusia. kerangka pertimbangan nilai di luar disiplin
Kedua, membicarakan dimensi etis serta ilmunya sendiri.
kriteria etis yang diambil. Ketiga, berusaha Kompleksitas permasalahan dalam
menyoroti beberapa pertimbangan sebagai pengembangan ilmu dan teknologi kini
semacam usulan jalan keluar dari menjadi pemikiran serius, terutama
permasalahan yang muncul. persoalan keterbatasan ilmu dan teknologi
dan akibat-akibatnya bagi manusia.
5. Permasalahan Pengembangan ilmu Mengapa orang kemudian berbicara soal
pengetahuan dan teknologi etika dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
Kalau perkembangan ilmu ?
pengetahuan sungguh-sungguh menepati
janji awalnya 200 tahun yang lalu, pasti 6. Akibat teknologi pada perilaku
orang tidak akan begitu mempermasalahkan manusia
akibat perkembangan ilmu pengetahuan. Akibat teknologi pada perilaku
Bila penerapan ilmu benar-benar merupakan manusia muncul dalam fenomen penerapan
sarana pembebasan manusia dari kontrol tingkah laku (behaviour control).
keterbelakangan yang dialami sekitar 1800± Behaviour control merupakan kemampuan
DQ GHQJDQ PHQ\HGLDNDQ NHWUDPSLODQ ´ untuk mengatur orang melaksanakan
know hRZ´ \DQJ PHPXQJNLQNDQ PDQXVLD tindakan seperti yang dikehendaki oleh si
dapat mencari nafkah sendiri tanpa pengatur (the ability to get some one to do
bergantung pada pemilik modal, maka RQH¶V ELGGLQJ 3HQJHPEDQJDQ WHNQRORJL
pendapat bahwa ilmu pengetahuan harus yang mengatur perilaku manusia ini
dikembangkan atas dasar patokan-patokan mengakibatkan munculnya masalah-masalah
ilmu pengetahuan itu sendiri (secara murni) etis seperti berikut.
tidak akan mendapat kritikan tajam seperti (a) Penemuan teknologi yang mengatur
pada abad ini. perilaku ini menyebabkan
Namun dewasa ini menjadi nyata kemampuan perilaku seseorang
adanya keterbatasan ilmu pengetahuan itu diubah dengan operasi dan
menghadapi masalah-masalah yang manipulasi syaraf otak m elalui
menyangkut hidup serta pribadi manusia. ´SV\FKRVXUJH\¶V LQIXVH´ NLniawi,
Misalnya, menghadapi soal transplantasi obat bius tertentu. Electrical
jantung, pencangkokan genetis, problem stimulation of the brain (E S B) :

73
schock listrik tertentu. Teknologi ia adalah ciri eksistensialmanusia, ciri
baru dalam bidang psikologi seperti kodrat kemanusiaannya. Pemakaian
³G\QDPLF SV\FKRWHUDSK\´ PDPSX teknologi modern condong
merangsang secara baru bagian- mengasingkan manusia dari
bagian penting, sehingga kelakuan eksistensinya sebagai pekerja, sebab di
bisa diatur dan disusun. Kalau begitu sana manusia tidak mengalami
kebebasan bertindak manusia sebagai kepuasan dalam bekerja. Pekerjaan
suatu nilai diambang kemusnahan. tangan dan otak manusia diganti dengan
(b) Makin dipacunya penyelidikan dan tenaga±tenaga mesin, hilanglah
pemahaman mendalam tentang kepuasan dan kreativitas manusia (T.
kelakuan manusia, memungkinak Yacob, 1993)
adanya lubang manipulasi, entah
malalui iklan atau media lain. c. Beberapa pokok nilai yang perlu
(c) 3HPDKDPDQ ³QMOLPHW´ WLQJNDK ODNX diperhatikan dalam pengembangan ilmu
manusia demi tujuan ekonomis, pengetahuan dan teknologi
rayuan untuk menghirup kebutuhan Ada empat hal pokok agar ilmu
baru sehingga bisa mendapat untung pengetahuan dan teknologi
lebih banyak, mewnyebabkan dikembangkan secara konkrit unsur-
penggunaan media (radio, TV) untuk unsur mana yang tidak boleh dilanggar
mengatur kelakuan manusia. dalam pengembangan ilmu pengetahuan
(d) Behaviour control memunculkan dan teknologi dalam masyarakat agar
masalah etis bila kelakuan seseorang masyarakat itu tetap manusiawi.
dikontrol oleh teknologi dan bukan oleh (1) Rumusan hak azasi
si subjek itu sendiri. Konflik muncul merupakan sarana hukum
justru karena si pengatur memperbudak untuk menjamin
orang yang dikendalikan, kebebasan penghormatan terhadap
bertindak sikontrol dan diarahkan manusia. Individu-individu
menurut kehendak si pengontrol. perlu dilindungi dari
(e) Akibat teknologi pada eksistensi pengaruh penindasan ilmu
manusia dilontarkan oleh Schumacher. pengetahuan.
Bagi Schumacher eksistensi sejati (2) Keadilan dalam bidang
manusia adalah bahwa manusia menjadi sosial, politik, dan ekonomi
manusia justru karena ia bekerja. sebagai hal yang mutlak.
Pekerjaan bernilai tinggi bagi manusia, Perkembangan teknologi

74
sudah membawa akibat satu instrumen sistem
konsentrasi kekuatan administrasi kantor tertentu.
ekonomi maupun politik. Akibatnya manusia dinilai
Jika kita ingin bukan sebagai pribadi tapi
memanusiawikan lebih dari sudut
pengembangan ilmu dan kegunaannya atau hanya
teknologi berarti bersedia dilihat sejauh ada manfaat
mendesentralisasikan praktisnya bagi suatu
monopoli pengambilan sistem. Nilai sebagai
keputusan dalam bidang pribadiberdasar hubungan
politik, ekonomi. sosialnya, dasar
Pelaksanaan keadilan harus kerokhanian dan
memberi pada setiap penghayatan hidup sebagai
individu kesempatan yang manusia dikesampingkan.
sama menggunakan hak- Bila pengembangan ilmu
haknya. dan teknologi mau
(3) Soal lingkungan hidup. manusiawi, perhatian pada
Tidak ada seorangpun nilai manusia sebagai
berhak menguras / pribadi tidak bolewh kalah
mengeksploitasi sumber- oleh mesin. Hal ini penting
sumber alam dan karena sistem teknokrasi
manusiawai tanpa cenderung dehumanisasi (T.
memperhatikan akibat- Yacob, 1993).
akibatnya pada seluruh
masyarakat. Ekologi 7. Srategi pengembangan ilmu pengetahuan
mengajar kita bahwa ada dan teknologi
kaitan erat antara benda Karena pengembangan ilmu dan
yang satu dengan benda teknologi hasilnya selalu bermuara pada
yang lain di alam ini. kehidupan manusia maka perlu
(4) Nilai manusia sebagai mempertimbangan strategi atau cara-cara,
pribadi. Dalam dunia yang taktik yang tepat, baik dan benar agar
dikuasai teknik, harga pengembangan ilmu dan teknologi memberi
manusia dinilai dari manfaat mensejahterakan dan
tempatnyua sebagai salah memartabatkan manusia.

75
Dalam mempertimbangkan sebuah
strategi secara imperatif kita meletakkan BAGAN STRATEGI PENGEMBANGAN

Pancasila sebagai paradigma pengembangan IPTEKS BERDASARKAN PARADIGMA


PANCASILA
ilmu pengetahuan dan teknologi di
Indonesia. Pengertian paradigma
INTEGRATIF & PREREQUISITE
menggambarkan suatu keutuhan konsep
dengan muatan teori, dalil, ajaran bahwkan
´SDQGDQJDQ KLGXS´ VHEDJDL GDVDU GDQ DUDK ONTOLOGI --------Landasan konsep

pengembangan ilmu dan kebijakan strategis ( APA )

lainnya (Van Peursen, 1987)


Dalam konteks Pancasila sebagai
paradigma mengandung dimensi ontologis, EPISTEMOLOGI -----Landasan proses

epistemologis dan aksiologis. Dimensi (BAGAIMANA)

ontologis berarti ilmu pengetahuan sebagai


upaya manusia untuk mencari kebenaran
yang tidak mengenal titik henWL DWDX ´DQ AKSIOLOGI..........Landasan Tujuan

XQILQLVKHG MRXUQH\´ ,OPX WDPSLO GDODP ( KEMANA/UNTUK APA)

fenomenanya sebagai masyarakat, proses


dan produk. Dimensi epistemologis, nilai- UNITY & HIERARCHY
PANCASILA
nilai Pancasila dijadikan pisau
analisis/metode berfikir dan tolok ukur
kebenaran. Dimensi aksiologis, mengandung Sila
1
nilai±nilai imperatif dalam mengembangkan
ilmu adalah sila-sila Pancasila sebagai satu Sila
2
keutuhan. Untuk itu ilmuwan dituntut
Sila
memahami Pancasila secara utuh, mendasar, 3
dan kritis, maka diperlukan suatu situasi
kondusif baik struktural maupun kultural. Sila
4

Berikut di bawah ini adalah bentuk Sila


bagannya. 5

76
Peran nilai-nilai dalam setiap sila dalam secara perwakilan, sejak dari kebijakan,
Pancasila adalah sebagai berikut. penelitian sampai penerapan masal.
a. Sila Ketuhanan YME: melengkapi ilmu
pengetahuan menciptakan perimbangan e. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
antara yang rasional dan irasional, antara Indonesia, menekankan ketiga keadilan
rasa dan akal. Sila ini menempatkan Aristoteles: keadilan distributif, keadilan
manusia dalam alam sebagai bagiannya dan kontributif, dan keadilan komutatif.
bukan pusatnya. Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan
antara kepentingan individu dan masyarakat,
b. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab: karena kepentingan individu tidak boleh
memberi arah dan mengendalikan ilmu terinjak oleh kepentingan semu.
pengetahuan. Ilmu dikembalikan pada Individualitas merupakan landasan yang
fungsinya semula, yaitu untuk kemanusiaan, memungkinkan timbulnya kreativitas dan
tidak hanya untuk kelompok, lapisan inovasi.
tertentu. Pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi harus senantiasa berorientasi
c. Sila Persatuan Indonesia: pada nilai-nilai Pancasila. Sebaliknya
mengkomplementasikan universalisme Pancasila dituntut terbuka dari kritik, bahkan
dalam sila-sila yang lain, sehingga supra ia merupakan kesatuan dari perkembangan
sistem tidak mengabaikan sistem dan sub ilmu yang menjadi tuntutan peradaban
sistem. Solidaritas dalam subsistem sangat manusia. Peran Pancasila sebagai paradigma
penting untuk kelangsungan keseluruhan pengembangan ilmu harus sampai pada
individualitas, tetapi tidak mengganggu penyadaran, bahwa fanatisme kaidah
integrasi. kenetralan keilmuan atau kemandirian ilmu
hanyalah akan menjebak diri seseorang pada
d. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh masalah-masalah yang tidak dapat diatasi
hikmah kebijaksanaan dalam dengan semata-mata berpegang pada kaidah
permusyawaratan / perwakilan, ilmu sendiri, khususnya mencakup
mengimbangi otodinamika ilmu pertimbangan etis, religius, dan nilai budaya
pengetahuan dan teknologi berevolusi yang bersifat mutlak bagi kehidupan
sendiri dengan leluasa. Eksperimentasi manusia yang berbudaya.
penerapan dan penyebaran ilmu penget
harus demokratis dapat dimusyawarahkan

77
DAFTAR PUSTAKA
T. Yacob, 1993, Manusia, Ilmu dan
Teknologi, PY. Tiara Wacana,
Iriyanto, Ws, 2009, Bahan Kuliah Filsafat Yogyakarta.
Ilmu, Pascasarjana, Semarang.
Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 1997,
Kunto Wibisono, 1985, Arti Perkembangan Pengantar Filsafat Ilmu, Fakultas
Menurut Positivisme, Gadjah Mada Filsafat UGM, Yogyakarta.
Press, Yogyakarta.
Van Melsen, 1985, Ilmu Pengetahuan dan
Sutardjo, 1992, Problematika Tanggungjawab Kita, Kanisius,
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Yogyakarta.
dan Teknologi, Tarsito, Bandung.
Van Peursen, 1987, Susunan Ilmu
Pengetahuan, Kanisius, Yogyakarta.

---------------------------

78

Anda mungkin juga menyukai