Anda di halaman 1dari 11

REVIEW MATERI SEJARAH PERKEMBANGAN PUBLIC SPEAKING DARI ZAMAN

CLASSIC HINGGA MODERN


Mata kuliah : Public Speaking
Dosen Pengampu : Dr. Rahman Saeni, S.Sos., M.Si

Faiz Achmad Fauzan


E021201079

ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
➢ Zaman Classic
1. Georgias (480 – 330 SM)
Perhatikanlah baiknya dalam masa yang demikian itu, lalu ditemukan seorang guru
retorika pertama sebagai Ibu retorika pertama dalam sejarah itu disebutkan adalah
Georgias dari liontini. Georgias adalah seorang diplomat Syracuse yang dikirim ke
Athena pada tahun 427 sebelum masehi, untuk meminta bantuan bagi negaranya.
Namun akhirnya ia menetap di athena, kemudian mendirikan sekolah retorika.
Pendapat Georgias, yaitu:
• Mencerminkan filsafat murni dari aliran sufisme yang
menyatakan bahwa kebenaran suatu pendapat hanya dapat
dibuktikan dengan cara memenangkannya dalam suatu
pembicaraan. Bahwa kebenaran bisa ditemukan dan bisa
dimenangkan kalau kita pandai pembicaraan kita. Karena
Speaking itu bukan hanya kepada kelompok dan individu.
• Setiap pendapat akan selalu ditentang oleh 1/2 orang
terlebih dahulu, kemudian menguasai pendapat
masyarakatnya bahkan akhirnya menjadi pendapat yang
dominan di Kawasan.

2. Protagoras (500 – 432 SM)


Sofisme ditentang oleh protagoras (500-432 SM) dari Abdillah, protagoras
berpendapat bahwa kecakapan berbicara bukannya untuk mencari kemenangan, ini
kebalikan dari tadi. Mencari kemenangan melainkan untuk keindahan Bahasa.
Baginya retorika bukan sekedar ilmu pidato tapi melainkan di dalamnya juga
mencakup pengetahuan tentang sastra, gramatika dan logika. Protagoras mengatakan
seperti itu, public speaking itu bukan hanya sekedar untuk berpidato. Itu perbedaannya
protagoras dengan Georgias itu adalah sejarah perkembangan kedua dari aliran
sufisme ini yang
3. Socrates (469 – 399 SM)
Setelah ditentang oleh protagoras pendapat georgias ditentang oleh lawan alirannya
yang lain yaitu Socrates. socrates ini (469-399 SM). Socrates berpendapat bahwa,
Retorika harus dipergunakan untuk menemukan kebenaran, tekniknya adalah dialog.
Sebab menurutnya dengan menggunakan teknik dialog , Kebenaran akan timbul
dengan sendirinya. itu pendapat Socrates. Penekanannya itu harus mencari kebenaran
tapi melalui dialog seperti mungkin diskusi. Menurut socrates dengan dialog orang
akan mencapai dasar dan inti Keterangan. Berbeda dengan Georgias, socrates
memperoleh pengikut yang sangat dipengaruhi aliran georgias yaitu insocraters.
Artinya Socrates ini menentang pendapat Georgias yang hampir sama Protagoras. Tapi
ada pengikutnya socrates yang Bernama Insocrates ini adala juga dari aliran Georgias.

4. Isocrates (436 – 388 SM)


Kalau Socrates hanya berpidato di anggora alun-alun Athena saja, sedangkan isocrates
mendirikan sekolah retorika di sana pada 392 sebelum masehi bernama bersama
Georgias. Sekolah itu sangat menitikberatkan pendidikan pidato politik atau political
oratory dengan menghubungkan persoalan dan perkembangan politik aktual pada
retorika. Itulah yang dikemukakan oleh Isocrates ini bersama dengan mendirikan
sekolah-sekolah pidato politik, yang menghubungkan persoalan dan perkembangan
politik aktual Retorika. Isocrates Bersama dengan Georgias mendirikan sekolah itu,
yang menitikberatkan pada pidato politik. Inti Pendidikan menurut Isocrates adalah
kemampuan membentuk pendapat yang tepat tentang masyarakat karenanya sangat
penting mendidik orang untuk mampu mengeluarkan pendapatnya dengan tepat.
berdasarkan Filsafatnya, itu maka tidak heran kalau selama 50 tahun ini isocrates
terusmenerus mengajarkan Retorika yang mendidik para muridnya untuk menjadi
negarawan yang handal. Hasil dari sekolah itu sudah pandai menguasai retorika politik
yang harus menjadi negarawan yang handal.
5. Plato (427-347 SM).
Berbeda pandangan dengan iscorates, yaitu Plato (427-347 SM). Plato mempunyai
pendapat bahwa, inti Pendidikan merupakan Ilmu pasti dari ilmu pengetahuan pada
umumnya. Menurut Plato, retorika sangat penting sebagai:
• Metode Pendidikan
• Alat untuk mencapai kedudukan dalam pemerintahan
• Mempengaruhi Rakyat

6. Demosthenes (384 – 322 SM)
Pada masa jayanya Demosthenes meningkatkan kebiasaan retorika yang berlaku pada
masa itu dengan memberikan tekanan pada semangat yang berkobar-kobar, kelainan
pada orang lain dalam retorikanya. Itu tiga hal yang di ungkap oleh Demosthenes. Ini
dikarenakan adanya ancaman yang mengancam keamanan dan kemerdekaan dari
Athena.

7. Aristoteles (384 – 322 SM)


Dengan mengajarkan bentuk bentuk retorika yang meyakinkan, singkat, dan jelas.
Zaman Pun beralih dari zaman retorika klasik. Dari aristoteles dan para orator lain kita
mengenal 5 hukum retorika. Lima hukum retorika yang dimaksud ialah:
• Invention (penemuan) Pada tahap ini pembicara menggali topik dan meneliti
khalayak untuk mengetahui metode persuasi yang paling tepat. cara untuk
mempengaruhi khalayak. Pertama, pembicara harus sanggup memiliki
pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya, dan status yang terhormat
(ethos). Kedua, pembicara harus menyentuh hati khalayak: perasaan, emosi,
harapan, kebencian dan kasih sayang mereka (pathos) atau bisa disebut
imbauan emosional (emotional appeals). Ketiga, pembicara meyakinkan
khalayak dengan mengajukan bukti atau kelihatan sebagai bukti dengan
mendekati khalayak lewat otaknya
• Dispositio (Penyusunan), pidato yang tersusun dan terorganisir dengan baik
sehingga memiliki pembagian yang jelas, antara lain pengantar, pernyataan,
argumen, dan epilog. Aristoteles menyebutkan pengantar berfungsi menarik
perhatian dan menumbuhkan kredibilitas serta menjelaskan tujuan. Seperti
yang dilakukan oleh pak Rahman ketika menyampaikan ceramah dan berpidato
di hadapan umum, ada susunan-susunan dalam penyampaiannya. Ada
pembukaan, isi dan ada penutup dan semuanya tersusun sesuai urutannya.
• Elocutio (Gaya), pembicara memilih kata-kata dan menggunakan bahasa yang
tepat untuk mengemas pesannya. Aristoteles menegaskan gunakan bahasa yang
tepat, benar, dan dapat diterima; pilih kata kata yang jelas dan langsung;
sampaikan kalimat yang indah, mulia, dan hidup, disesuaikan bahasa dengan
pesan, khalayak dan pembicara. Dalam penyampaian gaya yang ditekankan
oleh Aristoteles kita harus melihat audience kepada siapa kita berbicara. Ketika
berbicara di hadapan mahasiswa makan kita harus menyampaikan banyak kata-
kata ilmiah. Tetapi ketika berbicara di tengah masyarakat, sampaikan bahasa
yang mudah dimengerti
• Memoria (Memori), pembicara harus mengingat apa yang ingin disampaikan
dengan mengatur bahan-bahan pembicaraannya. Aristoteles menyarankan
jembatan keledai untuk memudahkan ingatan. Disarankan oleh pak Rahman,
ketika kita ingin tampil sebelumnya rekam terlebih dahulu apa yang ingin kita
sampaikan, lalu perhatikan apa yang harus dikurangi dan apa yang harus
ditambahkan dan lakukan secara berulang sampai kita merasa cukup. Hal ini
sangat membantu kita mengingat materi yang akan kita sampaikan nantinya.
• Pronuntiation (Penyampaian), tahap ini merupakan tahap dimana pembicara
menyampaikan pesan secara verbal atau lisan. Tahap ini akting sangat
berperan. Demosthenes menyebutnya sebagai hipokrisi (berpura-pura).
Pembicara harus memperhatikan suara dan gerakan gerakan anggota tubuh.

8. Marcus Tullius Cicero (106 SM – 43 M).


Cicero beranggapan bahwa :
1. Diantara rekan-rekannya, seperti Quintilanus, Agustine. Cicero lebih dikenal
sebagai tokoh retorika terkemuka, bahkan dia memiliki julukan “The good man
Speaking Well” dalam bukunya Rahmat (1992). Selain dari itu, Cicero
berusaha mengembangkan Retorika yang diajarkan Aristoteles melalui buku
karangannya yang diberi judul “The Orator”. Didalamnya cicero menjelaskan
bahwa retorika pada hakikatnya memiliki 2 tujuan, yaitu Suasio yang artinya
anjuran dan Dissuasio yang artinya penolakan. Dalam hal ini menyadarkan
Publicnya akan pentingnya retorika dalam Sidang Pengadilan.
2. Cicero mengajarkan bahwa dalam mempengaruhi khalayaknya, seorang orator
harus meyakinkan mereka akan kejujuran dan kebenaran. Pak Rahman
menegaskan seperti Hukum yang ada di Indonesia, jika tidak ada uang maka
tidak ada hukum, jika ada uang ada Hukum. Inilah yang orang juluki Indonesia
bahwa hukumnya “Tajam kebawah, dan Tumpul ke atas”. Menurutnya, inti
dari suatu pidato haruslah kebenaran dan kesusilaan. Jadi kebenaran itu harus
diikuti dengan moral yang dimana ini dimuat dalam Buku Hasanuddin (1982
Hal 20). Karena itu pula dalam kehidupan Politik masyarakat Yunani kuno
maupun Romawi, Retorika menempati peranan penting yang justru di
Pengadilan, sebagai upaya untuk membentuk upaya umum. Atas jaminan UU
Yunani Kuno dan romawi, itu timbul 3 ilmu pengetahuan baru yaitu tata
negara, hukum, dan retorika.
3. Puncak kejayaan Retorika di Romawi adalah pada masa Cicero, dialah orang
pertama yang mengenalkan metode retorika yang hampir sama dengan
Aristoteles. Cicero juga mengutamakan hakikat retorika sebagai penyampaian
suatu penemuan, dengan cara mengemukakan pengembangan, argument,
stratategi, persuasi, dan jumlah masalah melalui Bahasa yang mengesankan ini
dimuat didalam bukunya Defito (1984). Dalam hal ini cicero mengemukakan 6
Syarat retorika yang baik, antara lain:
1) Harus mencakup beberapa ilmu pengetahuan
2) Pembicaraan harus dapat menelaah setiap persoalan
3) Pembicaraan harus menguasai persoalan-persoalan masyarakat, terutama
hukum, kebudayaan, dan etika masyarakat
4) Pembicara harus menguasai Filsafat
5) Mengajukan persoalannya dengan menarik, mendalam, berbahasa yang
baik, susunan kata yang baik, dan mengandung kebenaran
6) Pembicara harus menguasai segala bidang ilmu pengetahuan
4. Dalam pelaksanaannya, Cicero membagi kegiatan retorika dalam 2 tahap, yaitu
1) Investio yang berarti mencari bahan dan tema yang akan diuraikan dalam
pidato, aritnya pada tahap ini bahan-bahan dan bukti harus dibahas
sesingkat mungkin dengan memperhatikan kewajiban si pembicara untuk
mendidik, membangkitkan kepercayaan dan menggerakkan isi hati
khalayaknya.
2) Order Cellocatio yang mengandung arti menyusun teks, atau isi pidato
dengan menuntut kecakapan si pembicara dalam memilih mana yang lebih
penting didahulukan penyampaiannya dan mana yang kurang penting.

9. Tacitus (55 SM - 116 M)


Tacitus (55 SM - 116 M) Mereka adalah pahlawan Romawi yang menduduki Inggris
hingga Sebagian Skotlandia dalam bukunya yang berjudul Agricela dan Dialogus
Oratorebus secara jelas mengatakan bahwa retorika akan hilang nilainya seiring
dengan berkurang atau memudarnya demokrasi, seperti pada saat bertambah buruknya
situasi politik Romawi di bawah pemerintahan Konsul Domitinius. Tacitus
Melukiskan kedalam romawi saat itu bagaimana diruangan pengadilan dan Senat para
pembicara yang bertentangan pendapat dengan penguasa yang dibunuh begitu saja
ditempat, sehingga akhirnya kejujuran dari retorika berkurang bahkan menghilang.
Menurut Tacitus, kalau disenat ada anggota senat yang menentang presiden, dalam hal
pembicaraan harus dibunuh ditempat sehingga kejujuran dari sebuah retorika menjadi
berkurang, yang tersisa adalah bersilat lidah demi kemenangan atau semakin
bertambahnya pidato-pidato yang mengandung pujian, tetapi tidak mencerminkan
kebenaran lagi. Akhirnya, masa kemunduran romawi di abad pertengahan itu turut
melanda pula dalam anggapan masyarakat eropa terhadap Retorika, Ketika keyakinan
Nasrani berkuasa\, semua ilmu pengetahuan didominasi retorika dianggap sebagai
kesenian jahilia bahkan disamakan dengan berhala.

10. Nabi Muhammad SAW (Satu Abad Kemudian)


Retorika dan public speaking itu berkembang ke timur tengah, terutama Negeri arab
yang 1 abad kemudian peradaban baru yang diibawa oleh Nabi Muhammad.
Muhammad ditugaskan untuk menyampaikan Firman tuhan yang antara lain
bermakna: “Dan berilah mereka pelajaran serta katakanlah kepada mereka perkataan
yang berbekas kepada jiwa mereka” Al-qur’an Surah An-nisa : 63. Dengan
mengembangkan tugas yang berpedoman pada firman tuhan, yang bermakna “Serulah
manusia kepada jalan tuhan dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta bantahlah
mereka dengan cara yang baik” Al-qur’an surah An-nahl : 125. Rasulullah berpikir
bahwa jika bapaknya kafir, nanti anaknya bisa berubah jadi beriman, kalau tidak bisa
anaknya, cucunya lagi. Itulah prinsip Rasulullah. Sehingga saat ini banyak yang pintar
menghafal Al-qur’an. Maka Nabi Muhammad SAW tampil sebagai sosok pembicara
yang fasih di tengah masyarakat Arab, dengan kata kata singkat dan bermakna padat.
Karena kemampuannya itu, Nabi Muhammad dijuluki sebagai Orator Islam yang tidak
ada bandingnya, bahkan oleh para sahabatnya khotbahnya dikumpulkan dengan
cermat dalam sebuah kitab yang berjudul Natsbalagah, Balagah yang menjadi salah
satu disiplin ilmu yang menduduki status mulia dan berperadaban Islam. Balagah
sebagai pengganti retorika yang merupakan warisan bangsa Yunani yang dicampakkan
di eropa pada abad pertengahan, dan kini dikaji dengan tekun oleh para Pakar Balagah.
Salah satu sahabat nabi Muhammad SAW yang paling dikasihinya adalah Ali Bin Abi
Thalib, karena dia mewarisi ilmu dalam berbicara yang mewarisi pembicaraan Nabi.
Sehingga seorang Barat Thomas memberikan pujian kepada Ali Bin Abi thalib, Dia
memuji dengan mengatakan bahwa pada ali lah kefasihan berbicara dengan
kenegaraan itu tergabung. Sehubugan dengan itu, kahlile mengatakan Setiap musuh
dalam pertempuran adalah lidah ataupun pedang ditundukkan oleh keberaniannya.
➢ Zaman Modern
11. Roger Bacon (1214 -1279 M).
Sejalan dengan perkembangan Balagah di Arab, dieropa pun retorika mulai mengalami
kemajuan yang menggembirakan. Perang salib yang melahirkan masa renesans, Eropa
mengilhami bangkitnya retorika Modern. Sosok yang tercatat sebagai Tokohnya
adalah Roger Bacon (1214 -1279 M). Yang memperkenalkan metode Skrimental dan
pentingnya pengetahuan tentang proses psikologis dalam studi retorika. Bacon
menyatakan bahwa kewajiban retorika adalah menggunakan rasio dan imajinasi dalam
menggerakkan kemamuan secara lebih baik. Karena itu pula rasio dan imajinasi dan
kemauan merupakan objek psikologis yang selalu menjadi kajian utama oleh pakar
retorika modern.
1) Cerahnya eropa yang pencerahan yang dimaksud terutama pada saat timbulnya
pertentangan di kalangan penganut agama Kristiani antara golongan lain. Dimulai
dengan munculnya aliran epistemology. Aliran ini yang sangat menekankan aliran
psikologis dalam membahas asal usul sifat, metode, dan batas-batas pengetahuan
manusia. Aliran ini berkembang untuk mengkaji pengaruh psikologis kognitif.
2) Munculnya aliran retorika dalam Gerakan ini sangat mengutamakan keindahan bahasa
dan segi estetika dalam pesannya, sehingga tidak jarang mengabaikan aspek
informatifnya. Aliran ini disebut dengan belles lettres yang teruatam memusatkan
perhatian meraka pada persiapan pidato pada penyusunan pesan dan penggunaan
Bahasa.
3) Aliran ketiga disebut gerakan elokusionis justru menekankan teknik penyampaian
pidato.

12. Cromwell
Sejak pertentangan dalam agama Kristen, banyak bermunculan ahli retorika baru.
Umumnya retorika berkembang dalam masa krisis yang dikenal dalam sejarah
Retorika Cromwell. Cromwell mengajarkan bahwa Teknik retorika harus berupa
a) Pengulangan
b) Diam
c) Tidak menyebut apa yang dimaksud
d) Penyesuaian
e) Menunggu reaksi tokoh retorika
Tokoh Retorika inggris lainnya adalah Hendri Bollingbrock (1678 – 1751 M) yang
dalam perjuangannya mengatakan bahwa bila kekuasaan politik didasarkan pada
kekuasaan fisik, maka retorika merupakan kekuatan Mental. Brock adalah seorang
retorika dari zaman keemasan retorika diinggris 1832 dan ajaknnya banyak diterima
oleh anggota parlemen.
13. Winston Churchill
Salah satu anggota yang mengikuti Hendri adalah Winston Churchill, sosok Churchill
ini terkenal karena keberhasilannya dalam menggerakkan bangsa inggris yang ada di
perang untuk melawan jerman. Yang termasuk dari kata katanya dalam
membangkitkan keberanian hati rakyat inggris yang terkejut atas meletusnya perang
dunia Ke-2 yang menyatakan kata kata yang mengesankan secara sadar dan bertahap.
Diantaranya:
1) Tanggal 18 Mei 1940 dia berkata, “Perang ini menuntut darah, kerja keras, air mata
dan keringat” “Kita tidak akan gagal atau bimbang, kita tidak akan lemah dan tidak
akan Lelah”
2) Tanggal 19 Mei 1940, dia berkata “belum jelas kita jadi penakluk, tapi kita harus
menaklukkan”
3) Tanggal 4 Juli 1940, dia menyatakan kepada bangsanya “kalau perlu bertahun tahun,
kalau perlu sendirian” Kata kata ini muncul Ketika ukiran ukiran jatuh ketangan
jerman dan inggris merasa sebatang kara dalam melawan jerman pada perang yang
tidak terduga itu.
4) Selama perang Dunia ke-2, Churcill tidak pernah mengatakan inggris tidak akan
menang dengan mudah, melainkan dia menyadarkan kepada bangsa akan berkorban
peperangan yang telah masih berlangsung.

14. Adolf Hitler


Berbeda sekali dengan retorika Churchill yang meskipun dengan nada Minor tapi
memperlihatkan keberanian, yaitu Pidato Hitler pada periode yang sama menunjukkan
Teknik yang melebih lebihkan, seperti menggunakan Ungkapan. Jadi Adolf Hitler ada
pemimpin jerman pada Zaman itu. Teknik yang sama pula dalam pemberian namanya
nama congress dipartainya, dimana pidato diberi pidato sendiri sendiri. Antara lain:
1) Tahun 1933 Berjudul “hari kemenangan partai”
2) Tahun 1935 Berjudul “hari kekuasaan partai”
3) Tahun 1936 Berjudul “hari kemuliaan partai”
4) Tahun 1939 Berjudul “hari kerja partai”
5) Tahun 1939 Berjudul “hari perdamaian partai”
Jadi itulah judul pidato hitler yang membangkitkan partai nya pada zaman itu.

15. Ir. Soekarno


Masuk Keindonesia, Indonesia sendiri dulunya memiliki seorang orator ulung yang
mengalami masa kegemilangnya namun dalam tingkat puncak kekuasaan, akhirnya
hanya menggunakan retorika demi penggerakan rakyat yaitu soekarno. Proklamator
kemerdekaan dan presiden pertama RI pada tahun 1945 melampirkan pidatonya yang
berjudul “pembelaan tanah air Indonesia” yang menggunakan kata kata “pertahankan
setiap jengkal tanah airmu, setiap daun dan ranting”. Soekarno juga dikenal sebagai
pidato tahunannya yang diberi Judul “Jas Merah” yaitu jangan sekali-kali
meninggalkan sejarah, Berdikari “berdiri diatas kaki sendiri”. Bahkan didalam
pidatonya itu muncul istilah istilah yang membakar semangat rakyat, seperti istilah
sebutan kepada pemberontak atau pengganggu keamanan, golongan Bunglon yaitu
sebutan untuk mereka yang tidak teguh pendirian, atau pinplan isitlah untuk kaum
oportunis. Sehingga soekarno dapat dikatakan orator Indonesia yang menggunakan
gaya Churchill, namun mengakhiri karirnya dengan gaya Hitler. Dalam perkembangan
selanjutnya, retorika dipelajari diberbagai perguruan tinggi. Pada abad ke-20 retorika
dikembangkan melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan Teknik modern, sehingga
tampak mulai tergesar dari keterampilan Speak yang menjadi Speak Communication,
yang akhirnya menjadi Public Speaking.

Anda mungkin juga menyukai