Anda di halaman 1dari 5

NAMA : AGIS ZASKYA

NIM :23.023.61.201.053

KELAS : A

PRODI : MANAJEMEN

SEMESTER : I

Sejarah “Public Speaking”

Pengertian Public Speaking

Public speaking adalah suatu bentuk komunikasi kepada sekelompok orang didepan umum yang
biasanya berbentuk ceramah atau pidato yang bertujuan untuk memberikan informasi, mempengaruhi
atau menghibur. Public Speaking merupakan rumpun keluarga Ilmu Komunikasi dimana mencakup
kemampuan seseorang untuk dapat berbicara di depan publik, kelompok maupun perseorangan perlu
menggunakan strategi, teknik yang tepat. Berdebat, menyampaikan pidato, memimpin rapat, Me-
moderatori atau memandu sebuah acara, melakukan debat dalam diskusi, memimpin sessi presentasi
atau diskusi, menjadi presenter tv, mengajar dan lain sebagainya. Secara sederhana public speaking
merupakan tata cara melakukan bicara di depan umum, secara runtut dan terencana, dengan tujuan
tertentu.

Sejarah Public Speaking

Public speaking sebenarnya bukanlah aktivitas baru yang hanya dilakukan oleh manusia-manusia pada
zaman modern saja. Bahkan sejarah telah menunjukkan bahwa akar tradisi kegiatan public speaking ini
telah ada sejak zaman peradaban Yunani kuno, yaitu pada tradisi politiknya. Seni berbicara di depan
publik ini biasanya disebut dengan nama “retorika”, dari bahasa Yunani rhētorikós, yang berarti
“pidato”, atau dari kata rhḗtōr yang berarti “pembicara publik” yang telah dipelajari bahkan sejak dalam
ilmu pengantar ilmu komunikasi.

Sekitar 2.500 tahun yang lalu di Athena kuno, para pemuda diminta untuk memberikan pidato yang
efektif sebagai bagian dari tugas mereka sebagai warga negara. Selama waktu itu Socrates (c.469-3998
SM), Plato (427-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM) mengajarkan murid mereka filsafat dan retorika.
Retorika menurut Plato adalah “seni memenangkan jiwa oleh wacana.”
Demokrasi saat berkembang saat itu semua warga harus mampu berbicara dalam legislatif dan bersaksi
di pengadilan. Warga bertemu di Sidang besar di pasar (agora) untuk membahas isu-isu perang dan
ekonomi dan politik.Ditambah dengan lembaga Pengadilan Rakyat oleh Sage, Solon, di 594-593 SM,
dimana warga bisa membawa keluhan-keluhan mereka ke pengadilan dan berdebat kasus mereka. Saat
itu, tidak ada pengacara dan karena orang sering menggugat satu sama lain , sehingga penting bagi
setiap warga negara untuk memiliki kemampuan komunikasi untuk dirinya dan keluarganya.

Tokoh-tokoh yang terkenal berbicara atau melakukan retorika pada zaman kuno antara lain adalah
Gorgias, Plato, dan Aristoteles dengan model komunikasi Aristoteles yang dimilikinya.

1.Gorgias dan Protagoras

Gorgias dan Protagoras Mendirikan sekolah retorika untuk pertama kalinya. Gorgias melihat adanya
peluang untuk memenuhi kebutuhan pasar, karena pada waktu itu masyarakat Athena butuh
kemampuan berbicara yang jelas dan persuasif. Negeri Athena saat itu sedang tumbuh menjadi Negara
yang kaya dan demokratis, setiap orang diberi kebebasan untuk menyampaikan pendapatnya. Di sinilah
kemampuan berpikir yang jernih dan logis dibutuhkan. Tentu saja itu semua didukung dengan
kemampuan berbicara yang jelas dan persuasif. Gorgias bersama dengan Protagoras mengajarkan
teknik-teknik memanipulasi emosi dan menggunakan prasangka untuk menyentuh hati pendengar.
Teknik tersebut Lebih menekankan kepada bahasa yang puitis. Mereka menamakan dirinya
kelompoknya sophistai “guru kebijaksanaan” atau kaum sophis. Saat itulah muncul adanya lomba adu
pidato juga muncul jago–jago pidato, misalnya Demosthenes dan Isocrates.

2.Demosthenes dan Isocrates

Berbeda dengan Gorgias yang lebih menekankan kepada bahasa yang puitis/bahasa yang berbunga-
bunga, Demosthenes mengembangkan teknik gaya berbicara yang jelas dan lugas, menggabungkan
antara narasi dan argumnentasi. Juga memperhatikan bagaimana cara penyampaian, menurut Will
Durant ia melatakkan rahasia pidato pada acting. isocrates mengatakan bahwa retorika tidak bisa
dipisahkan dari politik dan sastra. Ia juga mendirikan sekolah retorika, dimana ia mengajarkan tentang
bagaimana menggunakan kata- kata dalam susunan yang jernih tetapi tidak berlebih- lebihan disertai
dengan anak kalimat yang seimbang.

3.Socrates dan Plato

Socrates mengkritik kaum sophis sebagai para prostitut, yaitu orang yang menjual kecantikan untuk
memperoleh uang. Plato adalah murid Socrates, ia mengatakan bahwa Gorgias adalah contoh retorika
yang palsu (berdasarkan pada Sophisme) sedangkan Socrates adalah contoh retorika yang
benar(berdasarkan pada filsafat). Sophisme mengajarkan kebenaran yang relatif dan filsafat membawa
orang kepada pengetahuan yang sejati. Plato menganjurkan agar para pembicara mengenal “jiwa”
pendengarnya. Dari sinilah Plato meletakkan dasar-dasar retorika ilmiah dan psikologi khalayak. Dia
mengubah retorika sebagai sekumpulan teknik menjadi sebuah wacana ilmiah.

Aristoteles

Aristoteles mengatakan bahwa ada 5 tahap dalam penyusunan pidato (Lima Hukum Retorika = The Five
Canons of Rhetoric), yaitu:

Inventio (penemuan), penggalian topik dan menentukan metode persuasi yang paling tepat,
merumuskan tujuan mengumpulkan bahan/argumen yang sesuai dengan kebutuhan khalayak.
Aristoteles menyebut ada 3 metode persuasi, yaitu:

1. Ethos, kita harus menunjukkan kepada khalayak bahwa kita memiliki pengetahuan yang luas,
kepribadian yang terpercaya, dan status yang terhormat.

2. Pathos, kita harus dapat menyentuh hati khalayak: perasaan, emosi, harapan, dan kebencian.

3.Logos, kita dapat menunjukan dokumen atau sesuatu contoh sebagai bukti.

• Dispositio (penyusunan), tahap pengorganisasian pesan. Aristoteles menyebutnya taxis, yaitu pesan
harus dibagi ke dalam beberapa bagian yang berkaitan secara logis seperti pengantar, pernyataan,
argumen, dan epilog.

• Elocutio (gaya), pemilihan kata-kata dan bahasa yang tepat untuk mengemas pesan. Gunakan bahasa
yang tepat, benar dan dapat diterima oleh para audience, pilih kata- kata yang jelas dan langsung, dan
juga rangkaian kalimat yang indah,

• Memoria (memori), pembicara harus mengingat pesan yang ingin disampaikan.

• Pronuntiatio (penyampaian), pembicara menyampaikan pesannya. Di sini acting sangat berperan,


pembicara harus memperhatikan olah vocal dan gerakan tubuh.

Ada 5 hal mengenai karakteristik ketarampilan berbicara yaitu, :

1.Percaya Diri

Rasa percaya diri perlu selalu dipupuk dan dikembangkan dalam diri kita agarketika tampil di hadapan
orang banyak dapat tampil prima dan baik. Ketika akan tampil, buatlah diri Anda percaya diri pada
kemampuan dan persiapan yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan cara demikian percaya diri Anda
akan terbentuk dan tidak akan “demam panggung”. Namun demikian over percaya diri tidak boleh ada
dalam diri kita karena berakibat riak dan sombong dan selalu “under estimate” pada orang lain.
2. Materi

Dalam menyusun materi public speaking harus diperhatikan hal-hal berikut : memahami materi, ketahui
yang khalayak senangi dan situasi audiens dengan menyesuaikan gaya bahasa. Public speaking sebaiknya
disampaikan dalam kalimat dan pesan yang terstruktur yang disampaikan dengan metode yang
sistematis agar memudahkan para pendengar dalam memahami materi yang disampaikan oleh public
speaker. Agar kita lancar dalam membawakan materi di panggung, kita juga perlu untuk membaca
materi yang akan disampaikan berulang-ulang.

3. Retorika

Dalam Bahasa Yunani ῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher) retorika adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan
secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau
argumen (logo). Plato secara umum memberikan defenisi terhadap retorika sebagai suatu seni
manipulatif yang bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi
pembicara dengan pendengar melalui pidato, dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam
merumuskan nilai, kepercayaan dan pengharapan mereka. Ini yang dikatakan Kenneth Burke (1969)
sebagai substansi dengan penggunaan media oral atau tertulis.

Retorika pada awalnya sering dipakai dalam perdebatan di pengadilan atau dalam perdebatan
antarpersonal untuk mempengaruhi orang lain yang ada di sekitarnya dengan cara persuasif.

Dalam ajaran retorika Aristoteles, terdapat tiga teknis alat persuasi (mempengaruhi) politik yaitu
deliberatif, forensik dan demonstratif. Retorika deliberatif memfokuskan diri pada apa yang akan terjadi
dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang. Retorika forensik lebih memfokuskan pada
sifat yuridis dan berfokus pada apa yang terjadi pada masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak,
pertanggungjawaban atau ganjaran. Retorika demonstartif memfokuskan pada wacana memuji dengan
tujuan memperkuat sifat baik atau sifat buruk seseorang, lembaga maupun gagasan.

Salah satu tokoh yang memiliki kemampuan retorika yang baik adalah Ir Soekarno.Ia adalah Presiden
Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945–1966. Ia memainkan peranan penting dalam
memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan
Indonesia yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Presiden pertama RI itu pun dikenal sebagai orator
yang ulung, yang dapat berpidato secara amat berapi-api tentang revolusi nasional, neokolonialisme dan
imperialisme. Ia juga amat percaya pada kekuatan massa, kekuatan rakyat. Gejala berbahasa Bung
Karno merupakan fenomena langka yang mengundang kagum banyak orang. Kemahirannya
menggunakan bahasa dengan segala macam gayanya berhubungan dengan kepribadiannya. Hal ini
tercermin dalam autobiografi, karangan-karangan dan buku-buku sejarah yang memuat sepak
terjangnya.

4. Penampilan
Menyesuaiakan pakaian yang akan kita gunakan, contohnya saat kita mengisi acara formal maka kita
juga harus menggunakan pakaian yang bersifat formal seperti kemeja, jas dan berpaiakan rapi.
kemudian ketika kita mengisi acara nonformal seperti acara anak muda contohnya, kita juga harus
menyesuaikan pakaian seperti anak muda pada umumnya.

5. Kemampuan mengelola audiens

Kemampuan mengelola audiens salah satu komponen yang dibutuhkan untuk menentukan berhasil atau
tidaknya seseorang dalam public speaking. public speaker hendaknya mencari topik yang dapat menarik
perhatian para audiens. selain itu pertimbangkan juga minat dan kebutuhan dari para audiens. Tentukan
poin-poin di dalam menyampaikan informasi kepada audiens.

Jangan melulu menggunakan satu cara saja (apalagi cara itu adalah dengan penjelasan / ceramah biasa).
Gunakanlah berbagai cara untuk menyampaikan pesan, misalnya saja dengan cerita, kita juga memiliki
pengalaman dan cerita pribadi yang bisa kita sampaikan. Itu akan menjadi hal unik dan menarik jika kita
bisa menambahkan pengalaman-pengalaman pribadi kita ke dalamnya. mungkin kita juga bisa
menyelipkan cerita yang lucu agar suasana tidak terlalu tegang dan para audiens bisa sesekali tertawa.
Bisa juga dengan video ataupun diskusi. Selain itu variasilah juga intonasi suara, jika suara kita hanya
memiliki satu nada suara saja pastilah ini adalah resep ampuh supaya audiens cepat tertidur.

Jangan ada pikiran lain ketika sedang public speaking, misal: berpikir jika audiens tidak suka dengan
materi kita atau masih berusaha mengingat-ingat isi materi. Audiens akan bisa merasakan ketika hal ini
terjadi, itulah saat ketika kita akan kehilangan koneksi dengan audiens. kita juga bisa melibatkan audiens
untuk berpartisipasi dalam materi yang kita sampaikan. Dengan berpartisipasi mereka juga akan
bergerak dan berpikir, inilah yang akan membuat para audiens tidak lagi bosan dan mengantuk.

Manfaat yang bisa diambil dari Public Speaking

– Berbicara di depan umum secara tidak langsung akan mengasah kemampuan seseorang dalam hal
berbicara di depan umum.

– Berbicara di depan umum juga akan meningkatkan kemampuan kita untuk berfikir kritis untuk
menyelesaikan masalah yang kita hadapi secara cepat dan tepat.

– Melakukan public speaking akan meningkatkan kualitas diri kita karena dengan kita mampu berbicara
di depan umum dengan baik dan benar akan meningkatkan kualitas diri melalui bagaimana kita
mengatasi audience, menarik perhatian audience, dan bagaimana kita berinteraksi dengan orang banyak
di hadapan umum.

Anda mungkin juga menyukai