Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Secara kodrati manusia merupakan mahluk monodualistis, artinya selain sebagai


mahluk individu manusia juga berperan sebagai mahluk sosial. Menurut Aristoteles,
mahluk sosial merupakan zoon politicon yang berarti manusia dikodratkan untuk hidup
bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain. Sebagai mahluk sosial, manusia
membutuhkan manusia lain untuk bertahan hidup dan dituntut untuk saling
bekerjasama. Dalam proses interaksi antar manusia tersebut terciptalah komunikasi.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu
pihak kepada pihak yang lain. Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau
verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal
yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala atau mengangkat bahu. Cara ini disebut komunikasi nonverbal.

Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat
fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Profesor Wilbur Schramm
menyebutnya bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat
terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat
mengembangkan komunikasi (Schramm; 1982). Apa yang mendorong manusia
sehingga ingin berkomunikasi dengan manusia lainnya. Teori dasar Biologi menyebut
adanya dua kebutuhan, yakni kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Dalam perkembangannya komunikasi memiliki beberapa model dari dengaan definisi


yang berbeda-beda. Model komunikasi dibuat supaya mempermudah dalam memahami
proses komunikasi dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam suatu
komunikasi. Dari beberapa model komunikasi tersebut dalam makalah ini akan dibahas
salah satu model yakni model komunikasi Aristoteles.

1.2  Rumusan Masalah

Dalam makalah ini rumusan masalah yang akan dibahas antara lain :

1. Apa yang dimaksud dengan model komunikasi Aristoteles?


2. Apa saja kelebihan dan kekurangan model komunikasi Arristoteles?
1.3  Tujuan

Tujuan yang diharapkan tercapai setelah membaca makalah ini adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud dengan model komunikasi


Aristoteles.
2. Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan serta kekurangan yang dimiliki model
komunikasi Aristoteles.
BAB II

PEMBAHASAN

Model komunikasi adalah representasi fenomena komunikasi dengan menonjolkan


unsur-unsur terpenting guna memahami suatu proses komunikasi.
Menurut Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi adalah deskripsi ideal
mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Sedangkan B. Aubrey
Fisher mengatakan, model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian
dari keseluruhan, unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang
dijadikan model. Sebagian ahli memaknai model sebagai penyederhanaan teori yang
disajikan dalam bentuk gambar. Karena itu, hakikatnnya model adalah alat bantu.
Sebagai alat bantu, model mempermudah penjelasan fenomena komunikasi dengan
mempresentasikan secara abstrak ciri-ciri yang dianggap penting dan menghilangkan
rincian yang tidak perlu.

2.1 Model Komuikasi Aristoteles

Aristoteles (384 SM–322 SM) adalah seorang filsuf Yunani. Model komunikasi yang
digunakan oleh Aristoteles pada dasarnya adalah model komunikasi paling klasik,
model ini disebut model retoris (rhetorical model). Inti dari komunikasi ini adalah
persuasi, yaitu komunikasi yang terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan
pembicaraannya kepada khalayak dalam mengubah sikap mereka. Ilmu retorika pada
awalnya dikembangkan di Yunani berkaitan dengan ilmu tentang seni berbicara
(Techne Rhetorike). Retorika sendiri adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan secara
persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional
atau argumen (logo). Awalnya Aristoteles mencetuskan dalam sebuah dialog
sebelum The Rhetoric dengan judul ‘Grullos’ atau Plato menulis dalam Gorgias, secara
umum adalah seni manipulatif atau teknik persuasi politik yang bersifat transaksional
dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar
melalui pidato, persuader dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan
nilai, kepercayaan dan pengharapan mereka.
Dalam bukunya yang berbicara mengenai Rhetorica, Aristoteles berusaha mengkaji
mengenai ilmu komunikasi itu sendiri dan merumuskannya kedalam model komunikasi
verbal. Model komunikasi verbal dari Aristoteles ini merupakan model komunikasi
pertama dalam ilmu komunikasi. Ia juga menuliskan bahwa suatu komunikasi akan
berjalan apabila ada 3 unsur utama komunikasi yaitu pembicara (speaker), pesan
(message), dan pendengar (listener). Aristoteles memfokuskan komunikasi pada
komunikasi retoris atau yang lebih di kenal saat ini dengan komunikasi publik (public
speaking) atau pidato, sebab pada masa itu seni berpidato terutama persuasi merupakan
keterampilan penting yang dibutuhkan pada bidang hukum seperti pengadilan, dan teori
retorika berpusat pada pemikiran mengenai retorika (mempersuasif). Fokus model ini
adalah pada kemampuan bicara atau pidato yang biasanya berpusat pada kemampuan
persuasi seorang pembicara yang dapat dilihat dari isi pidato, susunan pidato dan cara
penyampaiannya, dengan tercapainya tiga hal tersebut maka seseorang dapat diukur
kemampuan persuasinya.

Perlu diingat bahwa model komunikasi ini semakin lama semakin berkembang, tapi
selalu akan ada tiga aspek yang selalu sama dari masa ke masa, yaitu : sumber pengirim
pesan, pesan yang dikirimkan, dan penerima pesan.

Diagram Model Komunikasi Aristoteles

Segitiga Retorika dan Jenis-jenis Retorika

Segitiga retorika adalah metode untuk menyusun kalimat-kalimat yang tepat dalam
penerapan prinsip persuasi. Segitiga retorika terdiri dari ethos, logos, dan phatos.

1. 1.       Ethos
Ethos adalah komponen di dalam argumen yang menegakkan kepercayaan pendengar
terhadap kompetensi sang pembicara. Dalam prinsip persuasi bisa termasuk ke dalam
prinsip otoritas dan rasa suka. Wawasan, etika dan karakter orang yang menyampaikan 
argumen haruslah meyakinkan.

Ada tiga kategori ethos, yaitu phronesis atau kemampuan dan kebijaksanaan yang


berarti kepakaran dan kecerdasan sang pembicara. Yang kedua adalah arete atau
kebaikan dan kehebatan sang pembicara yang dinilai sebagai kredibilitas serta
reputasinya. Dan yang terakhir adalah eunoia atau niat baik komunikator

1. 2.       Logos
Logos adalah isi dari argumen yang menarik dari sisi logika. Data-data yang disajikan
haruslah akurat dan tidak membingungkan. Informasi yang mendalam namun mudah
dipahami akan semakin meningkatkan dimensi ethos dari sang pembicara.
Struktur bahasa yang rasional dan proporsional akan ditangkap dengan jelas oleh
pikiran para pendengar. Kejelasan dari alasan-alasan serta bukti-bukti yang kuat akan
mendorong pesan dan argumen menjadi semakin persuasif. Persiapan yang matang
adalah kuncinya.

1. 3.       Phatos
Phatos adalah sisi daya tarik emosional yang menyertai isi argumen dari sisi logos dan
kompetensi komunikator dari sisi ethos. Penyampaian argumentasi dengan pathos inilah
yang menguatkan unsur persuasinya. Pathos adalah penentu dari persetujuan pendengar
pada pemaparan sang pembicara.

Jenis-jenis Retorika

1. Retorika forensik: keadaan ketika para pembicara mendorong munculnya rasa


bersalah atau tidak bersalah dari khalayak. Pidato forensik atau juga disebut
pidato Yudisial biasanya ditemui dalam kerangka hukum. Retorika forensik
berorientasi pada masa waktu lampau.
2. Retorika epideiktik : wacana yang berhubungan dengan pujian atau tuduhan 
Sering disebut juga pidato seremonial. Pidato jenis ini disampaikan kepada
publik dengan tujuan untuk memuji, menghormati, menyalahkan dan
mempermalukan. Pidato jenis ini berfokus pada isu-isu sosial yang ada pada
masa waktu sekarang.
3. Retorika deliberatif : saat pembicara harus menentukan suatu tindakan yang
harus diambil, sesuatu yang harus atau tidak boleh di lakukan oleh khalayak.
Pidato ini sering disebut juga dengan pidato politis. Pidato deliberatif
berorientasi pada masa waktu yang akan datang.
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Komunikasi Aristoteles

Kelebihan dari model komunikasi Aristoteles atau model retoris antara lain :

1. Keyakinan bahwa berbicara membedakan manusia dari binatang.


2. Ada kepercayaan bahwa pidato publik yang disampaikan dalam forum
demokrasi adalah cara yang lebih efektif untuk memecahkan masalah politik.
3. Retorika merupakan sebuah strategi di mana seorang pembicara mencoba
mempengaruhi audience melalui pidato yang jelas-jelas bersifat
persuasif. Public speaking pada dasarnya merupakan komunikasi satu arah.
4. Pelatihan kecakapan pidato adalah dasar pendidikan kepemimpinan. Seorang
pemimpin harus mampu menciptakan argumen-argumen yang kuat lalu
dengan lantang menyuarakannya.
5. Menekankan pada kekuatan dan keindahan bahasa untuk menggerakkan orang
banyak secara emosional dan menggerakkan mereka untuk beraksi/bertindak.
Pengertian Retorika lebih merujuk kepada seni bicara daripada ilmu berbicara.
6. Sampai tahun 1800-an, perempuan tidak memiliki kesempatan untuk
menyuarakan haknya. Jadi retorika merupakan sebuah keistimewaan bagi
pergerakan wanita di Amerika yang memperjuangkan haknya untuk bisa
berbicara di depan publik.
7. Model menjadi inspirasi bagi para ilmuwan komunikasi untuk
mengembangkan model komunikasi modern.
Kekurangan dari model komunikasi Aristoteles atau model retoris antara lain :

1. Komunikasi dianggap sebagai fenomena statis. Dimana hanya terdapat


transfer pesan dari pembicara ke pendengar saja. Misalnya, seorang
pembicara sedang berbicara tentang sesuatu hal dan kemudian ia
menyampaikan pesan kepada para khalayak. Kemudian, khalayak
mendengarkan apa yang menjadi pesan dari si pembicara. Tahap-tahap
komunikasi dalam peristiwa ini terjadi secara berurutan dimana itu terjadi
terus-menerus terjadi secara statis ketimbang terjadi secara simultan.
2. Model komunikasi ini memunculkan persepsi yang salah bahwa kegiatan
yang terstruktur yang selalu disengaja. Seperti, pembicara menyampaikan dan
pendengar hanya mendengarkan tanpa di jelaskan lebih jauh mengenai
gangguan yang mungkin terjadi dalam proses penyampaian pesan, efek
yang akan terjadi dan sebagainya.
3. Di dalam model komunikasi yang diutarakan oleh Aristoteles ini tidak
membahas mengenai aspek-aspek non-verbal dalam persuasi yang berperan
dalam proses komunikasi.
BAB III

PENUTUP

1.1         Kesimpulan

1. Inti dari model komunikasi ini adalah persuasi, yaitu komunikasi yang terjadi
ketika seorang pembicara menyampaikan pembicaraannya kepada khalayak
dalam mengubah sikap mereka.
1. Kelebihan model komunikasi Aristoteles ialah melatih seseorang
menjadi pembicara yang baik di hadapan khalayak ramai dan merupakan
inspirasi bagi para ilmuan komunikasi lain untuk mengembangkan
berbagai teori model komunikasi. Sedangkan kelemahannya yakni
dianggap sebagai fenomena statis, memunculkan persepsi yang salah
bahwa kegiatan yang terstruktur yang selalu disengaja dan tidak
membahas mengenai aspek-aspek non-verbal dalam persuasi yang
berperan dalam proses komunikasi.
1.2         Saran

Pengaplikasian model komunikasi Aristoteles ini dalam kehidupan khususnya dalam


bidang kesehatan salah satu contohnya yakni penyuluhan tentang kesehatan kepada
masyarakat yang bertujuan mengubah perilaku hidup mereka menjadi lebih baik dalam
rangka usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai