Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PUBLIC SPEAKING DAN PELUANG SUKSES


(PUBLIC SPEAKING AND SUCCESS OPPORTUNITIES)

A. Pengertian Public Speaking (Definition of Public


Speaking)
Public speaking terdiri dari dua kata yaitu : public dan
speaking, public artinya orang banyak, masyarakat umum, dn
rakyat, sedangkan speaking artinya berbicara. Jadi jika kita
satukan public speaking mengandung arti berbicara di muka
umum atau masyarakat. Sedangkan dalam kamus Merriam-
Webster Yang di kutip dari makalah Yasin Nasila (2015).
Mengartikan public speaking sebagai “ the act or skill of
speaking to a usually large froup of people”. Public speaking
adalah aksi atau keterampilan berbicara kepada sekelompok
besar orang.
Istilah public speaking dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), mungkin karena masih sulit dicarikan
terjemahannya. Istilah yang semakna dengan public
speaking dalam KBBI adalah “pidato”. Yaitu “pengungkapan
pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepad orang
banyak “. Public speaking adalah keterampilan yang dapat
dilatih, dipraktekan, dan dimanfatkan untuk memberi manfaat
sesuai dengan kebutuhan audience (pendengar) antara lain
untuk menyampaikan informasi, memotivasi, membujuk dan
mempengaruhi orang lain, mencapai saling pengertian dan

1
kesepakatan, meraih promosi jabatan, mengarahkan kerja
para staf, meningkatkan penjualan produk/keuntungan bisnis
dan membagikan pengetahuan yang dimiliki seseorang.
Tujuan public speaking tidak terlepas dari tujuan
komunikasi, yaitu menyampaikan pesan atau ide kepada
publik dengan metode yang sesuai sehingga publik bisa
memahami pesan atau ide, dan kemudian memperoleh
manfaat dari pesan tersebut. Sehubungan dengan hal
tersebut seorang public speaker pun dituntut untuk mampu
memilih metode yang tepat untuk menyampaikan pesannya.
Penerapan public speaking disadari dari atau tidak, kita
seringkali melakukan public speaking dalam menjalani
kehidupan sehari-harim bahkan oleh mahasiswa sekalipun.
Mengutarakan pendapat di dalam rapat, bercerita kepada
teman-teman di sekitar, dan presentasi di depan kelas
merupakan segelintir contoh dari penerapan public speaking.
Adapun pengertian atau definisi public speaking
menurut para ahli yaitu sebagai berikut :
1. Menurut Webster’s Third International Dictionary
 Public speaking adalah sebuah proses penyampaian
pidato dihadapan publik.
 Public speaking adalah sebuah seni dari ilmu komunikasi
lisan yang secara efektif yang melibtkan para audiens atau
pendengar.

2
2. David Zarefsky
Public speaking adalah suatu proses komunikasi ung
berkelanjutan yang dimana pesan dan dan lambing
bersilkulasi berulang-ulang secara terus menerus antara
pembicara dan pendengarnya.
3. Menurut Wikipedia
Public speaking merupakan suatu proses berbicara
kepada sekelompok orang secara terstruktur dengan tujuan
untuk memberikan informasi kepada banyak orang. Serta
mengajak, mempengaruhi maupun menghibur audiens atau
pendengar.
4. American Heritage Dictionary
Public speaking adalah sebuah aksi, seni, atau sebuah
proses menyampaikan materi secara efektif di depan para
audiens atau sebuah proses menyampaikan materi secara
efektif di depan para audiens atau pendengar.
Berdasarkan pengertian atau pendapat para ahli di
atasa maka kita dapat menyimpulkan bahwa pengertian publik
speaking merupakan suatu kegiatan berbicara dimuka umum
atau orang banyak dengan tujuan-tujuan tertentu. Baik untuk
memotivasi, menghibur, mempengaruhi maupun memberikan
informasi, sehingga orang lain atau audeins bisa menangkap
apa yang kita bicarakan.

B. Sejarah Public Speaking (History of Public Speaking)

3
Public speaking berakar dari tradisi politik peradaban
Yunani Kuno. Untuk itu public speaking tidak pernah lepas
dari aspek politik. Karena dalam public speaking ada tujuan
untuk mempengarui dan mengarahkan. Dalam bahasa Yunani
public speaking berasal dari kata ητορικός (“Retorika”), yang
berarti “Pidato”. Retorika berkaitan juga dengan berkata dan
berucap.
Retorika berawal dari kultur pemerintahan Yunani kuno
yang melibatkan partisipasi politik masyarakat sebagai elemen
terpenting dalam pengambilan keputusan. Para politisi sering
melakukan pidato-pidato di tempat terbuka untuk didengarkan
oleh masyarakat untuk mempersuasi mereka dan sekaligus
melebarkan pengaruh para politisi itu sendiri. Para orator-
orator Yunani tidak berbicara sebagai perwakilan pihak lain
atau konstituen tertentu. Mereka berpidato di publik atas nama
diri mereka sendiri. Setiap warga negara yang ingin menonjol
dan berhasil dalam karier politik harus mempelajari teknik-
teknik berbicara di depan publik.
Makna “retorika” kemudian berkembang menjadi seni
menyusun dan menyampaikan pidato di depan publik dengan
tujuan untuk mempersuasi. Dari sinilah kata “retorika” muncul
sebagai alat yang sangat krusial untuk mempengaruhi kondisi
perpolitikan dan pemerintahan Yunani. Keterampilan berpidato
ini diajarkan oleh kaum sofis. Mereka dikenal sering menerima
bayaran untuk mengajarkan bagaimana membuat argumen

4
yang lemah menjadi lebih kuat. Mereka juga memiliki murid-
murid yang dilatih dalam teknik berbicara di depan publik.
Tokoh retorika saat itu seperti Gorgias (485-380 SM), yang
merupakan seorang sofis dan ahli retorika yang hidup
sebelum era Socarates. Gorgias dapat dikatakan sebagai
salah public speaker profesional, sekaligus komersil, yang
pertama dalam sejarah. Gorgias menyatakan kekuatan
retorika sebagai alat yang efektif untuk membujuk dengan
mengatakan bahwa retorika membuat orang mampu
“mempersuasi dengan kata-kata para hakim-hakim di
pengadilan dan senator-senator yang berkepentingan”. Hal
tersebut yang dikritik oleh Plato. Plato mengkritik retorika
sofistik seperti yang diajarkan oleh Gorgias karena
menurutnya kaum sofis menggunakan retorika hanya untuk
menampilkan pidato-pidato persuasif yang mementingkan
kepentingan pribadi, bukan didasarkan pada keadilan.
Retorika seperti ini berbahaya bila terus menerus
dipraktekkan, apalagi diajarkan pada generasi muda, karena
dapat membentuk masyarakat yang tidak adil.
Solusi Plato bagi kritik yang ia kemukakan terhadap
retorika sofistik terdapat dalam dialognya yang berjudul
Phaedrus. Phaedrus memuat gagasan Plato tentang seni
persuasi sejati dalam berpidato. Menurutnya, seni persuasi
yang benar bertujuan untuk mencapai tatanan masyarakat
yang lebih baik. Seorang peretorika harus mengenal jiwa
manusia, mempelajari ragam karakter manusia, dan

5
menyadari kekuatan di balik penggunaan kata-kata. Dalam
Phaedrus, Plato mengusulkan bahwa inti dari sebuah seni
retorika yang sejati adalah kemampuan untuk menyesuaikan
argumen dengan tipe kepribadian manusia yang berbeda-
beda. Plato menyatakan bahwa seorang pembicara harus
menemukan jenis pidato yang sesuai dengan masing-masing
tipe kepribadian manusia. Beberapa ahli mencatat bahwa
Plato dan Socrates mengkaitkan antara kekuatan berargumen
dengan menggunakan kata-kata (logoi) dengan pengetahuan
tentang psikologi manusia.
Berikutnya, muncullah Aristoteles yang dapat dikatakan
sebagai kontributor terbesar dalam perkembangan retorika di
dunia Barat. Tulisan Aristotles Retorika dibagi menjadi tiga
buku. Buku pertama mendefinisikan retorika, menetapkan
ruang lingkup retorika, serta membagi retorika menjadi tiga
jenis oratori (pidato). Buku kedua membahas tentang strategi-
strategi retoris yang terdiri dari karakter dan emosi. Buku
ketiga berbicara tentang gaya berbicara dan pengaturan
argumen dan kata-kata.
Menurut definisi Aristoteles, “retorika adalah
kemampuan (dunamis: juga dapat berarti kapasitas atau
kekuatan) untuk mempraktekkan, pada berbagai kondisi, cara-
cara persuasi yang tersedia”. Dengan mengemukakan definisi
ini, Aristoteles mengubah posisi retorika dari semata-mata
sebuah praktek berpidato atau berorasi menjadi sebuah
proses kreatif. Dalam buku pertamanya, Aristoteles

6
menyatakan bahwa ada tiga elemen teknis yang merupakan
inti dari ilmu retorika; terdiri dari (1) penalaran logis (logos), (2)
penggugah emosi atau perasaan manusia (pathos), dan (3)
karakter dan kebaikan manusia (ethos). Selain itu, ia juga
menyebutkan beberapa elemen non teknis (atechnoi pisteis)
seperti dokumen atau kesaksian. Elemen non-teknis ini
dianggapnya berguna dalam berargumen namun bukan
bagian dari pembelajaran retorika.
Logos juga dapat diartikan sebagai makna dari
gagasan yang terdapat dalam kata-kata, percakapan,
argumen atau kasus. Logos juga dapat berarti akal budi atau
rasionalitas. Pada dasarnya, manusia dibedakan dari makhluk
lainnya karena memiliki logos. Logos yang terkait erat dengan
proses penalaran dan membuat kesimpulan, sangat erat
terkait dengan logika. Namun yang lebih esensial bagi
Aristoteles bukanlah aspek teknis dari logika. Inti retorika
adalah cara orang bernalar dan cara pengambilan keputusan
tentang persoalan-persoalan publik yang penting. Logos
adalah pembelajaran tentang argumen-argumen yang
dikemukakan sebagai hasil dari proses penalaran yang biasa
dilakukan orang dalam praktik pengambilan keputusan.
Selanjutnya Aristoteles mendefinisikan pathos sebagai
“meletakkan audiens dalam kerangka pemikiran yang tepat”.
Konsep Aristoteles tentang pathos sebagai aspek emosional
dari sebuah pidato. Ia berpendapat bahwa emosi seseorang
memiliki pengaruh besar terhadap kemampuannya untuk

7
melakukan penilaian (judgment). Menurutnya, seorang
pembicara yang memiliki pengetahuan memadai dapat
menyentuh perasaan dan keyakinan yang berpengaruh
terhadap penilaian audiens dan, dengan demikian, dapat
menggerakkan mereka untuk meyakini apa yang disampaikan
pembicara. Lebih lanjut, ia juga menekankan pentingnya
seorang pembicara untuk memiliki penilaian yang benar
secara moral, bukan semata-mata keinginan pragmatis untuk
memenangkan sebuah argumentasi. Jadi pembelajaran
tentang pathos adalah pembelajaran tentang psikologi emosi
dan dituntun oleh beban moral untuk menemukan dan
menyampaikan kebenaran serta melakukan yang benar.
Berikutnya dalam Retorika, Aristoteles berbicara
mengenai karakter dan kredibilitas seorang pembicara.
Menurutnya, kedua hal ini harus timbul dari seorang
pembicara pada saat ia menyampaikan pidatonya. Aristoteles
membagi karakter menjadi tiga bagian. Untuk mencapai ethos,
seorang pembicara harus memiliki (1) kepandaian, nalar yang
baik (phronesis), (2) integritas atau moralitas (arete), dan (3)
niat baik (eunoia). Seorang peretorika yang terlatih harus
mengerti karakter bagaimana yang diterima dan dipercaya
oleh masyarakat yang menjadi audiensnya. Bila pathos adalah
psikologi mengenai emosi manusia, maka ethos dapat
dikatakan sebagai sosiologi mengenai karakter manusia.
Aristotles menganggap ethos sebagai aspek terpenting dari
ketiga elemen yang ia ajukan karena ethos memiliki potensi

8
persuasif yangtinggi. Bila audiens yakin bahwa seorang
pembicara menguasai apa yang ia bicarakan dan memiliki niat
yang baik untuk audiensnya, maka ia akan diterima dan
dipercaya oleh audiensnya.
Selain ketiga elemen di atas, Aristoteles juga
membahas pembawaan, gaya bicara dan penyusunan pidato
dalam bukunya. Pembawaan pidato, menurutnya penting
karena berkaitan dengan bagaimana audiens menerima apa
yang dikatakan oleh pembicara. Ia berpendapat bahwa
kemampuan berdramatika adalah bakat seseorang sehingga
pembawaan yang efektif sulit diajarkan. Hal terpenting adalah
diksi (pemilihan kata-kata) yang tepat. Gaya berbicara atau
gaya berbahasa harus disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Hal yang terpenting adalah kejelasan. Kejelasan dapat dicapai
apabila kata-kata yang digunakan sesuai dengan
perkembangan jaman dan dapat dimengerti orang awam.
Seorang pembicara harus mampu berbicara menggunakan
bahasa tutur yang dikenal dalam pembicaraan sehari-hari.
Dalam bahasa Aristoteles, “bahasa yang persuasif adalah
yang natural”.

C. Teknik-teknik Public Speaking (Public Speaking


Techniques)
Public speaking merupakan suatu kegiatan berbicara
dimuka umum yang tentunya untuk orang yang belum terbiasa
sangat sulit dilakukannya. Namun kelompok kami akan

9
membahas bagaimana cara public speaking atau teknik-teknik
dasar dalam public speaking yaitu sebagai berikut :
1) Teknik Ice Breaking (Pembukaan Yang Menarik)
Pembukaan adalah impresi pertama, artinya hal itu
dapat mempengaruhi pandangan audiens terhadap public
speakers selama presentasi. Sesingkat apapun waktu untuk
melakukan presentasi, pembukaan tetaplah harus penuh
kehangatan. Pembukaan dapat dilakukan dengan sebuah
ilustrasi atau cerita yang sedang marak, tetapi relevan dengan
topic pembicaraan. Saat menyampaikannya, tunjukkan wajah
yang bersahabat, ramah, dan dekat. Gunakan joke humor.
2) Teknik Vokal Penyampaian
Vocal yang baik didapatkan apabila seorang public
speaking menguasai tiga hal berikut:
 Pernafasan yang baik, posisi untuk mengontrol pernafasan
adalah berdiri tegak agar memberikan ruang yang lebih
baik kepada paru-paru. Untuk berbicara didepan public,
diperlukan ruang suara yang solid agar dapat
menyampaikan kalimat yang panjang pada volume suara
yang benar.
 Volume Suara, keberhasilan dalam berbicara tidak selalu
ditentukan oleh kerasnya suara. Volume suara ketika
berbicara sehari-hari. Berbicara dengan volume keras
hanya diperlukan pada bagian-bagian tertentu saja.
Selebihnya, berbicara keras terlalu sering dapat
menyebabkan tenggorokan rusak dan audiens pun bosan.

10
 Ekspresi Vocal, Ekspresi adalah faktor penting dalam
pengolahan suara. Suara yang baik akan lebih berarti jika
disetai dengan ekpresi yang tepat. Ekspresi yang tepat
terdiri dari tiga komponen yaitu: a) pitch, faktor tinggi
rendahnya suara, b) Pace, faktor kecepatan berbicara, c)
phrasing, faktor kecakapan memenggal kalimat, dan
disertai dengan jeda.
Selain teknik-teknik di atas ada beberapa teknik lain
yang tentunya harus dimiliki oleh seorang public speakers.
Adapun teknik-teknik dasar public speaking yang
kelompok kami kutip dalam artikel public speaking yang ditulis
oleh RIsal Maros (2014) Dalam hal ini ada beberapa hal yang
harus anda perhatikan dalam berbicara secara efektif yaitu :
 Membangun rapport dengan audiens, pada saat
membangun rapport berbagai identatias harus kita
sampaikan dengan komprehensif sehingga para audiens
akan memperhatikan kita. Kita bisa memulainya dengan
membangun pengalaman positif yang pernah kita alami,
kemudian membangun harapan dan nilai audiens serta
memunculkan humor yang sehat sehingga para audiens
tidak merasa bosan dan akan merasa nyaman.
 Menarik perhatian dan minat audiens, public speakers
harus bisa menghubunkan antara topic dengan audiens
sehingga hal-hal yang kita bicarakan bisa dipahami oleh
audiens, sampaikan pentingnya topic yang kita bicarakan,
kejutkan audiens dengan hal-hal yang tak teruga,

11
bangkitkan keingintahuan audiens, ajukan pertanyaan
serta awali dengan kutipan
 Menyampaikan gagasan, pada saat menyampaikan
gagasan public speakers harus menyampaikan idenya
dengan sangat antusias dengan menyesuaikan bahasa
dengan audiens, gunakan alat bantu yang sesuai, selingi
dengan humor, cerita, puisi, nyanyian dan lain-lain untuk
menyegarkan suasana. Dan public speakers harus mampu
melibarkan peserta untuk menjaga kefokusan para
audiens.
 Menyimpulkan dan menguatkan gagasan utama yang
disampaikan, public speakers harus bisa menyimpulkan
dan menguatkan gagasan utama dalam sesi akhir
pembicaraan sehingga para peserta/audiens mampu
menyipulkan dan memahami topic atau pembahasan yang
telah dibicarakan.
 Mendayagunkan suara, dalam hal ini public speakers
harus menyampaikan ide dengan volume suara yang
didengar oleh seluruh audiens, pilih kata yang tepat,
pelafalan yang jelas, dan intonasi yang sesuai,
menggunakan suara lantang untuk semangat, komando
dan perintah. Suara lirih untuk hal yang penting, variasikan
kecepatan bicara untuk meningkatkan kepentingan pesan
anda. Variasikan dengan jeda yang sering, irama yang
mantap, dan kalimat yang pendek

12
 Gerakan tubuh, jangan diam atau terlihat kaku
menggunakan gerakan langkah kaki, gerakan tangan,
untuk memperkuat arti, lakukan sedikit gerak untuk
audiens, cukup ekspresi wajah dan gerakan tangan. Jika
audiens banyak, perbanyak gerak, untuk menjelaskan
konsep abstrak, kurangi gerak dan bicaralah perlahan.
Untuk topic ringan, perbanyak gerak.
 Melibatkan audiens, komunikasi perlu diadakan secara dua
arah agar dapat saling memberi umpan balik (Feedback),
menyerap informasi hanya melalui pendengaran hasilnya
kurang optimal
 Hal-hal yang membuat audiens malas terlibat, ada
beberapa hal yang membuat audiens malas terlibat
diantaranya :
 Sedikit kontak pribadi, artinya tidk melakukan kontak
mata, dan tidak memanggil dengan nama peserta
 Membuat peserta pasif
 Selalu mengkritik pertanyaan, usulan, jawaban, dan
tingkah laku peserta
 Membuat peserta merasa bodoh karena bertanya.
 Teknik mengajukan pertanyaan, ada beberapa cara untuk
mengajukan pertanyaan kepada audiens yaitu sebagai
berikut :
 Ajukan pertanyaan dalam satu waktu
 Hindari pertanyaan tertutup dan direktif

13
 Pertanyaan harus terfokus, dan tidak kabur
 Ajukan pertanyaan yang memungkinkan peserta
menunjukkan kepandaiannya
 Ajukan peranyaan yang merangsan interaksi peserta
 Perhatikan peserta yang diam
 Tunggu jawaban beberapa saat
 Teknik merespon jawaban peserta
 Perhatikan jawaban verbal dan non-verbal
 Variasikan respon untuk jawaban yang berbeda
 Puji jawaban yang benar
 Perbaiki jawaban yang salah dengan cara tidak
mengkritik
· Menutup pembicaraan, pada saat menutup pembicaraan
public speakers harus pandai serta menutup akhir pertemuan
dengan permohonan maaf apabila mungkin selama
pembicaraan berlangusng banyak kata-kata yang tidak sesuai
dengan aturan ataupun menyinggung perasaan para audiens,
akhiri dengan mengutip kata-kata bijak yang sesuai dengan
tema yang dibahas, membuat pertanyaan dramatis, dan jika
topic yang dibahas berupa ajakan, maka berika semangat
untuk melakukannya.

D. Publik Speaking Kunci Sukses Dalam Karir (Public


Speaking is the Key to Success in Career)

14
Kemampuan berkomunikasi dan berbicara di depan
umum merupakan suatu kewajiban bagi mahasiswa. Bahwa
kemampuan berkomunikasilah yang akan mengantar
seseorang menuju kesuksesan. Pasalnya dalam dunia kerja,
hal semacam itu kerap sekali ditemui. Mulai dari wawancara,
presentasi, dan juga kegiatan-kegiatan lainnya. "Itu tidak
diajarkan secara intensif saat berada di bangku kuliah.
Semua orang punya bakat di bidangnya masing-
masing, tak terkecuali presenter. Semua orang memiliki
peluang yang sama untuk menjadi presenter. Baik itu laki-laki
maupun perempuan. Kuncinya hanya pada keberanian dalam
berbicara. "Selain itu penampilan juga menjadi prioritas
selanjutnya." Kemampuan public speaking sangat penting dan
harus dimiliki oleh semua orang. Kemampuan inilah yang
akan menjadi penunjang seseorang dalam memperoleh
prestasi hingga profesinya nanti. Selain itu, juga bisa
membuat diri seseorang lebih kreatif dan juga lebih disegani
oleh orang lain. "Cita-cita tidaklah harus menjadi seorang
presenter, tetapi untuk meraih cita-cita diperlukan ilmu
berbicara yang baik.

15

Anda mungkin juga menyukai