MATERI KULIAH
Pengampu:
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Definisi
Tujuan Komunikasi
Fungsi Komunikasi
Prinsip Komunikasi
Taraf Komunikasi
Hambatan dalam Proses Komunikasi
BAB II Pandangan gereja mengenai komunikasi
BAB III FEEDBACK DALAM KOMUNIKASI
Pemahaman Diri Berkat Umpan Balik Dari Orang Lain
BAB IV BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI
Pesan Verbal Harus Sejalan Dengan Pesan Nonverbal
Proses yang Memengaruhi Persepsi
Pedoman Untuk Meningkatkan Akurasi Persepsi Individu
BAB V KOMUNIKASI RUANG
Jarak Spasial
Faktor-faktor yang Memengaruhi Komunikasi Ruang
BAB VI SUARA
Volume
Kecepatan
Pitch (nada)
Artikulasi dan pengucapan
Evaluasi.
BAB VII KOMUNIKASI PRIBADI
Pentingnya Komunikasi
Keterampilan Dasar Berkomunikasi
Kesalahan-kesalahan Umum dalam Berkomunikasi
Ragam Seni
Berbicara Metode Penyampaian dan Penilaian Berbicara
BAB VIII BERBICARA DI MUKA UMUM
Kekhawatiran Pembicara
Gerakan Tubuh
Kontak Mata Ekspresi Wajah
Postur (posture) Gestur (gesture) Gerakan (movement)
BAB IX KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
Pintu Masuk Komunikasi Antarbudaya
BAB I PENDAHULUAN
Sejarah Komunikasi.
1.Retorika dari Masa ke Masa,
Retorika atau dalam bahasa Inggris rhetoric bersumber dari
perkataan Latin rhetorica yang berarti ilmu berbicara. Sebagai cikal bakal
ilmu komunikasi, retorika mempunyai sejarah yang panjang.
para ahli berpendapat bahwa retorika sudah ada sejak manusia ada. Akan
tetapi, retorika sebagai seni berbicara yang dipelajari dimulai pada abad
ke-5 SM ketika kaum Sofis di Yunani mengembara ke tempat yang satu
ke tempat lain untuk mengajarkan pengetahun mengenai politik dan
pemerintahan dengan penekanan terutama pada kemampuan berpidato.
Tokoh aliran Sofisme ini adalah Georgias (480-370) yang
dianggap sebagai guru retorika yang pertama dalam sejarah manusia.
Georgias menyatakan bahwa kebenaran suatu pendapat hanya dapat
dibuktikan jika tercapai kemenangan dalam pembicaraan. Pendapat
Georgias ini berlawanan dengan pendapat protagoras (500-432) dan
Socrates (469-399). Protagoras mengatakan bahwa kemahiran berbicara
bukan demi kemenangan, melainkan demi keindahan bahasa. Sedangkan
bagi Socrates, retorika adalah demi kebenaran dengan dialog sebagai
tekniknya karena dengan dialog kebenaran akan timbul dengan
sendirinya.
Seseorang yang sangat dipengaruhi oleh Socrates dan Georgias
adalah Isocrates yang pada tahun 392, pendapatnya dengan Isocrates,
yaitu bahwa retorika memegang peranan penting bagi seseorang untuk
menjadi seorang pemimpin adalah Plato. Dan murid Socrates yang paling
terkenal adalah Plato. Dan Plato mengatakan bahwa retorika bertujuan
memberikan kemampuan menggunakan bahasa yang sempurna dan
merupakan jalan bagi seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang
luas dan dalam. Terutama dalam bidang politik.
Definisi Komunikasi.
Definisi komunikasi menurut beberapa tokoh yaitu:
Tujuan Komunikasi
Ada empat tujuan atau motif komunikasi, yaitu•
1. Menemukan
Salah satu tujuan utama komunikasi adalah menyangkut penemuan
diri (personal discovery). Individu yang berkomunikasi dengan orang
lain, akan belajar mengenai dirinya sendiri dan juga mengenai orang lain.
Kenyataannya, persepsi diri individu sebagian besar dihasilkan dari apa
yang telah dipelajari
2. Berhubungan
Salah satu motivasi manusia yang paling kuat adalah berhubungan
dengan orang Iain, membina dan memelihara hubungan dengan orang
Iain. Individu ingin merasa dicintai dan disukai, dan juga ingin mencintai
dan menyukai orang Iain. Manusia menghabiskan banyak waktu dan
energi untuk berkomunikasi guna membina dan memelihara hubungan
sosial. Berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah, di kantor, dan
barangkali melalui telepon, berbincang-bincang dengan orangtua, anak-
anak, dan saudara.
3. Meyakinkan
Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan individu agar
mengubah sikap dan perilakunya. Media dapat 'hidup' karena adanya
dana dari iklan, yang diarahkan untuk mendorong individu agar membeli
berbagai produk. Tetapi, individu juga menghabiskan banyak waktu
untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun
sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari, individu
berusaha mengubah sikap dan perilaku orang Iain, berusaha mengajak
orang Iain untuk melakukan sesuatu, mencoba cara diet yang baru,
membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku, meyakinkan
bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan
tertentu, dan sebagainya.
4. Bermain
Individu menggunakan banyak perilaku komunikasinya untuk
bermain dan menghibur diri, mendengarkan lawakan, pembicaraan,
musik dan film, sebagian besar untuk hiburan.
Tentu saja, tujuan komunikasi bukan hanya ini; masih banyak
tujuan komunikasi yang Iain. Tetapi keempat tujuan yang disebutkan di
atas tampaknya merupakan tujuan yang utama.
Meski tujuan komunikasi dapat dibeda-bedakan, namun pada
kenyataannya tidak ada tindak komunikasi yang didorong hanya oleh satu
tujuan saja. Setiap komunikasi banyak kali didorong oleh kombinasi
beberapa tujuan sekaligus.
Fungsi Komunikasi
Ada empat fungsi komunikasi, yaitu:
Prinsip Komunikasi
Ada delapan prinsip komunikasi, yaitu:
Proses Komunikasi
KOMUNIKATOR
(SENDER)
KOMUNIKAN
Taraf Komunikasi
Apabila dua orang bertemu maka akan terjadi komunikasi.
Namun komunikasinya itu dapat berlangsung pada taraf kedalaman yang
berbeda-beda. Taraf kedalaman komunikasi ini dapat diukur dari apa dan
siapa yang saling dibicarakan: pikiran atau perasaan, obyek tertentu,
orang lain atau dirinya sendiri. Semakin individu bersedia saling
membicarakan tentang perasaan yang ada di dalam dirinya, semakin
dalamlah taraf komunikasi yang terjadi.
1. Basa-basi
Ini merupakan taraf komunikasi yang paling dangkal. Biasanya
terjadi antara dua orang yang bertemu secara kebetulan. Misalnya,
Bandung Haggai Seminary| 13
Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M.Th
5. Hubungan puncak
Komunikasi pada taraf ini ditandai dengan kejujuran,
keterbukaan, dan saling percaya yang mutlak di antara kedua belah pihak.
Tidak ada lagi ganjalan-ganjalan berupa rasa takut, rasa kuatir jangan-
jangan kepercayaan individu disia-siakan. Selain merasa bebas untuk
saling mengungkapkan perasaan, biasanya kedua belah pihak juga
memiliki perasaan yang sama tentang banyak hal. Dengan kata Iain,
komunikasi tersebut telah berkembang begitu mendalam sehingga kedua
pihak merasakan kesatuan timbal balik yang hampir sempurna.
l. Hambatan individual
Terjadi karena adanya:
2. Hambatan mekanik
a. Terjadi karena adanya hambatan pada struktur organisasi.
Misalnya: struktur organisasi yang tidak teratur, division of work-nya
tidak jelas
b. Hambatan pada materi komunikasi.
Misalnya: penyampaian materi menjadi tidak baik karena struktur kalimat
tidak baik, terlalu panjang, istilah yang digunakan tidak tepat, dll.
4. Hambatan semantik
Terjadi karena sebuah kata memiliki arti yang berbeda-beda (lebih dari
satu arti), sehingga menimbulkan interpretasi yang berbeda pula.
BAB II
Pandangan Gereja Mengenai Komunikasi
Komunikasi memiliki peranan penting dalam interakasi manusia.
Komunikasi tidak hanya menolong manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya tetapi juga berpengaruh dalam pembentukan budaya manusia.
Secara Teologi, komunikasi dipahami lebih mendalam. Alkitab
memaparkan komunikasi yang terjadi antara Allah dengan umat-Nya.
Komunikasi tersebut direfleksikan sebagai relasi iman yang nyata dalam
kehidupan umat.
Dalam perkembangannya, manusia kemudian menciptakan
berbagai media komunikasi yang semakin mempermudah proses
komunikasi tersebut. Dalam perkembangan media komunikasi ini, gereja
ikut serta membudidayakan media tersebut dalam praktek pelayanannya.
Secara khusus media elektronik yang sangat berkembang saat ini, gereja
membudidayakannya untuk memfasilitasi pertumbuhan iman umat.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap bentuk media
komunikasi khususnya elektronik, memiliki dampak positif dan negatif.
Gereja perlu mengantisipasi pengaruh perkembangan media ini agar tidak
menjadi batu sandungan bagi pertumbuhan iman jemaat. Karena sangat
disayangkan dengan tujuan yang baik tetapi justru dapat menghancurkan
esensi persekutuan itu sendiri.
Peradapan manusia sangat tergantung dengan perkembangan
media komunikasi yang dipakai. Manusia berusaha menemukan media
komunikasi yang bertujuan untuk mengatasi banyak permasalahan dalam
hidupnya. Orang percaya sepanjang zaman memakai media komunikasi
itu menjadi alat untuk pekabaran Injil. Bersamaan dengan kapitalisasi dan
modernisasi yang berkembang, peran media semakin kompleks dan
vulgar. Media tidak Iagi "hanya" wadah penyampaian informasi untuk
berbagai kebiasaan. Kekuatan media ini terbukti mengambil bagian yang
strategis dalam Pekabaran Injil. Pelayan gereja tidak hanya melalui
ibadah dalam gereja saja, namun gereja dapat menggunakan media
internet. Pelayan melalui media internet dapat dilakukan, misalnya gereja
perlu mengirimkan bahan-bahan renungan harian, artikel. Melalui
handphone dengan mengirimkan pesan- pesan alkitabiah terhadap warga
jemaat.
Penginjilan merupakan salah satu tugas gereja yang sangat
penting sesuai dengan amanat Agung Tuhan Yesus dalam Matius 28:19-
20. Ada beberapa hal yang dapat dilihat sebagai kontribusi pelayanan
yang dapat dilakukan melalui media elektronika, misalnya seperti radio.
Teknologi bijak untuk disikapi sebagai berkat Tuhan kepada manusia. Di
dalam perspektif Kristen, era informasi dan teknologi merupakan peluang
Bandung Haggai Seminary| 17
Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M.Th
dihargai dan dikasihi. Salah satu cara untuk menunjukkan kasih kepada
pasangan adalah cara mendengarkan dia. Kalau pasangan berusaha untuk
sungguh mendengarkan
teman hidupnya, dia akan merasa dikasihi dan dihargai. Tetapi usahanya
mendengarkan orang lain tidak mudah dan memusatkan pethatian penuh
kepada apa yang dikatakan teman hidupnya,
Cara yang ketiga berkomunikasi adalah suami dan isteri perlu
secara sengaja berusaha menyampaikan prasaan hati mereka. Tetapi
caranya penting untuk menyampaikan pendapat dan perasaannya dengan
pasangannya. Harus secara terbuka, tetapi juga harus dengan cara lemah
lembut supaya mudah diterima oleh pasangannya. Kalau isi beritanya
bersifat sensitif, lebih baik mulai dengan memberitahukan perasaannya
sendiri dulu, misalnya: Aku merasa takut waktu kamu tadi terlambat
pulang. İni lebih mudah diterima pasangan daripada secara keras
mengatakan: Kau selalu tidak tepat waktu! Tidak tau bettanggung jawab!
Tidak menghargai orang lain!"
Ada orang yang secara sengaja menyembunyikan sesuatu dari
pasangannya. Misalnya memberitahukan anak: Ibu beri izin, tapijangan
cerita kepada ayahmu. Asal ayah tidak tahtı, tidak apa-apa." Sikap "Asal
suami-isteri tidak tahu, tidak apa-apa." merupakan racun dalam
komunikasi. Mungkin maksud orangnya untuk menghindari percek-
cokan kecil tetapi sesuatu yang dişembunyikan bisa menjadi semakin
besar. Akhirnya komunikasi terhambat sekali dan menimbulkan tembok
beşar di antara suami isteri.
dan hangat. Keluarga itu juga bersikap ramah terhadap kehadiran orang
lain, apakah teman-teman anak atau sahabat-sahabat orangtua. Para tamu
merasa betah atau at home dalam lingkungan itu. Sebaliknya, dalam
keluarga tertutup, anggota-anggota tidak memiliki kemerdekaan atau
peluang untuk mengemukakan isi hatinya. Komunikasi sangat kurang.
Relasi tidak karib, apalagi mesra. Rumah keluarga itu jarang, bahkan
mungkin saja tidak bersedia menerima kehadiran orang lain.
Kemungkinan suasa emosi di dalamnya diwarnai kecurigaan. Ketika
orang lain mencoba hadir ke dalamnya, mereka segera merasakan
ketidaknyamanan.
B. S. Sidjabat, Membesarkan Anak dengan Kreatif: Panduan Menanamkan iman &
Karakter kepada Anak Sejak Dini. Edisi Revisi (Yogyakarta: Penerbit
ANDI, 2012.
BAB III
FEEDBACK DALAM KOMUNIKASI
Umpan balik/pesan balik/feedback diterima atau sampai
kepada seorang komunikator, baik yang disampaikan secara sengaja
maupun sampai dengan sendirinya.
Umpan balik yang tidak diterima secara langsung pada saat itü juga, tetapi
tertunda beberapa waktu. Terdapat dalam komunikasi dengan
menggunakan media cetak atau elektronik seperti surat kabar, majalah,
televisi, radio. Sebuah surat pembaca adalah umpan balik untuk
komunikasi sebelumnya.
Ditinjau dari sifatnya, feedback dibagi dalam empat jenis, yaitu:
BAB IV
BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI
Dipandang dari struktur organisasi, ada tiga bentuk komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi yang terjadi di antara individu-individu yang berbeda tingkat
otoritasnya, tetapi masih dalam satu departemen.
Contoh:
Komunikasi ke bawah. Komunikasi yang mengalir dari tingkat yang lebih
tinggi ke tingkat bawah dalam suatu organisasi (instruksi
kerja/penyampaian kebijakan, prosedur, dll).
Komunikasi ke atas, komunikasi yang mengalir dari tingkat yang lebih
rendah ke tingkat yang lebih tinggi dari suatu organisasi, contoh:
prosedur penyampaian keluhan, kotak saran, dll.
2. Komunikasi Horizontal
Komunikasi yang terjadi antar departemen/bidang dengan tingkat otoritas
yang sama.
3. Komunikasi Diagonal
Komunikasi yang terjadi antara individu-individu yang berbeda tingkat
otoritas maupun departemen/bidangnya.
I. Komunikasi Formal
Komunikasi yang terjadi sebagai akibat adanya struktur organisasi atau
adanya garis wewenang dan tanggungjawab yang telah ditetapkan.
2. Komunikasi Informal
Komunikasi yang terjadi sebagai akibat adanya kecenderungan manusia
untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya: gosip, 'ngerumpi',
nongkrong, dll.
I. Komunikasi Langsung
Komunikasi antara komunikator dengan komunikan tanpa melalui pihak
ketiga [media Iperantara.
I. Komunikasi Verbal
Komunikasi yang diekspresikan dalam bentuk kata-kata, baik lisan
maupun tulisan.
Secara verbal maksudnya menggunakan kata-kata, baik yang secara
langsung mendeskripsikan perasaan yang dialami maupun tidak.
Untuk mengungkapkan perasaan secara jetas, maka kita perlu
mendeskripsikannya.
• Salah satu dari empat hal berikut, yakni: nama perasaan, kiasan perasaan,
bentuk tindakan yang ditimbulkan oleh perasaan, atau kiasan katanya.
3. Aksentuasi Perseptual
"Tiada rotan akar pun jadi" adalah pepatah yang banyak dijumpai
dalam komunikasi: Untuk menjadi calon aktor, peran sekecil apapun dan
seperti apapun dalam sebuah film adalah lebih baik ketimbang tidak
mendapat peran sama sekali. Bayam barangkali rasanya tidak enak, tetapi
pada saat lapar, rasanya akan sama lezat dengan ayam panggang.
4. Primasi-resensi
Mengacu pada pengaruh relatif stimulus sebagai akibat urutan
kemunculannya. Jika yang muncul pertama lebih besar pengaruhnya,
biasanya individu mengalami efek primasi. Jika Yang muncul kemudian
mempunyai pengaruh yang lebih besar, berarti individu mengalami efek
resensi.
Primasi-resensi dapat menimbulkan dua hambatan utama.
Umumnya individu cenderung untuk lebih mementingkan informasi yang
datang lebih dulu dan menafsirkan informasi yang datang kemudian
sesuai dengan kesan pertama dapat membuat seseorang:
a. merumuskan gambaran "menyeluruh" tentang seseorang berdasarkan
kesan awal yang belum tentu akurat.
Sebagai contoh, individu mungkin menangkap Citra bahwa seseorang itu
tidak pandai berkomunikasi. Jika kesan ini didasarkan pada pengamatan
terhadap orang ini selama wawancara pekerjaan Yang menegangkan,
boleh jadi kesannya itu keliru.
b. Mendistorsi persepsi yang datang kemudian supaya tidak merusak kesan
pertama.
Sebagai contoh, individu mungkin tidak memerhatikan tanda-tanda
kecurangan seseorang yang telah menciptakan kesan pertama yang baik.
5. Konsistensi individü mempunyai kecenderungan yang kuat untuk menjaga
keseimbangan atau konsistensi di antara persepsi-persepsinya.
Konsistensi menggambarkan kebutuhan individü untuk memelihara
keseimbangan di antara sikap-sikapnya. individü memerkirakan bahwa
hal-hal tertentu selalu muncul bersama-sama dan hal-hal lain tidak akan
muncul bersama-sama. Secara intuitif saja, misalnya, tanggapilah
kalimat-kalimat berikut dengan menandai reaksi yang diharapkan.
a. Saya berharap orang yang saya sukai (menyukai, tidak menyukai) saya.
b. Saya berharap orang yang tidak saya sukai (menyukai, tidak menyukai)
saya.
Bandung Haggai Seminary| 46
Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M.Th
c. Saya berharap kawan saya (menyukai, tidak menyukai) teman saya yang
lain.
d. Saya berharap teman saya (menyukai, tidak menyukai) musuh saya.
e. Saya berharap musuh saya (menyukai, tidak menyukai) kawan saya.
f. Saya berharap musuh saya (menyukai, tidak menyukai) musuh saya yang
lain,
6. Stereotipe
Mengacu pada kecenderungan untuk mengembangkan dan
mempeftahankan persepsi yang tetap dan tidak berubah mengenai
sekelompok manusia dan menggunakan persepsi ini untuk mengevaluasi
anggota kelompok tersebut, dengan mengabaikan karateristik individual
yang ünik.
Bandung Haggai Seminary| 47
Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M.Th
6. Jangan menganggap orang lain seperti diri sendiri, berpikir seperti dirinya
berpikir, atau bertindak seperti yang dilakukannya. Sadarilah keragaman
manusia.
BAB V
KOMUNIKASI RUANG
Panggunaan ruang mengungkapkan diri individu sejelas dan
sepasti katakata dan kalimat. Pembicara yang berdiri dekat dengan
pendengarnya, dengan tangan berada di bahu pendengar dan matanya
menatap langsung ke pendengar, mengkomunikasikan sesuatu Yang
sangat berbeda dengan pembicara yang duduk mendekam di pojok
ruangan dengan tangan terlipat dan mata menatap lantai.
Jarak Spasial
Edward Hall (1959, 1966) membedakan empat macam jarak
yang menurutnya menggambarkan macam hubungan yang dibolehkan.
Masing-masing dari keempat jarak ini mempunyai fasa dekat dan fasa
jauh, dengan demikian ada delapan macam jarak yang dapat
diidentifikasikan.
1. Jarak Intim
Dalam jarak intim, mulai dari fasa dekat (bersentuhan) sampai ke fasa
jauh sekitar 15 sampai 45 cm. Dalam fasa ini kehadiran seseorang sangat
jelas. Masing-masing pihak dapat mendengar, mencium, dan merasakan
Bandung Haggai Seminary| 50
Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M.Th
napas yang Iain. Fasa dekat digunakan bila sedang bercumbu dan
bergulat, untuk menenangkan atau melindungi.
Dalam fasa dekat jarak pribadi ini (antara 45-75 cm). Dua orang dapat
saling menyentuh hanya jika keduanya mengulurkan tangan. Kemudian
seseorang dapat melindungi orang-orang tertentu-misalnya, kekasih.
Dalam fasa jauh (dari 75 cm — 120 cm), dua orang dapat saling
menyentuh hanya jika keduanya mengulurkan tangan. Fasa jauh ini
menggambarkan sejauh mana individu dapat secara fisik menjangkaukan
tangannya untuk meraih sesuatu. Jadi, fasa ini menentukan, dalam artian
tertentu, batas kendali fisik seseorang atas orang Iain. Dalam jarak ini
masih dapat melihat banyak detil dari seseorang — rambut yang beruban,
gigi yang kuning, pakaian yang kusut, dan sebagainya, tetapi tidak lagi
dapat mendeteksi hangat tubuh. Kadang-kadang masih dapat mencium
bau napas, tetapi pada jarak ini etiket mengharuskan untuk mengarahkan
napas ke bagian netral sehingga tidak mengganggu Iawan bicara. Bila
ruang pribadi diganggu, individu merasa sering tidak nyaman dan tegang.
Bila orang berdiri terlalu dekat, pembicaraan dapat terganggu, tidak
mantap, terguncang, dan terputus-putus. Kemungkinan sukar untuk
memelihara kontak mata dan Iebih sering menghindari tatapan langsung.
Ketidaknyamanan ini mungkin juga terungkap dalam bentuk gerakan
tubuh yang berlebihan. Pada saat yang Iain individu tidak keberatan
dengan invasi ke dalam ruang pribadi.
Sebagai contoh, bila orang Iain memasuki daerah pribadi dalam pesta
Bandung Haggai Seminary| 51
Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M.Th
ramai, tidak ada perasaan tegang atau tidak nyaman. Begitu pula bila
yang orang disukai memasuki daerah pribadinya, ia tidak akan merasakan
ketidaknyamanan.
3. Jarak Sosial
Dalam jarak sosial, individu kehilangan detil visual yang ia peroleh
dalam jarak pribadi.
Fasa dekat (120-210 cm) adalah jarak yang digunakan bila melakukan
pertemuan bisnis dan interaksi pada pertemuan-pertemuan yang bersifat
sosial.
Fasa jauh (210-360 cm) adalah jarak yang dipelihara bila seseorang
berkata, "Menjauhlah agar saya dapat memandangmu." Pada jarak ini,
transaksi bisnis mempunyai nada yang Iebih resmi. Di kantor pejabat-
pejabat tinggi mejameja ditempatkan sedemikian sehingga si
pejabat memastikan jarak ini bila sedang berunding dengan klien. Tidak
seperti jarak intim, dimana kontak mata terasa janggal, fasa jauh dari
jarak sosial membuat kontak mata sangat penting; jika tidak, komunikasi
akan hilang. Suara pada umumnya Iebih keras dari biasanya pada jarak
ini. Tetapi berteriak atau menaikkan suara, akan mempunyai efek
mengurangi jarak sosial ini ke jarak pribadi.
4. Jarak Publik
Pada fasa dekat dari jarak publik (dari 360-450 cm) orang terlindung oleh
jarak. Pada jarak ini seseorang dapat mengambil tindakan defensif bila
terancam. Dalam bis kota atau kereta, misalnya, individu mungkin
mengambil jarak ini dari orang yang sedang mabuk. Walaupun pada jarak
ini tidak dapat langsung mengamati secara detil wajah dan mata orang
itu, namun masih cukup dekat untuk melihat apa yang sedang
berlangsung.
Pada fasa jauh (75C) cm), individu melihat orang-orang tidak sebagai
individu yang terpisah, melainkan sebagai bagian dari suatu kesatuan
yang lengkap Individu secara otomatis mengambil jarak sekitar 9 meter
dari seorang tokoh penting. Dan tampaknya ia melakukan ini terlepas dari
apakah tokoh itu dikawal atau tidak. Fasa jauh ini merupakan jarak yang
diambil seorang aktor untuk beraksi di panggung. Pada jarak ini, gerak-
gerik maupun suara harus sedikit berlebihan agar tenangkap secara detil.
I. Status
Orang dengan status yang setara menjaga jarak yang lebih dekat di antara
mereka ketimbang orang dengan status yang berbeda. Bila status tidak
sama; orang dengan status yang lebih tinggi mungkin mendekati orang
yang berstatus lebih rendah lebih rapat ketimbang orang dengan status
lebih rendah mendekati orang yang berstatus lebih tinggi.
2. Kultur
Orang Amerika berdiri cukup jauh bila sedang bercakap-cakap,
setidaktidaknya jika dibandingkan dengan orang Eropa tertentu dan orang
Tmur Tengah. Orang Arab, misalnya, berdiri cukup dekat satu sama Iain
ketimbang orang Amerika. Orang Italia dan Spanyol mengambil jarak
yang relatif berdekatan bila berinteraksi ketimbang banyak orang Eropa
Utara.
3. Konteks
Umumnya, makin besar ruang fisik tempat individu berada, makin kecil
jarak antarpribadi. Jadi, misalnya, jarak antara dua orang yang
berbincang-bincang di jalan akan lebih kecil ketimbang di rumah. Jarak
ini akan lebih kecil di ruangan yang besar ketimbang di ruangan yang
kecil. Makin besar ruangan, makin merasa perlu saling mendekatkan diri
untuk membuat konteks komunikasi terkendali.
Wanita berdiri lebih berdekatan satu sama lain ketimbang pria. Pasangan
dari jenis kelamin yang berbeda berdiri berjauhan. Demikian pula, kultur
Amerika lebih memungkinkan kaum wanita saling menyentuh satu sama
lain ketimbang kaum pria dan pasangan pembicara-pendengar yang
berlainan jenis. Anakanak berdiri lebih berdekatan satu sama lain
ketimbang kaum dewasa. Ini menunjukkan bahwa menjaga jarak
merupakan perilaku yang dipelajari.
BAB VI SUARA
Suara dapat dibedakan atas lima dimensi: Volume, kecepatan (rate), nada,
artikulasi dan pengucapan, dan jenak (pause). Kemampuan komunikator
memainkan elemen-elemen ini akan memungkinkan ia mampu mengatur
suara sebaik mungkin.
Volume
Volume mengacu pada intensitas relaif suara. Kenyaringan (Ioudness), di
pihak Iain, mengacu pada persepsi terhadap intensitas relatif ini: apa
Yang didengar khalayak. Pada suara yang cukup terkontrol, volume
bervariasi menurut beberapa faktor-misalnya, jarak antara pembicara dan
pendengar, suara-suara Iain yang bersaing, dan penekanan yang
diberikan pembicara pada suatu pokok pembicaraan tertentu.
Masalah dengan volume mudah dikenali, meskipun individu sendiri sukar
menyadarinya. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah suara yang
terlalu rendah. Jika pendengar harus bersusah-payah untuk dapat
mendengar pembicara, mereka akan cepat Ielah. Sebaliknya jika suara
terlalu keras, pendengar akan merasa terganggu secara psikologis.
Masalah yang paling umum terjadi adalah kekurangan variasi. Masalah
yang berkaitan dengan ini adalah pola volume yang bervariasi menurut
Bandung Haggai Seminary| 54
Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M.Th
suatu pola Yang mudah ditebak. Suara yang melemah pada setiap akhir
kalimat khususnya, sangat mengganggu. Awalnya pembicara
menggunakan volume Yang tepat, tetapi menurunkannya pada akhir
kalimat. Berhati-hatilah menjaga volume suara pada akhir kalimat ini.
Kecepatan
Kecepatan yang dimaksud di sini adalah kecepatan berbicara. Kecepatan
sekitar 140 sampai 160 kata per menit adalah umum untuk berbicara atau
membaca keras-keras. Masalah yang lazim dijumpai adalah kecepatan
yang telalu tinggi atau terlalu rendah, kurangnya variasi kecepatan atau
pola kecepatan yang mudah diduga. Berbicara terlalu cepat akan
menghalangi pendengar untuk mencerna apa Yang disampaikan.
Berbicara terlalu Iambat, akan membuat pikiran pendengar melantur ke
hal-hal yang tidak berkaitan dengan pembicaraan. Karenanya,
berbicaralah dengan tempo yang melibatkan pendengar dan
memungkinkan mereka merenungkan pembicaraan tanpa menjadi bosan.
Ubah-ubahlah kecepatan berbicara selama pembicaraan
berlangsung.
Variasi kecepatan mengundang perhatian pendengar pada butir-butir
tertentu dan mengurangi kebosanan. Menceritakan suasana di pabrik
perakitan yang monoton dan suram dengan suara yang cepat dan
bergelombang, atau menceritakan kehebatan suatu pertunjukkan sirkus
dengan kecepatan yang rendah, pastilah tidak efektif. Jika berminat dan
sadar akan apa yang disampaikan, maka variasi kecepatan bicara akan
mengalir secara wajar dan efektif.
pola kecepatan Yang terlalu mudah diduga berdampak sama buruknya
dengan berbicara tanpa variasi sama sekali. Ada pembicara yang memulai
kalimatnya dengan kecepatan normal tetapi kemudian mengakhiri
kalimat itu dengan terburu-buru. Jika khalayak secara sadar ataupun tidak
sadar telah memperkirakan pola kecepatan itu, berarti pembicara tersebut
tidak mengkomunikasikan gagasan melainkan hanya kata-kata yang telah
ia hafalkan.
Pitch (nada)
Pitch (nada) mengacu pada ketinggian atau kerendahan relatif suara
menurut yang dirasakan pendengar. Secara lebih teknis, nada suara
dihasilkan dari kecepatan vibrasi Pita suara. Jika Pita suara bergetar
(bervibrasi) secara cepat, pendengar merasa suara pembicara mempunyai
nada yang tinggi. Jika Pita suara bergetar Iambat, pendengar merasa
suara pembicara mempunyai nada rendah.
Perubahan nada seringkali mengisyaratkan perubahan makna. Oleh
karena itu pembicara perlu memperbaiki pola nada yang terlalu mudah
Bandung Haggai Seminary| 55
Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M.Th
Evaluasi
Dalam mengevaluasi keterampilan berbicara, seseorang pada prinsipnya
harus memerhatikan lima faktor berikut:
1. Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal, konsonan) diucapkan dengan
tepat?
2. Apakah pola-pola intonasi, naik turunnya suara serta
tekanan suku kata, memuaskan?
3. Apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan
bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang
dipergunakan?
4. Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan
urutan yang tepat?
5. Sejauh manakah 'kewajaran' atau 'kelancaran' ataupun 'ke-
native-speaker-an' yang tecermin bila seseorang berbicara?
Pentingnya Komunikasi
Komunikasi antarpribadi sangat penting bagi kebahagiaan hidup. Johnson
(1981) menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh
komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup
manusia.
Kedua, identitas atau jati diri terbentuk dalam dan Iewat komunikasi
dengan orang Iain. Selama berkomunikasi dengan orang Iain, secara
sadar maupun tidak sadar individu mengamati, memerhatikan dan
mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang Iain
Bandung Haggai Seminary| 57
Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M.Th
2. Sebagai penerima
a. Tidak menaruh perhatian kepada pengirim,
b. Sudah merumuskan jawaban sebelum mendengarkan semua yang hendak
dikatakan pengirim.
c. Cenderung mendengarkan detail-detail, seperti kata, informasi dan
sebagainya, bukan mendengarkan pesan secara keseluruhan.
d. Memberikan penilaian benar atau salah sebelum memahami sepenuhnya
pesan yang dikirimkan.
Kuliah, ceramah
Ceramah tentang perjalanan (guide)
Pengumuman, pemberitahuan, maklumat
Laporan
Instruksi, pelajaran, pengajaran
Pemberian suatu gambaran
Pidato atau kata-kata pujian tentang seseorang yang telah meninggal
dunia
Anekdot, Ielucon, lawak
Ceritera, kisah, riwayat
Untuk merencanakan pembicaraan harus memperhatikan langkah-langkah
berikut:
Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati
Membatasi pokok pembicaraan
Mengumpulkan bahan-bahan
Selanjutnya menyusun bahan.
Pendahuluan
Isi
Kesimpulan
b. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan, persahabatan
(fellowship speaking). Kesempatan-kesempatan bagi pembicaraan yang
bersifat kekeluargaan atau persahabatan antara Iain:
Pidato sambutan selamat datang
Pidato perpisahan
Pidato penampilan, penyajian, perkenalan
Pidato jawaban atau balasan
Pidato atau sambutan dalam pembukaan sesuatu upacara, pemberian
ijazah, dll
Pembicaraan sesudah makan
Pidato atau sambutan saat memperingati hari ulang tahun, hari jadi
Pidato atau sambutan penghiburan, pertunjukkan, dan Iain-Iain
Pidato atau kata-kata pujian tentang seseorang Yang telah meninggal
dunia
pada hal-hal yang amat penting saja dan harus singkatsingkat, yang
ditulis pada kartu kecil.
BAB VIII
BERBICARA Dl MUKA UMUM
Kekhawatiran Pembicara
Salah satu masalah yang paling penting dalam pidato di depan
umum adalah kekhawatiran pembicara atau yang sering disebut dengan
Idemam panggung'• Untuk mengatasi kecemasan dalam berbicara di
depan umum, ada lima faktor yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Hal baru
Situasi yang sifatnya baru dan berbeda dapat membuat individu menjadi
Bandung Haggai Seminary| 64
Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M.Th
2. Status rendah
Jika pembicara merasa bahwa orang lain merupakan pembicara yang
lebih baik, maka kegelisahan biasanya akan meningkat. Dengan berpikir
lebih positif mengenai diri sendiri dan dengan persiapan yang matang
maka kegelisahan akan berkurang.
3. Kesadaran
Jika merasa menjadi pusat perhatian, seperti yang dialami jika berbicara
di depan umum, maka kegelisahan akan meningkat. Dengan menganggap
bahwa berbicara di depan umum itu sebagai layaknya orang mengobrol
saja maka perasaan ini akan membantu mengurangi kegelisahan tersebut.
Jika individu dengan bebas dapat berbicara di kelompok kecil, maka
anggap saja bahwa khayalak yang dihadapi adalah kelompok kecil yang
diperbesar.
4. Perbedaan
Jika merasa bahwa khayalak yang dihadapi memiliki sedikit persamaan
dengan pembicara, maka kegelisahan akan meningkat. Oleh karena itu,
tekankanlah persamaan antara diri pembicara dengan khayalak yang
dihadapi saat merencanakan pembicaraan, termasuk juga ketika berbicara
di hadapan mereka.
2. Mencari pengalaman
Pengalaman akan membantu pembicara mengurangi penyakit 'demam
panggungnya'. Dengan pengalaman itu individu dapat berkesimpulan
bahwa berbicara di depan umum dapat berhasil meskipun didahului
dengan kekhawatiran dan ketakutan. Pengalaman juga akan memberikan
kepercayaan diri dan individu akan beranggapan bahwa berbicara di
depan umum itu sangat menyenangkan dan menarik. Situasi seperti ini
juga dialami ketika seseorang belajar mengendarai mobil, bermain ski.
Pada mulanya ada rasa kekhawatiran, akan tetapi sesudah mereka mampu
mengendalikannya, maka akan merasakan kenyamanan tersendiri dan
menyukainya.
Gerakan Tubuh
Tubuh adalah alat yang sangat ampuh dalam pembicaraan.
Individu berbicara dengan tubuh selain dengan mulut. Efek total dari
pembicaraan bergantung bukan hanya pada apa yang dikatakan,
melainkan juga pada bagaimana menyampaikannya. Dampak ini
bergantung pada gerakan-gerakan tubuh dan anggota tubuh, serta
ekspresi wajah selain juga pada kata-kata yang digunakan.
Kontak Mata
Hindarilah masalah utama yang menyangkut kontak mata: tidak
cukup kontak mata dan kontak mata tidak tersebar merata di seluruh
khalayak.
Pembicara yang tidak memelihara kontak mata secara memadai akan
terasa jauh, tidak berperhatian, dan kurang dipercaya dibandingkan
dengan pembicara yang menatap langsung kepada khalayak. Dan, tentu
saja, tanpa kontak mata, pembicara tidak akan bisa menyadari umpan
balik yang sangat penting dari khalayak.
Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah terutama penting dalam mengkomunikasikan
emosi. Jika merasa mempunyai komitmen dan yakin akan tesis yang
dibawakan, akan lebih memungkinkan untuk menyajikan maksud-
maksud secara baik dan efektif. Tetapi kegugupan dan kegelisahan, dapat
mencegah pembicara untuk bersikap santai sehingga emosi pembicara
dapat mengalir dengan wajar. Namun demikian, dengan berjalannya
waktu dan dengan banyak berlatih, akan dapat bersikap santai, dan emosi
yang dirasakan akan mengalir secara wajar dan otomatis.
Postur (posture)
Saat menyampaikan pembicaraan, berdirilah tegak tetapi tidak
kaku. Cobalah mengkomunikasikan penguasaan akan situasi tanpa
mengkomunikasikan kegugupan yang barangkali dirasakan. Hindarilah
kesalahan-kesalahan postur yang umum. Jangan memasukkan tangan ke
dalam saku. Jangan bersandar di meja, podium, atau papan tulis. Dengan
latihan akan merasa lebih tenang dan nyaman dan akan
mengkomunikasikan hal ini melalui cara berdiri di depan khalayak.
Gestur (gesture)
Gestur akan membantu mengilustrasikan pesan-pesan verbal pembicara.
Dan pembicara melakukan hal ini secara otomatis dalam setiap
percakapan.
Misalnya, bila mengatakan "kemarilah," dengan menggerakkan
pendengar ke arah pembicara dengan tangan, kepala dan mungkin dengan
keseluruhan tubuhnya.
Gerakan (movement)
Gerakan di sini diartikan sebagai gerakan tubuh yang sifatnya
besar. Akan membantu untuk sedikit berpindah-pindah. Ini membuat
pembicara dan khalayak lebih terjaga. Apabila berbicara di belakang
mimbar, dapat memberikan kesan gerakan-gerakan seperti: melangkah
maju dan mundur atau mencodongkan tubuh bagian atas sehingga terlihat
seperti berpindah-pindah tempat.
6. Kejutan budaya
Kejutan budaya mengacu pada reaksi psikologis yang dialami seseorang
karena berada di tengah suatu kultur yang sangat berbeda dengan
kulturnya sendiri, Kejutan budaya itü normal. Kebanyakan orang
mengalaminya bila memasuki kultur yang baru dan berbeda. Namun
demikian keadaan ini tidak menyenangkan dan menimbulkan frustasi.
Sebagian kejutan ini timbul karena perasaan terasing, menonjol, dan
berbeda dari yang lain. Bila pembicara tidak mengenal adat kebiasaan
yang baru, maka tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
6. Percaya diri
Keterampilan yang penting dałam komunikasi antarbudaya adalah
mentoleransi ambiguitas, tetap percaya diri dan tenang dalam setiap
situasi yang belum pernah dialami. Tentu saja, hindarilah sikap
menyombongkan diri.
7. Kedekatan
Komunikasikanlah rasa kebersamaan untuk mengatasi adanya perbedaan
budaya.
8. Manajemen interaksi
Bersikap sensitiflah dałam cara mengambil alih pembicaraan. Banyak
orang Amerika, terutama mereka yang berasal dari kota-kota besar,
mempunyai kebiasaan memotong pembicaraan orang lain. Beberapa
kultur menganggap ini tidak sopan, namun kultur lain memandang ini
sebagai pertanda interaksi yang menyenangkan.
9. Daya ekspresi
Biarkalah lawan bicara mengetahui bahwa komunikator menikmati
interaksi inie Tersenyumlah!
10. Berorientasi kepada pihak lain
Jangan memonopoli percakapan dengan hanya membicarakan diri
sendiri, memilihkan topik pembicaraan, atau hanya membicarakan
pengalaman sendiri. Sebaliknya, arahkan percakapan kepada lawan
bicara.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
A.G. Mears. The Handbook of Public Speaking. Tt. Milestone, 2009.
Edi Santoso dan Mite Setiansah. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010.
Devito, A. Joseph. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Proffesional Books,
1997.
King, Larry. Seni Berbicara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995.
Lukiati Komala. 11mu Komunikasi. Tt.: Widys, 2009.
Middleton, Julia. Konsultasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
Morissan dan Andy Corry Wardhany, Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2009.
SYLABUS
KOMUNIKASI 2 SKS
Deskripsi
Mata kuliah komunikasi menjelaskan dan menguraikan tentang Ilmu
komunikasi yang meliputi tentang tujuan komunikasi, fungsi komunikasi,
proses komunikasi, pentingnya komunikasi, serta bagaimana
berkomunikasi baik antarpribadi, antarkelompok maupun antarbudaya.
Tujuan
Dengan mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkankan untuk
Bandung Haggai Seminary| 75
Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M.Th