MATERI KULIAH
Pengampu:
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………… 2
Definisi……………………………………………………………………………. 4
Tujuan Komunikasi……………………………………………………………….. 5
Fungsi Komunikasi……………………………………………………………….. 6
Prinsip Komunikasi………………………………………………………………. 6
Taraf Komunikasi………………………………………………………………… 11
Hambatan dalam Proses Komunikasi…………………………………………….. 13
BAB II Pandangan gereja mengenai komunikasi…………………………………………. 15
BAB III FEEDBACK DALAM KOMUNIKASI………………………………………….. 31
Pemahaman Diri Berkat Umpan Balik Dari Orang Lain…………………………. 32
BAB IV BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI……………………………………………. 34
Pesan Verbal Harus Sejalan Dengan Pesan Nonverbal…………………………… 36
Proses yang Memengaruhi Persepsi ……………………………………………… 37
Pedoman Untuk Meningkatkan Akurasi Persepsi Individu………………………. 42
BAB V KOMUNIKASI RUANG………………………………………………………… 43
Jarak Spasial ……………………………………………………………………... 43
Faktor-faktor yang Memengaruhi Komunikasi Ruang…………………………… 45
BAB VI SUARA ………………………………………………………………………….. 47
Volume …………………………………………………………………………... 47
Kecepatan ………………………………………………………………………... 47
Pitch (nada) ……………………………………………………………………… 48
Artikulasi dan pengucapan ……………………………………………………… 48
Evaluasi………………………………………………………………………….. 48
BAB VII KOMUNIKASI PRIBADI ……………………………………………………… 49
Pentingnya Komunikasi ………………………………………………………… 49
Keterampilan Dasar Berkomunikasi ……………………………………………. 49
Kesalahan-kesalahan Umum dalam Berkomunikasi ……………………………. 50
Ragam Seni…………………………….………………………………………… 51
Berbicara Metode Penyampaian dan Penilaian Berbicara……………………….. 53
BAB VIII BERBICARA DI MUKA UMUM………………………………………………. 55
Kekhawatiran Pembicara………………………………………………………… 55
Gerakan Tubuh ………………………………………………………………….. 57
Kontak Mata …………………………………………………………………….. 57
Ekspresi Wajah…………………………………………………………………... 57
Postur (posture) …………………………………………………………………. 58
Gestur (gesture) …………………………………………………………………. 58
Gerakan (movement) ……………………………………………………………. 58
BAB X KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ……………………………………………. 59
Pintu Masuk Komunikasi Antarbudaya…………………………………………. 60
2
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
BAB I PENDAHULUAN
Sejarah Komunikasi.
1.Retorika dari Masa ke Masa,
Retorika atau dalam bahasa Inggris rhetoric bersumber dari perkataan Latin
rhetorica yang berarti ilmu berbicara. Sebagai cikal bakal ilmu komunikasi,
retorika mempunyai sejarah yang panjang.
para ahli berpendapat bahwa retorika sudah ada sejak manusia ada. Akan tetapi,
retorika sebagai seni berbicara yang dipelajari dimulai pada abad ke-5 SM ketika
kaum Sofis di Yunani mengembara ke tempat yang satu ke tempat lain untuk
mengajarkan pengetahun mengenai politik dan pemerintahan dengan penekanan
terutama pada kemampuan berpidato.
Tokoh aliran Sofisme ini adalah Georgias (480-370) yang dianggap sebagai
guru retorika yang pertama dalam sejarah manusia. Georgias menyatakan bahwa
kebenaran suatu pendapat hanya dapat dibuktikan jika tercapai kemenangan dalam
pembicaraan. Pendapat Georgias ini berlawanan dengan pendapat protagoras (500-
432) dan Socrates (469-399). Protagoras mengatakan bahwa kemahiran berbicara
bukan demi kemenangan, melainkan demi keindahan bahasa. Sedangkan bagi
Socrates, retorika adalah demi kebenaran dengan dialog sebagai tekniknya karena
dengan dialog kebenaran akan timbul dengan sendirinya.
Seseorang yang sangat dipengaruhi oleh Socrates dan Georgias adalah
Isocrates yang pada tahun 392, pendapatnya dengan Isocrates, yaitu bahwa
retorika memegang peranan penting bagi seseorang untuk menjadi seorang
pemimpin adalah Plato. Dan murid Socrates yang paling terkenal adalah Plato.
Dan Plato mengatakan bahwa retorika bertujuan memberikan kemampuan
menggunakan bahasa yang sempurna dan merupakan jalan bagi seseorang untuk
memperoleh pengetahuan yang luas dan dalam. Terutama dalam bidang politik.
Tokoh retorika lain pada zaman Yunani itu adalah Aristoteles yang sampai
sekarang banyak dikutip pendapatnya. Berlainan dengan tokoh-tokoh lainnya yang
mengatakan retorika sebagai seni, Aristoteles memasukknnya sebagai bagian dari
filsafat.
3
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
4
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
Tujuan Komunikasi
Ada empat tujuan atau motif komunikasi, yaitu•
1. Menemukan
Salah satu tujuan utama komunikasi adalah menyangkut penemuan diri
(personal discovery). Individu yang berkomunikasi dengan orang lain, akan
belajar mengenai dirinya sendiri dan juga mengenai orang lain. Kenyataannya,
persepsi diri individu sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah dipelajari
tentang diri sendiri dari orang Iain selama berkomunikasi, khususnya dalam
perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.
Dengan berbicara tentang diri sendiri dengan orang Iain, maka individu
memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan
perilakunya. Dari perjumpaan seperti ini individu menyadari, misalnya, bahwa
perasaannya ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang Iain.
Cara Iain untuk melakukan penemuan diri adalah melalui proses
perbandingan sosial. Melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap,
pendapat, nilai, dan kegagalan individu dengan orang Iain. Artinya, individu
mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membandingkan dirinya
dengan orang Iain.
objek, peristiwa, dan manusia Iain. Sekarang ini, beragam media komunikasi
dapat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, olah raga,
perang, pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produkproduk
baru yang dapat dibeli. Individu mendapatkan banyak informasi media,
mendiskusikannya dengan orang Iain, dan akhirnya memelajari atau menyerap
bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber ini.
2. Berhubungan
Salah satu motivasi manusia yang paling kuat adalah berhubungan dengan
orang Iain, membina dan memelihara hubungan dengan orang Iain. Individu
ingin merasa dicintai dan disukai, dan juga ingin mencintai dan menyukai orang
Iain. Manusia menghabiskan banyak waktu dan energi untuk berkomunikasi
guna membina dan memelihara hubungan sosial. Berkomunikasi dengan teman
dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui telepon, berbincang-bincang
dengan orangtua, anak-anak, dan saudara.
3. Meyakinkan
5
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
4. Bermain
Individu menggunakan banyak perilaku komunikasinya untuk bermain dan
menghibur diri, mendengarkan lawakan, pembicaraan, musik dan film,
sebagian besar untuk hiburan.
Tentu saja, tujuan komunikasi bukan hanya ini; masih banyak tujuan
komunikasi yang Iain. Tetapi keempat tujuan yang disebutkan di atas tampaknya
merupakan tujuan yang utama.
Meski tujuan komunikasi dapat dibeda-bedakan, namun pada
kenyataannya tidak ada tindak komunikasi yang didorong hanya oleh satu tujuan
saja. Setiap komunikasi banyak kali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan
sekaligus.
Fungsi Komunikasi
Ada empat fungsi komunikasi, yaitu:
Prinsip Komunikasi
Ada delapan prinsip komunikasi, yaitu:
6
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
7
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
8
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
9
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
Setiap orang yang terlibat dalam komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai
satu kesatuan yang utuh. Secara biologis manusia dirancang untuk bertindak
sebagai makhluk yang utuh. Individu tidak dapat bereaksi, misalnya, hanya
pada tingkat emosional atau intelektual saja, karena individu tidak sedemikian
terkotak-kotak. Individu pasti akan bereaksi secara emosional dan intelektual,
secara fisik dan kognitif. Individu bereaksi dengan tubuh dan pikiran, bahkan
sampai kepada roh (iman, spiritual). Akibat terpenting dari karateristik ini
adalah bahwa aksi dan reaksi individu dalam komunikasi ditentukan bukan
hanya oleh apa yang dikatakan, melainkan juga oleh cara individu menafsirkan
apa yang dikatakan. Reaksi seseorang terhadap sebuah film, misalnya, tidak
hanya bergantung pada kata-kata dan gambar dalam film tersebut melainkan
pada semua yang ada pada individu — pengalaman masa lalu, emosi saat itu,
pengetahuan, keadaan kesehatan, dan banyak Iagi faktor lain. Jadi, dua orang
yang mendengarkan sebuah pesan yang sama, seringkali menerimanya dengan
arti yang sangat berbeda. Walaupun kata-kata dan simbol yang digunakan
sama, setiap orang menafsirkan secara berbeda.
10
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
bisa dibalik. Misalnya, mengubah buah anggur menjadi minuman anggur (jus
anggur) dapat dilakukan, tetapi tidak bisa mengembalikan sari anggur tersebut
menjadi buah anggur.
Komunikasi termasuk jenis proses seperti ini, proses tak reversibel. Sekali
individu mengkomunikasikan sesuatu, maka tidak bisa tidak
mengkomunikasikannya. Tentu saja individu dapat berusaha mengurangi
dampak dari pesan yang sudah terlanjur disampaikan; individu dapat saja,
misalnya, mengatakan, "Saya sangat marah waktu itu; saya tidak benar-benar
bermaksud mengatakan seperti itu." Tetapi apapun yang dilakukan untuk
mengurangi atau meniadakan dampak dari pesan tersebut, pesan itu sendiri,
sekali telah terkirim dan diterima, tidak bisa dibalikkan Iagi.
Prinsip ini mempunyai beberapa implikasi penting dalam segala macam
bentuknya. Sebagai contoh, dalam interaksi antarpribadi, khususnya dalam
situasi konflik, individu perlu hati-hati untuk tidak mengucapkan sesuatu
yang mungkin nantinya ingin ditarik kembali. Pesan yang mengandung
komitmen — pesan "Aku cinta kamu" dengan segala macam variasinya —
juga perlu diperhatikan. Jika tidak, individu mungkin terpaksa mengikatkan
dirinya pada suatu posisi yang mungkin nantinya disesalinya. Dalam situasi
komunikasi publik atau komunikasi massa, dimana pesan-pesan didengar
oleh ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang, sangatlah penting bagi individu
untuk menyadari bahwa komunikasinya bersifat tak reversibel.
Proses Komunikasi
KOMUNIKATOR
(SENDER)
KOMUNIKAN
Taraf Komunikasi
Apabila dua orang bertemu maka akan terjadi komunikasi. Namun
komunikasinya itu dapat berlangsung pada taraf kedalaman yang berbeda-beda.
Taraf kedalaman komunikasi ini dapat diukur dari apa dan siapa yang saling
11
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
dibicarakan: pikiran atau perasaan, obyek tertentu, orang lain atau dirinya
sendiri. Semakin individu bersedia saling membicarakan tentang perasaan yang
ada di dalam dirinya, semakin dalamlah taraf komunikasi yang terjadi.
1. Basa-basi
Ini merupakan taraf komunikasi yang paling dangkal. Biasanya terjadi
antara dua orang yang bertemu secara kebetulan. Misalnya, individu sedang
duduk-duduk di teras rumah, lalu seorang tetangga Iewat di jalan di depan
rumahnya. Sebagai sopan-santun, individu menegur tetangganya tersebut,
misalnya dengan mengatakan, "Silakan mampir", tanpa mengharapkan
jawaban yang sebenarnya. Maka, biasanya hanya dijawab dengan, "Terima
kasih, lain kali saja", dan tetangga itupun berlalu. Jadi, pada taraf ini tidak
terjadi komunikasi dalam arti yang sebenarnya. Setiap pihak tidak membuka
diri kepada dan bagi yang lain.
2. Membicarakan orang lain
Di sini orang sudah mulai saling menanggapi, namun masih tetap
dalam taraf dangkal, khususnya belum mau berbicara tentang diri masing-
masing. Melanjutkan contoh di atas, tetangga yang dipersilakan mampir itu
mungkin sungguh-sungguh mau singgah. Namun waktu dipersilakan masuk,
ia memilih mengobrol sambil berdiri di halaman yang tak seberapa luas. Hal
yang dibicarakan pun adalah obyek di luar dirinya. Mungkin tentang tetangga
lain yang baru saja membeli telepon genggam, atau mungkin tentang ayam
buras yang dipajang di dalam sangkar di halaman rumah. Dalam pembicaraan
itupun individu tidak saling mengutarakan pendapat, hanya saling bertukar
informasi.
Singkat kata, ini hanya 'ngerumpi', omong kosong, belum saling membuka
diri-
12
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
Ada yang mengatakan bahwa emosi atau perasaan adalah unsur yang
membedakan orang yang satu dari yang lain. Sama-sama menghias rumah dan
menaikkan bendera datam rangka tujuh belas Agustus-an, namun seorang
veteran pejuang Yang hidupnya kini sukses, veteran pejuang yang kurang
beruntung, warga yang tidak mengalami perang, dan seorang mahasiswa yang
aktif membela keadilan, tentunya melakukannya dengan perasaan yang
berbeda-beda. Kalau individu saling berani mengungkapkan perasaannya
dalam komunikasi, maka hubungan itu akan terasa unik, berkesan, dan
memberikan manfaat bagi perkembangan pribadi individu masing-masing.
Namun untuk sampai pada tahap komunikasi dibutuhkan keberanian.
Keberanian untuk bersikap jujur, terbuka terhadap diri sendiri maupun
terhadap lawan komunikasinya. Berani menghadapi resiko bahwa kekurangan
dan kelemahan individu diketahui Oleh orang Iain. Namun hanya dengan cara
itu individu berkembang dan saling mengembangkan diri.
13
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
2. Hambatan mekanik
a. Terjadi karena adanya hambatan pada struktur organisasi.
Misalnya: struktur organisasi yang tidak teratur, division of work-nya
tidak jelas
b. Hambatan pada materi komunikasi.
Misalnya: penyampaian materi menjadi tidak baik karena struktur kalimat
tidak baik, terlalu panjang, istilah yang digunakan tidak tepat, dll.
14
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
BAB II
Pandangan Gereja Mengenai Komunikasi
Komunikasi memiliki peranan penting dalam interakasi manusia.
Komunikasi tidak hanya menolong manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya tetapi juga berpengaruh dalam pembentukan budaya manusia. Secara
Teologi, komunikasi dipahami lebih mendalam. Alkitab memaparkan komunikasi
yang terjadi antara Allah dengan umat-Nya. Komunikasi tersebut direfleksikan
sebagai relasi iman yang nyata dalam kehidupan umat.
Dalam perkembangannya, manusia kemudian menciptakan berbagai media
komunikasi yang semakin mempermudah proses komunikasi tersebut. Dalam
perkembangan media komunikasi ini, gereja ikut serta membudidayakan media
tersebut dalam praktek pelayanannya. Secara khusus media elektronik yang
sangat berkembang saat ini, gereja membudidayakannya untuk memfasilitasi
pertumbuhan iman umat.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap bentuk media komunikasi
khususnya elektronik, memiliki dampak positif dan negatif. Gereja perlu
mengantisipasi pengaruh perkembangan media ini agar tidak menjadi batu
sandungan bagi pertumbuhan iman jemaat. Karena sangat disayangkan dengan
tujuan yang baik tetapi justru dapat menghancurkan esensi persekutuan itu
sendiri.
Peradapan manusia sangat tergantung dengan perkembangan media
komunikasi yang dipakai. Manusia berusaha menemukan media komunikasi
yang bertujuan untuk mengatasi banyak permasalahan dalam hidupnya. Orang
percaya sepanjang zaman memakai media komunikasi itu menjadi alat untuk
pekabaran Injil. Bersamaan dengan kapitalisasi dan modernisasi yang
berkembang, peran media semakin kompleks dan vulgar. Media tidak Iagi
"hanya" wadah penyampaian informasi untuk berbagai kebiasaan. Kekuatan
media ini terbukti mengambil bagian yang strategis dalam Pekabaran Injil.
Pelayan gereja tidak hanya melalui ibadah dalam gereja saja, namun gereja dapat
menggunakan media internet. Pelayan melalui media internet dapat dilakukan,
misalnya gereja perlu mengirimkan bahan-bahan renungan harian, artikel.
Melalui handphone dengan mengirimkan pesan- pesan alkitabiah terhadap warga
jemaat.
Penginjilan merupakan salah satu tugas gereja yang sangat penting sesuai
dengan amanat Agung Tuhan Yesus dalam Matius 28:19-20. Ada beberapa hal
yang dapat dilihat sebagai kontribusi pelayanan yang dapat dilakukan melalui
media elektronika, misalnya seperti radio. Teknologi bijak untuk disikapi sebagai
berkat Tuhan kepada manusia. Di dalam perspektif Kristen, era informasi dan
teknologi merupakan peluang untuk mewujudkan secara maksimal berita
keselamatan yang dinyatakannya dalam Yesus Kristus. Di satu pihak Allah
menghendaki manusia hidup sejahtera agar manusia dikaruniai akal budi,
sehingga manusia dapat mengembangkan kehidupannya. Kebutuhan dan
penyebaran informasi sebenarnya sejalan dengan semangat kristiani. Maka,
kemajuan teknologi adalah potensi yang terbuka untuk dikembangkan bagi
kepentingan pelayanan gereja.
15
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
Melihat keadaan hidup manusia pada era informatika, gereja harus secara
proaktif dalam tugas dan pelayanannya. Misalnya, melakukan program pelayanan
yang disesuaikan dengan informatika tanpa menghilangkan sistem tradisional
dalam berkomunikasi. Gereja juga harus sudah dapat menggunakan alat-alat
informatika dan mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan.
Setiap informasi harus dapat dipahami sebagai bahasa untuk petunjuk
Oplanning direction” (perencanaan dan pelayanan). Dengan demikian kemajuan
teknologi informatika tidak hanya berpengaruh terhadap dunia, termasuk gereja
dan orang-orang Kristen. Gereja perlu mengadopsi nilai- nilai yang baik yang
diperoleh dari informatika dan mengkomunikasikannya ke dalam kehidupan
bergereja. Memang di satu sisi perkembangan teknologi informatika ada yang
bersifat destruktif terhadap pelayanan dan kehadiran gereja. Disisi lain,
perkembangan teknologi informatika dapat menjadi suatu peluang untuk
mengembangkan suatu pelayanan gereja. Melalui teknologi informatika,
kelemahan-kelemahan dalam pelayanan dan hambatan untuk meningkatkan
efektivitas dan peningkatan pelayanan dapat teratasi. Salah satu hal positif dari
perkembangan informatika adalah munculnya rasa tanggung jawab secara
individual terhadap gereja. Setiap pribadi mempunyai peran yang dibutuhkan
gereja. Hendaknya gereja menjadi tempat terbuka bagi siapa saja baik pribadi
maupun keluarga warga jemaat, untuk bersekutu dan melayani sesuai dengan
talenta yang dimilikinya masing-masing. Melihat keadaan hidup manusia pada
era informatika, gereja harus proaktif memanfaatkan alat-alat informasi dalam
pelayanan. Misalnya: dalam membentuk program pelayanan maka para pelayan
harus menjadi orang yang dibangun atau yang mampu memanfaatkan alat-alat
informasi tanpa menghilangkan sistem komunikasi tradisional.
16
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
17
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
18
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
19
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
20
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
21
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
22
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
23
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
24
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
25
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
Dasar Alkitabiah komunikasi dan Sikap yang Sehat kepada Pasangan Hidup Ayat-
ayat Alkitab Mengenai I) Komunikasi dan 2) Sikap dan Perbuatan yang Baik
Terhadap Orang Lain, Termasuk Pasangan Kita, adalah: dalam Perjanjian Lama,
kitab Amsal 15:1, "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi
perkataan yang pedas membangkitkan marah." Amsal 15:4, "Lidah lembut adalah
pohon kehidupan, tetapi Iidah curang melukai hati."
Sementara itu dalam Perjanjian Baru, Efesus 4:29, "Pakailah perkataan yang
baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya,
beroleh kasih karunia." Efesus 4:15, "Dengan teguh berpegang kepada kebenaran di
dalam kasih." Filipi 2:14, "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut
sungut dan berbantah- bantahan." Galatia 5:22-23, "Tetapi buah Roh ialah: kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu."
Filipi 2:3-4, "hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang
lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya
memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." 1
Korintus 10:24, 'VJangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi
hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain."
26
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
berbeda, misalnya satu suka sering kali membeli makanan di luar, sedangkan
pasangannya merasa lebih baik kalau selalu masak sendiri!
27
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
28
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
29
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
dan mempelajari Firman Tuhan dengan anak Perintah Tuhan kepada orang tua.
Amsal 22:6, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada
masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."
Bagaimana caranya mendidik anak-anak kita supaya mereka berhasil dan
mengasihi Tuhan Yesus? Orang tua perlu berusaha supaya ada keseimbangan di
antara dua hal:
I . Kasih sayang dan penerimaan anak, tanpa syarat
2. Diimbangi dengan peraturan dan disiplin yang konsisten.
Terkait dengan komunikasi ini, adakalanya pula dalam sebuah keluarga sering
terdengar nama-nama julukan (label) dalam memanggil seseorang. Sebagai
contoh, karena anak sering menangis, maka ia dijuluki Si Cengeng. Karena
kulitnya tidak putih, anak mendapat julukan Si Hitam. Karena anak berbadan
kurus, ia dipanggil dengan julukan Si Krempeng atau Si Kurus. Karena anak
lemah dalam prestasi sekolahnya, ia diberi nama Si Goblok atau Si Tolol, bahkan
Si Idiot. Tentu saja julukan itu tidak disukai oleh anak sehingga hatinya sangat
kesal dan sakit. Perasaan demikian acapkali tidak disadari oleh orang yang
memberikan label. Mereka seperti tidak merasa bersalah telah mengucapkan
julukan yang mereka gemari, sementara julukan itu seperti anak panah yang
menembak perasaan anak dan menusuk amat dalam
Keluarga menunjukkan apakah ia merupakan sistem terbuka (open system),
cukup terbuka, atau sebaliknya, agak dan bahkan sangat tertutup (closed system).
Dalam keluarga yang terbuka, anggota-anggotanya memiliki kebebasan
menyatakan pandangan dan perasaan. Keunikan individu anggota diterima baik
sejalan dengan peningkatan kebersamaan. Komunikasi lancar. Relasi-relasi di
dalamnya berkembang dengan erat dan hangat. Keluarga itu juga bersikap ramah
terhadap kehadiran orang lain, apakah teman-teman anak atau sahabat-sahabat
orangtua. Para tamu merasa betah atau at home dalam lingkungan itu. Sebaliknya,
dalam keluarga tertutup, anggota-anggota tidak memiliki kemerdekaan atau
peluang untuk mengemukakan isi hatinya. Komunikasi sangat kurang. Relasi tidak
karib, apalagi mesra. Rumah keluarga itu jarang, bahkan mungkin saja tidak
bersedia menerima kehadiran orang lain. Kemungkinan suasa emosi di dalamnya
diwarnai kecurigaan. Ketika orang lain mencoba hadir ke dalamnya, mereka segera
merasakan ketidaknyamanan.
B. S. Sidjabat, Membesarkan Anak dengan Kreatif: Panduan Menanamkan iman &
Karakter kepada Anak Sejak Dini. Edisi Revisi (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2012.
30
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
BAB III
FEEDBACK DALAM KOMUNIKASI
Umpan balik/pesan balik/feedback diterima atau sampai kepada seorang
komunikator, baik yang disampaikan secara sengaja maupun sampai dengan
sendirinya.
31
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
Individu menerima umpan balik dari orang lain apabila orang tersebut mau
mengungkapkan cara ia menanggapi perilakunya. Tujuan umpan balik adalah
memberikan informasi konstruktif untuk menolong individu menyadari
bagaimana perilakunya dipersepsikan oleh orang lain dan bagaimana
pengaruhnya. Umpan balik yang paling bermanfaat adalah yang mampu
menunjukkan kepada individu bahwa perilakunya tidak atau belum seefektif
sebagaimana yang diharapkan, sehingga imdividu dapat mengubahnya agar lebih
efektif.
Umpan balik diungkapkan dalam bentuk deskripsi atau Iukisan, bukan dalam
bentuk penilaian. Menunjuk kepada peristiwa yang nyata terjadi, bukan
menilai baik-buruknya.
Umpan balik dipusatkan pada perilaku dalam situasi spesifik tertentu, bukan
pada perilaku abstrak. Perbuatan orang senantiasa terkait pada saat dan
tempat tertentu. Hanya umpan balik yang mengaitkan perilaku pada situasi
spesifik tertentu dan diberikan segera sesudah perilaku yang dimaksud
terjadi, akan meningkatkan pemahaman diri pelakunya.
32
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
Umpan balik disampaikan dalam bentuk upaya berbagi perasaan, bukan dalam
bentuk nasihat atau petuah.
Tidak memaksakan umpan balik kepada orang lain. Umpan balik harus
mengabdi pada kepentingan penerima, bukan kemauan si pemberi.
Umpan balik jangan diberondongkan sampai melebihi batas kemampuan
penerima untuk mencamkannya. Lewat umpan balik individu bemaksud
menolong si penerima, bukan memuaskan hasrat pribadinya untuk memberi
petuah kepada orang lain.
Umpan balik diarahkan pada tindak-perbuatan yang dapat diubah oleh
orang yang bersangkutan, bukan pada ciri-sifat yang harus diterimanya.
Menyadari bahwa memberi dan menerima umpan balik menuntut keberanian,
keterampilan, pengertian, penghargaan baik tehadap diri sendiri maupun
terhadap orang lain, serta rasa terlibat. Tujuan umpan balik adalah
meningkatkan pemahaman diri orang lain serta menimbulkan perasaan bahwa
dirinya dicintai, dihargai; bahwa dirinya mampu dan berharga.
33
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
BAB IV
BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI
Dipandang dari struktur organisasi, ada tiga bentuk komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi yang terjadi di antara individu-individu yang berbeda tingkat
otoritasnya, tetapi masih dalam satu departemen.
Contoh:
Komunikasi ke bawah. Komunikasi yang mengalir dari tingkat yang lebih
tinggi ke tingkat bawah dalam suatu organisasi (instruksi kerja/penyampaian
kebijakan, prosedur, dll).
Komunikasi ke atas, komunikasi yang mengalir dari tingkat yang lebih rendah
ke tingkat yang lebih tinggi dari suatu organisasi, contoh: prosedur
penyampaian keluhan, kotak saran, dll.
2. Komunikasi Horizontal
Komunikasi yang terjadi antar departemen/bidang dengan tingkat otoritas yang
sama.
3. Komunikasi Diagonal
Komunikasi yang terjadi antara individu-individu yang berbeda tingkat otoritas
maupun departemen/bidangnya.
I. Komunikasi Formal
Komunikasi yang terjadi sebagai akibat adanya struktur organisasi atau adanya
garis wewenang dan tanggungjawab yang telah ditetapkan.
2. Komunikasi Informal
Komunikasi yang terjadi sebagai akibat adanya kecenderungan manusia untuk
berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya: gosip, 'ngerumpi', nongkrong,
dll.
I. Komunikasi Langsung
Komunikasi antara komunikator dengan komunikan tanpa melalui pihak ketiga
[media Iperantara.
34
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
I. Komunikasi Verbal
Komunikasi yang diekspresikan dalam bentuk kata-kata, baik lisan maupun
tulisan.
Secara verbal maksudnya menggunakan kata-kata, baik yang secara langsung
mendeskripsikan perasaan yang dialami maupun tidak.
Untuk mengungkapkan perasaan secara jetas, maka kita perlu
mendeskripsikannya.
• Salah satu dari empat hal berikut, yakni: nama perasaan, kiasan perasaan,
bentuk tindakan yang ditimbulkan oleh perasaan, atau kiasan katanya.
35
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
36
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
Menurut Johnson (1981), kesulitan ini bersumber dari setidaknya dua sebab
utama:
1. Fakta bahwa pesan-pesan nonverbal memang bersifat kabur.
Buktinya, seseorang dapat menangis karena sedih atau karena bahagia. Sama
halnya, orang dapat tertawa karena kecewa atau karena gembira. Selain itu,
saling menatap mata waktu berbicara justru sopan bagi orang Barat, namun
kebalikannya bagi orang Timur, khususnya orang Jawa.
2. Kontradiksi atau pertentangan yang sering terjadi antara pesan-pesan nonverbal
dengan pesan-pesan verbalnya. Hal ini dapat terjadi dengan atau tanpa disadari
oleh pelakunya.
Contoh: seorang ibu yang merestui kepergian anaknya merantau ke luar negeri
sambil menangis, mungkin karena sepenuhnya menyadari situasi yang
dihadapinya. Sebaliknya, seorang pengemis yang relatif masih muda dan
bertubuh gagah-sehat, mungkin tidak menyadari ironi yang tengah
dipertunjukkannya. Situasi komunikasi dimana terjadi pertentangan antara pesan
verbal dan pesan nonverbalnya semacam ini disebut double bind atau pesan
ganda. Menghadapi hal semacam ini, individu cenderung memilih bentuk pesan
yang dipandang lebih dapat dieprcaya atau kurang menipu. Lazimnya, bentuk
pesan yang dapat dipercaya adalah pesan nonverbal.
37
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
yang bergairah dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar, pasti juga cerdas.
Tentu saja, tidak ada alasan logis untuk mengatakan bahwa orang yang tidak
cerdas tidak dapat bergairah dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
Waspadalah akan hambatan potensial. Ada dua hambatan serius dalam
memberikan persepsi yang akurat, yang seringkali timbul bila seseorang
menerapkan teori kepribadian implisit. Kecenderungan untuk mengembangkan
teori kepribadian dan memersepsikan seseorang seakan-akan sesuai dengan teori
itu, dapat menyebabkan individu:
a, Memersepsikan kualitas-kualitas dalam diri seseorang yang menurut "teori"
seharusnya dimilikinya, padahal kenyataannya tidaklah demikian.
Sebagai contoh, melihat niat baik dalam sikap dermawan seorang kawan
padahal sebenarnya dia bermaksud mengurangi beban pajak penghasilannya.
b. Mengabaikan kualitas atau karateristik yang tidak sesuai dengan teori.
Misalnya, mungkin mengabaikan kualitas negatif pada diri kawan padahal
kualitas itu dengan cepat terlihat pada diri lawan.
38
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
3. Aksentuasi Perseptual
"Tiada rotan akar pun jadi" adalah pepatah yang banyak dijumpai dalam
komunikasi: Untuk menjadi calon aktor, peran sekecil apapun dan seperti
apapun dalam sebuah film adalah lebih baik ketimbang tidak mendapat peran
sama sekali. Bayam barangkali rasanya tidak enak, tetapi pada saat lapar,
rasanya akan sama lezat dengan ayam panggang.
Proses semacam ini, yang dinamai aksentuasi perseptual, yaitu
membuat individu melihat apa yang diharapkan dan diinginkan. Melihat orang
yang disukai lebih tampan dan lebih pandai ketimbang orang yang tidak
disukai. Kontra argumen yang jelas adalah bahwa sebenarnya individu lebih
menyukai orang Yang tampan dan pandai dan Oleh karenanya ia mencari-cari
orang seperti ini, bukan karena orang yang disukai itu kelihatan tampan dan
pandai.
39
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
4. Primasi-resensi
Mengacu pada pengaruh relatif stimulus sebagai akibat urutan
kemunculannya. Jika yang muncul pertama lebih besar pengaruhnya, biasanya
individu mengalami efek primasi. Jika Yang muncul kemudian mempunyai
pengaruh yang lebih besar, berarti individu mengalami efek resensi.
Primasi-resensi dapat menimbulkan dua hambatan utama. Umumnya
individu cenderung untuk lebih mementingkan informasi yang datang lebih dulu
dan menafsirkan informasi yang datang kemudian sesuai dengan kesan pertama
dapat membuat seseorang:
a. merumuskan gambaran "menyeluruh" tentang seseorang berdasarkan kesan
awal yang belum tentu akurat.
Sebagai contoh, individu mungkin menangkap Citra bahwa seseorang itu tidak
pandai berkomunikasi. Jika kesan ini didasarkan pada pengamatan terhadap
orang ini selama wawancara pekerjaan Yang menegangkan, boleh jadi
kesannya itu keliru.
b. Mendistorsi persepsi yang datang kemudian supaya tidak merusak kesan
pertama.
Sebagai contoh, individu mungkin tidak memerhatikan tanda-tanda kecurangan
seseorang yang telah menciptakan kesan pertama yang baik.
5. Konsistensi individü mempunyai kecenderungan yang kuat untuk menjaga
keseimbangan atau konsistensi di antara persepsi-persepsinya. Konsistensi
menggambarkan kebutuhan individü untuk memelihara keseimbangan di
antara sikap-sikapnya. individü memerkirakan bahwa hal-hal tertentu selalu
muncul bersama-sama dan hal-hal lain tidak akan muncul bersama-sama.
Secara intuitif saja, misalnya, tanggapilah kalimat-kalimat berikut dengan
menandai reaksi yang diharapkan.
a. Saya berharap orang yang saya sukai (menyukai, tidak menyukai) saya.
b. Saya berharap orang yang tidak saya sukai (menyukai, tidak menyukai)
saya.
c. Saya berharap kawan saya (menyukai, tidak menyukai) teman saya yang lain.
d. Saya berharap teman saya (menyukai, tidak menyukai) musuh saya.
e. Saya berharap musuh saya (menyukai, tidak menyukai) kawan saya.
f. Saya berharap musuh saya (menyukai, tidak menyukai) musuh saya yang lain,
40
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
6. Stereotipe
Mengacu pada kecenderungan untuk mengembangkan dan
mempeftahankan persepsi yang tetap dan tidak berubah mengenai sekelompok
manusia dan menggunakan persepsi ini untuk mengevaluasi anggota kelompok
tersebut, dengan mengabaikan karateristik individual yang ünik.
Jalan pintas yang sering digunakan dalam persepsi adalah stereotiping.
Awal mulanya, stereotipe adalah istilah dalam bidang percetakan yang
mengaCU pada suatu pelat yang mencetak citra (gambar atau tulisan) yang sama
berulang-ulang. Stereotipe sosiologis atau psikologis adalah citra yang melekat
pada sekelompok orang. Masing-masing individu mempunyai stereotipe
atitudinal tentang kelompok bangsa, kelompok agama, kelompok ras, atau
barangkali tentang kaum penjahat, kaum tuna susila, guru, atau tukang pipa.
Jika individu memiliki kesan melekat ini, maka seringkali, bila berjumpa
dengan salah seorang anggota kelompok tadi, melihat orang itu terutama sebagai
anggota kelompok tersebut. Sebagai permulaan, ini mungkin memberikan
orientasi yang membantu. Tetapi ini dapat menimbulkan masalah bila kemudian
menganggap semua karakteristik yang melekat pada kelompok itu berlaku juga
untuk orang itu tanpa menyadari bahwa setiap orang adalah pribadi yang khas.
Misalnya, individu berjumpa dengan seorang tuna susila, maka ia akan
menganggap bahwa semua ciri yang dimiliki kelompok tuna susila dimiliki pula
oleh orang ini- Lebih rumit lagi, individu tersebut mungkin melihat dalam
perilaku orang ini, manifestasi dari berbagai karateristik yang tidak akan dilihat
kalau saja ia tidak tahu bahwa orang ini adalah tuna susila. Strereotipe
mendistorsi kemampuan seseorang untuk memersepsikan orang lain secara
akurat. Streotipe menghalangi individu untuk melihat seseorang sebagai
seseorang dan bukan sekadar sebagai anggota suatu kelompok.
41
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
6. Jangan menganggap orang lain seperti diri sendiri, berpikir seperti dirinya
berpikir, atau bertindak seperti yang dilakukannya. Sadarilah keragaman manusia.
42
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
BAB V
KOMUNIKASI RUANG
Panggunaan ruang mengungkapkan diri individu sejelas dan sepasti
katakata dan kalimat. Pembicara yang berdiri dekat dengan pendengarnya,
dengan tangan berada di bahu pendengar dan matanya menatap langsung ke
pendengar, mengkomunikasikan sesuatu Yang sangat berbeda dengan
pembicara yang duduk mendekam di pojok ruangan dengan tangan terlipat dan
mata menatap lantai.
Jarak Spasial
Edward Hall (1959, 1966) membedakan empat macam jarak yang
menurutnya menggambarkan macam hubungan yang dibolehkan. Masing-
masing dari keempat jarak ini mempunyai fasa dekat dan fasa jauh, dengan
demikian ada delapan macam jarak yang dapat diidentifikasikan.
1. Jarak Intim
Dalam jarak intim, mulai dari fasa dekat (bersentuhan) sampai ke fasa
jauh sekitar 15 sampai 45 cm. Dalam fasa ini kehadiran seseorang sangat
jelas. Masing-masing pihak dapat mendengar, mencium, dan merasakan
napas yang Iain. Fasa dekat digunakan bila sedang bercumbu dan
bergulat, untuk menenangkan atau melindungi.
Dalam fasa dekat jarak pribadi ini (antara 45-75 cm). Dua orang dapat saling
menyentuh hanya jika keduanya mengulurkan tangan. Kemudian seseorang
dapat melindungi orang-orang tertentu-misalnya, kekasih.
43
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
Dalam fasa jauh (dari 75 cm — 120 cm), dua orang dapat saling menyentuh
hanya jika keduanya mengulurkan tangan. Fasa jauh ini menggambarkan
sejauh mana individu dapat secara fisik menjangkaukan tangannya untuk
meraih sesuatu. Jadi, fasa ini menentukan, dalam artian tertentu, batas
kendali fisik seseorang atas orang Iain. Dalam jarak ini masih dapat melihat
banyak detil dari seseorang — rambut yang beruban, gigi yang kuning,
pakaian yang kusut, dan sebagainya, tetapi tidak lagi dapat mendeteksi
hangat tubuh. Kadang-kadang masih dapat mencium bau napas, tetapi pada
jarak ini etiket mengharuskan untuk mengarahkan napas ke bagian netral
sehingga tidak mengganggu Iawan bicara. Bila ruang pribadi diganggu,
individu merasa sering tidak nyaman dan tegang. Bila orang berdiri terlalu
dekat, pembicaraan dapat terganggu, tidak mantap, terguncang, dan terputus-
putus. Kemungkinan sukar untuk memelihara kontak mata dan Iebih sering
menghindari tatapan langsung. Ketidaknyamanan ini mungkin juga
terungkap dalam bentuk gerakan tubuh yang berlebihan. Pada saat yang Iain
individu tidak keberatan
3. Jarak Sosial
Dalam jarak sosial, individu kehilangan detil visual yang ia peroleh dalam
jarak pribadi.
Fasa dekat (120-210 cm) adalah jarak yang digunakan bila melakukan
pertemuan bisnis dan interaksi pada pertemuan-pertemuan yang
bersifat sosial.
Fasa jauh (210-360 cm) adalah jarak yang dipelihara bila seseorang berkata,
"Menjauhlah agar saya dapat memandangmu." Pada jarak ini, transaksi
bisnis mempunyai nada yang Iebih resmi. Di kantor pejabat-pejabat
tinggi mejameja ditempatkan sedemikian sehingga si pejabat memastikan
jarak ini bila sedang berunding dengan klien. Tidak seperti jarak intim,
dimana kontak mata terasa janggal, fasa jauh dari jarak sosial membuat
kontak mata sangat penting; jika tidak, komunikasi akan hilang. Suara pada
umumnya Iebih keras dari biasanya pada jarak ini. Tetapi berteriak atau
menaikkan suara, akan mempunyai efek mengurangi jarak sosial ini ke
jarak pribadi.
44
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
4. Jarak Publik
Pada fasa dekat dari jarak publik (dari 360-450 cm) orang terlindung oleh
jarak. Pada jarak ini seseorang dapat mengambil tindakan defensif bila
terancam. Dalam bis kota atau kereta, misalnya, individu mungkin
mengambil jarak ini dari orang yang sedang mabuk. Walaupun pada jarak
ini tidak dapat langsung mengamati secara detil wajah dan mata orang itu,
namun masih cukup dekat untuk melihat apa yang sedang berlangsung.
Pada fasa jauh (75C) cm), individu melihat orang-orang tidak sebagai
individu yang terpisah, melainkan sebagai bagian dari suatu kesatuan yang
lengkap Individu secara otomatis mengambil jarak sekitar 9 meter dari
seorang tokoh penting. Dan tampaknya ia melakukan ini terlepas dari
apakah tokoh itu dikawal atau tidak. Fasa jauh ini merupakan jarak yang
diambil seorang aktor untuk beraksi di panggung. Pada jarak ini, gerak-
gerik maupun suara harus sedikit berlebihan agar tenangkap secara detil.
I. Status
Orang dengan status yang setara menjaga jarak yang lebih dekat di antara
mereka ketimbang orang dengan status yang berbeda. Bila status tidak sama;
orang dengan status yang lebih tinggi mungkin mendekati orang yang berstatus
lebih rendah lebih rapat ketimbang orang dengan status lebih rendah mendekati
orang yang berstatus lebih tinggi.
2. Kultur
Orang Amerika berdiri cukup jauh bila sedang bercakap-cakap,
setidaktidaknya jika dibandingkan dengan orang Eropa tertentu dan orang
Tmur Tengah. Orang Arab, misalnya, berdiri cukup dekat satu sama Iain
ketimbang orang Amerika. Orang Italia dan Spanyol mengambil jarak
yang relatif berdekatan bila berinteraksi ketimbang banyak orang Eropa
Utara.
3. Konteks
Umumnya, makin besar ruang fisik tempat individu berada, makin kecil
jarak antarpribadi. Jadi, misalnya, jarak antara dua orang yang
berbincang-bincang di jalan akan lebih kecil ketimbang di rumah. Jarak
ini akan lebih kecil di ruangan yang besar ketimbang di ruangan yang
kecil. Makin besar ruangan, makin merasa perlu saling mendekatkan diri
45
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
Wanita berdiri lebih berdekatan satu sama lain ketimbang pria. Pasangan
dari jenis kelamin yang berbeda berdiri berjauhan. Demikian pula, kultur
Amerika lebih memungkinkan kaum wanita saling menyentuh satu sama
lain ketimbang kaum pria dan pasangan pembicara-pendengar yang
berlainan jenis. Anakanak berdiri lebih berdekatan satu sama lain ketimbang
kaum dewasa. Ini menunjukkan bahwa menjaga jarak merupakan perilaku
yang dipelajari.
46
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
BAB VI SUARA
Suara dapat dibedakan atas lima dimensi: Volume, kecepatan (rate), nada,
artikulasi dan pengucapan, dan jenak (pause). Kemampuan komunikator memainkan
elemen-elemen ini akan memungkinkan ia mampu mengatur suara sebaik mungkin.
Volume
Volume mengacu pada intensitas relaif suara. Kenyaringan (Ioudness), di
pihak Iain, mengacu pada persepsi terhadap intensitas relatif ini: apa Yang didengar
khalayak. Pada suara yang cukup terkontrol, volume bervariasi menurut beberapa
faktor-misalnya, jarak antara pembicara dan pendengar, suara-suara Iain yang
bersaing, dan penekanan yang diberikan pembicara pada suatu pokok pembicaraan
tertentu.
Masalah yang paling umum terjadi adalah kekurangan variasi. Masalah yang
berkaitan dengan ini adalah pola volume yang bervariasi menurut suatu pola Yang
mudah ditebak. Suara yang melemah pada setiap akhir kalimat khususnya, sangat
mengganggu. Awalnya pembicara menggunakan volume Yang tepat, tetapi
menurunkannya pada akhir kalimat. Berhati-hatilah menjaga volume suara pada akhir
kalimat ini.
Kecepatan
Kecepatan yang dimaksud di sini adalah kecepatan berbicara. Kecepatan sekitar
140 sampai 160 kata per menit adalah umum untuk berbicara atau membaca keras-keras.
Masalah yang lazim dijumpai adalah kecepatan yang telalu tinggi atau terlalu rendah,
kurangnya variasi kecepatan atau pola kecepatan yang mudah diduga. Berbicara terlalu
cepat akan menghalangi pendengar untuk mencerna apa Yang disampaikan. Berbicara
terlalu Iambat, akan membuat pikiran pendengar melantur ke hal-hal yang tidak
berkaitan dengan pembicaraan. Karenanya, berbicaralah dengan tempo yang melibatkan
pendengar dan memungkinkan mereka merenungkan pembicaraan tanpa menjadi bosan.
47
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
dengan berbicara tanpa variasi sama sekali. Ada pembicara yang memulai
kalimatnya dengan kecepatan normal tetapi kemudian mengakhiri kalimat itu
dengan terburu-buru. Jika khalayak secara sadar ataupun tidak sadar telah
memperkirakan pola kecepatan itu, berarti pembicara tersebut tidak
mengkomunikasikan gagasan melainkan hanya kata-kata yang telah ia hafalkan.
Pitch (nada)
Pitch (nada) mengacu pada ketinggian atau kerendahan relatif suara menurut
yang dirasakan pendengar. Secara lebih teknis, nada suara dihasilkan dari kecepatan
vibrasi Pita suara. Jika Pita suara bergetar (bervibrasi) secara cepat, pendengar
merasa suara pembicara mempunyai nada yang tinggi. Jika Pita suara bergetar
Iambat, pendengar merasa suara pembicara mempunyai nada rendah.
Evaluasi
Dalam mengevaluasi keterampilan berbicara, seseorang pada prinsipnya harus
memerhatikan lima faktor berikut:
I. Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal, konsonan) diucapkan dengan tepat?
2. Apakah pola-pola intonasi, naik turunnya suara serta tekanan suku kata,
memuaskan?
3. Apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa
referensi internal memahami bahasa yang dipergunakan?
4. Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat?
5. Sejauh manakah 'kewajaran' atau 'kelancaran' ataupun I ke-native-speaker-an' yang
tecermin bila seseorang berbicara?
48
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
Kedua, identitas atau jati diri terbentuk dalam dan Iewat komunikasi dengan
orang Iain. Selama berkomunikasi dengan orang Iain, secara sadar maupun tidak sadar
individu mengamati, memerhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang
diberikan oleh orang Iain terhadap dirinya. Individu menjadi tahu bagaimana
pandangan orang Iain itu tentang dirinya. Berkat pertolongan komunikasi dengan
orang Iain, individu dapat menemukan diri, yaitu mengetahui siapa dirinya
sebenarnya.
49
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
3. Mampu saling menerima dan saling memberikan dukungan atau saling menolong
Individu harus mampu menanggapi keluhan orang Iain dengan cara-cara Yang
bersifat menolong, yaitu menunjukkan sikap memahami dan bersedia menolong
sambil memberikan bimbingan dan contoh seperlunya, agar orang tersebut mampu
menemukan pemecahan-pemecahan Yang konstruktif terhadap masalahnya.
50
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
51
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
52
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
53
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
54
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
BAB VIII
BERBICARA Dl MUKA UMUM
Kekhawatiran Pembicara
Salah satu masalah yang paling penting dalam pidato di depan umum
adalah kekhawatiran pembicara atau yang sering disebut dengan Idemam
panggung'• Untuk mengatasi kecemasan dalam berbicara di depan umum, ada
lima faktor yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Hal baru
Situasi yang sifatnya baru dan berbeda dapat membuat individu menjadi gelisah.
Jika sudah mengalami beberapa kali berbicara di depan umum, maka kegelisahan
semacam itu akan berkurang.
2. Status rendah
Jika pembicara merasa bahwa orang lain merupakan pembicara yang lebih baik,
maka kegelisahan biasanya akan meningkat. Dengan berpikir lebih positif
mengenai diri sendiri dan dengan persiapan yang matang maka kegelisahan akan
berkurang.
3. Kesadaran
Jika merasa menjadi pusat perhatian, seperti yang dialami jika berbicara di depan
umum, maka kegelisahan akan meningkat. Dengan menganggap bahwa berbicara
di depan umum itu sebagai layaknya orang mengobrol saja maka perasaan ini
akan membantu mengurangi kegelisahan tersebut. Jika individu dengan bebas
dapat berbicara di kelompok kecil, maka anggap saja bahwa khayalak yang
dihadapi adalah kelompok kecil yang diperbesar.
4. Perbedaan
Jika merasa bahwa khayalak yang dihadapi memiliki sedikit persamaan dengan
pembicara, maka kegelisahan akan meningkat. Oleh karena itu, tekankanlah
persamaan antara diri pembicara dengan khayalak yang dihadapi saat
merencanakan pembicaraan, termasuk juga ketika berbicara di hadapan mereka.
Berikut ini ada beberapa saran tambahan yang terbukti telah mampu mengatasi
dan mengendalikan 'demam panggung' yang dialami pembicara, yaitu:
55
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
2. Mencari pengalaman
Pengalaman akan membantu pembicara mengurangi penyakit 'demam
panggungnya'. Dengan pengalaman itu individu dapat berkesimpulan bahwa
berbicara di depan umum dapat berhasil meskipun didahului dengan kekhawatiran
dan ketakutan. Pengalaman juga akan memberikan kepercayaan diri dan individu
akan beranggapan bahwa berbicara di depan umum itu sangat menyenangkan dan
menarik. Situasi seperti ini juga dialami ketika seseorang belajar mengendarai
mobil, bermain ski. Pada mulanya ada rasa kekhawatiran, akan tetapi sesudah
mereka mampu mengendalikannya, maka akan merasakan kenyamanan tersendiri
dan menyukainya.
56
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
Gerakan Tubuh
Tubuh adalah alat yang sangat ampuh dalam pembicaraan. Individu berbicara
dengan tubuh selain dengan mulut. Efek total dari pembicaraan bergantung bukan
hanya pada apa yang dikatakan, melainkan juga pada bagaimana menyampaikannya.
Dampak ini bergantung pada gerakan-gerakan tubuh dan anggota tubuh, serta
ekspresi wajah selain juga pada kata-kata yang digunakan.
Kontak Mata
Hindarilah masalah utama yang menyangkut kontak mata: tidak cukup kontak
mata dan kontak mata tidak tersebar merata di seluruh khalayak.
Pembicara yang tidak memelihara kontak mata secara memadai akan terasa jauh,
tidak berperhatian, dan kurang dipercaya dibandingkan dengan pembicara yang
menatap langsung kepada khalayak. Dan, tentu saja, tanpa kontak mata, pembicara
tidak akan bisa menyadari umpan balik yang sangat penting dari khalayak.
Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah terutama penting dalam mengkomunikasikan emosi. Jika
merasa mempunyai komitmen dan yakin akan tesis yang dibawakan, akan lebih
memungkinkan untuk menyajikan maksud-maksud secara baik dan efektif. Tetapi
kegugupan dan kegelisahan, dapat mencegah pembicara untuk bersikap santai
sehingga emosi pembicara dapat mengalir dengan wajar. Namun demikian, dengan
berjalannya waktu dan dengan banyak berlatih, akan dapat bersikap santai, dan emosi
yang dirasakan akan mengalir secara wajar dan otomatis.
Postur (posture)
Saat menyampaikan pembicaraan, berdirilah tegak tetapi tidak kaku.
Cobalah mengkomunikasikan penguasaan akan situasi tanpa mengkomunikasikan
57
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
Gestur (gesture)
Gestur akan membantu mengilustrasikan pesan-pesan verbal pembicara.
Dan pembicara melakukan hal ini secara otomatis dalam setiap percakapan.
Misalnya, bila mengatakan "kemarilah," dengan menggerakkan pendengar ke arah
pembicara dengan tangan, kepala dan mungkin dengan keseluruhan tubuhnya.
Gerakan tubuh yang efektif adalah yang spontan dan wajar sebagai
pembicara, bagi khalayak, dan bagi pembicaraan tersebut. Lakukan gerakan
tubuh yang wajar tanpa dibuat-buat atau diatur.
Gerakan (movement)
Gerakan di sini diartikan sebagai gerakan tubuh yang sifatnya besar. Akan
membantu untuk sedikit berpindah-pindah. Ini membuat pembicara dan khalayak
lebih terjaga. Apabila berbicara di belakang mimbar, dapat memberikan kesan
gerakan-gerakan seperti: melangkah maju dan mundur atau mencodongkan tubuh
bagian atas sehingga terlihat seperti berpindah-pindah tempat.
Hindarilah kesalahan-kesalahan seperti berikut: terlalu sedikit bergerak, atau
gerakan yang terlalu berpola.
58
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
6. Kejutan budaya
Kejutan budaya mengacu pada reaksi psikologis yang dialami seseorang karena
berada di tengah suatu kultur yang sangat berbeda dengan kulturnya sendiri,
Kejutan budaya itü normal. Kebanyakan orang mengalaminya bila memasuki
kultur yang baru dan berbeda. Namun demikian keadaan ini tidak
menyenangkan dan menimbulkan frustasi. Sebagian kejutan ini timbul karena
perasaan terasing, menonjol, dan berbeda dari yang lain. Bila pembicara tidak
59
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
mengenal adat kebiasaan yang baru, maka tidak dapat berkomunikasi secara
efektif.
2. Empati
Tempatkanlah diri sendiri pada posisi lawan bicara yang berasal dari kultur
yang berbeda. Cobalah melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda dan
biarkanlah lawan bicara tahu bahwa individu dapat merasakan apa yang
mereka rasakan.
60
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
3. Sikap mendukung
Deskriptif, jangan evaluatif; spontan, jangan strategik; provisional, jangan
memastikan.
4. Sikap positif
5. Kesetaraan
Warganegara dari negara-negara maju (khususnya Amerika) mempunyai
reputasi sebagai orang yang merasa diri lebih unggul. Hilangkanlah reputasi ini
dengan selalu bersikap bahwa individu berkomunikasi dengan pihak yang setara.
6. Percaya diri
Keterampilan yang penting dałam komunikasi antarbudaya adalah mentoleransi
ambiguitas, tetap percaya diri dan tenang dalam setiap situasi yang belum pernah
dialami. Tentu saja, hindarilah sikap menyombongkan diri.
7. Kedekatan
Komunikasikanlah rasa kebersamaan untuk mengatasi adanya perbedaan budaya.
8. Manajemen interaksi
Bersikap sensitiflah dałam cara mengambil alih pembicaraan. Banyak orang
Amerika, terutama mereka yang berasal dari kota-kota besar, mempunyai
kebiasaan memotong pembicaraan orang lain. Beberapa kultur menganggap ini
tidak sopan, namun kultur lain memandang ini sebagai pertanda interaksi yang
menyenangkan.
9. Daya ekspresi
Biarkalah lawan bicara mengetahui bahwa komunikator menikmati interaksi inie
Tersenyumlah!
61
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
DAFTAR KEPUSTAKAAN
A.G. Mears. The Handbook of Public Speaking. Tt. Milestone, 2009.
Edi Santoso dan Mite Setiansah. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010.
62
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
Nick and Nancy Stinnett, Joe and Alice Beam. Fantastic Families (Keluarga
yang Kokoh dan Bahagia). Batam: Interaksara, t.th
63
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
64
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
SYLABUS
KOMUNIKASI
2 SKS
Deskripsi
Mata kuliah komunikasi menjelaskan dan menguraikan tentang Ilmu komunikasi
yang meliputi tentang tujuan komunikasi, fungsi komunikasi, proses komunikasi,
pentingnya komunikasi, serta bagaimana berkomunikasi baik antarpribadi,
antarkelompok maupun antarbudaya.
Tujuan
1. Definisi Komunikasi
2. Tujuan Komunikasi
3. Proses Komunikasi
4. Hambatan dalam Komunikasi
5. Pandangan gereja mengenai komunikasi
6. Feed Back dalam Komunikasi
7. Bentuk-bentuk Komunikasi
8. Komunikasi Ruang
9. Suara
10. Komunikasi Pribadi
1 1. Berbicara di Muka IJmum
12. Komunikasi Antarbudaya
Penilaian:
UTS :
UAS: 30%
Tugas : 40%
Tugas
Setiap mahasiswa diwajibkan untuk membuat ringkasan dari salah satu buku yang
65
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th
66