Anda di halaman 1dari 66

KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI

MATERI KULIAH

Pengampu:

Dr.© Markus Suwandi, M.Th.

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI ANUGRAH INDONESIA


2023
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………… 2
Definisi……………………………………………………………………………. 4
Tujuan Komunikasi……………………………………………………………….. 5
Fungsi Komunikasi……………………………………………………………….. 6
Prinsip Komunikasi………………………………………………………………. 6
Taraf Komunikasi………………………………………………………………… 11
Hambatan dalam Proses Komunikasi…………………………………………….. 13
BAB II Pandangan gereja mengenai komunikasi…………………………………………. 15
BAB III FEEDBACK DALAM KOMUNIKASI………………………………………….. 31
Pemahaman Diri Berkat Umpan Balik Dari Orang Lain…………………………. 32
BAB IV BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI……………………………………………. 34
Pesan Verbal Harus Sejalan Dengan Pesan Nonverbal…………………………… 36
Proses yang Memengaruhi Persepsi ……………………………………………… 37
Pedoman Untuk Meningkatkan Akurasi Persepsi Individu………………………. 42
BAB V KOMUNIKASI RUANG………………………………………………………… 43
Jarak Spasial ……………………………………………………………………... 43
Faktor-faktor yang Memengaruhi Komunikasi Ruang…………………………… 45
BAB VI SUARA ………………………………………………………………………….. 47
Volume …………………………………………………………………………... 47
Kecepatan ………………………………………………………………………... 47
Pitch (nada) ……………………………………………………………………… 48
Artikulasi dan pengucapan ……………………………………………………… 48
Evaluasi………………………………………………………………………….. 48
BAB VII KOMUNIKASI PRIBADI ……………………………………………………… 49
Pentingnya Komunikasi ………………………………………………………… 49
Keterampilan Dasar Berkomunikasi ……………………………………………. 49
Kesalahan-kesalahan Umum dalam Berkomunikasi ……………………………. 50
Ragam Seni…………………………….………………………………………… 51
Berbicara Metode Penyampaian dan Penilaian Berbicara……………………….. 53
BAB VIII BERBICARA DI MUKA UMUM………………………………………………. 55
Kekhawatiran Pembicara………………………………………………………… 55
Gerakan Tubuh ………………………………………………………………….. 57
Kontak Mata …………………………………………………………………….. 57
Ekspresi Wajah…………………………………………………………………... 57
Postur (posture) …………………………………………………………………. 58
Gestur (gesture) …………………………………………………………………. 58
Gerakan (movement) ……………………………………………………………. 58
BAB X KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ……………………………………………. 59
Pintu Masuk Komunikasi Antarbudaya…………………………………………. 60

2
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

BAB I PENDAHULUAN
Sejarah Komunikasi.
1.Retorika dari Masa ke Masa,
Retorika atau dalam bahasa Inggris rhetoric bersumber dari perkataan Latin
rhetorica yang berarti ilmu berbicara. Sebagai cikal bakal ilmu komunikasi,
retorika mempunyai sejarah yang panjang.
para ahli berpendapat bahwa retorika sudah ada sejak manusia ada. Akan tetapi,
retorika sebagai seni berbicara yang dipelajari dimulai pada abad ke-5 SM ketika
kaum Sofis di Yunani mengembara ke tempat yang satu ke tempat lain untuk
mengajarkan pengetahun mengenai politik dan pemerintahan dengan penekanan
terutama pada kemampuan berpidato.
Tokoh aliran Sofisme ini adalah Georgias (480-370) yang dianggap sebagai
guru retorika yang pertama dalam sejarah manusia. Georgias menyatakan bahwa
kebenaran suatu pendapat hanya dapat dibuktikan jika tercapai kemenangan dalam
pembicaraan. Pendapat Georgias ini berlawanan dengan pendapat protagoras (500-
432) dan Socrates (469-399). Protagoras mengatakan bahwa kemahiran berbicara
bukan demi kemenangan, melainkan demi keindahan bahasa. Sedangkan bagi
Socrates, retorika adalah demi kebenaran dengan dialog sebagai tekniknya karena
dengan dialog kebenaran akan timbul dengan sendirinya.
Seseorang yang sangat dipengaruhi oleh Socrates dan Georgias adalah
Isocrates yang pada tahun 392, pendapatnya dengan Isocrates, yaitu bahwa
retorika memegang peranan penting bagi seseorang untuk menjadi seorang
pemimpin adalah Plato. Dan murid Socrates yang paling terkenal adalah Plato.
Dan Plato mengatakan bahwa retorika bertujuan memberikan kemampuan
menggunakan bahasa yang sempurna dan merupakan jalan bagi seseorang untuk
memperoleh pengetahuan yang luas dan dalam. Terutama dalam bidang politik.
Tokoh retorika lain pada zaman Yunani itu adalah Aristoteles yang sampai
sekarang banyak dikutip pendapatnya. Berlainan dengan tokoh-tokoh lainnya yang
mengatakan retorika sebagai seni, Aristoteles memasukknnya sebagai bagian dari
filsafat.

2.Retorika di Zaman Modern


Pada awal abad sesudah masehi retorika tidak begitu berkembang.
Baru mulai pada abad ke 17 di Eropa muncul tokoh-tokoh yang dikenal
sebagi orator kenamaan, antara lain, Oliver Cromwell dan Henry St. John,
Lord Bolingbroke.
Cromwell merupakan tokoh retorika termasyur pada pertengah abad ke-17
itu. Retorika biasanya berkembang pada masa kritis, begitu pula pada kemunculan
Cromwell di Inggris itu dalam mengajarkan teknik retorika.

Cromwell mengatakan bahwa dalam melaksanakan retorika:


1. Harus mengulang hal-hal penting.
2. Menyesuaikan diri dengan sikap lawan.

3
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

3. Bila perlu tidak menyinggung persoalan.


4. Harus membiarkan orang-orang menarik kesimpulan sendiri.
5. Harus menunggu reaksi.
Tokoh retorika lainya pada abad ke-17 itu ialah Henry St. John, Lord
Bolingbroke yang pernah menggerakkan bahwa kekuatan politik berdasarkan
kekuatan fisik, maka retorika memerlukan kekuatan mental.
Dalam abad itu di Jerman tokoh termashur dalam retorika adalah Adolf Hitler
yang berhasil menemukan rakyat Jerman sehingga bersedia melakukan apapun.
Resep Hitler dalam retorikanya adalah: mengunggulkan diri sendiri,
membusukkan dan menakut-nakuti lawan kemudian menghasilkan hakikat
retorika Hitler, retorika Hitler adalah seniata Psikis untuk memelihara masa
dalam keadaan perbudakan psikis (psychical weapon to maintain in a state of
psychical enslavement).
Definisi Komunikasi.
Definisi komunikasi menurut beberapa tokoh yaitu:

l. William Albig dalam bukunya "Public Opinion" mengatakan bahwa


komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti di
antara individuindividu.
2. Wilbur Schram di dalam bukunya "The Process and Effects of Mass
Communication" mengemukakan bahwa bila seseorang mengadakan
komunikasi, berarti ia berusaha untuk mengadakan "commonness", yaitu
persamaan dengan orang lain.
3. Bernard Berelson mengemukakan pendapat Carl I. Hovland di dalam
"Reader in Public Opinion and Communication" yang menyatakan bahwa:
"Komunikasi itu adalah proses dimana seorang individu (komunikator)
mengoperkan perangsang (biasanya lambang-lambang bahasa) untuk
merubah tingkah laku individu-individu yang lain (komunikan)
4. Joseph A. Devito dalam bukunya "Komunikasi Antar Manusia"
mengatakan bahwa, komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang
atau lebih; yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh
gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai
pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa, komunikasi


adalah proses penyampaian pesan antara individu dengan menggunakan
lambanglambang agar terjadi suatu persamaan, perubahan tingkah Iaku, dan
pengaruh tertentu, pada suatu tempat dan kesempatan tertentu.
Sesuai dengan definisi tersebut di atas, maka kata-kata atau "message"
(pesan) yang disampaikan komunikator (pemberi pesan) harus mempunyai
pengertian yang sama dengan komunikan (penerima pesan) agar dapat
dimengerti, sehingga komunikator akan mengetahui bagaimana reaksi dan

4
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

respons dari komunikan terhadap "message" yang disampaikan.

Tujuan Komunikasi
Ada empat tujuan atau motif komunikasi, yaitu•
1. Menemukan
Salah satu tujuan utama komunikasi adalah menyangkut penemuan diri
(personal discovery). Individu yang berkomunikasi dengan orang lain, akan
belajar mengenai dirinya sendiri dan juga mengenai orang lain. Kenyataannya,
persepsi diri individu sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah dipelajari

tentang diri sendiri dari orang Iain selama berkomunikasi, khususnya dalam
perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.
Dengan berbicara tentang diri sendiri dengan orang Iain, maka individu
memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan
perilakunya. Dari perjumpaan seperti ini individu menyadari, misalnya, bahwa
perasaannya ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang Iain.
Cara Iain untuk melakukan penemuan diri adalah melalui proses
perbandingan sosial. Melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap,
pendapat, nilai, dan kegagalan individu dengan orang Iain. Artinya, individu
mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membandingkan dirinya
dengan orang Iain.

Dengan berkomunikasi individu dapat memahami secara Iebih baik tentang


dirinya sendiri dan diri orang Iain yang diajak berkomunikasi. Tetapi,
komunikasi juga memungkinkan individu menemukan dunia luar — dunia
yang dipenuhi

objek, peristiwa, dan manusia Iain. Sekarang ini, beragam media komunikasi
dapat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, olah raga,
perang, pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produkproduk
baru yang dapat dibeli. Individu mendapatkan banyak informasi media,
mendiskusikannya dengan orang Iain, dan akhirnya memelajari atau menyerap
bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber ini.

2. Berhubungan
Salah satu motivasi manusia yang paling kuat adalah berhubungan dengan
orang Iain, membina dan memelihara hubungan dengan orang Iain. Individu
ingin merasa dicintai dan disukai, dan juga ingin mencintai dan menyukai orang
Iain. Manusia menghabiskan banyak waktu dan energi untuk berkomunikasi
guna membina dan memelihara hubungan sosial. Berkomunikasi dengan teman
dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui telepon, berbincang-bincang
dengan orangtua, anak-anak, dan saudara.

3. Meyakinkan

5
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan individu agar


mengubah sikap dan perilakunya. Media dapat 'hidup' karena adanya dana dari
iklan, yang diarahkan untuk mendorong individu agar membeli berbagai
produk. Tetapi, individu juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan
persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam
perjumpaan antarpribadi sehari-hari, individu berusaha mengubah sikap dan
perilaku orang Iain, berusaha mengajak orang Iain untuk melakukan sesuatu,
mencoba cara diet yang baru, membeli produk tertentu, menonton film,
membaca buku, meyakinkan bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui
atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya.

4. Bermain
Individu menggunakan banyak perilaku komunikasinya untuk bermain dan
menghibur diri, mendengarkan lawakan, pembicaraan, musik dan film,
sebagian besar untuk hiburan.
Tentu saja, tujuan komunikasi bukan hanya ini; masih banyak tujuan
komunikasi yang Iain. Tetapi keempat tujuan yang disebutkan di atas tampaknya
merupakan tujuan yang utama.
Meski tujuan komunikasi dapat dibeda-bedakan, namun pada
kenyataannya tidak ada tindak komunikasi yang didorong hanya oleh satu tujuan
saja. Setiap komunikasi banyak kali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan
sekaligus.

Fungsi Komunikasi
Ada empat fungsi komunikasi, yaitu:

Fungsi informasi (Information function).


Memberikan informasi, petunjuk, pedoman yang diperlukan orang-orang di
dalam suatu organisasi secara timbal balik.

2. Fungsi perintah dan instruksi (command and instructive function).


Terjadi dalam komunikasi vertikal antara atasan kepada bawahan. Bawahan
sebagai komunikan menerima informasi/instruksi sehingga ia dapat bekerja
dengan baik.

3. Fungsi pengaruh dan persuasi (influence and persuation function). Merupakan


fungsi pemberian motivasi. Komunikasi diharapkan mampu memengaruhi,
mendekati orang lain.

4. Fungsi integrasi (integrative function).


Menciptakan kerjasama yang harmonis antara atasan-bawahan dan antar
atasan maupun antar bawahan.

Prinsip Komunikasi
Ada delapan prinsip komunikasi, yaitu:

6
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

1. Komunikasi adalah paket isyarat


Perilaku komunikasi, apakah melibatkan pesan verbal, isyarat tubuh, atau
kombinasi dari keduanya, biasanya terjadi dalam satu paket. Umumnya,
komunikasi verbal dan nonverbal bersifat saling memperkuat dan mendukung

Semua bagian dari sistem pesan bekerja bersama-sama untuk


mengkomunikasikan makna tertentu. Individu tidak mengutarakan rasa takut
dengan kata-katanya sementara seluruh tubuhnya bersikap santai. Tidak
mengungkapkan rasa marah sambil tersenyum. Seluruh tubuh, baik secara
verbal maupun nonverbal bekerja bersama-sama untuk mengungkapkan pikiran
dan perasaan individu.

Pesan yang kontradiktif


Bayangkanlah seseorang yang mengatakan "Saya begitu senang bertemu
dengan Anda", tetapi berusaha menghindari kontak mata langsung dan melihat
ke sana-ke mari untuk mengetahui siapa Iagi yang hadir. Orang ini
mengirimkan pesan yang kontradiktif.
Contoh lain, seseorang mengatakan "Saya mencintaimu." kepada pasangannya
secara verbal, namun secara nonverbal melakukan hal-hal yang menyakiti,
misalnya datang terlambat untuk suatu janji penting, berkasih-kasihan dengan
orang lain, dll.

2. Komunikasi adalah proses penyesuaian


Komunikasi hanya dapat terjadi bila para komunikatornya menggunakan
sistem isyarat yang sama. ini jelas terlihat pada orang-orang yang
menggunakan bahasa yang berbeda. Komunikasi dengan pihak lain tidak akan
bisa terlaksana dengan baik jika sistem bahasa yang digunakan berbeda. Tetapi,
individü juga perlu menyadari bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan
sistem işyarat yang persis sama. Orangtua dan anak, misalnya, bukan hanya
memiliki perbendaharaan kata yang berbeda melainkan juga mempunyai arti
yang berbeda untuk istilah yang mereka gunakan. Budaya atau sub-budaya
yang berbeda, meskipun menggunakan bahasa yang sama, seringkali memiliki
sistem komunikasi nonverbal yang sangat berbeda. Bila sistemnya berbeda,
komunikasi yang bermakna dan efektif tidak akan terjadi.

Sebagian dari seni komunikasi adalah mengidentifikasikan isyarat orang


lain, mengenali bagaimana işyarat-isyarat tersebut digunakan, dan memahami
apa aftinya. Mereka yang hubungannya akrab akan menyadari bahwa
mengenali isyarat-isyarat orang lain memerlukan waktu yang sangat lama dan
seringkali membutuhkan kesabaran. Jika seseorang ingin benar-benar
memahami apa yang dimaksud Iawan komunikasinya (melalui senyum,
melalui pernyataan "Saya cinta kepadamu,” dengan memperdebatkan hal-hal
yang sepele, dengan komentar yang merendahkan), maka dibutuhkan bukan
sekedar mengerti apa yang dikatakan atau dilakukan, namun harus mengenal

7
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

sistem işyarat orang itu.

3. Komunikasi mencakup dimensi isi dan hubungan


Komunikasi, setidak-tidaknya sampai batas tertentu, berkaitan dengan
dunia nyata atau sesuatu yang berada di luar (bersifat eksternal) bagi pembicara
dan pendengar. Tetapi, sekaligus, komunikasi juga menyangkut hubungan di
antara kedua pihak.
Sebagai contoh, seorang atasan mungkin berkata kepada bawahannya,
'Datanglah ke ruang saya setelah rapat ini,” Pesan sederhana ini mempunyai
aspek isi (kandungan atau content) dan aspek hubungan (relational). Aspek isi
mengacu pada tanggapan perilaku yang diharapkan, yaitu, bawahan menemui
atasan setelah rapat. Aspek hubungan menunjukkan bagaimana komunikasi
dilakukan. Bahkan penggunaan kalimat perintah yang sederhana sudah
menunjukkan adanya perbedaan status di antara kedua pihak. Atasan dapat
memerintah bawahan. İni barangkali akan jelas terlihat bila membayangkan
seorang bawahan memberi perintah kepada atasannya. Hal ini akan terasa
janggal dan tidak layak karena melanggar hubungan normal antara atasan dan
bawahan.
Dalam setiap situasi komunikasi, dimensi isi mungkin tetap sama tetapi
aspek hubungannya dapat berbeda, atau aspek hubungan tetap sama sedangkan
isinya berbeda. Sebagai contoh, atasan dapat mengatakan kepada bawahan:
"Datanglah ke ruangan saya setelah rapat ini" atau "Dapatkah kita bertemu di
ruangan saya setelah rapat ini?" İsi pesan kedua kalimat ini pada dasarnya sama
artinya. Pesan dikomunikasikan untuk mendapatkan tanggapan perilaku yang
sama, tetapi dimensi hubungannya sangat berbeda. Dalam kalimat pertama,
jelas tampak hubungan atasan-bawahan, bahkan terasa kesan merendahkan
bawahan. Pada kalimat yang kedua, atasan mengisyaratkan hubungan yang
lebih setara dan memperlihatkan penghargaan kepada bawahan.

4. Komunikasi melibatkan transaksi simetris dan komplementer Hubungan


dapat berbentuk simetris atau komplementer.

Dalam hubungan simetris, dua orang saling bercermin pada perilaku


Iainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang Iainnya. Jika
salah seorang mengangguk, yang Iain mengangguk, jika Yang satu
menampakkan rasa cemburu, yang Iain memperlihatkan rasa cemburu; jika
Yang satu pasif, yang Iain pasif. Hubungan ini bersifat setara (sebanding),
dengan penekanan pada meminimalkan perbedaan di antara kedua orang
yang bersangkutan.

Dalam hubungan komplementerj kedua pihak mempunyai perilaku


yang berbeda. Perilaku salah seorang berfungsi sebagai stimulus perilaku
komplemeter dari yang Iain. Dalam hubungan komplementer perbedaan di
antara kedua pihak dimaksimumkan. Orang menempati posisi yang
berbeda; yang satu atasan, Yang Iain bawahan; Yang satu aktif, yang satu

8
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

pasif; yang satu kuat, yang Iain lemah.

5. Rangkaian komunikasi dipunktuasi untuk pemrosesan


Peristiwa komunikasi merupakan transaksi yang kontinyu. Tidak ada
awal tidak ada akhir yang jelas. Sebagai pemeran serta ataukah sebagai
pengamat tindak komunikasi. Komunikasi terbagi dalam proses kontinyu dan
berputar ini ke dalam lingkaran sebab dan akibat, atau ke dalam lingkaran
stimulus dan respon. Mensegmentasikan arus kontinyu komunikasi ini ke
dalam potonganpotongan yang lebih kecil dan menamai beberapa di
antaranya sebagai sebab atau stimulus dan Iainnya sebagai akibat atau
respon-
Contoh: Mahasiswa apatis; dosen tidak siap mengajar. Di sini tidak ada
batas yang jelas antara awal dan akhir. Setiap tindakan (mahasiswa apatis dan
dosen tidak siap) merangsang tindakan yang Iain. Tetapi di sini tidak jelas
mana yang menjadi stimulus dan mana yang menjadi tanggapan. Dari sudut
pandangnya, dosen melihat apatisme mahasiswa sebagai stimulus
ketidaksiapannya mengajar, dan melihat ketidasiapannya itu sebagai tanggapan
terhadap apatisme (ketidakacuhan mahasiswa). Mahasiswa mungkin melihat
rangkaian kejadian yang sama ini dimulai dengan ketidaksiapan dosen (sebagai
stimulus atau sebab) dan diakhiri dengan ketidakacuhan mereka sendiri
(sebagai respon atau akibat).

6. Komunikasi adalah proses transaksional


Transaksi dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses,
bahwa komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa para
komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan.

Komunikasi merupakan suatu proses, suatu kegiatan. Walaupun


mungkin saat membicarakan komunikasi seakan-akan ini merupakan suatu
hal yang statis, diam, namun komunikasi tidak pernah seperti itu. Segala hal
dalam komunikasi selalu berubah — diri individu sendiri, orang yang diajak
berkomunikasi, maupun lingkungan, sama-sama mengalami perubahan.

Dalam setiap proses komunikasi, setiap elemen berkaitan secara integral


dengan setiap elemen yang lain. Elemen-elemen komunikasi saling
bergantung, tidak pernah independen. Masing-masing komponen berkaitan
dengan komponen yang lain. Sebagai contoh, tidak mungkin ada sumber tanpa
penerima, tidak akan ada pesan tanpa sumber, dan tidak akan ada umpan balik
tanpa adanya penerima. Karena sifat saling bergantung ini, perubahan pada
sebuah elemen proses akan mengakibatkan perubahan pada elemen-elemen
yang lain.

Misalnya, seseorang sedang berbincang-bincang dengan sekelompok


teman, kemudian ibunya datang masuk ke kelompok. Perubahan "khalayak"
ini akan menyebabkan perubahan-perubahan lain. Barangkali individu atau

9
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

temantemannya akan merubah bahan pembicaraan atau mengubah cara


membicarakannya, Ini juga dapat memengaruhi seberapa sering orang tertentu
berbicara, dan seterusnya. Apapun bentuk perubahan yang pertama,
perubahan-perubahan lain akan menyusul sebagai akibatnya.

Setiap orang yang terlibat dalam komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai
satu kesatuan yang utuh. Secara biologis manusia dirancang untuk bertindak
sebagai makhluk yang utuh. Individu tidak dapat bereaksi, misalnya, hanya
pada tingkat emosional atau intelektual saja, karena individu tidak sedemikian
terkotak-kotak. Individu pasti akan bereaksi secara emosional dan intelektual,
secara fisik dan kognitif. Individu bereaksi dengan tubuh dan pikiran, bahkan
sampai kepada roh (iman, spiritual). Akibat terpenting dari karateristik ini
adalah bahwa aksi dan reaksi individu dalam komunikasi ditentukan bukan
hanya oleh apa yang dikatakan, melainkan juga oleh cara individu menafsirkan
apa yang dikatakan. Reaksi seseorang terhadap sebuah film, misalnya, tidak
hanya bergantung pada kata-kata dan gambar dalam film tersebut melainkan
pada semua yang ada pada individu — pengalaman masa lalu, emosi saat itu,
pengetahuan, keadaan kesehatan, dan banyak Iagi faktor lain. Jadi, dua orang
yang mendengarkan sebuah pesan yang sama, seringkali menerimanya dengan
arti yang sangat berbeda. Walaupun kata-kata dan simbol yang digunakan
sama, setiap orang menafsirkan secara berbeda.

7. Komunikasi tak terhindarkan


Individu mungkin menganggap bahwa komunikasi berlangsung secara
sengaja, bertujuan, dan termotivasi secara sadar. Dalam hal ini memang
demikian. Tetapi, seringkali pula komunikasi terjadi meskipun seseorang tidak
merasa berkomunikasi atau tidak ingin berkomunikasi. Sebagai contoh,
seorang pelajar duduk di barisan paling belakang dengan wajah tanpa ekspresi,
kadangkadang menatap kosong ke arah jendela. Walaupun pelajar ini
menganggap dirinya tidak sedang berkomunikasi dengan gurunya, namun guru
yang bersangkutan tetap akan menafsirkan pesan dari perilaku pelajar ini.
Mungkin guru tersebut menganggap si murid tidak berminat terhadap
pelajaran yang diberikannya, mungkin bosan atau mungkin pula sedang
memikirkan sesuatu. Apapun penafsirannya, guru ternyata menerima pesan
meskipun pelajar tadi tidak bermaksud berkomunikasi. Dalam situasi interaksi,
individu tidak bisa tidak berkomunikasi. Namun tidak berarti semua perilaku
merupakan komunikasi: misalnya, jika sang murid melihat ke luar jendela dan
guru tidak melihatnya, maka komunikasi tidak terjadi.

8. Komunikasi bersifat tak reversibel


Individu dapat membalikkan arah proses beberapa sistem tertentu. Sebagai
contoh, mengubah air menjadi es dan kemudian kembali mengubah es tersebut
menjadi air. Proses dua arah ini dapat diulang berkali-kali sesukanya. Proses
seperti ini dinamakan reversibel. Tetapi ada sistem lain yang bersifat tak
reversibel (irreversibel), yaitu proses yang hanya bisa berjalan satu arah, tidak

10
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

bisa dibalik. Misalnya, mengubah buah anggur menjadi minuman anggur (jus
anggur) dapat dilakukan, tetapi tidak bisa mengembalikan sari anggur tersebut
menjadi buah anggur.
Komunikasi termasuk jenis proses seperti ini, proses tak reversibel. Sekali
individu mengkomunikasikan sesuatu, maka tidak bisa tidak
mengkomunikasikannya. Tentu saja individu dapat berusaha mengurangi
dampak dari pesan yang sudah terlanjur disampaikan; individu dapat saja,
misalnya, mengatakan, "Saya sangat marah waktu itu; saya tidak benar-benar
bermaksud mengatakan seperti itu." Tetapi apapun yang dilakukan untuk
mengurangi atau meniadakan dampak dari pesan tersebut, pesan itu sendiri,
sekali telah terkirim dan diterima, tidak bisa dibalikkan Iagi.
Prinsip ini mempunyai beberapa implikasi penting dalam segala macam
bentuknya. Sebagai contoh, dalam interaksi antarpribadi, khususnya dalam
situasi konflik, individu perlu hati-hati untuk tidak mengucapkan sesuatu
yang mungkin nantinya ingin ditarik kembali. Pesan yang mengandung
komitmen — pesan "Aku cinta kamu" dengan segala macam variasinya —
juga perlu diperhatikan. Jika tidak, individu mungkin terpaksa mengikatkan
dirinya pada suatu posisi yang mungkin nantinya disesalinya. Dalam situasi
komunikasi publik atau komunikasi massa, dimana pesan-pesan didengar
oleh ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang, sangatlah penting bagi individu
untuk menyadari bahwa komunikasinya bersifat tak reversibel.

Proses Komunikasi

KOMUNIKATOR

(SENDER)

KOMUNIKAN

Taraf Komunikasi
Apabila dua orang bertemu maka akan terjadi komunikasi. Namun
komunikasinya itu dapat berlangsung pada taraf kedalaman yang berbeda-beda.
Taraf kedalaman komunikasi ini dapat diukur dari apa dan siapa yang saling

11
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

dibicarakan: pikiran atau perasaan, obyek tertentu, orang lain atau dirinya
sendiri. Semakin individu bersedia saling membicarakan tentang perasaan yang
ada di dalam dirinya, semakin dalamlah taraf komunikasi yang terjadi.

Atas dasar kedalaman komunikasi ini, John Powel membedakan


komunikasi dalam lima taraf, yaitu:

1. Basa-basi
Ini merupakan taraf komunikasi yang paling dangkal. Biasanya terjadi
antara dua orang yang bertemu secara kebetulan. Misalnya, individu sedang
duduk-duduk di teras rumah, lalu seorang tetangga Iewat di jalan di depan
rumahnya. Sebagai sopan-santun, individu menegur tetangganya tersebut,
misalnya dengan mengatakan, "Silakan mampir", tanpa mengharapkan
jawaban yang sebenarnya. Maka, biasanya hanya dijawab dengan, "Terima
kasih, lain kali saja", dan tetangga itupun berlalu. Jadi, pada taraf ini tidak
terjadi komunikasi dalam arti yang sebenarnya. Setiap pihak tidak membuka
diri kepada dan bagi yang lain.
2. Membicarakan orang lain
Di sini orang sudah mulai saling menanggapi, namun masih tetap
dalam taraf dangkal, khususnya belum mau berbicara tentang diri masing-
masing. Melanjutkan contoh di atas, tetangga yang dipersilakan mampir itu
mungkin sungguh-sungguh mau singgah. Namun waktu dipersilakan masuk,
ia memilih mengobrol sambil berdiri di halaman yang tak seberapa luas. Hal
yang dibicarakan pun adalah obyek di luar dirinya. Mungkin tentang tetangga
lain yang baru saja membeli telepon genggam, atau mungkin tentang ayam
buras yang dipajang di dalam sangkar di halaman rumah. Dalam pembicaraan
itupun individu tidak saling mengutarakan pendapat, hanya saling bertukar
informasi.
Singkat kata, ini hanya 'ngerumpi', omong kosong, belum saling membuka
diri-

3. Menyatakan gagasan dan pendapat


Individu sudah mau saling membuka diri, saling mengungkapkan diri.
Namun, pengungkapan diri tersebut masih terbatas pada taraf pikiran.
Ibaratnya, waktu dipersilakan duduk, tetangga itu masih segan masuk ke ruang
tamu dan memilih duduk di teras. Dalam pembicaraan, individu sudah mau
saling mengemukakan pendapatnya, misalnya tentang kenaikan harga-harga
kebutuhan pokok yang relatif tinggi. Namun, individu masih saling bersikap
hati-hati, memantau pendapat Iawan bicaranya tentang pokok pembicaraan.
Individu berusaha keras menghindarkan diri menunjukkan kesan memiliki
pendapat yang berbeda. Dalam berbicara, individu cenderung berusaha
menyenangkan Iawan bicaranya saja. Individu belum berani sungguh-sungguh
menampilkan dirinya yang sebenarnya, kendati pada taraf pikiran sekalipun
4. Taraf hati dan perasaan

12
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

Ada yang mengatakan bahwa emosi atau perasaan adalah unsur yang
membedakan orang yang satu dari yang lain. Sama-sama menghias rumah dan
menaikkan bendera datam rangka tujuh belas Agustus-an, namun seorang
veteran pejuang Yang hidupnya kini sukses, veteran pejuang yang kurang
beruntung, warga yang tidak mengalami perang, dan seorang mahasiswa yang
aktif membela keadilan, tentunya melakukannya dengan perasaan yang
berbeda-beda. Kalau individu saling berani mengungkapkan perasaannya
dalam komunikasi, maka hubungan itu akan terasa unik, berkesan, dan
memberikan manfaat bagi perkembangan pribadi individu masing-masing.
Namun untuk sampai pada tahap komunikasi dibutuhkan keberanian.
Keberanian untuk bersikap jujur, terbuka terhadap diri sendiri maupun
terhadap lawan komunikasinya. Berani menghadapi resiko bahwa kekurangan
dan kelemahan individu diketahui Oleh orang Iain. Namun hanya dengan cara
itu individu berkembang dan saling mengembangkan diri.

Sebagai contoh, masih mengenai tetangga individu di atas, hanya


sesudah lama berbicara berputar-putar dan mengalahkan perasaan gengsi
ataupun malunya, akhirnya minta pindah duduk di ruang tamu Yang lebih
terlindung, karena ingin mengungkapkan isi hati, 'uneg-unegnya'. Melalui
perjuangan yang cukup berat akhirnya ia berhasil membuka Pintu hatinya
lebar-lebar, dan sesudahnya ia tampak lega dan hubungan pun terasa menjadi
lebih akrab. Dengan saling mengungkapkan perasaan dan isi hati, berarti
sepakat untuk saling memercayai.
5. Hubungan puncak
Komunikasi pada taraf ini ditandai dengan kejujuran, keterbukaan,
dan saling percaya yang mutlak di antara kedua belah pihak. Tidak ada lagi
ganjalan-ganjalan berupa rasa takut, rasa kuatir jangan-jangan kepercayaan
individu disia-siakan. Selain merasa bebas untuk saling mengungkapkan
perasaan, biasanya kedua belah pihak juga memiliki perasaan yang sama
tentang banyak hal. Dengan kata Iain, komunikasi tersebut telah berkembang
begitu mendalam sehingga kedua pihak merasakan kesatuan timbal balik
yang hampir sempurna.
Si tetangga itu misalnya, tidak segan-segan lagi menerima ketika
dipersilakan pindah ke ruang makan untuk makan bersama keluarga.
Hubungan puncak yang sempurna tentu saja lebih lazim terjadi di antara
suami istri, dimana mereka tidak hanya saling menyapa basa-basi di jalan,
'ngerumpi' di halaman rumah, tukar pikiran di teras, sambung rasa di ruang
tamu atau di ruang makan, tetapi juga bersatu hati secara total saat mereka
berdua di kamar tidur.

Hambatan dalam Proses Komunikasi


l. Hambatan individual
Terjadi karena adanya:

13
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

a. Perbedaan individual (individual differences)


Pengamatan/dasar pandangan/pola berpikir
Perbedaan usia
Perbedaan emosi
Perbedaan kemampuan
Perbedaan status
b. Hambatan psikologis: prasangka, curiga, rasa takut/kuatir, dil.

2. Hambatan mekanik
a. Terjadi karena adanya hambatan pada struktur organisasi.
Misalnya: struktur organisasi yang tidak teratur, division of work-nya
tidak jelas
b. Hambatan pada materi komunikasi.
Misalnya: penyampaian materi menjadi tidak baik karena struktur kalimat
tidak baik, terlalu panjang, istilah yang digunakan tidak tepat, dll.

3. Hambatan fisik Terjadi karena:


a. Pemilihan medialalat komunikasi yang tidak tepat (alatnya rusak)
b. Jarak antara komunikator dan komunikan yang terlalu jauh
c. Kondisi lingkungan, misalnya: suara bising atau gaduh
4. Hambatan semantik
Terjadi karena sebuah kata memiliki arti yang berbeda-beda (lebih dari satu
arti), sehingga menimbulkan interpretasi yang berbeda pula.

14
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

BAB II
Pandangan Gereja Mengenai Komunikasi
Komunikasi memiliki peranan penting dalam interakasi manusia.
Komunikasi tidak hanya menolong manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya tetapi juga berpengaruh dalam pembentukan budaya manusia. Secara
Teologi, komunikasi dipahami lebih mendalam. Alkitab memaparkan komunikasi
yang terjadi antara Allah dengan umat-Nya. Komunikasi tersebut direfleksikan
sebagai relasi iman yang nyata dalam kehidupan umat.
Dalam perkembangannya, manusia kemudian menciptakan berbagai media
komunikasi yang semakin mempermudah proses komunikasi tersebut. Dalam
perkembangan media komunikasi ini, gereja ikut serta membudidayakan media
tersebut dalam praktek pelayanannya. Secara khusus media elektronik yang
sangat berkembang saat ini, gereja membudidayakannya untuk memfasilitasi
pertumbuhan iman umat.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap bentuk media komunikasi
khususnya elektronik, memiliki dampak positif dan negatif. Gereja perlu
mengantisipasi pengaruh perkembangan media ini agar tidak menjadi batu
sandungan bagi pertumbuhan iman jemaat. Karena sangat disayangkan dengan
tujuan yang baik tetapi justru dapat menghancurkan esensi persekutuan itu
sendiri.
Peradapan manusia sangat tergantung dengan perkembangan media
komunikasi yang dipakai. Manusia berusaha menemukan media komunikasi
yang bertujuan untuk mengatasi banyak permasalahan dalam hidupnya. Orang
percaya sepanjang zaman memakai media komunikasi itu menjadi alat untuk
pekabaran Injil. Bersamaan dengan kapitalisasi dan modernisasi yang
berkembang, peran media semakin kompleks dan vulgar. Media tidak Iagi
"hanya" wadah penyampaian informasi untuk berbagai kebiasaan. Kekuatan
media ini terbukti mengambil bagian yang strategis dalam Pekabaran Injil.
Pelayan gereja tidak hanya melalui ibadah dalam gereja saja, namun gereja dapat
menggunakan media internet. Pelayan melalui media internet dapat dilakukan,
misalnya gereja perlu mengirimkan bahan-bahan renungan harian, artikel.
Melalui handphone dengan mengirimkan pesan- pesan alkitabiah terhadap warga
jemaat.
Penginjilan merupakan salah satu tugas gereja yang sangat penting sesuai
dengan amanat Agung Tuhan Yesus dalam Matius 28:19-20. Ada beberapa hal
yang dapat dilihat sebagai kontribusi pelayanan yang dapat dilakukan melalui
media elektronika, misalnya seperti radio. Teknologi bijak untuk disikapi sebagai
berkat Tuhan kepada manusia. Di dalam perspektif Kristen, era informasi dan
teknologi merupakan peluang untuk mewujudkan secara maksimal berita
keselamatan yang dinyatakannya dalam Yesus Kristus. Di satu pihak Allah
menghendaki manusia hidup sejahtera agar manusia dikaruniai akal budi,
sehingga manusia dapat mengembangkan kehidupannya. Kebutuhan dan
penyebaran informasi sebenarnya sejalan dengan semangat kristiani. Maka,
kemajuan teknologi adalah potensi yang terbuka untuk dikembangkan bagi
kepentingan pelayanan gereja.

15
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

Melihat keadaan hidup manusia pada era informatika, gereja harus secara
proaktif dalam tugas dan pelayanannya. Misalnya, melakukan program pelayanan
yang disesuaikan dengan informatika tanpa menghilangkan sistem tradisional
dalam berkomunikasi. Gereja juga harus sudah dapat menggunakan alat-alat
informatika dan mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan.
Setiap informasi harus dapat dipahami sebagai bahasa untuk petunjuk
Oplanning direction” (perencanaan dan pelayanan). Dengan demikian kemajuan
teknologi informatika tidak hanya berpengaruh terhadap dunia, termasuk gereja
dan orang-orang Kristen. Gereja perlu mengadopsi nilai- nilai yang baik yang
diperoleh dari informatika dan mengkomunikasikannya ke dalam kehidupan
bergereja. Memang di satu sisi perkembangan teknologi informatika ada yang
bersifat destruktif terhadap pelayanan dan kehadiran gereja. Disisi lain,
perkembangan teknologi informatika dapat menjadi suatu peluang untuk
mengembangkan suatu pelayanan gereja. Melalui teknologi informatika,
kelemahan-kelemahan dalam pelayanan dan hambatan untuk meningkatkan
efektivitas dan peningkatan pelayanan dapat teratasi. Salah satu hal positif dari
perkembangan informatika adalah munculnya rasa tanggung jawab secara
individual terhadap gereja. Setiap pribadi mempunyai peran yang dibutuhkan
gereja. Hendaknya gereja menjadi tempat terbuka bagi siapa saja baik pribadi
maupun keluarga warga jemaat, untuk bersekutu dan melayani sesuai dengan
talenta yang dimilikinya masing-masing. Melihat keadaan hidup manusia pada
era informatika, gereja harus proaktif memanfaatkan alat-alat informasi dalam
pelayanan. Misalnya: dalam membentuk program pelayanan maka para pelayan
harus menjadi orang yang dibangun atau yang mampu memanfaatkan alat-alat
informasi tanpa menghilangkan sistem komunikasi tradisional.

Ada dua kemungkinan sikap gereja terhadap perkembangan komunikasi dan


informasi, yaitu:
1. Gereja yang eksklusif: Gereja yang tertutup terhadap inform* dan
komunikasi beserta alat- alat atau media informasi. Pemberitaan Injil,
khotbah dan pengajaran iman Kristen hanya melalui komunikasi tradisional
yaitu dengan pengajaran verbal (diluar itu tidak ada diminati).

2. Gereja yang inklusif:


Ada gereja yang terbuka terhadap informasi dengan melakukan
program pelayanan dan memanfaatkan sarana-sarana informasi yang
ada. Dalam setiap pelayanan selalu menggunakan berbagai data untuk
menyebarkan pengajaran iman Kristen dan berita Alkitab.

Sikap gereja yang kita harapkan ialah dengan terbuka menerima


informasi tersebut sekalipun harus diakui bahwa setiap informasi dapat
berdampak destruktif (merusak) sekaligus dapat juga bersifat membangun
(konstruktif). Namun justru karena kedua sikap itu dalam informasi dapat
berfungsi sebagai pengarah program pelayanan (planning direction).
Dengan melihat sisi positif dan negatif tersebut, gereja dapat
memanfaatkan informasi sebaik- baiknya sebab melalui sarana dan prasarana

16
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

informasi, kelemahan-kelemahan pelayanan dan hambatan- hambatan yang


ditemukan dapat teratasi. Gereja melalui pelayanannya juga harus mampu hadir
ditengah-tengah jemaat sesuai dengan perilaku atau pribadi yang terjadi dalam
jemaat. Dengan demikian pelayanan gereja di era informasi harus memanfaatkan
sarana informasi dan komunikasi seefisien dan seefektif mungkin
Hendaknya gereja menggunakan media massa menjadi kekuatan
dalam peluang PI. Kekuatan media massa memiliki peluang untuk
mengkonstruksi realitas yang sangat besar. Media dengan mudah
menciptakan kebenaran menurut persepsi dari media tersebut. Masyarakat
akan dengan mudah menginterpretasikan sebuah kebenaran yang dianut oleh
media tersebut, dan itu bisa berakibat baik dan juga sebaliknya.
Dalam teori pembelajaran sosial media berada diposisi sentral di dalam
struktur kehidupan bermasyarakat, baik itu pengaruh, kepentingan maupun
nilainilai kebenaran dapat dipertontonkan lewat eksistensi media tersebut. Jika
dipandang dari sudut teori pembelajaran sosial. Maka pemakaian media massa
untuk pemberitaan Injil dan pembentukan karaktek bangsa adalah hal yang urgen
untuk dilaksanakan gereja. Gereja perlu mengimbangi media-media Iain yang
komersial. Berbagai penelitian mengatakan, menonton televisi dengan tayangan
yang berisikan kekerasan, konsumerisme, secara berlebihan di kalangan anakanak
bisa menyebabkan cara hidup yang pasif dan malas bergerak pada anak anak.
Dalam hal ini gereja dapat melakukan, dimana gereja sebagai kekuatan yang
berada diluar media dapat mempengaruhi pemilik media dan pelaku media agar
lebih berpihak kepada nilai-nilai universal seperti yang diajarkan oleh Yesus.
Nampaknya media massa, kini dan masa yang akan datang akan menjadi salah satu
faktor yang menentukan untuk membentuk kepribadian manusia baik secara
negatif dan positif.
Oleh sebab itu bagi gereja media massa menjadi peluang dan tantangan
dalam pelayanan. Sehubungan dengan pemaparan di atas maka ada beberapa yang
menjadi peran penting media massa yang perlu disikapi dalam meningkatkan
pelayanan gereja yakni:

l. Media massa sebagai sarana untuk berkoinonia


a. Media massa sebagai sarana untuk membangun antusias jemaat beribadah.
b. Melalui Hand Phone gereja dapat membangun hubungan komunikasi.
Persaudaraan di dalam kasih Kristus terhadap jemaat baik secara personal,
komunal, regional, maupun global.
c. Melakukan upaya-upaya kemitraan bersama gereja-gereja dan
Iembagalembaga Kristen Iainnya untuk mencapai misi gereja.
d. Membangun kemitraan antar jemaat Kristen dalam wadah oikumenis.
e. Membangun komunikasi secara internsif dan berkelanjutan terhadap
jemaat baik dalam hal ucapan ulang tahun kelahiran, ulang tahun
pernikahan, dukungan moral.
f. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat memupuk dan meningkatkan
kerja sama antar gereja.

17
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

2. Media massa sebagai sarana bermarturia


Sebagai sarana untuk menyuarakan suara kenabian baik bagi warga
jemaat, masyarakat dan juga pemerintah, yakni:
a. Mengadakan kursus-kursus dan seminar-seminar tentang pelayanan media
massa, terutama pelayanan kristiani melalui media cetak dan elektronik.
b. Menggunakan dan memanfaatkan media komunikasi massa, khususnya
media cetak dan media elektronik sebagai sarana untuk memberitakan
kabar baik bagi masyarakat.
c. Media massa (HP, TV, Radio) dapat sebagai alat untuk
mengkomunikasikan Injil dan sebagai sarana penginjilan yang praktis.
d. Media massa sebagai sarana untuk melakukan sharing, diskusi maupun
dialog secara personal.
e. Membuat program-program siaran rohani bagi radio dan televisi yang
berisi penerangan, pendidikan, kebudayaan dan penghiburan yang
berlandaskan pada etika kristiani.
f. Sebagai sarana informasi cepat dan praktis sehingga dengan mudah jemaat
mengetahui dan terpanggil untuk menjadi bagian dari misi gereja.
g. Sebagai sarana untuk memberikan pendidikan sosia! politik, sosial
ekonomi, sosial budaya, IPTEK.
h. Memberikan pemahaman dan panggilan orang Kristen dalam konteks
masyarakat majemuk.
i. Media massa sebagai sarana memberikan pengajaran moral, spiritual,
melalui TV, Radio, HP, Internet, media cetak, majalah gereja, dll,

3. Media sebagai sarana berdiakonia


a. Media massa sebagai sarana untuk sosialiasi progam pelayanan dalam
bidang sosial gereja.
b. Membuka peluang-peluang bagi orang-orang Kristen untuk
mengekspresikan imannya dengan berdiakonia.
c. Sebagai sarana sosial untuk solidaritas.
d. Media massa sebagai sarana pelayanan pastoral; menghibur orang yang
sakit, menguatkan yang berduka, meneguhkan yang bergumul dengan
masalahnya, dan sebagainya.

Prinsip Komunikasi Kristiani


Antropolog Edward T. Hall (1973) berpendapat bahwa budaya adalah
komunikasi dan komunkasi adalah budaya. Dengan kata lain, "tak
mungkin memikirkan komunikasi tanpa memikirkan konteks dan makna
kulturalnya" (Kress, 1993:13). Harus diakui bahwa budaya menentukan cara kita
berkomunikasi: topiktopik pembicaraan, siapa boleh berbicara atau bertemu
dengan siapa, bagaimana dan kapan, bahasa tubuh, konsep ruang, makna waktu,
sangat bergantung pada budaya. Deddy Mulyana, Komunikasi Lintas Budaya
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011).

18
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

Komunikasi kristiani adalah elemen yang sangat fundamental dari


kekristenan. Sejak awal penciptaan dunia ini, manusia tidak dimaksudkan untuk
hidup sendiri. Orang Kristen harus hidup di dalam komunitasnya, yaitu gereja.
"Demikianlah kamu bukan Iagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan
sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,.. " (Ef.
2:19). Sejak menerima Kristus sebagai Juruselamat maka setiap orang Kristen
menjadi bagian dari keluarga Allah, yang juga digambarkan Paulus sebagai bagian
dari tubuh Kristus yang saling membutuhkan satu sama lain. Mamu semua adalah
tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya." (l Kor. 12:27). Selain
bersekutu kita juga ditugaskan untuk mengerjakan Amanat Agung Tuhan Yesus,
yaitu mengajar, menjadi saksi Kristus, dan menjadikan murid. Maka komunikasi
menjadi sangat vital dalam persekutuan kristiani bagaikan urat nadi dalam tubuh
manusia, sebagaimana ungkapan Jonathan L. Parapak dalam buku Kepemimpinan
Kristiani (STT Jakarta 2003).
Alkitab penuh dengan contoh-contoh komunikasi. Pesan Allah kepada
Adam dan Hawa sangat jelas dan tegas, komunikasinya langsung dan mudah
dipahami. Semua persoalan komunikasi berakar di Taman Eden. Allah memilih
hubungan yang sangat intim dengan manusia, yang la ciptakan sebagai makhluk
yang dapat berkomunikasi. Adam berkomunikasi secara pribadi dengan
menggunakan bahasa. Kemudian lblis mengupayakan tipu daya untuk
memunculkan keraguan akan firman Allah kepada Hawa hingga akhirnya
menjatuhkan manusia. Maka komunikasi dengan Allah dan sesamanya menjadi
retak.
Bagi seorang Kristen, kualitas komunikasi dengan Tuhan berperan penting
dalam komunikasinya dengan sesama. Semakin dalam komunikasinya dengan
Tuhan, semakin ia memahami apa yang Tuhan ingin ia perbuat terhadap diri, sesama,
dan lingkungannya. Bila komunikasi dengan Sang Pencipta tidak berjalan lancar dan
baik, komunikasi dengan sesama menjadi tidak efektif karena ia tidak bisa
memahami sesamanya. Banyak masalah terjadi yang disebabkan oleh kegagalan
seseorang dalam berkomunikasi. Kunci keberhasilan seseorang dalam berkomunikasi
adalah kejernihan pikiran dan kejelasan akan apa yang hendak disampaikan, bukan
sekadar kalimat-kalimat indah yang tak jelas maknanya.
Kita akan mempelajari komunikasi yang dilakukan Tuhan Yesus dalam
perjaIanan-Nya untuk menyelesaikan misi Allah. Yesus adalah komunikator yang
agung. la memahami keadaan manusia (Yoh. 2:25). la, tahu setiap orang adalah
berdosa dan membutuhkan Juruselamat (Luk. 5:30-32). Yesus berjalan bersama
dengan orang-orang berdosa, berbicara dengan mereka, dan ikut merasakan apa yang
mereka rasakan. la mendatangi orang-orang itu di pinggir jalan, di ladang, di pesta
pernikahan. la betul-betul mengenal audience- Nya.
Kedatangan Yesus ke dalam dunia merupakan metode Allah untuk
berkomunikasi dengan manusia. Allah mempunyai berita, pesan, firman yang
harus disampaikan kepada manusia. Tetapi la juga tidak mengabaikan metode
penyampaiannya. Cara Tuhan menyampaikan Firman kepada manusia pun
beraneka ragam. Kepada Adam dan Hawa, Allah menyampaikan perintah-Nya
dengan suara yang jetas. Kepada Raja Daud, Alah menegur melalui Nabi Natan
dengan sindiran yang tegas dan keras. Kepada orang banyak, Yesus banyak

19
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

menyampaikan perumpamaan-perumpamaan. Saat berkhotbah di bukit, Yesus


menggunakan bahasa yang sederhana. Namun ketika berbicara dengan
Nikodemus, seseorang yang terpelajar, la menggunakan bahasa yang filosofis.
Dan itu baru sebagian dari cara Tuhan kita berkomunikasi„
Tetapi di balik semua metode yang kreatif itu, Yesus memulai dari
pengenalan dan pemahaman mengenai manusia yang dihadapi-Nya. Berita yang
disampaikan-Nya selalu berorientasi kepada kebutuhan audience-Nya.
Perhatikanlah bagaimana la mendekati perempuan Samaria sebagaimana yang
dikisahkan dalam kitab Injil Yohanes pasal 4. Yesus tidak mulai dengan "message"
atau berita atau firman yang hidup itu. Memang Kabar Baik itulah yang menjadi
kebutuhan utama wanita Samaria tersebut. Itu juga yang menjadi kebutuhan yang
sebenarnya (real need) dari manusia. Tetapi dalam pendekatan-Nya, Yesus mulai
dengan apa yang dirasakan (felt need) perempuan Samaria itu. "Berilah Aku minum"
adalah kata-kata pembukaan Yesus ketika la mendekati perempuan Samaria itu pada
waktu terik matahari di pinggir sumur Yakub. Kalimat itu tidak sekadar menyatakan
bahwa Yesus membutuhkan air minum, tetapi kata-kata itu bisa juga berarti "Aku
mau bersahabat denganmu". Ungkapan ini sungguh menggetarkan hati perempuan
Samaria itu. Sebab baginya tidak mungkin seorang Yahudi mengungkapkan kata-
kata seperti yang Yesus ucapkan kepada seorang Samaria.
Pendekatan Yesus kepada perempuan Samaria langsung menyentuh
kebutuhannya. Rupanya wanita Samaria itu merasa tertolak oleh kaum Yahudi
yang, sebagaimana kebanyakan kita, tidak senang dengan sikap penolakan oleh
orang lain. Manusia membutuhkan penerimaan dan pengakuan orang lain. la akan
merasa tidak aman kalau ditolak. Nah, Yesus mengetahui keadaan ini. Karena itu,
la mulai dengan suatu sikap bersahabat, "Berilah Aku minum.
Komunikasi dikatakan sukses bila pihak lain (dalam hal ini pendengar atau
audience, ada juga yang mengistilahkannya dengan komunikan), mengerti maksud
kita sebagai pembawa pesan (komunikator) dan bertindak sesuai dengan keinginan
kita terhadapnya. Namun untuk sampai kepada taraf itu, kita harus mulai
memahami kebutuhan audience.

Komunikasi Yang Sehat dalam Keluarga Kristen


Allah menciptakan keluarga (Kej. 1:26-28), sebagai wadah/wahana di
dalam mana kita dipanggil untuk lebih memahami dan menghayati apa artinya
menjadi "gambar Allah". Kehidupan keluarga menggambarkan suatu kesatuan
yang serasi, sebagaimana Allah Tritunggal yang bersatu dengan harmonis.
Anak-anak adalah hasil persekutuan diri suami-istri. Bukan milik tetapi
karunia Tuhan. Kebahagiaan suami-istri tidak diletakkan kepada anak-anak, tetapi
kepada Allah yang adalah sumber di mana kita beroleh hidup. Kepada Dia saja
kita bergantung, dan untuk Dia kita hidup, bagi-Nya kita tujukan pengabdian kita
demi hormat dan kemuliaan-Nya.
Dengan demikian keadaan tidak mampu beroleh anak, patut diterima tanpa
sesal, dan tidak perlu mengakibatkan ketidak bahagiaan atau alasan untuk bercerai.
Kita harus menyadari bahwa anak-anak kita ada terutama untuk dan demi Allah,
bukan untuk dan demi kepentingan kita. Keberhasilan sebuah keluarga menjadi
wadah di mana tiap pribadi menyadari panggilannya sebagai citra Allah, sangat

20
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

ditentukan oleh mutu hubungan suami-istri dan mutu relasi


orang tua dengan anak.
Bagaimana membangun komunikasi yang baik? Tak bisa dipungkiri,
keluarga masa kini sudah terjebak dalam arus modernisasi dan kecanggihan
teknologi. Tak pelak, masing-masing ruang tidur banyak sudah dilengkapi dengan
audio visual, komputer, telepon, dsb. Sesungguhnya keluarga yang demikian ini,
walaupun memiliki alat hiburan yang lengkap, adalah keluarga yang sepi, karena
terdiri dari anggota keluarga yang 'bisu', terasing satu dari yang lain. Banyak
informasi yang harus mereka dengarkan, dan harus melakukan gerak yang
sedemikian cepat, jika tidak mau dibilang 'ketinggalan zaman' membuat orang
cenderung tidak Iagi mengembangkan persahabatan, memberikan waktu pada
anggota keluarga yang lain untuk berbincang-bincang, atau berkomunikasi dari
hati ke hati.
Semua dilakukan dengan cepat, basa-basi, atau dangkal-dangkal saja.
Akibatnya kesadaran diri dalam relasi dengan anggota keluarga yang lain
sebagaimana digambarkan di atas, di mana tiap pribadi tumbuh menjadi satu
keluarga yang menggambarkan citra Allah, menjadi kabur. Di sinilah keluarga
Kristen seharusnya terpanggil untuk menunjukkan kesaksian melalui "Komunikasi
isi hati" yang diberi tempat utama dalam menjalin relasi dengan anggota keluarga
yang lain. Tiap pribadi bisa merasakan bahwa keluarga berfungsi sebagai oasis di
tengah padang gurun, seperti pelabuhan perteduhan dari dunia yang keras dan
penuh ancaman. Apa yang menjadi kesedihan satu anggota keluarga, dapat
dirasakan oleh semua anggota keluarga dan menjadi pergumulan bersama dalam
doa. Begitu pula apa yang menjadi sukacita satu orang menjadi sukacita seluruh
keluarga dan menjadi syukur keluarga kepada Tuhan.
Sernua terbuka untuk mencari 'jalan keluar' dalam terang firman Tuhan.
sekalipun dibutuhkan kesabaran untuk 'mendengarkan' dan tidak 'menyakiti' hati
pihak lain, mutu hubungan yang demikian inilah yang Tuhan berkenan (Ef. 6).
Paulus menyebutkan relasi suami-istri yang saling mengasihi adalah
menggambarkan relasi Kristus dan jemaat-Nya (Ef. 5).
Banyak orang tidak dapat melihat, bagaimana besar kasih Allah kepada
jemaat-Nya, karena relasi mereka tidak mencerminkan realasi cinta yang saling
melindungi dan menghormati. Sebagaimana tatanan yang ditetapkan oleh Tuhan.
Bila tiap keluarga menyadari akan panggilan-Nya ini, maka kehidupan rumah
tangga Kristen akan menjadi keluarga yang sungguh menyaksikan apa arti dari
keluarga bahagia, keluarga yang memiliki persekutuan yang indah, kedamaian,
saling memaafkan, sebagaimana Kristus menerima kita. Pengorbanan Kristuslah
yang selalu menjadi panutan dan dasar dari segala aksi kita

Komunikasi Kristen dalam Biblical Foundation


Komunikasi adalah sebuah frame teori dimana komunikator menyampaikan
pesan dengan atau tanpa medium kepada komunikan dan kemudian memberi
feedback kepada komunikator. Teori tersebut dinamai "frame Komunikasi". Untuk
menghidupkan frame komunikasi agar bermanfaat bagi kehidupan manusia, maka
kita perlu mengisi frame tersebut. Contohnya, bagi orang Kristen yang hendak
memberitakan Injil, isi pesan adalah berita mengenai kelahiran, kehidupan dan

21
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

karya Yesus hingga kematian-Nya di kayu salib. Dengan demikian frame


komunikasi menjadi komuikasi mengenai pemberitaan Injil
Apabila diperluas Iagi, "frame komunikasi" diberi pesan berita etika
orangorang Kristen berdasarkan Alkitab, komunikasi tersebut menjadi
komunikasi etika Kristen. Frame komunikasi yang diberi pesan meneladani
kehidupan Yesus Kristus dengan mempraktikkan kasih Agape, komunikasi
tersebut menjadi komunikasi hidup seperti Yesus.
Jadi, disebut komunikasi Kristen apabila frame komunikasi ini diisi dengan
nilai-nilai Kristen berdasarkan Alkitab. Dengan demikian, orang-orang Kristen
hidup dengan memanfaatkan komunikasi Kristen sebagai karakter kekristenannya.

Tingkatan Komunikasi Kristen


Ada 4 tingkatan komunikasi Kristen:
1. Tingkatan Allah berkomunikasi dengan manusia Kristen. Tingkatan ini
menyatakan bahwa Allah berkomunikasi dengan manusia bukan karena
gagasan manusia, melainkan gagasan Allah sendiri. Allah berinisiatif
sendiri untuk berkomunikasi dengan kita.
2. Allah berkomunikasi dengan manusia yang belum Kristen. Komunikasi
disini merupakan penawaran bagi bangsa-bangsa di dunia, untuk
memperoleh kehidupan kekal. Dalam PL, Allah memakai Bangsa Israel
sebagai sarana memenangkan bangsa-bangsa di dunia, sedangkan dalam
PB, Allah memakai unkarnasi Tuhan Yesus sebagai pintu keselamatan
kekal.
3. Tingkatan manusia Kristen berkomunikasi dengan sesama Kristen.
Tujuannya adalah untuk menyadarkan oaring Kristen agar menjalankan
amanat missioner yang ada dalam dirinya, kemudia menghibur, menasehati
dan mengajar agar iman sesama Kristen dapat bertumbuh seperti Yesus
Kristus.
4. Tingkatan manusia Kristen berkomunikasi dengan manusia bukan Kristen.
Orang Kristen ada;ah missioner, karena itu ia bertanggung jawab
memberitakan Injil kepada manusia yang belum Kristen.

Yang mengagumkan dalam mata kuliah ini adalah bagaimana Allah


mengambil sikap inisiatif dalam hal komunikasi. la menginginkan persekutuan
dengan umatNya. Inisiatif Tuhan terlihat dalam kisah di taman Firdaus, Allah
mencari manusia walaupun la tahu bahwa manusia sudah berdosa. la memilih
untuk berkomunikasi dengan kita manusia dan la berusaha bagaimana
memulihkan hubungan dengan umat-Nya dengan cara mengorbankan anak-Nya
sebagai satu-satunya jalan keselamatan dan hidup.

Kualitas Komunikasi: Kompetensi Sosial


Selain sebagai makhluk pribadi (persona) atau individual, guru juga
diciptakan Allah sebagai makhluk sosial. la membutuhkan sesamanya, dan ia juga
dibutuhkan mereka. la dipengaruhi atau dibentuk oleh sesamanya. Begitu juga
sebaliknya, ia dapat memengaruhi sesamanya. "Besi menajamkan besi, orang

22
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

menajamkan sesamanya," Amsal 27:17.


Tad Ward (Anthony, 2001) mengemukakan bahwa ketika mengajar, guru
memainkan peran dan fungsi social karena berinteraksi dengan anak didik, rekan
kerja, dan masyarakat di luar ruang pembelajaran. Sebaliknya, ketika belajar, anak
didik juga memainkan peran sosial, yang membuatnya dapat berinteraksi dan
berkomunikasi dengan rekan-rekannya serta dengan gurunya. Baik buruknya
komunikasi yang diperankan oleh guru memengaruhi prestasi belajar anak didik.
Kemampuan sosial juga patut mendapat perhatian guru. Artinya,
kemampuan berkomunikasi dan membangun relasi secara sehat harus dipelihara
dan dikembangkannya. UU Guru dan Dosen (2005) mengisyaratkan bahwa
kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik, berkomunikasi dan bergaul dengan sesame
pendidik atau tenaga kependidikan, mampu berkomunikasi dan bergaul dengan
orang tua/wali peserta didik serta masyarakat sekitar (Mulyasa, 2007; Kunandar,
2007).
Tokoh pendidikan nasional, Ki Hadjar Dewantara, pernah mengemukakan
tiga tugas utama sosial guru dengan ungkapannya terkenal, yaitu ing ngarso sung
tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Artinya, ketika berada di
depan, di antara para muridnya, guru membangunkan semangat atau memotivasi;
dan dari belakang ia bersikap mengayomi mereka. Dalam hal itu, Dewantara
melihat posisi guru senantiasa berada di depan, di antara/di tengah, dan di
belakang para murid-muridnya.
Guru mungkin tahu bahwa dirinya harus memainkan peran dan fungsi
sosial terhadap anak didik, rekan kerja, orang tua dan wali murid, serta dengan
masyarakat di sekitarnya. Masalahnya, bagaimana cara membenahi diri dalam
kompetensi sosial itu, bagaimana supaya kita memiliki energy atau kemampuan.
Cara kita dibesarkan masa Ialu dalam keluarga, berkaitan dengan pola-pola
komunikasi, turut serta memengaruhi kita pada masa sekarang. Pola-pola
komunikasi yang baik atau buruk itu telah tertanam pada masa Ialu. Oleh karena
itu, acap kali tridak mudah untuk mengubah pola komunikasi yang buruk (atau
yang kasar) karena itu telah menjadi sebuah kebiasaan.
Untuk memperoleh dan menikmati kemampuan itu, guru harus
menyerahkan anggota tubuhnya kepada Allah sebagai persembahan yang hidup
dan kudus supaya dipergunakan menjadi senjata kebenaran, termasuk lidah dan
mulut sebagai instrument komunikasi (Rm. 6:13-14; 12:1). Hati juga harus dijaga
karena dari situlah terpancar komunikasi yang baik atau buruk (Ams. 4:23). Hati
yang baik memancarkan komunikasi yang baik, dan begitu sebaliknya. Kita
menampakkan apa yang terjadi di dalam diri kita (inside out) melalui perkataan
dan perbuatan.
Banyak pedoman komunikasi yang dijelaskan oleh firman Tuhan yang
dapat direnungkan oleh guru agar melahirkan kesanggupan. Apalagi, apa yang
kita pikirkan itu memengaruhi sikap, perasaan, dan perbuatan. Kitab Amsal 15:1-
2 mengemukakan beberapa di antaranya. "Jawaban yang lemah lembut
meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah."
Amsal 1 "Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan, tetapi mulut orang
beba/ mencurahkan kebodohan." Amsal 15:7, "Bibir orang bijak menaburkan

23
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

pengetahuan, tetapi hati orang bebal tidakjujur." Amsal 17:27, "Orang


berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala
dingin." Amsal 17:27, "Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya, adalah
seperti buah apel emas di pinggan perak. " Amsal 25:11 , "Orang yang bersaksi
dusta terhadap sesamanya adalah sepeñi gada, atau pedang, atau panah yang
tajam." Amsal 25:18.
Dalam hal berkomunikasi, Tuhan Yesus mengatakan agar kita berkata ya
apabila ya dan tidak untuk sebaliknya (Mat. 5:37). Ucapan kita itu harus konsisten
dan berintegritas, dapat dipercaya. Jadi, kalau berjanji kepada murid bahwa
tugastugasnya akan diperiksa dan dikembalikan, misalnya, janji itu haruslah
ditepati. Yesus juga mengingatkan bahwa ucapan kita menjadi hakim atas diri kita
sendiri. Matius 12:37 "Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan
menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." Untuk itu, hati harus mendapat
pembaruan sebab dari hatila muncul pikiran jahat, kelicikan, iri hati, hujat,
kesombongan, dan kebebalan. Semuanya itu menjadi penghambat komunikasi dan
relasi sehat (Mrk. 7:15, bdk. Ams. 4:23).
Pedoman untuk membangun relasi yang baik dengan siapapun menurut
Yesus adalah sebagai berikut. Matius 7:12 "Segala sesuatu yang kamu kehendaki
orang perbuat padamu, perbuatan demikian juga kepada mereka . " Bahkan,
terhadap orang kecil, termasuk orang yang kurang pintar dan anak-anak, kita tidak
boleh menganggap mereka rendah, tetapi menilainya sebagai orang yang
bermakna, seperti yang dilakukan Bapa surgawi (Mat. 18:10).
Secara praktis, kalau guru ingin dihargai anak didik, orang tua murid, dan
oleh rekan kerjanya, ia harus lebih dahulu melakukan hal yang serupa. Guru tidak
boleh menunggu hal baik dahulu dari orang lain, kemudian membalasnya. Sebagai
"garam" dan "terang", guru Kristen harus melepaskan rasa asin yang menyedapkan
dan terang yang menerangi dari dalam diri atau perbendaraan hatinya. Kalau "rasa
asín" itu tawar dan "terang" dalam diri guru itu meredup, terjadilah masalah. Tidak
ada hal baik yang dapat keluar dari hati dan pikiran yang bermasalah.
Oleh karena itulah, Tuhan Yesus pernah mengatakan kepada orang banyak
supaya percaya dan menerima-Nya dalam hati mereka. Barangsiapa yang percaya,
demikian kata Yesus, dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup
(Yoh. 7:38). Aliran-aliran air hidup itu ialah sifat-sifat luhur, kemampuan
berkomunikasi dan berelasi yang sehat, serta buah dan karya Roh Kudus yang
mendiami hati kita yang beriman kepada Kristus (bdk. Gal. 5:22-23),
Kepada orang Kristen mula-mula, Rasul Paulus memberi pesan
dalam hal berkomunikasi, yaitu seperti berikut. Efesus 4;29 "Janganlah ada
perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk
membangun, dimana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih
karunia.” Fitnah dan kata- kata kotor, disamping marah dan geram, semuanya
harus dibuang dari kehidupan mereka. Janganlah lagi kamu saling mendustai,
karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah
mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh
pengetahuan yang benar pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya
(Kol. 3:8-10),
Senjata guru ada pada lidahnya, pada kata-kata dan kalimat yang

24
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

diucapkannya. Dengan lidah, ia dapat menyakinkan muridnya atau dapat pula


menghancurkannya. Misalnya, bila guru mengucapkan kata-kata penghinaan,
akibat dari kata-kata yang merendahkan itü semangat belajar anak didik melemah.
Rasul Yakobus mengemukakan bahwa orang Kristen harus menjaga
lidahnya agar tidak menodai ibadahnya. Yakobus 1:26 "Jikalau ada seorang
menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu
dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." Yakobus 3:9-10, "la juga
mengingatkan orang Kristen termasuk guru supaya senantiasa memilihara lidah,
menjaga, dan mengekangnya sehingga selalu mengatakan yang baik dan benar
serta memuliakan Allah." Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan
lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang
satu keluar berkat dan kütük. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian
terjadi_”
Dalam hal membangun relasi terhadap anak didik, rekan sekerja, dan
terhadap masyarakat, kita harus menjauhkan diri dari sikap memandang muka.
Murid dan orang tua yang kaya mendapat perhatian, tetapi murid yang miskin dan
kurang pintar terabaikan. Yakobus menasihatkan kita agar iman jangan diamalkan
dengan memandang muka (Yak. 2:1) karena sikap memandang muka adalah dosa
(Yak. 2:9). Untuk itu, hal yang seharusnya dipergunakan guru di dalam
membangun relasi dan komunikasi sosial ialah hikmat dari ataş, yang diwamai
kelemahlembutan, kemurnian, belas kasihan, dan keramahan (Yak. 3:13-18).
Takut terbuka dan membuka diri kepada orang lain merupakan kendala di
dalam pengembangan kompetensi sosial kita sebagai guru. Ketakutan itü harus
diatasi. Sebagaimana telah dikemukakan, kasih Bapa di dalam Yesus Kristus yang
dinyatakan oleh Roh Kudus sanggup mengubah ketakutan menjadi keberanian
untuk terbuka (courage to openness).
Keberanian guru membuka hatinya, perasaan, dan pikirannya, selanjutnya
memampukannya untuk membuka ruang dan waktunya. Dengan demikian, ia
mengundang anak didik memasuki ruang hati dan geografisnya (rumah dan
kantornya). Di sana terjadilah komunikasi yang memperkaya dan membangun_
Proses belajar pun menyenangkan. Bahkan, guru dan murid sama-sama
mencintai pengetahuan, nilai hidup, dan keterampilan yang dipelajari. Pada
akhirnya, segala perkara yang dipelajari menjadi sangat berguna. B. S. Sidjabat,
Mengajar Secara Profesional, Cetakan Keempat Edişi Revişi. Bandung: Kalam
Hidup, 2011.

Komunikasi Suami İsteri dalam Keluarga Kristen


Communication is a very Vital factor in a healthy marriage between man and
woman as they together build a Christian family. Communication after a couple has
just gotten married gives them many chal/enges as they tıy to fit their lives together,
with each coming from a different background and having different expectations for
how they will live and work together. Even after several years of marriage they still
need to have open communication between them because of the challenges that
marriage normally brings. Among these are their together starting a family, their
children growing up, their parents and in-laws getting older and moving in to their

25
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

home as well as each partner having differing ways of communication, some of


them less than perfect.
They need to learn about healthy ways of communicating with each other.
They also need to learn how to handle unavoidable conflict in a healthy way. There
are 6 principles of handling conflict well that they can incorporate into their
marriage. Communication in marriage is Of the utmost importance and needs to be
a high priority between husbands and wives for their whol e life together.
Komunikasi adalah hal yang sangat penting diusahakan di antara suami dan
isteri di keluarga Kristen, sehingga pasangan Kristen perlu secara sengaja
mempelajari berkomunikasi dengan baik bersama. Firman Tuhan mendukung
prioritas ini. Ada banyak ayat di Alkitab mengenai komunikasi dan sikap dan
perbuatan yang baik terhadap orang lain, termasuk bagi pasangan suami-isteri.
Ayat-ayat inilah yang harus menjadi dasar pembicaraan mengenai komunikasi
yang sehat Oleh suami isteri dalam keluarga yang sehat.

Dasar Alkitabiah komunikasi dan Sikap yang Sehat kepada Pasangan Hidup Ayat-
ayat Alkitab Mengenai I) Komunikasi dan 2) Sikap dan Perbuatan yang Baik
Terhadap Orang Lain, Termasuk Pasangan Kita, adalah: dalam Perjanjian Lama,
kitab Amsal 15:1, "Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi
perkataan yang pedas membangkitkan marah." Amsal 15:4, "Lidah lembut adalah
pohon kehidupan, tetapi Iidah curang melukai hati."
Sementara itu dalam Perjanjian Baru, Efesus 4:29, "Pakailah perkataan yang
baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya,
beroleh kasih karunia." Efesus 4:15, "Dengan teguh berpegang kepada kebenaran di
dalam kasih." Filipi 2:14, "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut
sungut dan berbantah- bantahan." Galatia 5:22-23, "Tetapi buah Roh ialah: kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu."
Filipi 2:3-4, "hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang
lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya
memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga." 1
Korintus 10:24, 'VJangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi
hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain."

Komunikasi Suami-lsteri Pada Waktu Baru Menikah


Setiap manusia berbeda daripada yang Iain, termasuk pasangan suamiisteri.
Ada banyak jenis perbedaan. Misalnya sering kali Iatar belakang mereka masing-
masing berbeda. Ada yang berasal dari keluarga kaya, sedangkan pasangannya dari
keluarga miskin. Ada yang berasal dari keluarga sehat dan baik, sedangkan
pasangannya berasal dari keluarga yang sangat berdisfungsi! Juga sifat dan
kepribadian mereka masing- masing bisa jauh berbeda, misalnya, mungkin isteri
bersifat ramah tamah sehingga suka berkomunikasi secara terbuka dengan banyak
orang, sedangkan suaminya bersifat pendiam, merasa lebih enak kalau duduk di
depan komputer sampai berjam-jam, sendirian! Sering kali
pandangan suami-isteri masing-masing mengenai kebiasaan sehari- hari jauh

26
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

berbeda, misalnya satu suka sering kali membeli makanan di luar, sedangkan
pasangannya merasa lebih baik kalau selalu masak sendiri!

Setelah beberapa tahun menikah komunikasi masih harus diusahakan seterusnya!


Banyak suami-isteri, walaupun mereka yang sudah lama menikah, masih
menghadapi berbagai macam masalah karena hambatan dalam komunikasi
mereka. Misalnya: waktu Ibu melahirkan anak dan menjadi sangat sibuk
memeliharanya, kadang- kadang dia tidak memperhatikan kebutuhan suaminya
seperti sebelum mereka menjadi orang tua. Suaminya merasa tidak enak, karena
temannya yang sangat akrab dulu sepertinya sudah menjauhkan diri sekarang
mereka diusahakan menjadi terbuka dan lancar.
Kemudian, setelah beberapa tahun pasangan menjadi orang tua, ada
masalah komunikasi yang lain Iagi diantara mereka. Anak-anak mereka,yang
sudah lama menjadi lem yang memberi topik-topik kepada mereka untuk
sering dibicarakan sehingga merasa berdekatan bersama, kemudian menjadi
dewasa dan berangkat dari rumah! Orang tua merasa tidak ada topik Iagi yang
menarik untuk komunikasi diantara mereka. Mereka harus mencari topik baru
yang menarik untuk membahas bersama.
Kadang-kadang ada masalah lain Iagi yang menghalangi komunikasi
suami- isteri, yaitu mertua sudah datang untuk tinggal bersama dengan mereka di
rumah! Suami-isteri harus sangat berhati-hati berkomunikasi bersama karena
orang tua selalu dengar, bahkan ada orang tua yang secara kasar berusaha
mengatur rumah tangga anaknya! Ini bisa menimbulkan banyak konflik! Pasangan
merasa lebih baik berdiam saja untuk mencegah konflik! Komunikasi terbuka
mereka hilang! Mereka harus berusaha memperbaiki masalahnya dengan
menyiapkan waktu untuk berkomunikasi.
Secara terbuka bersama di tempat dimana tidak bisa didengar orang lain,
kadang mereka bisa pergi berjalan-jalan bersama secara reguler diluar rumah
sambil sharing perasaan mereka bersama.
Kadang-kadang suami atau isteri mempunyai sifat atau cara berinteraksi
yang tidak terlalu mendukung komunikasi terbuka, misalnya salah satu bersifat
selalu mendominasi percakapan sehingga teman hidupnya terpaksa menjadi
pendiam! Langkah pertama untuk mengatasi sifat pasangan yang menghambat
interaksi mereka bersama adalah menyadarinya, memberanikan diri untuk
membicarakannya dengan pasangannya, lalu berusaha bersama mencari tindakan
untuk mengatasinya. Kalau tidak secara sengaja mengusahakan komunikasi yang
baik, bisa terjadi kesalah-fahaman bahkan bisa sampai menjadi konflik besar.
Pertamanya, sangat penting pasangan berusaha berempati dengan teman
hidupnya. Dia perlu coba mengerti perasaan pasangan. Ini artinya dia berempati.
Ini terjadi waktu pasangan berusaha menempatkan diri ke dalam situasi teman
hidupnya, sehingga dia lebih memahami apa yang sedang dihadapinya dan
perasaannya mengenai hal itu. Kalau pasangan berusaha menempatkan diri di
dalam situasi teman hidupnya, dia akan lebih mengerti perasaannya.
Cara yang kedua berkomunikasi adalah sengaja mendengarkan pendapat
teman hidupnya. Setiap manusia mempunyai kebutuhan untuk dihargai dan
dikasihi. Salah satu cara untuk menunjukkan kasih kepada pasangan adalah cara

27
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

mendengarkan dia. Kalau pasangan berusaha untuk sungguh mendengarkan


teman hidupnya, dia akan merasa dikasihi dan dihargai. Tetapi usahanya
mendengarkan orang lain tidak mudah dan memusatkan pethatian penuh kepada
apa yang dikatakan teman hidupnya,
Cara yang ketiga berkomunikasi adalah suami dan isteri perlu secara
sengaja berusaha menyampaikan prasaan hati mereka. Tetapi caranya penting
untuk menyampaikan pendapat dan perasaannya dengan pasangannya. Harus
secara terbuka, tetapi juga harus dengan cara lemah lembut supaya mudah
diterima oleh pasangannya. Kalau isi beritanya bersifat sensitif, lebih baik mulai
dengan memberitahukan perasaannya sendiri dulu, misalnya: Aku merasa takut
waktu kamu tadi terlambat pulang. İni lebih mudah diterima pasangan daripada
secara keras mengatakan: Kau selalu tidak tepat waktu! Tidak tau bettanggung
jawab! Tidak menghargai orang lain!"
Ada orang yang secara sengaja menyembunyikan sesuatu dari
pasangannya. Misalnya memberitahukan anak: Ibu beri izin, tapijangan cerita
kepada ayahmu. Asal ayah tidak tahtı, tidak apa-apa." Sikap "Asal suami-isteri
tidak tahu, tidak apa-apa." merupakan racun dalam komunikasi. Mungkin maksud
orangnya untuk menghindari percek-cokan kecil tetapi sesuatu yang
dişembunyikan bisa menjadi semakin besar. Akhirnya komunikasi terhambat
sekali dan menimbulkan tembok beşar di antara suami isteri.

Cara Menghadapi Konflik


Kalau manusia berusaha bekerja bersama, sering kali akan timbul konflik!
Setiap manusia ünik, berbeda dari orang lain. Sering kali juga perbedaan ini akan
menimbulkan kesalah-fahaman. Ada lima kemungkinan cara untuk
menyelesaikan konflik. Sering kali pasangan memakai caranya berbeda waktu
menghadapi konflik.
I. Mengundurkan diri: Suami atau isteri menganggap tidak ada harapan dalam
penyelesaian konflik ini. Lebih baik mundur dari konflik saja.
2. Menyerah: Suami atau isteri tidak setuju dengan pandangan pasangannya,
tetapi daripada ribut, ya, biarlah. Menyerah saja tetapi dengan perasaan
tidak enak. Tidak apa kalau saya yang berkorban, yang penting tidak ada
ribut di rumah!”
3. Menang: Suami atau isteri merasa dirinya harus şelalu menang! Kalau
kemauannya tidak dituruti, dia akan terus bertengkan
4. Berkompromi: Beberapa permintaan pasangannya dituruti, tetapi sebagai
gantinya pasangan perlu rela menyerah dalam beberapa hal lain juga.
5. Menyelesaikan hal bersama: Suami dan isteri berdialog secara terbuka.
Akhirnya tercapai suatu sepakatan yang keduanya dapat menerima dengan
senang.
Enam Prinsip untuk Menyelesaikan Konflik
I . Selesaikan konflik sedini mungkin perselisihannya pada saatnya terjadi.
Lalü langsung menyelesaikannya dan memaafkan orang yang bersalah
supaya tidak menyimpan dendam secara bertumpuk-tumpuk untuk dipakai

28
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

sebagai senjata pada waktu terjadi konflik di kemudian hari,


2. Hanya membicarakan satu masalah setiap kali. Janganlah
membangkitbangkitkan semua kesalahan- kesalahan lain dari masa lalü
yang sebenarnya sudah dişelesaikan dahulu.
3. Selesaikan masalah yang spesifik. Sebaiknya pasangan tidak secara umum
menyalahkan teman hidupnya, melainkan secara pelan-pelan membuka hal
spesifik yang menjadi masalah pada saat itu.
4. Menyerang masalahnya bukan menyerang pribadinya. Sangat sehat kalau
suami atau isteri berhati-hati mengatakan hal yang menjadi masalah secara
jelas dan tidak menkritikkan pribadinya pasangannya.
5. Buang Bomnya. Janganlah menyimpan dendam dan marah sampai lama
lalu tiba- tiba melampaiskan seluruh kesalahan seperti ledakan 'bom
nuklir" besar. Tindakan memakai ledakan ini dapat melukai dan
merusakkan anggota keluarga lain sampai lama, lebih Iagi anggota
keluarga yang tidak berdaya.
6. Menjalin pengertian, Sebaiknya pasangan berusaha untuk selalu memakai
cara berkomunikasi yang terbuka dan sehat. Mendengarkan secara aktif
perkataan dan perasaan yang sedang diungkapkan teman hidupnya.
Mengecek kembali supaya pasti mengerti apa yang baru dikatakan teman
hidupnya. Sangat baik kalau suami dan isteri keduanya menganggap
kebutuhan teman hidupnya lebih utama daripada keinginan diri sendirinya.

Komunikasi dalam Pernikahan


Komunikasi dalam pernikahan adalah hal yang sangat penting sehingga
perlu diusahakan secara khusus. Langkah pertamanya adalah suami dan isteri
keduanya menjadi sadar bahwa mereka ingin maju. Kemudian mereka bisa
bersama-sama menilai situasi mereka sekarang lalu mereka memilih cara-cara
praktis untuk maju, supaya pernikahan mereka menjadi semakin indah. Pelayanan
seorang konselor bisa sangat menolong dalam usaha ini. Sebaiknya pasangan
langsung membahas pernikahan mereka menjadi semakin indah. Pelayanan
seorang konselor bisa sangat menolong dalam usaha ini.

Komunikasi Suami-lsteri terhadap Anak dan Remaja


Orang tua diberi tanggung jawab khusus oleh Tuhan Yesus untuk mendidik
dan membesarkan anak mereka supaya mengasihi dan mentaati Tuhan. Kita semua
ingin membesarkan anak-anak kita supaya mereka mengikuti Tuhan dan juga
berhasil baik dalam hidup mereka. Tetapi sering juga kita merasa bingung
mengenai cara yang baik untuk mencapai tujuan itu. Apa yang Tuhan harapkan
dari kita sebagai orang tua? Ulangan 6:5-7 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan mengenai iman yang baik
kepada anak-anaknya. Orang tua sendiri sungguh bersandar kepada Tuhan.
Melibatkan anak dalam aktivitas gereja.
Orang tua sering membicarakan kebaikan Tuhan kepada anaknya secara
informal dalam segala situasi kehidupan sehari-hari. Mengambil kesempatan
bicara sambil makan,waktu bersantai, waktu berjalan, sebelum tidur, dsb. Berdoa

29
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

dan mempelajari Firman Tuhan dengan anak Perintah Tuhan kepada orang tua.
Amsal 22:6, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada
masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."
Bagaimana caranya mendidik anak-anak kita supaya mereka berhasil dan
mengasihi Tuhan Yesus? Orang tua perlu berusaha supaya ada keseimbangan di
antara dua hal:
I . Kasih sayang dan penerimaan anak, tanpa syarat
2. Diimbangi dengan peraturan dan disiplin yang konsisten.
Terkait dengan komunikasi ini, adakalanya pula dalam sebuah keluarga sering
terdengar nama-nama julukan (label) dalam memanggil seseorang. Sebagai
contoh, karena anak sering menangis, maka ia dijuluki Si Cengeng. Karena
kulitnya tidak putih, anak mendapat julukan Si Hitam. Karena anak berbadan
kurus, ia dipanggil dengan julukan Si Krempeng atau Si Kurus. Karena anak
lemah dalam prestasi sekolahnya, ia diberi nama Si Goblok atau Si Tolol, bahkan
Si Idiot. Tentu saja julukan itu tidak disukai oleh anak sehingga hatinya sangat
kesal dan sakit. Perasaan demikian acapkali tidak disadari oleh orang yang
memberikan label. Mereka seperti tidak merasa bersalah telah mengucapkan
julukan yang mereka gemari, sementara julukan itu seperti anak panah yang
menembak perasaan anak dan menusuk amat dalam
Keluarga menunjukkan apakah ia merupakan sistem terbuka (open system),
cukup terbuka, atau sebaliknya, agak dan bahkan sangat tertutup (closed system).
Dalam keluarga yang terbuka, anggota-anggotanya memiliki kebebasan
menyatakan pandangan dan perasaan. Keunikan individu anggota diterima baik
sejalan dengan peningkatan kebersamaan. Komunikasi lancar. Relasi-relasi di
dalamnya berkembang dengan erat dan hangat. Keluarga itu juga bersikap ramah
terhadap kehadiran orang lain, apakah teman-teman anak atau sahabat-sahabat
orangtua. Para tamu merasa betah atau at home dalam lingkungan itu. Sebaliknya,
dalam keluarga tertutup, anggota-anggota tidak memiliki kemerdekaan atau
peluang untuk mengemukakan isi hatinya. Komunikasi sangat kurang. Relasi tidak
karib, apalagi mesra. Rumah keluarga itu jarang, bahkan mungkin saja tidak
bersedia menerima kehadiran orang lain. Kemungkinan suasa emosi di dalamnya
diwarnai kecurigaan. Ketika orang lain mencoba hadir ke dalamnya, mereka segera
merasakan ketidaknyamanan.
B. S. Sidjabat, Membesarkan Anak dengan Kreatif: Panduan Menanamkan iman &
Karakter kepada Anak Sejak Dini. Edisi Revisi (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2012.

30
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

BAB III
FEEDBACK DALAM KOMUNIKASI
Umpan balik/pesan balik/feedback diterima atau sampai kepada seorang
komunikator, baik yang disampaikan secara sengaja maupun sampai dengan
sendirinya.

Berdasarkan sumbernya, feedback dalam komunikasi dibagi dua, yaitu:


1. External feedback (umpan balik eksternal), artinya tanggapan/respon
komunikan/receiver yang sampai kepada komunikator.
2. Internal feedback (umpan batik internal), artinya umpan balik yang sampai
kepada komunikator yang bersumber dari pesan yang disampaikan oleh
komunikator sendiri.
Misalnya: dalam sebuah percakapan, komunikator dapat mendengar pesan yang
disampaikannya sendiri, sehingga kalau terjadi kesalahan di dalam
menyampaikan pesan tersebut, ia dapat langsung memperbaikinya.

Ditinjau dari prosesnya, ada dua jenis feedback,


yaitu: I. Umpan balik langsung (immediate feedback).
Umpan balik yang diterima saat itü juga. Umumnya terdapat dalam komunikasi
tatap muka (face to face interpersonal communication) atau dalam komunikasi
kelompok kecil (small group communication).
2. Umpan balik tertunda (delayed feedback).
Umpan balik yang tidak diterima secara langsung pada saat itü juga, tetapi
tertunda beberapa waktu. Terdapat dalam komunikasi dengan menggunakan
media cetak atau elektronik seperti surat kabar, majalah, televisi, radio. Sebuah
surat pembaca adalah umpan balik untuk komunikasi sebelumnya.

Ditinjau dari sifatnya, feedback dibagi dalam empat jenis, yaitu:


I. Umpan balik positif
Umpan balik yang menunjukkan tanda bahwa komunikan setuju atau dapat
menerima/mendukung pesan yang disampaikan komunikator. Feedback ini
tidak hanya dalam bentuk kata-kata tetapi dapat berbentuk tindakan/kegiatan.
2. Umpan balik negatif
Umpan balik yang menunjukkan tanda bahwa komunikan tidak setuju/tidak
dapat menerima pesan yang disampaikan komunikator. Reaksinya bersifat
negatif, seperti menyatakan penolakan, kritik, protes, geleng kepala, dil.
Seorang komunikator harus tanggap terhadap feedback negatif. Misalnya
dengan mengubah teknik atau gaya berkomunikasi, dil.

3. Umpan balik nol (zero feedback)


Umpan balik yang menunjukkan bahwa komunikan tidak mengerti pesan yang
disampaikan oleh komunikator. Hal ini mungkin terjadi karena komunikator

31
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

menyampaikan pesan yang tidak dimengerti atau menggunakan kata-kata


semantik. Umpan balik ini bisa berbentuk "tidak adanya reaksi/respon/
tanggapan" dari komunikan,
4. Umpan balik netral (neutral feedback). Umpan balik yang diterima dan
dimengerti oleh komunikator dari komunikan, tetapi apa yang dinyatakan
komunikan itu tidak relevan dengan pesan komunikator.

Pemahaman Diri Berkat Umpan Balik Dari Orang Lain


Umpan balik dari orang lain yang dipercaya memang dapat meningkatkan
pemahaman diri individu, yakni membuat individu sadar akan aspek-aspek diri
serta konsekuensi-konsekuensi perilaku yang mungkin tidak pernah disadari
individu sebelumnya.

Individu menerima umpan balik dari orang lain apabila orang tersebut mau
mengungkapkan cara ia menanggapi perilakunya. Tujuan umpan balik adalah
memberikan informasi konstruktif untuk menolong individu menyadari
bagaimana perilakunya dipersepsikan oleh orang lain dan bagaimana
pengaruhnya. Umpan balik yang paling bermanfaat adalah yang mampu
menunjukkan kepada individu bahwa perilakunya tidak atau belum seefektif
sebagaimana yang diharapkan, sehingga imdividu dapat mengubahnya agar lebih
efektif.

Sebaliknya, individu memberikan umpan balik kepada orang lain ketika


individu mengungkapkan tanggapan terhadap perilakunya. Sangat penting
diperhatikan agar cara memberikan umpan balik tersebut jangan sampai bersifat
menyerang atau menyinggung perasaan si penerima, sebab hal itu akan
menimbulkan sikap defensif atau menutup diri.
Beberapa kiat memberikan umpan balik yang tidak bersifat mengancam:
 Umpan balik diarahkan pada perilaku bukan pada pribadi pelakunya.
Menunjuk kepada apa yang telah dilakukan seseorang, bukan menilai
kepribadiannya,

 Umpan balik diungkapkan dalam bentuk deskripsi atau Iukisan, bukan dalam
bentuk penilaian. Menunjuk kepada peristiwa yang nyata terjadi, bukan
menilai baik-buruknya.

 Umpan balik dipusatkan pada perilaku dalam situasi spesifik tertentu, bukan
pada perilaku abstrak. Perbuatan orang senantiasa terkait pada saat dan
tempat tertentu. Hanya umpan balik yang mengaitkan perilaku pada situasi
spesifik tertentu dan diberikan segera sesudah perilaku yang dimaksud
terjadi, akan meningkatkan pemahaman diri pelakunya.

Umpan balik diberikan segera, tidak ditunda-tunda- Semakin ditunda,


semakin kurang manfaatnya.

32
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

 Umpan balik disampaikan dalam bentuk upaya berbagi perasaan, bukan dalam
bentuk nasihat atau petuah.

 Tidak memaksakan umpan balik kepada orang lain. Umpan balik harus
mengabdi pada kepentingan penerima, bukan kemauan si pemberi.
 Umpan balik jangan diberondongkan sampai melebihi batas kemampuan
penerima untuk mencamkannya. Lewat umpan balik individu bemaksud
menolong si penerima, bukan memuaskan hasrat pribadinya untuk memberi
petuah kepada orang lain.
 Umpan balik diarahkan pada tindak-perbuatan yang dapat diubah oleh
orang yang bersangkutan, bukan pada ciri-sifat yang harus diterimanya.
 Menyadari bahwa memberi dan menerima umpan balik menuntut keberanian,
keterampilan, pengertian, penghargaan baik tehadap diri sendiri maupun
terhadap orang lain, serta rasa terlibat. Tujuan umpan balik adalah
meningkatkan pemahaman diri orang lain serta menimbulkan perasaan bahwa
dirinya dicintai, dihargai; bahwa dirinya mampu dan berharga.

33
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

BAB IV
BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI
Dipandang dari struktur organisasi, ada tiga bentuk komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi yang terjadi di antara individu-individu yang berbeda tingkat
otoritasnya, tetapi masih dalam satu departemen.
Contoh:
Komunikasi ke bawah. Komunikasi yang mengalir dari tingkat yang lebih
tinggi ke tingkat bawah dalam suatu organisasi (instruksi kerja/penyampaian
kebijakan, prosedur, dll).
Komunikasi ke atas, komunikasi yang mengalir dari tingkat yang lebih rendah
ke tingkat yang lebih tinggi dari suatu organisasi, contoh: prosedur
penyampaian keluhan, kotak saran, dll.

2. Komunikasi Horizontal
Komunikasi yang terjadi antar departemen/bidang dengan tingkat otoritas yang
sama.

3. Komunikasi Diagonal
Komunikasi yang terjadi antara individu-individu yang berbeda tingkat otoritas
maupun departemen/bidangnya.

Dipandang dari segi formalitasnya, bentuk komunikasi ada dua, yaitu:

I. Komunikasi Formal
Komunikasi yang terjadi sebagai akibat adanya struktur organisasi atau adanya
garis wewenang dan tanggungjawab yang telah ditetapkan.

2. Komunikasi Informal
Komunikasi yang terjadi sebagai akibat adanya kecenderungan manusia untuk
berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya: gosip, 'ngerumpi', nongkrong,
dll.

Dipandang dari salurannya, ada dua bentuk komunikasi, yaitu:

I. Komunikasi Langsung
Komunikasi antara komunikator dengan komunikan tanpa melalui pihak ketiga
[media Iperantara.

2. Komunikasi Tidak Langsung


Komunikasi antara komunikator dengan komunikan melalui perantaraan pihak
ketiga.

34
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

Dipandang dari cara penyampaiannya, bentuk komunikasi ada dua, yaitu:

I. Komunikasi Verbal
Komunikasi yang diekspresikan dalam bentuk kata-kata, baik lisan maupun
tulisan.
Secara verbal maksudnya menggunakan kata-kata, baik yang secara langsung
mendeskripsikan perasaan yang dialami maupun tidak.
Untuk mengungkapkan perasaan secara jetas, maka kita perlu
mendeskripsikannya.

Setidak-tidaknya ada empat cara mendiskripsikan perasaan:


a. Mengidentifikasikan atau menyebut nama perasaan itu.
Misalnya: mengatakan "Saya sedang jengkel", untuk mengungkap-kan
perasaan jengkel
b. Menggunakan kiasan perasaan.
Misalnya: mengatakan "Hati saya seperti disayat sembilu" untuk
mendeskripsikan perasaan hati yang pedih karena tersinggung.
c. Menunjukkan bentuk tindakan yang ingin dilakukan terdorong oleh
perasaan yang sedang dialami.
Misalnya: mengatakan "Saya merasa seperti ingin menjotos hidungmu"
untuk mendeskripsikan perasaan jengkel.
d. Menggunakan kiasan kata-kata.
Misalnya: mengatakan "Saya merasa seperti layang-layang putus benang"
untuk mendeskripsikan perasaan kecewa karena kehilangan.

Dapat disimpulkan bahwa deskripsi perasaan yang baik harus mengandung


dua unsur, yakni:
• Pernyataan pribadi (saya, akur.ku, ku 8)

• Salah satu dari empat hal berikut, yakni: nama perasaan, kiasan perasaan,
bentuk tindakan yang ditimbulkan oleh perasaan, atau kiasan katanya.

Semua ucapan yang keluar dari mulut dapat mengungkapkan perasaan.


Namun, kemampuan mendeskripsikan perasaan tetap sangat penting untuk
menciptakan komunikasi yang efektif.
Dengan mendeskripsikan perasaan, setidak-tidaknya individu dapat
mengharapkan dua manfaat, yakni:
• Menambah keinsyafan tentang perasaan sebenarnya yang sedang dialami
• Membuka dialog yang akan meningkatkan hubungan individu dengan
orang lain

35
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

2. Komunikasi Non Verbal


Komunikasi yang diekspresikan dalam bentuk bahasa isyarat/simbol.
Misalnya dengan menggunakan bahasa tubuh. Perbuatan berbicara lebih
banyak dari kata-kata. Ekspresi wajah, jeda atau tenggang waktu dalam
berbicara, gerak tangan, jarak, kontak mata, sikap tubuh, cara berpakaian,
volume suara dan intonasi, sentuhan atau rabaan, cara mengatur kamar, dan
sebagainya.

Semuanya itu adalah perbuatan dan sekaligus merupakan modalitas

komunikasi nonverbal. Semua itu mengkomunikasikan motif-motif dan


perasaan-perasaan yang tersembunyi dari pelakunya. Hanya saja, cara orang lain
mengartikan isyarat-isyarat nonverbal semacam itu jarang bisa tepat seperti yang
dialami sendiri oleh pelakunya. Banyak hal dapat diamati, namun sulit untuk
mengetahui secara pasti makna pengamatannya itu. Meski demikian, setiap
isyarat bahasa tubuh selalu memiliki arti. Itulah sebabnya,
komunikasi nonverbal dirumuskan sebagai berikut: setiap bentuk perilaku
manusia yang langsung dapat diamati oleh orang lain dan yang mengandung
informasi tertentu tentang pengirim atau pelakunya.

perilaku nonverbal memiliki beberapa ciri sebagai berikut:


a. Karena merupakan kebiasaan, maka bersifat otomatis dan jarang disadari.
b. Berfungsi mengungkapkan perasaan-perasaan individu yang sebenarnya,
kendati dengan kata-katanya individu berusaha menyembunyikannya.
c. Komunikasi nonverbal merupakan sarana utama untuk mengungkapkan
emosi. Agar benar-benar memahami pembicaraan seseorang, maka bagian
nonverbal dari komunikasinya harus sungguh-sungguh dicermati.
d. Memiliki makna yang berlainan pada berbagai lingkungan budaya yang
berbeda.
e. Memiliki makna yang berbeda dari orang ke orang atau pada orang yang
sama namun berlainan waktu.

Berkaitan dengan dua ciri yang disebut terakhir, komunikasi nonverbal


memang sering disebut bersifat idionsinkratik. Artinya, bersifat sangat pribadi
dan harus selalu diartikan dalam konteksnya. Selain itu, arti yang ditetapkan
pun harus dipandang sebagai sementara, sampai mendapatkan kepastian.
Tetesan air mata, misalnya, hanyalah tanda bahwa seseorang mungkin sedih,
bukan bukti bahwa ia sedang berduka.

Pesan Verbal Harus Sejalan Dengan Pesan Nonverbal


Agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain, baik sebagai
pengirim maupun sebagai penerima, individu harus memerhatikan pesan-pesan
nonverbal di samping pesan-pesan verbalnya sendiri. Bahkan sebenarnya
pesanpesan nonverballah yang paling jelas dan paling kuat mengkomunikasikan
aneka perasaan, seperti senang atau tidak senang, penerimaan atau penolakan,

36
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

minatperhatian atau rasa bosan.


Kendati demikian, dibandingkan bahasa verbal, perilaku nonverbal memang
lebih terbatas kemampuannya. Komunikasi nonverbal hanya cocok digunakan
untuk mengungkapkan perasaan-perasaan dan agak sulit untuk menyatakan pikiran-
gagasan. Pesan-pesan nonverbal dapat sejalan dan memperkuat pesan verbalnya,
atau sebaliknya bertentangan, sehingga justru memperlemah pesan verbalnya.

Sehubungan dengan kaitan antara komunikasi nonverbal dan pengungkapan


perasaan, masalahnya adalah bahwa seringkali sukar memastikan apa yang
sesungguhnya dirasakan orang lain berdasarkan komunikasi nonverbalnya.

Menurut Johnson (1981), kesulitan ini bersumber dari setidaknya dua sebab
utama:
1. Fakta bahwa pesan-pesan nonverbal memang bersifat kabur.
Buktinya, seseorang dapat menangis karena sedih atau karena bahagia. Sama
halnya, orang dapat tertawa karena kecewa atau karena gembira. Selain itu,
saling menatap mata waktu berbicara justru sopan bagi orang Barat, namun
kebalikannya bagi orang Timur, khususnya orang Jawa.
2. Kontradiksi atau pertentangan yang sering terjadi antara pesan-pesan nonverbal
dengan pesan-pesan verbalnya. Hal ini dapat terjadi dengan atau tanpa disadari
oleh pelakunya.
Contoh: seorang ibu yang merestui kepergian anaknya merantau ke luar negeri
sambil menangis, mungkin karena sepenuhnya menyadari situasi yang
dihadapinya. Sebaliknya, seorang pengemis yang relatif masih muda dan
bertubuh gagah-sehat, mungkin tidak menyadari ironi yang tengah
dipertunjukkannya. Situasi komunikasi dimana terjadi pertentangan antara pesan
verbal dan pesan nonverbalnya semacam ini disebut double bind atau pesan
ganda. Menghadapi hal semacam ini, individu cenderung memilih bentuk pesan
yang dipandang lebih dapat dieprcaya atau kurang menipu. Lazimnya, bentuk
pesan yang dapat dipercaya adalah pesan nonverbal.

Jelaslah bahwa dalam mengkomunikasikan perasaan-perasaan, individu


harus benar-benar memerhatikan dan mengusahakan agar pesan-pesan
nonverbalnya cocok dengan pesan-pesan verbalnya. Bahkan agar pengungkapan
perasaan benar-benar efektif, selain sejalan maka pesan-pesan verbal dan nonverbal
juga perlu dibuat berlimpah, saling memperkuat dan saling melengkapi.

Proses yang Memengaruhi Persepsi


Persepsi atau proses pemberian makna terhadap suatu rangsang atau
stimulus yang dilakukan individu dipengaruhi oleh berbagai proses psikologis
penting, yaitu:

1. Teori Kepribadian Implisit


Sistem aturan yang mengatakan karateristik-karakteristik mana yang
sesuai dengan karateristik lain. Kebanyakan teori mengatakan bahwa seseorang

37
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

yang bergairah dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar, pasti juga cerdas.
Tentu saja, tidak ada alasan logis untuk mengatakan bahwa orang yang tidak
cerdas tidak dapat bergairah dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
Waspadalah akan hambatan potensial. Ada dua hambatan serius dalam
memberikan persepsi yang akurat, yang seringkali timbul bila seseorang
menerapkan teori kepribadian implisit. Kecenderungan untuk mengembangkan
teori kepribadian dan memersepsikan seseorang seakan-akan sesuai dengan teori
itu, dapat menyebabkan individu:
a, Memersepsikan kualitas-kualitas dalam diri seseorang yang menurut "teori"
seharusnya dimilikinya, padahal kenyataannya tidaklah demikian.
Sebagai contoh, melihat niat baik dalam sikap dermawan seorang kawan
padahal sebenarnya dia bermaksud mengurangi beban pajak penghasilannya.
b. Mengabaikan kualitas atau karateristik yang tidak sesuai dengan teori.
Misalnya, mungkin mengabaikan kualitas negatif pada diri kawan padahal
kualitas itu dengan cepat terlihat pada diri lawan.

2. Ramalan yang Terpenuhi dengan Sendirinya


Terjadi bila individu membuat perkiraan atau merumuskan keyakinan yang
menjadi kenyataan karena ia meramalkannya dan bertindak seakan-akan itu benar.

Ada empat langkah dasar dalam proses ini, yaitu:


a. Membuat prediksi atau merumuskan keyakinan tentang seseorang atau situasi.
Misalnya: meramalkan bahwa Pat adalah orang yang canggung dalam situasi
antarpribadi.
b. Bersikap kepada orang atau situasi tersebut seakan-akan ramalan atau
keyakinannya benar.
Misalnya: di depan Pat bersikap seakan-akan Pat memang orang yang canggung.
c. Karena bersikap demikian (seakan-akan keyakinannya benar), maka hal itu
menjadi kenyataan.
Misalnya: karena cara individu bersikap di depan Pat, maka Pat menjadi tegang
dan "salah tingkah" dan menunjukkan kecanggungan.
d. Mengamati efek individu terhadap seseorang atau sebagai akibat dari situasi, dan
apa yang disaksikan kemudian memperkuat keyakinannya. Misalnya: individu
menyaksikan kecanggungan Pat, dan ini memperkuat keyakinan individu bahwa
Pat memang orang yang canggung.

Jika individu mengharapkan seseorang bertindak dengan cara tertentu atau


jika meramalkan tentang suatu karakteristik atau situasi, ramalannya seringkali
menjadi kenyataan karena adanya ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya ini.
Contoh: seseorang yang memasuki kelompok tertentu merasa yakin bahwa
anggota-anggota kelompok itu tidak menyukainya. Hampir selalu ini terbukti
benar, barangkali karena ia bertindak sedemikian hingga merangsang para
anggota kelompok bereaksi negatif. Orang ini memenuhi sendiri ramalannya.

38
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

Ramalan yang tepenuhi dengan sendirinya dapat menimbulkan dua


hambatan.
Kecenderungan untuk memenuhi sendiri ramalan dapat menyebabkan individu:
a. memengaruhi perilaku orang lain sehingga sesuai dengan ramalannya
b. cenderung melihat apa yang diramalkan ketimbang apa yang sebenarnya,
Misalnya, seseorang bisa gagal, karena ramalan yang dibuatnya, bukan karena
adanya kegagalan aktual, tetapi karena ia menganggap dirinya gagal.

3. Aksentuasi Perseptual
"Tiada rotan akar pun jadi" adalah pepatah yang banyak dijumpai dalam
komunikasi: Untuk menjadi calon aktor, peran sekecil apapun dan seperti
apapun dalam sebuah film adalah lebih baik ketimbang tidak mendapat peran
sama sekali. Bayam barangkali rasanya tidak enak, tetapi pada saat lapar,
rasanya akan sama lezat dengan ayam panggang.
Proses semacam ini, yang dinamai aksentuasi perseptual, yaitu
membuat individu melihat apa yang diharapkan dan diinginkan. Melihat orang
yang disukai lebih tampan dan lebih pandai ketimbang orang yang tidak
disukai. Kontra argumen yang jelas adalah bahwa sebenarnya individu lebih
menyukai orang Yang tampan dan pandai dan Oleh karenanya ia mencari-cari
orang seperti ini, bukan karena orang yang disukai itu kelihatan tampan dan
pandai.

Aksentuasi perseptual dapat menimbulkan berbagai hambatan,


Kecenderungan untuk memersepsikan Yang diinginkan atau dibutuhkan dapat
membuat individu:
a. Mendistorsi persepsi tentang realitas; membuat individu melihat apa yang
dibutuhkan atau diinginkan ketimbang apa yang nyatanya ada, dan tidak melihat
apa yang tidak ingin dilihat.
Misalnya, individu mungkin tidak merasa gagal dalam suatu mata kuliah
kimia karena ia memusatkan perhatian pada apa yang ia inginkan.

b. Menyaring atau mendistorsi informasi yang mungkin merusak atau mengancam


Citra diri dan dengan demikian sangat mempersulit upaya peningkatan diri.
c. Memandang orang Iain memiliki karakteristik atau kualitas negatif yang
sebenarnya ada pada dirinya.
d. Melihat dan mengingat kualitas atau karateristik positif lebih daripada Yang
negatif (dinamai efek poliana), dan dengan demikian mendistorsi
persepsinya tentang orang Iain.
e. Merasakan perilaku tertentu dari orang Iain dengan menunjukkan bahwa ia
menyukai diri individu hanya karena sebenarnya individu ingin disukai.
Sebagai contoh, sikap bersahabat dan ramah dari seorang wiraniaga diterima
sebagai tanda yang bersangkutan menyukai individu, padahal sebenarnya itu
hanya bagian dari strategi persuasif belaka.

39
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

4. Primasi-resensi
Mengacu pada pengaruh relatif stimulus sebagai akibat urutan
kemunculannya. Jika yang muncul pertama lebih besar pengaruhnya, biasanya
individu mengalami efek primasi. Jika Yang muncul kemudian mempunyai
pengaruh yang lebih besar, berarti individu mengalami efek resensi.
Primasi-resensi dapat menimbulkan dua hambatan utama. Umumnya
individu cenderung untuk lebih mementingkan informasi yang datang lebih dulu
dan menafsirkan informasi yang datang kemudian sesuai dengan kesan pertama
dapat membuat seseorang:
a. merumuskan gambaran "menyeluruh" tentang seseorang berdasarkan kesan
awal yang belum tentu akurat.
Sebagai contoh, individu mungkin menangkap Citra bahwa seseorang itu tidak
pandai berkomunikasi. Jika kesan ini didasarkan pada pengamatan terhadap
orang ini selama wawancara pekerjaan Yang menegangkan, boleh jadi
kesannya itu keliru.
b. Mendistorsi persepsi yang datang kemudian supaya tidak merusak kesan
pertama.
Sebagai contoh, individu mungkin tidak memerhatikan tanda-tanda kecurangan
seseorang yang telah menciptakan kesan pertama yang baik.
5. Konsistensi individü mempunyai kecenderungan yang kuat untuk menjaga
keseimbangan atau konsistensi di antara persepsi-persepsinya. Konsistensi
menggambarkan kebutuhan individü untuk memelihara keseimbangan di
antara sikap-sikapnya. individü memerkirakan bahwa hal-hal tertentu selalu
muncul bersama-sama dan hal-hal lain tidak akan muncul bersama-sama.
Secara intuitif saja, misalnya, tanggapilah kalimat-kalimat berikut dengan
menandai reaksi yang diharapkan.
a. Saya berharap orang yang saya sukai (menyukai, tidak menyukai) saya.
b. Saya berharap orang yang tidak saya sukai (menyukai, tidak menyukai)
saya.
c. Saya berharap kawan saya (menyukai, tidak menyukai) teman saya yang lain.
d. Saya berharap teman saya (menyukai, tidak menyukai) musuh saya.
e. Saya berharap musuh saya (menyukai, tidak menyukai) kawan saya.
f. Saya berharap musuh saya (menyukai, tidak menyukai) musuh saya yang lain,

Menurut kebanyakan teori konsistensi, harapan-harapan individü adalah


sebagai berikut. individü berharap seseorang yang menyukainya (I) dan orang yang
tidak ia sukai untuk tidak menyukainya (2). individü berharap seorang teman akan
menyukai temannya yang lain (3) dan tidak menyukai musuhnya individü
berharap musuhnya tidak menyukai temannya (5) dan menyukai musuhnya yang
lain (6). Semua harapan ini secara intuitif memuaskan.

Selanjutnya, individü berharap seseorang yang disukainya memiliki


karateristik yang ia sukai atau puja, dan berharap musuh-musuhnya tidak
memiliki sifat-sifat yang menyenangkan dan orang yang tidak disukai
memiliiki sifat-sifat yang tidak menyenangkan.

40
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

Konsistensi dapat menimbulkan tiga hambatan utama. Kecenderungan untuk


melihat konsistensi pada diri seseorang dapat menyebabkan individu:
a. Mengabaikan atau mendistorsi persepsi tentang perilaku yang tidak konsisten
dengan gambarannya mengenai seseorang secara utuh, Sebagai contoh,
individü mungkin salah menafsirkan ketidakbaha-giaan Karla karena
kesannya tentang Karla adalah bahwa dia seorang yang "bahagiaterkendali-
puas”
b. Memersepsikan perilaku spesifik terpancar dari kualitas positif dari orang
yang disukai dan dari kualitas negatif dari orang yang tidak disukai. Oleh
karenanya individü tidak mampu melihat perilaku positif maupun negatif.
c. Melihat perilaku tertentu sebagai positif jika perilaku yang lain ditafsirkan
sebagai positif atau sebagai negatif jika perilaku yang lain ditafsirkan secara
negatif.

6. Stereotipe
Mengacu pada kecenderungan untuk mengembangkan dan
mempeftahankan persepsi yang tetap dan tidak berubah mengenai sekelompok
manusia dan menggunakan persepsi ini untuk mengevaluasi anggota kelompok
tersebut, dengan mengabaikan karateristik individual yang ünik.
Jalan pintas yang sering digunakan dalam persepsi adalah stereotiping.
Awal mulanya, stereotipe adalah istilah dalam bidang percetakan yang
mengaCU pada suatu pelat yang mencetak citra (gambar atau tulisan) yang sama
berulang-ulang. Stereotipe sosiologis atau psikologis adalah citra yang melekat
pada sekelompok orang. Masing-masing individu mempunyai stereotipe
atitudinal tentang kelompok bangsa, kelompok agama, kelompok ras, atau
barangkali tentang kaum penjahat, kaum tuna susila, guru, atau tukang pipa.

Jika individu memiliki kesan melekat ini, maka seringkali, bila berjumpa
dengan salah seorang anggota kelompok tadi, melihat orang itu terutama sebagai
anggota kelompok tersebut. Sebagai permulaan, ini mungkin memberikan
orientasi yang membantu. Tetapi ini dapat menimbulkan masalah bila kemudian
menganggap semua karakteristik yang melekat pada kelompok itu berlaku juga
untuk orang itu tanpa menyadari bahwa setiap orang adalah pribadi yang khas.
Misalnya, individu berjumpa dengan seorang tuna susila, maka ia akan
menganggap bahwa semua ciri yang dimiliki kelompok tuna susila dimiliki pula
oleh orang ini- Lebih rumit lagi, individu tersebut mungkin melihat dalam
perilaku orang ini, manifestasi dari berbagai karateristik yang tidak akan dilihat
kalau saja ia tidak tahu bahwa orang ini adalah tuna susila. Strereotipe
mendistorsi kemampuan seseorang untuk memersepsikan orang lain secara
akurat. Streotipe menghalangi individu untuk melihat seseorang sebagai
seseorang dan bukan sekadar sebagai anggota suatu kelompok.

Stereotipe dapat menimbulkan dua hambatan utama. Kecenderungan untuk


mengelompokkan orang ke dalam kelas-kelas dan bereaksi terhadap seseorang
terutama sebagai anggota kelas-kelas ini dapat membuat individu:

41
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

a. Memersepsikan seseorang seakan-akan memiliki kualitas-kualitas tertentu


(biasanya negatif) yang diyakini merupakan ciri kelompok di mana ia
menjadi anggotanya (misalnya, semua orang di bawah naungan bintang
Venus bersifat malas) dan karenanya tidak mempu mengenali sifat multi
aspek dari semua orang dan semua kelompok.
b. Mengabaikan ciri khas yang dimiliki seseorang dan karenanya tidak mampu
menarik manfaat dari kontribusi khusus yang dapat diberikan setiap pihak
dalam suatu perjumpaan.

Pedoman Untuk Meningkatkan Akurasi Persepsi Individu


Selain menghindari hambatan-hambatan potensial dalam berbagai proses
persepsi yang dikemukakan sebelumnya dan menerapkan ketiga strategi untuk
mengurangi ketidakpastian, berikut ini disajikan beberapa saran yang akan
membantu meningkatkan akurasi persepsi antarpribadi.

I. Carilah berbagai petunjuk yang menunjuk ke arah sama. Makin banyak


petunjuk perseptual yang menuju ke arah yang sama, makin besar
kemungkinan kesimpulan itu benar.
2. Berdasarkan pengamatan atas perilaku, rumuskanlah hipotesis. Ujilah hipotesis
ini terhadap informasi dan bukti-bukti tambahan; jangan menarik kesimpulan
yang nantinya masih akan dicoba untuk dikonfirmasikan,
3. perhatikan, khususnya petunjuk-petunjuk yang kontradiktif, petunjuk yang
akan menolak hipotesis awal. Akan lebih mudah menerima petunjuk yang
mendukung hipotesis ketimbang menerima petunjuk yang menentangnya.

4. Jangan menarik kesimpulan sampai ada kesempatan untuk memroses beragam


petunjuk.

5. Ingatlah bahwa betapapun banyaknya perilaku yang diamati dan betapapun


cermatnya seseorang meneliti perilaku ini, ia hanya dapat menduga apa yang
ada dalam benak orang lain. Motif, sikap, atau nilai seseorang tidak terbuka
bagi inspeksi pihak luar. individü hanya dapat membuat asumsi berdasarkan
perilaku yang tampak. Hindari membaca pikiran orang lain Contoh: "Kamu
melupakan hari ulang tahun saya karena kamu tidak benar-benar mencintai
saya.”

6. Jangan menganggap orang lain seperti diri sendiri, berpikir seperti dirinya
berpikir, atau bertindak seperti yang dilakukannya. Sadarilah keragaman manusia.

7._Waspadalah terhadap 'bias' pribadi. Sebagai contoh, hanya menerima hal-hal


yang positif pada diri orang yang disukai dan hanya menerima hal-hal yang
negatif pada diri orang yang tidak disukai.

42
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

BAB V
KOMUNIKASI RUANG
Panggunaan ruang mengungkapkan diri individu sejelas dan sepasti
katakata dan kalimat. Pembicara yang berdiri dekat dengan pendengarnya,
dengan tangan berada di bahu pendengar dan matanya menatap langsung ke
pendengar, mengkomunikasikan sesuatu Yang sangat berbeda dengan
pembicara yang duduk mendekam di pojok ruangan dengan tangan terlipat dan
mata menatap lantai.

Jarak Spasial
Edward Hall (1959, 1966) membedakan empat macam jarak yang
menurutnya menggambarkan macam hubungan yang dibolehkan. Masing-
masing dari keempat jarak ini mempunyai fasa dekat dan fasa jauh, dengan
demikian ada delapan macam jarak yang dapat diidentifikasikan.

1. Jarak Intim
Dalam jarak intim, mulai dari fasa dekat (bersentuhan) sampai ke fasa
jauh sekitar 15 sampai 45 cm. Dalam fasa ini kehadiran seseorang sangat
jelas. Masing-masing pihak dapat mendengar, mencium, dan merasakan
napas yang Iain. Fasa dekat digunakan bila sedang bercumbu dan
bergulat, untuk menenangkan atau melindungi.

Dalam fasa dekat otot-otot dan kulit berkomunikasi, sedangkan verbalisasi


aktual hanya sedikit saja perannya. Dalam fasa dekat ini bahkan suara
bisikan mempunyai efek memperbesar jarak psikologis antara kedua orang
yang terlibat.

Fasa jauh memungkinkan individu untuk saling menyentuh dengan


mengulurkan tangan. Jarak ini masih terlalu dekat sehingga dipandang
tidak patut di muka umum. Karena perasaan ketidakpatutan dan
ketidaknyamanan (setidak-tidaknya bagi orang Amerika), mata jarang
sekali saling menatap,

2. Jarak Pribadi (personal distance)


Tiap individu memiliki daerah Yang disebutjarak pribadi. Daerah ini
melindungi individu dari sentuhan orang Iain.

Dalam fasa dekat jarak pribadi ini (antara 45-75 cm). Dua orang dapat saling
menyentuh hanya jika keduanya mengulurkan tangan. Kemudian seseorang
dapat melindungi orang-orang tertentu-misalnya, kekasih.

43
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

Dalam fasa jauh (dari 75 cm — 120 cm), dua orang dapat saling menyentuh
hanya jika keduanya mengulurkan tangan. Fasa jauh ini menggambarkan
sejauh mana individu dapat secara fisik menjangkaukan tangannya untuk
meraih sesuatu. Jadi, fasa ini menentukan, dalam artian tertentu, batas
kendali fisik seseorang atas orang Iain. Dalam jarak ini masih dapat melihat
banyak detil dari seseorang — rambut yang beruban, gigi yang kuning,
pakaian yang kusut, dan sebagainya, tetapi tidak lagi dapat mendeteksi
hangat tubuh. Kadang-kadang masih dapat mencium bau napas, tetapi pada
jarak ini etiket mengharuskan untuk mengarahkan napas ke bagian netral
sehingga tidak mengganggu Iawan bicara. Bila ruang pribadi diganggu,
individu merasa sering tidak nyaman dan tegang. Bila orang berdiri terlalu
dekat, pembicaraan dapat terganggu, tidak mantap, terguncang, dan terputus-
putus. Kemungkinan sukar untuk memelihara kontak mata dan Iebih sering
menghindari tatapan langsung. Ketidaknyamanan ini mungkin juga
terungkap dalam bentuk gerakan tubuh yang berlebihan. Pada saat yang Iain
individu tidak keberatan

dengan invasi ke dalam ruang pribadi.


Sebagai contoh, bila orang Iain memasuki daerah pribadi dalam pesta ramai,
tidak ada perasaan tegang atau tidak nyaman. Begitu pula bila yang orang
disukai memasuki daerah pribadinya, ia tidak akan merasakan
ketidaknyamanan.

3. Jarak Sosial
Dalam jarak sosial, individu kehilangan detil visual yang ia peroleh dalam
jarak pribadi.

Fasa dekat (120-210 cm) adalah jarak yang digunakan bila melakukan
pertemuan bisnis dan interaksi pada pertemuan-pertemuan yang
bersifat sosial.

Fasa jauh (210-360 cm) adalah jarak yang dipelihara bila seseorang berkata,
"Menjauhlah agar saya dapat memandangmu." Pada jarak ini, transaksi
bisnis mempunyai nada yang Iebih resmi. Di kantor pejabat-pejabat
tinggi mejameja ditempatkan sedemikian sehingga si pejabat memastikan
jarak ini bila sedang berunding dengan klien. Tidak seperti jarak intim,
dimana kontak mata terasa janggal, fasa jauh dari jarak sosial membuat
kontak mata sangat penting; jika tidak, komunikasi akan hilang. Suara pada
umumnya Iebih keras dari biasanya pada jarak ini. Tetapi berteriak atau
menaikkan suara, akan mempunyai efek mengurangi jarak sosial ini ke
jarak pribadi.

44
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

4. Jarak Publik
Pada fasa dekat dari jarak publik (dari 360-450 cm) orang terlindung oleh
jarak. Pada jarak ini seseorang dapat mengambil tindakan defensif bila
terancam. Dalam bis kota atau kereta, misalnya, individu mungkin
mengambil jarak ini dari orang yang sedang mabuk. Walaupun pada jarak
ini tidak dapat langsung mengamati secara detil wajah dan mata orang itu,
namun masih cukup dekat untuk melihat apa yang sedang berlangsung.

Pada fasa jauh (75C) cm), individu melihat orang-orang tidak sebagai
individu yang terpisah, melainkan sebagai bagian dari suatu kesatuan yang
lengkap Individu secara otomatis mengambil jarak sekitar 9 meter dari
seorang tokoh penting. Dan tampaknya ia melakukan ini terlepas dari
apakah tokoh itu dikawal atau tidak. Fasa jauh ini merupakan jarak yang
diambil seorang aktor untuk beraksi di panggung. Pada jarak ini, gerak-
gerik maupun suara harus sedikit berlebihan agar tenangkap secara detil.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Komunikasi Ruang


Beberapa faktor mempunyai pengaruh atas cara individu memanfaatkan
ruang dalam komunikasi. Beberapa generalisasi khususnya penting bagi
komunikasi.

I. Status
Orang dengan status yang setara menjaga jarak yang lebih dekat di antara
mereka ketimbang orang dengan status yang berbeda. Bila status tidak sama;
orang dengan status yang lebih tinggi mungkin mendekati orang yang berstatus
lebih rendah lebih rapat ketimbang orang dengan status lebih rendah mendekati
orang yang berstatus lebih tinggi.

2. Kultur
Orang Amerika berdiri cukup jauh bila sedang bercakap-cakap,
setidaktidaknya jika dibandingkan dengan orang Eropa tertentu dan orang
Tmur Tengah. Orang Arab, misalnya, berdiri cukup dekat satu sama Iain
ketimbang orang Amerika. Orang Italia dan Spanyol mengambil jarak
yang relatif berdekatan bila berinteraksi ketimbang banyak orang Eropa
Utara.

3. Konteks
Umumnya, makin besar ruang fisik tempat individu berada, makin kecil
jarak antarpribadi. Jadi, misalnya, jarak antara dua orang yang
berbincang-bincang di jalan akan lebih kecil ketimbang di rumah. Jarak
ini akan lebih kecil di ruangan yang besar ketimbang di ruangan yang
kecil. Makin besar ruangan, makin merasa perlu saling mendekatkan diri

45
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

untuk membuat konteks komunikasi terkendali.

4. Masalah yang Dibahas


Saat membicarakan masalah pribadi atau sedang berbagi rahasia, individu
cenderung mengambil jarak yang dekat. Bila membicarakan hal-hal Umum
yang tidak pribadi, jarak yang diambil biasanya lebih besar. Secara
psikologis, tampaknya individu berusaha mencegah orang lain ikut
mendengarkan meskipun secara fisik tidak ada seorang pun yang berada
dalam jarak pendengaran. Individu mengambil jarak yang lebih dekat jika
sedang dipuji ketimbang jika sedang ditegur — barangkali ingin menjaga
jangan sampai pujian itu jatuh ke orang Iain! Dan barangkali mencoba
menjauhkan diri (secara fisik) dari teguran.

5. Usia dan Jenis Kelamin

Wanita berdiri lebih berdekatan satu sama lain ketimbang pria. Pasangan
dari jenis kelamin yang berbeda berdiri berjauhan. Demikian pula, kultur
Amerika lebih memungkinkan kaum wanita saling menyentuh satu sama
lain ketimbang kaum pria dan pasangan pembicara-pendengar yang
berlainan jenis. Anakanak berdiri lebih berdekatan satu sama lain ketimbang
kaum dewasa. Ini menunjukkan bahwa menjaga jarak merupakan perilaku
yang dipelajari.

6. Evaluasi Posistif dan Negatif


Individu akan berdiri lebih berjauhan dari musuh ketimbang dari kawan,
dari tokoh yang berkuasa dan berstatus lebih tinggi ketimbang dari rekan
sejawat, dari penyandang cacat ketimbang yang bukan penyandang cacat,
dan dari orang yang berbeda bangsa ketimbang dari orang yang sebangsa.
Menjaga jarak yang lebih jauh antara dirinya dengan orang-orang yang
secara tidak sadar dinilai negatif oleh individu.

46
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

BAB VI SUARA
Suara dapat dibedakan atas lima dimensi: Volume, kecepatan (rate), nada,
artikulasi dan pengucapan, dan jenak (pause). Kemampuan komunikator memainkan
elemen-elemen ini akan memungkinkan ia mampu mengatur suara sebaik mungkin.

Volume
Volume mengacu pada intensitas relaif suara. Kenyaringan (Ioudness), di
pihak Iain, mengacu pada persepsi terhadap intensitas relatif ini: apa Yang didengar
khalayak. Pada suara yang cukup terkontrol, volume bervariasi menurut beberapa
faktor-misalnya, jarak antara pembicara dan pendengar, suara-suara Iain yang
bersaing, dan penekanan yang diberikan pembicara pada suatu pokok pembicaraan
tertentu.

Masalah dengan volume mudah dikenali, meskipun individu sendiri sukar


menyadarinya. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah suara yang terlalu
rendah. Jika pendengar harus bersusah-payah untuk dapat mendengar pembicara,
mereka akan cepat Ielah. Sebaliknya jika suara terlalu keras, pendengar akan merasa
terganggu secara psikologis.

Masalah yang paling umum terjadi adalah kekurangan variasi. Masalah yang
berkaitan dengan ini adalah pola volume yang bervariasi menurut suatu pola Yang
mudah ditebak. Suara yang melemah pada setiap akhir kalimat khususnya, sangat
mengganggu. Awalnya pembicara menggunakan volume Yang tepat, tetapi
menurunkannya pada akhir kalimat. Berhati-hatilah menjaga volume suara pada akhir
kalimat ini.

Kecepatan
Kecepatan yang dimaksud di sini adalah kecepatan berbicara. Kecepatan sekitar
140 sampai 160 kata per menit adalah umum untuk berbicara atau membaca keras-keras.
Masalah yang lazim dijumpai adalah kecepatan yang telalu tinggi atau terlalu rendah,
kurangnya variasi kecepatan atau pola kecepatan yang mudah diduga. Berbicara terlalu
cepat akan menghalangi pendengar untuk mencerna apa Yang disampaikan. Berbicara
terlalu Iambat, akan membuat pikiran pendengar melantur ke hal-hal yang tidak
berkaitan dengan pembicaraan. Karenanya, berbicaralah dengan tempo yang melibatkan
pendengar dan memungkinkan mereka merenungkan pembicaraan tanpa menjadi bosan.

Ubah-ubahlah kecepatan berbicara selama pembicaraan berlangsung.


Variasi kecepatan mengundang perhatian pendengar pada butir-butir tertentu dan
mengurangi kebosanan. Menceritakan suasana di pabrik perakitan yang monoton dan
suram dengan suara yang cepat dan bergelombang, atau menceritakan kehebatan suatu
pertunjukkan sirkus dengan kecepatan yang rendah, pastilah tidak efektif. Jika
berminat dan sadar akan apa yang disampaikan, maka variasi kecepatan bicara akan
mengalir secara wajar dan efektif.
pola kecepatan Yang terlalu mudah diduga berdampak sama buruknya

47
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

dengan berbicara tanpa variasi sama sekali. Ada pembicara yang memulai
kalimatnya dengan kecepatan normal tetapi kemudian mengakhiri kalimat itu
dengan terburu-buru. Jika khalayak secara sadar ataupun tidak sadar telah
memperkirakan pola kecepatan itu, berarti pembicara tersebut tidak
mengkomunikasikan gagasan melainkan hanya kata-kata yang telah ia hafalkan.

Pitch (nada)
Pitch (nada) mengacu pada ketinggian atau kerendahan relatif suara menurut
yang dirasakan pendengar. Secara lebih teknis, nada suara dihasilkan dari kecepatan
vibrasi Pita suara. Jika Pita suara bergetar (bervibrasi) secara cepat, pendengar
merasa suara pembicara mempunyai nada yang tinggi. Jika Pita suara bergetar
Iambat, pendengar merasa suara pembicara mempunyai nada rendah.

Perubahan nada seringkali mengisyaratkan perubahan makna. Oleh karena itu


pembicara perlu memperbaiki pola nada yang terlalu mudah diduga atau monoton
dengan latihan. Dengan latihan, perubahan nada akan terjadi secara wajar sesuai
dengan apa yang diucapkan. Karena setiap kalimat berbeda dengan kalimat yang Iain,
seharusnya ada variasi normal-variasi yang terjadi bukan
menurUt pola Yangtelah ditentukan terlebih dahulu melainkan menurut makna Yang
ingin disampaikan kepada khalayak pendengar.

Artikulasi dan pengucapan


Artikulasi dan pengucapan adalah sama jika dilihat dari cara pembicara
menghasilkan suara dan kata-kata. Artikulasi mengacu pada gerakan-gerakan organ
bicara yang memodifikasi dan mengatur aliran udara dari paru. Gerakan yang
berbeda dari organ-organ bicara ini (misalnya: lidah, bibir, gigi, langit-langit dan
Pita suara) menghasilkan bunyi-bunyi yang berbeda. Pengucapan (pronounciation)
mengacu pada produksi (bunyi) suku kata atau akta sesuai dengan standar yang
telah diakui, seperti standar yang digunakan oleh kamus yang baik.

Evaluasi
Dalam mengevaluasi keterampilan berbicara, seseorang pada prinsipnya harus
memerhatikan lima faktor berikut:
I. Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal, konsonan) diucapkan dengan tepat?
2. Apakah pola-pola intonasi, naik turunnya suara serta tekanan suku kata,
memuaskan?
3. Apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa
referensi internal memahami bahasa yang dipergunakan?
4. Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat?
5. Sejauh manakah 'kewajaran' atau 'kelancaran' ataupun I ke-native-speaker-an' yang
tecermin bila seseorang berbicara?

48
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

BAB VII KOMUNIKASI PRIBADI


Pentingnya Komunikasi
Komunikasi antarpribadi sangat penting bagi kebahagiaan hidup. Johnson
(1981) menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi
antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia.

pertama, komunikasi antarpribadi membantu perkembangan intelektual dan


sosial. Perkembangan manusia sejak masa bayi sampai dewasa mengikuti pola
semakin meluasnya ketergantungan pada orang Iain. Diawali dengan ketergantungan
atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi, lingkaran ketergantungan
atau komunikasi itu semakin luas dengan bertambahnya usia. Bersamaan dengan
proses itu, perkembangan intelektual dan sosial sangat ditentukan oleh kualitas
komunikasi individu dengan orang Iain.

Kedua, identitas atau jati diri terbentuk dalam dan Iewat komunikasi dengan
orang Iain. Selama berkomunikasi dengan orang Iain, secara sadar maupun tidak sadar
individu mengamati, memerhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang
diberikan oleh orang Iain terhadap dirinya. Individu menjadi tahu bagaimana
pandangan orang Iain itu tentang dirinya. Berkat pertolongan komunikasi dengan
orang Iain, individu dapat menemukan diri, yaitu mengetahui siapa dirinya
sebenarnya.

Ketiga, dalam rangka memahami realitas di sekelilingnya serta menguji


kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang dimiliki seseorang tentang dunia di
sekitarnya, maka perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang
Iain tentang realitas yang sama. Tentu saja, pembandingan sosial (social comparison)
semacam itu hanya dapat dilakukan Iewat komunikasi dengan orang Iain.
Keempat, kesehatan mental individu sebagian besar juga ditentukan oleh
kualitas komunikasi atau hubungan antara dirinya dengan orang Iain, Iebih-lebih
orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan dalam hidupnya. Bila
hubungan individu dengan orang Iain diliputi berbagai masalah, maka tentu ia akan
menderita, merasa sedih, cemas, frustasi. Bila kemudian individu menarik diri dan
menghindar dari orang Iain, maka rasa sepi dan terasing yang mungkin dialami pun
tentu akan menimbulkan penderitaan, bukan hanya penderitaan emosional atau
batin, tapi bahkan mungkin juga penderitaan fisik.

Agar merasa bahagia, individu membutuhkan konfirmasi dari orang Iain,


yakni pengakuan berupa tanggapan dari orang Iain yang menunjukkan bahwa
dirinya normal, sehat dan berharga. Lawan dari konfirmasi adalah diskonfirmasi,
yakni penolakan dari orang Iain berupa tanggapan yang menunjukkan bahwa
dirinya abnormal, tidak sehat dan tidak berharga. Semuanya itu hanya diperoleh
Iewat komunikasi antarpribadi, komunikasi dengan orang Iain.

49
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

Keterampilan Dasar Berkomunikasi


Agar mampu memulai, mengembangkan dan memelihara komunikasi yang
akrab, hangat, dan produktif dengan orang Iain, individu perlu memiliki sejumlah
keterampilan dasar berkomunikasi.

Menurut Johnson (1981), beberapa keterampilan dasar yang dimaksud adalah


sebagai berikut:

l. Mampu saling memahami


Secara rinci, kemampuan ini mencakup beberapa subkemampuan, yaitu: sikap
percaya, pembukaan diri, keinsyafan diri dan penerimaan diri. Agar dapat saling
memahami, individu harus saling percaya. Sesudah saling percaya, individu harus
saling membuka diri, yakni saling mengungkapkan tanggapan terhadap situasi
yang sedang dihadapi, termasuk kata-kata yang diucapkan atau perbuatan yang
dilakukan oleh lawan komunikasi. Membuka diri kepada orang Iain dan
mendengarkan dengan penuh perhatian ketika orang Iain sedang membuka diri
kepadanya adalah cara yang jitu untuk memulai dan memelihara komunikasi.

2. Mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas


Kemampuan ini juga harus disertai kemampuan menunjukkan Sikap hangat dan
rasa senang serta bahwa individu memahami lawan komunikasinya. Dengan
saling mengungkapkan pikiran, perasaan dan saling mendengarkan, individu
memulai, mengembangkan, dan memelihara komunikasi dengan orang Iain.

3. Mampu saling menerima dan saling memberikan dukungan atau saling menolong
Individu harus mampu menanggapi keluhan orang Iain dengan cara-cara Yang
bersifat menolong, yaitu menunjukkan sikap memahami dan bersedia menolong
sambil memberikan bimbingan dan contoh seperlunya, agar orang tersebut mampu
menemukan pemecahan-pemecahan Yang konstruktif terhadap masalahnya.

4. Mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah antarpribadi Iain


yang mungkin muncul dalam berkomunikasi dengan orang Iain melalui
cara-cara yang konstruktif
Artinya, dengan cara-cara yang semakin mendekatkan individu dengan lawan
komunikasi dan menjadikan komunikasi itu semakin tumbuh dan berkembang.
Kemampuan ini sangat penting untuk mengembangkan dan menjaga
kelangsungan komunikasi.

Kesalahan-kesalahan Umum dalam Berkomunikasi


Beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan dalam komunikasi, yaitu:

1. Sebagai pengirim pesan


a. Cepat-cepat berbicara, tanpa menyusun pikiran terlebih dahulu.
b. Menjejalkan terlalu banyak gagasan dalam satu pesan, apalagi kadangkadang
gagasan-gagasan itu seringkali tidak saling berhubungan.

50
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

c. Atau sebaliknya, yaitu merumuskan pernyataan-pernyataan yang terlalu pendek,


sehingga tidak memuat cukup informasi dan pengulangan agar mudah
dipahami.
d. Mengabaikan jumlah informasi tentang pokok pesan yang sudah dimiliki oleh penerima.
e. Tidak menyesuaikan rumusan pesan dengan sudut pandang penerima.
2. Sebagai penerima
a. Tidak menaruh perhatian kepada pengirim,
b. Sudah merumuskan jawaban sebelum mendengarkan semua yang hendak
dikatakan pengirim.
c. Cenderung mendengarkan detail-detail, seperti kata, informasi dan sebagainya,
bukan mendengarkan pesan secara keseluruhan.
d. Memberikan penilaian benar atau salah sebelum memahami sepenuhnya pesan
yang dikirimkan.

Ragam Seni Berbicara


Secara garis besar, berbicara (speaking) dapat dibagi atas:
1. Berbicara di muka umum pada masyarakat (publlic speaking) yang mencakup
empat jenis, yaitu:
a. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan;
yang bersifat informatif (informatif speaking).
Hal ini dilakukan apabila seseorang ingin melaksanakan atau berkeinginan untuk:
• Memberi atau menanamkan pengetahuan
• Menetapkan atau menentukan hubungan-hubungan antara benda-benda
• Menerangkan atau menjelaskan sesuatu proses
• Menginterpretasikan atau menafsirkan sesuatu persetujuan ataupun
menguraikan sesuatu tulisan.
Situasi-situasi yang dapat dikelompokkan ke dalam klasifikasi informatif ini,
adalah:
Kuliah, ceramah
 Ceramah tentang perjalanan (guide)
 Pengumuman, pemberitahuan, maklumat
Laporan
 Instruksi, pelajaran, pengajaran
 Pemberian suatu gambaran
 Pidato atau kata-kata pujian tentang seseorang yang telah meninggal dunia
 Anekdot, Ielucon, lawak

51
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

 Ceritera, kisah, riwayat


Untuk merencanakan pembicaraan harus memperhatikan langkah-langkah berikut:
 Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati
 Membatasi pokok pembicaraan
 Mengumpulkan bahan-bahan
 Selanjutnya menyusun bahan.
 Pendahuluan
 Isi
 Kesimpulan
b. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan, persahabatan
(fellowship speaking). Kesempatan-kesempatan bagi pembicaraan yang
bersifat kekeluargaan atau persahabatan antara Iain:
 Pidato sambutan selamat datang
 Pidato perpisahan
 Pidato penampilan, penyajian, perkenalan
 Pidato jawaban atau balasan
 Pidato atau sambutan dalam pembukaan sesuatu upacara, pemberian ijazah, dll
 Pembicaraan sesudah makan
 Pidato atau sambutan saat memperingati hari ulang tahun, hari jadi
 Pidato atau sambutan penghiburan, pertunjukkan, dan Iain-Iain
 Pidato atau kata-kata pujian tentang seseorang Yang telah meninggal dunia

c. Berbicara dalam situasi-situasi Yang bersifat membujuk, mengajak,


mendesak, meyakinkan (persuasive speaking). Schwab and Betty, agen
perwakilan New York yang terkenal, menyarankan ketujuh cara berikut
untuk memperoleh aksi melalui daya-penarik dasar, yaitu:
Ajukanlah suatu penawaran: tawarkanlah suatu "daya cantel, daya pikat";
tawarkanlah brosur, contoh, percobaan bebas premi (hadiah), harga
perdana, dan Iain-Iain.
Batasi waktu: batasi waktu buat penawaran, untuk memperlihatkan kebonafid-an,
untuk menunjukkan bahwa orang tersebut dapat dipercaya. Persediaan terbatas:
kalau pilihan atau persediaan hasil terbatas, tekankanlah kenyataan ini.
Jaminan atau garansi: kalau hasil itu dijamin atau diberi garansi.
Jelaskan bahwa asuransi ini memberi jaminan atau sebab-sebab
keterlambatan atau kemacetan.
Harga meningkat terus: kalau harga akan dinaikan, tekankanlah
kenyataan itu, berikanlah waktu atau tanggal tertentu kalau
mungkin Penurunan harga: kalau memang demikian, katakanlah
begitu, jelaskan perlunya keinginan mengambil keuntungan atau
manfaat dari situ segera.
Keuntungan atau kerugian: beri penekanan serta penjelasan,
keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh para pendengar,

52
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

segera kalau mereka membeli barang tersebut, atau kerugian apa


Yang diderita kalau mereka tidak memilikinya dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang
dan hati-hati (deliberative speaking). Maksud dari sebuah perundingan
adalah memutuskan sesuatu. Para partisipan berunding secara hati-hati,
berembuk membicarakannya sambil meminta nasihat, serta
mempertimbangkan fakta-fakta yang dikemukakan. Daya tarik lebih bersifat
intelektual ketimbang bersifat emosional, lebih cenderung untuk
meyakinkan ketimbang mendesak atau memaksa. Kepastian pendirian
bergerak maju dari penyediaan alasan-alasan yang cukup banyak menuju ke
akal pikiran.

Untuk meyakinkan seseorang, dituntut untuk mengerti beberapa hal, yaitu:


a. Kejelasan, kemurnian, kecerahan (clarity)
b. Ketertiban, kerapian, keteraturan (orderliness)
c. Fakta-fakta, bukti-bukti, petunjuk-petunjuk (evidence)
Alasan-alasan, bantahan-bantahan, pejelasan-penjelasan, argumenargumen
e. Pikiran-pikiran atau pemikiran-pemikiran yang jujur dan terus terang
f. Demosthenes berkata: "Dari bunyinya dapat diketahui apakah sebuah kapai
retak atau tidak, begitu pula dari ujaran-ujarannya dapat dibuktikan apakah
seseorang itu bijaksana atau bodoh"

2. Berbicara pada konferensi yang meliputi:


a. Diskusi kelompok, yang dapat dibedakan atas:
• Tidak resmi (informal), dan masih dapat diperinci lagi atas:
1) kelompok studi (study groups)
2) kelompok pembuat kebijaksanaan (policy making groups)
3) komite
• Resmi (formal) yang mencakup pula:
1) konferensi 2) diskusi panel 3) simposium
b. Prosedur parlementer
c. Debat
Metode Penyampaian dan Penilaian Berbicara
Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar atau pemirsa,
ataupun waktu persiapan dapat menentukan metode penyajian; atau sang
pembicara sendiri dapat menentukan yang terbaik dari empat metode yang
mungkin dipilih, yaitu:

l. Penyampaian secara mendadak (impromptu delivery)


Seseorang yang tidak terdaftar untuk berbicara mungkin saja dipersilakan
berbicara dengan sedikit atau tanpa peringatan dan oleh karena itu mungkin
hanya mempunyai waktu untuk memilih ide pokok sebelum dia harus mulai

53
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

berbicara/berpidato secara mendadak. Dia harus mempergunakan pengalamannya


bagi perkembangan dan penyesuaian yang perlu sebelum dia mulai melangkah
maju. Semakin sederhana dibuatnya, organisasinya semakin baik. Lelucon-
lelucon atau insiden-insiden dari pengalamannya biasanya akan merupakan bahan
penunjang yang terbaik.

2. Penyampaian tanpa persiapan


Pembicara yang ingin memanfaatkan keuntungan-keuntungan penyesuaian
maksimum pada kesempatan dan penyimak secara langsung dapat
mempersiapkan diri sepenuhnya sejauh waktu dan bahan mengizinkan tetapi
hendaknya dia tidaklah bergantung pada penyampaian khusus ide-ide. Pembicara
harus mengetahui ide utama dan urutan yang mantap dari ideidenya, tetapi
hendaknya dia memilih bahasa yang tepat sebaik dia berbicara. pengulangan-
pengulangan akan turut mempermudah pilihan tersebut. Pada umumnya, kian
sedikit catatan yang dibuatnya kian baik, şebab catata-catatan itü turut
menghambat penyajian yang lancar dan semangat serta diselingi oleh transisİ-
tranSİSİ yang terjadi. Kalaupun catatan-catatan harus dipergunakan, haruslah
dibatasi pada hal-hal yang amat penting saja dan harus singkatsingkat, yang
ditulis pada kartu kecil.

3. Penyampaian dari naskah


Penyampaian dari naskah biasanya dilaksanakan pada saat-saat yang amat
penting dan kerapkali digunakan buat şiaran-siaran radio atau televisi. Sang
pembicara haruslah mampu memahami makna yang dibacanya itü dan
memelihara serta mempertahankan hubungan yang erat dengan para pendengar.
Dia seyogyanya memandang pendengarnya sebanyak mungkin dan kepada
naskahnya sesedikit mungkin. Dia harus mampu menciptakan pikiran itü setiap
kali dia menyajikannya kepada pendengar, dengan penuh perhatian terhadap
responsi para pendengarnya.

4. Penyampaian dari ingatan


Keberhasilan berbicara yang penyampaiannya dari ingatan menuntut sang
pembicara menguasai bahan pembicaraannya selengkap mungkin sehingga ia tidak
menghadapi masalah dalam hal bahasa dan dapat mencurahkan seluruh perhatian
pada komunikasi langsung dari pikiran dan perasaannya. Akan tetapj ingatannya
pun harus juga mengijinkan spontanitas yang serupa pada penyajian tanpa
persiapan, lebih-lebih pada hal-hal yang perlu disisipkan atau diinterpolasi kalau
memang keadaan menghendakinya.

54
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

BAB VIII
BERBICARA Dl MUKA UMUM
Kekhawatiran Pembicara
Salah satu masalah yang paling penting dalam pidato di depan umum
adalah kekhawatiran pembicara atau yang sering disebut dengan Idemam
panggung'• Untuk mengatasi kecemasan dalam berbicara di depan umum, ada
lima faktor yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Hal baru
Situasi yang sifatnya baru dan berbeda dapat membuat individu menjadi gelisah.
Jika sudah mengalami beberapa kali berbicara di depan umum, maka kegelisahan
semacam itu akan berkurang.

2. Status rendah
Jika pembicara merasa bahwa orang lain merupakan pembicara yang lebih baik,
maka kegelisahan biasanya akan meningkat. Dengan berpikir lebih positif
mengenai diri sendiri dan dengan persiapan yang matang maka kegelisahan akan
berkurang.

3. Kesadaran
Jika merasa menjadi pusat perhatian, seperti yang dialami jika berbicara di depan
umum, maka kegelisahan akan meningkat. Dengan menganggap bahwa berbicara
di depan umum itu sebagai layaknya orang mengobrol saja maka perasaan ini
akan membantu mengurangi kegelisahan tersebut. Jika individu dengan bebas
dapat berbicara di kelompok kecil, maka anggap saja bahwa khayalak yang
dihadapi adalah kelompok kecil yang diperbesar.

4. Perbedaan
Jika merasa bahwa khayalak yang dihadapi memiliki sedikit persamaan dengan
pembicara, maka kegelisahan akan meningkat. Oleh karena itu, tekankanlah
persamaan antara diri pembicara dengan khayalak yang dihadapi saat
merencanakan pembicaraan, termasuk juga ketika berbicara di hadapan mereka.

5. Pengalaman yang Ialu


Jika pernah mempunyai pengalaman 8demam panggung', maka ada
kecenderungan timbul kegelisahan yang meningkat jika harus berbicara di depan
umum. Pengalaman yang positif dalam berbicara di depan umum akan dapat
mengurangi kegelisahan.

Berikut ini ada beberapa saran tambahan yang terbukti telah mampu mengatasi
dan mengendalikan 'demam panggung' yang dialami pembicara, yaitu:

1. Persiapan dan latihan


Persiapan yang kurang matang-tidak melakukan pengecekan materi, atau tidak

55
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

cukup melakukan penelitian, atau terlalu mengkhawatirkan pertanyaan yang sukar


dijawab. akan menambah kegelisahan pada diri pembicara. Umumnya ketakutan
yang dikhawatirkan adalah ketakutan untuk mengalami kegagalan. Persiapan yang
baik akan mengurangi kemungkinan terjadinya kegagalan dan 'demam panggung'.
Kenalilah dengan seksama konteks materi yang akan dibawakan. Cobalah,
misalnya saja dengan latihan berbicara di ruangan yang

akan dipakai sebagai tempat berpidato. Atau, berdirilah di depan ruangan


tersebut sebelum presentasi yang sebenarnya dimulai, seolah-olah sedang
berbicara di tempat itu.

2. Mencari pengalaman
Pengalaman akan membantu pembicara mengurangi penyakit 'demam
panggungnya'. Dengan pengalaman itu individu dapat berkesimpulan bahwa
berbicara di depan umum dapat berhasil meskipun didahului dengan kekhawatiran
dan ketakutan. Pengalaman juga akan memberikan kepercayaan diri dan individu
akan beranggapan bahwa berbicara di depan umum itu sangat menyenangkan dan
menarik. Situasi seperti ini juga dialami ketika seseorang belajar mengendarai
mobil, bermain ski. Pada mulanya ada rasa kekhawatiran, akan tetapi sesudah
mereka mampu mengendalikannya, maka akan merasakan kenyamanan tersendiri
dan menyukainya.

3. Pandanglah 'demam panggung' secara wajar pertahankan suatu harapan yang


realistis bagi diri sendiri maupun bagi khalayak pendengar. Tidak perlu harus
menjadi yang terbaik, atau sebaik orang yang duduk di hadapannya. Individu
harus melakukan yang terbaik sesuai kemampuannya, apapun kemampuan itu.
Bersainglah dengan diri sendiri. Pembicaraan yang kedua tidak harus lebih baik
daripada pembicaraan yang terdahulu, tetapi harus lebih baik dari pembicaraan
yang pertama. Pendengar tidak mengharapkan kesempurnaan. Para khalayak
pendengar tidak berada di sana untuk mematahkan semangat tetapi untuk
membantu agar menjadi pembicara yang semakin efektif, seperti halnya individu
berada di sana untuk membantu mereka yang sedang menjadi pembicara di depan
umum. Penelitian yang mutakhir menyimpulkan bahwa kekhawatiran akan
meningkat apabila seseorang merasa bahwa harapan para khalayak pendengar
sangat tinggi dan akan menurun apabila ia menganggap bahwa harapan mereka
tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu, pandanglah kekhawatiran itu secara wajar.
Kekhawatiran itu justru merupakan pendorong untuk melakukan persiapan yang
matang dan melakukan penelitian secukupnya.

4. Lakukan kegiatan fisik dan tarik napas


Kegelisahan biasanya menurun dengan dilakukannya aktivitas fisik, dengan
menggerakkan badan, termasuk gerakan-gerakan kecil pada tangan, muka dan
kepala. Jika mengalami kegelisahan, maka sebaiknya melakukan kegiatan tulis-
menulis di papan atau melakukan demonstrasi yang memerlukan gerakan fisik.
Juga dapat menggunakan penyajian visual: memanipulasi alat bantu atau
menunjukkan beberapa slide, sehingga kelebihan tenaga yang ada pada diri dapat

56
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

disalurkan. Bagaimanapun juga, jangan berjalan kian ke mari sekadar hanya


berjalan, dan jangan menggunakan alat bantu visual hanya sekedar agar bisa
bergerak. Integrasikan semua kegiatan yang dilakukan dengan isi pembicaraan.
Tariklah napas dalam-dalam agar rileks. Dengan menarik napas dalam-dalam
selama beberapa saat sebelum berbicara akan membuat badan lebih rileks. Hal ini
dapat membantu mengurangi rasa kekhawatiran yang muncul pada awalnya. Jika
merasa gelisah selama pembicaraan berlangsung, tariklah kembali napas untuk
mengatur pembicaraan berikutnya.

Gerakan Tubuh
Tubuh adalah alat yang sangat ampuh dalam pembicaraan. Individu berbicara
dengan tubuh selain dengan mulut. Efek total dari pembicaraan bergantung bukan
hanya pada apa yang dikatakan, melainkan juga pada bagaimana menyampaikannya.
Dampak ini bergantung pada gerakan-gerakan tubuh dan anggota tubuh, serta
ekspresi wajah selain juga pada kata-kata yang digunakan.

Lima aspek gerakan tubuh yang khususnya penting dalam pembicaraan di


muka umum adalah kontak mata, ekspresi wajah, postur (posture), gestur (gesture),
dan gerakan (movement).

Kontak Mata
Hindarilah masalah utama yang menyangkut kontak mata: tidak cukup kontak
mata dan kontak mata tidak tersebar merata di seluruh khalayak.
Pembicara yang tidak memelihara kontak mata secara memadai akan terasa jauh,
tidak berperhatian, dan kurang dipercaya dibandingkan dengan pembicara yang
menatap langsung kepada khalayak. Dan, tentu saja, tanpa kontak mata, pembicara
tidak akan bisa menyadari umpan balik yang sangat penting dari khalayak.

Peliharalah kontak mata dengan khalayak. Libatkanlah semua pendengar


dalam transaksi pembicaraan di muka umum. Berkomunikasilah secara merata
dengan khalayak di sebelah kiri dan di sebelah kanan, di bagian belakang dan di
bagian depan.

Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah terutama penting dalam mengkomunikasikan emosi. Jika
merasa mempunyai komitmen dan yakin akan tesis yang dibawakan, akan lebih
memungkinkan untuk menyajikan maksud-maksud secara baik dan efektif. Tetapi
kegugupan dan kegelisahan, dapat mencegah pembicara untuk bersikap santai
sehingga emosi pembicara dapat mengalir dengan wajar. Namun demikian, dengan
berjalannya waktu dan dengan banyak berlatih, akan dapat bersikap santai, dan emosi
yang dirasakan akan mengalir secara wajar dan otomatis.

Postur (posture)
Saat menyampaikan pembicaraan, berdirilah tegak tetapi tidak kaku.
Cobalah mengkomunikasikan penguasaan akan situasi tanpa mengkomunikasikan

57
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

kegugupan yang barangkali dirasakan. Hindarilah kesalahan-kesalahan postur yang


umum. Jangan memasukkan tangan ke dalam saku. Jangan bersandar di meja,
podium, atau papan tulis. Dengan latihan akan merasa lebih tenang dan nyaman
dan akan mengkomunikasikan hal ini melalui cara berdiri di depan khalayak.

Gestur (gesture)
Gestur akan membantu mengilustrasikan pesan-pesan verbal pembicara.
Dan pembicara melakukan hal ini secara otomatis dalam setiap percakapan.
Misalnya, bila mengatakan "kemarilah," dengan menggerakkan pendengar ke arah
pembicara dengan tangan, kepala dan mungkin dengan keseluruhan tubuhnya.

Gerakan tubuh yang efektif adalah yang spontan dan wajar sebagai
pembicara, bagi khalayak, dan bagi pembicaraan tersebut. Lakukan gerakan
tubuh yang wajar tanpa dibuat-buat atau diatur.
Gerakan (movement)
Gerakan di sini diartikan sebagai gerakan tubuh yang sifatnya besar. Akan
membantu untuk sedikit berpindah-pindah. Ini membuat pembicara dan khalayak
lebih terjaga. Apabila berbicara di belakang mimbar, dapat memberikan kesan
gerakan-gerakan seperti: melangkah maju dan mundur atau mencodongkan tubuh
bagian atas sehingga terlihat seperti berpindah-pindah tempat.
Hindarilah kesalahan-kesalahan seperti berikut: terlalu sedikit bergerak, atau
gerakan yang terlalu berpola.

Pembicara yang kurang banyak bergerak seringkali kelihatan seakan-akan


takut kepada khalayak atau terlalu jauh untuk dapat melibatkan mereka secara
penuh. Dengan gerakan yang berlebihan, khalayak mulai lebih memerhatikan
gerakan itu sendiri, bertanya-tanya ke mana Iagi pembicara akan beranjak
selanjutnya. Dengan gerakan yang terlalu terpola, khalayak dapat menjadi bosan.
Ritme yang terlalu ajeg dan dapat diduga dan cepat membuat lelah.
Gunakanlah gerakan-gerakan yang mencolok untuk menekankan transisi
dan untuk menekankan dikemukakannya hal yang baru dan penting. Jadi, bila
melakukan suatu transisi, pembicara dapat melangkah maju untuk mengisyaratkan
disampaikannya asumsi yang penting, bukti tertentu, atau argumen tertentu.

BAB IX KOMUNIKASI ANTARBUDAYA


Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang dilakukan oleh seseorang
denga orang lain yang memiliki budaya yang berbeda,

58
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

Agar komunikator dapat berkomunikasi dengan baik kepada orang dari


budaya yang berbeda, harus lebih dahulu mengenali hambatan-hambatan
komunikasi antarbudaya, yaitu:

1. Mengabaikan perbedaan antara komunikator dan kelompok yang secara kultural


berbeda
Adanya anggapan bahwa yang ada hanya kesamaan dan bukan perbedaan. İni
terutama terjadi dalam hal nilai, sikap, dan kepercayaan. individü cenderung
dapat dengan mudah mengakui dan menerima perbedaan gaya rambut, cara
berpakaian, dan makanan. Tetapi, dalam hal nilai-nilai dan kepercayaan dasar,
menganggap bahwa pada dasarnya manusia itü sama, tidaklah demikian adanya.

2. Mengabaikan perbedaan antara kelompok kultural yang berbeda


Dalam setiap kelompok kultural terdapat perbedaan yang beşar dan penting.

3. Mengabaikan perbedaan dalam makna (arti)


Makna tidak terletak pada kata-kata yang digunakan melainkan pada orang yang
menggunakan kata-kata itu. Diperlukan kepekaan terhadap prinsip ini dalam
komunikasi antarbudaya_ Lihatlah, misalnya, perbedaan makna kata Uagama"
bagi seorang penganut agama İslam dan Atheis, atau kata "makan malam" bagi
seorang petani miskin dan bagi seorang eksekutif puncak sebuah perusahaan
besar. Jadi, meskipun kata yang digunakan sama, makna konotatifnya akan
sangat berbeda, bergantung pada definisi kultural pendengar.

4. Melanggar adat kebiasaan kultural


Setiap kultur mempunyai aturan komunikasi sendiri-sendiri. Aturan ini
menetapkan mana yang patut dan mana yang tidak patut. Pada beberapa
kultur, orang menunjukkan rasa hormat dengan menghindari kontak mata
langsung dengan lawan bicaranya. Dalam kultur yang lain, penghindaran
kontak mata seperti ini dianggap mengisyaratkan ketiadaan minat.

5. Menilai perbedaan secara negatif


Meskipun menyadari adanya perbedaan di antara kultur-kultur, individü tetap tidak
boleh menilai perbedaan ini sebagai hal yang negatif. Ambil contoh, misalnya,
meludah. Dalam kebanyakan kultur Barat, meludah dianggap sebagai tanda
penghinaan dan ketidaksenangan (begitu pula di Indonesia), yang tidak boleh
dilakukan di depan umum.

6. Kejutan budaya
Kejutan budaya mengacu pada reaksi psikologis yang dialami seseorang karena
berada di tengah suatu kultur yang sangat berbeda dengan kulturnya sendiri,
Kejutan budaya itü normal. Kebanyakan orang mengalaminya bila memasuki
kultur yang baru dan berbeda. Namun demikian keadaan ini tidak
menyenangkan dan menimbulkan frustasi. Sebagian kejutan ini timbul karena
perasaan terasing, menonjol, dan berbeda dari yang lain. Bila pembicara tidak

59
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

mengenal adat kebiasaan yang baru, maka tidak dapat berkomunikasi secara
efektif.

Pintu Masuk Komunikasi Antarbudaya


Untuk mengatasi hambatan tersebut di atas, ada beberapa saran dan langkah
yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Sadarilah perbedaan antara komunikator dan komunikan yang kulturnya
berbeda. Bila ragu, bertanyalah, jangan mengasumsikan kesamaan. Tetapi, pada
waktu yang sama, sadarilah pula manfaat mencari kesamaan dan
menekankannya pada saat berkomunikasi.
2. Sadarilah bahwa perbedaan selalu ada dalam kelompok manapun. Jangan
bersikap stereotipe, terlalu menggeneralisasi, atau mengasumsikan bahwa
perbedaan dalam satu kelompok tidak penting.
3. Ingatlah bahwa makna melekat pada orangnya dan bukan pada kata-kata atau
gerak-gerik. Periksalah makna yang diberikan kepada lawan bicara. Pastikanlah
bahwa setiap kesamaan atau perbedaan dalam makna yang diasumsikan
memang benar-benar ada.
4. Ingatlah akan adat kebiasaan budaya yang berlaku dalam sembarang konteks
komunikasi antarbudaya. Pekalah terhadap adat kebiasaan yang diikuti lawan
bicara. Hati-hatilah jangan sampai menganggap bahwa adat/budaya individulah
yang paling benar. Bila ragu, bertanyalah.
5. Hindari evaluasi negatif terhadap perbedaan kultur, baik secara verbal maupun
nonverbal. Pandanglah adat kebiasaan budaya (kultur pribadi maupun kultur
pihak lain) sebagai bersifat arbritrer dan menyenangkan, bukan sebagai sesuatu
yang natural dan logis.
6. Hindarilah kejutan budaya dengan memelajari sebanyak mungkin kultur yang
akan dimasuki. Bacalah, berbicaralah, dengan penduduk asli dan mereka yang
mempunyai pengalaman, atau saksikanlah film yang berkaitan dengan budaya
tersebut misalnya.
Untuk mencapai komunikasi antarbudaya yang efektif, dapat lebih diperkuat
(umumnya) dengan memanfaatkan karateristik-karateristik yang menandai interaksi
antarpribadi yang efektif, dengan cara: I. Keterbukaan
Bersikaplah terbuka terhadap perbedaan yang ada di antara orang-orang.
Terutama bersikaplah terbuka terhadap perbedaan nilai, kepercayaan, dan
sikap, selain juga terhadap perilaku.

2. Empati
Tempatkanlah diri sendiri pada posisi lawan bicara yang berasal dari kultur
yang berbeda. Cobalah melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda dan
biarkanlah lawan bicara tahu bahwa individu dapat merasakan apa yang
mereka rasakan.

60
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

3. Sikap mendukung
Deskriptif, jangan evaluatif; spontan, jangan strategik; provisional, jangan
memastikan.

4. Sikap positif

Komunikasikan sikap positif. Sikap ini khususnya penting dalam situasi


antarbudaya karena ada begitu banyak hal yang tidak dikenal atau diketahui.
Sebagai akibatnya, individu tidak mampu memerkirakan apa yang dipikirkan
dan dirasakan orang lain. Karenanya, buatlah lawan bicara merasa nyaman
dengan mengkomunikasikan sikap yang positif.

5. Kesetaraan
Warganegara dari negara-negara maju (khususnya Amerika) mempunyai
reputasi sebagai orang yang merasa diri lebih unggul. Hilangkanlah reputasi ini
dengan selalu bersikap bahwa individu berkomunikasi dengan pihak yang setara.

6. Percaya diri
Keterampilan yang penting dałam komunikasi antarbudaya adalah mentoleransi
ambiguitas, tetap percaya diri dan tenang dalam setiap situasi yang belum pernah
dialami. Tentu saja, hindarilah sikap menyombongkan diri.

7. Kedekatan
Komunikasikanlah rasa kebersamaan untuk mengatasi adanya perbedaan budaya.

8. Manajemen interaksi
Bersikap sensitiflah dałam cara mengambil alih pembicaraan. Banyak orang
Amerika, terutama mereka yang berasal dari kota-kota besar, mempunyai
kebiasaan memotong pembicaraan orang lain. Beberapa kultur menganggap ini
tidak sopan, namun kultur lain memandang ini sebagai pertanda interaksi yang
menyenangkan.

9. Daya ekspresi
Biarkalah lawan bicara mengetahui bahwa komunikator menikmati interaksi inie
Tersenyumlah!

10. Berorientasi kepada pihak lain


Jangan memonopoli percakapan dengan hanya membicarakan diri sendiri,
memilihkan topik pembicaraan, atau hanya membicarakan pengalaman sendiri.
Sebaliknya, arahkan percakapan kepada lawan bicara.

61
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

DAFTAR KEPUSTAKAAN
A.G. Mears. The Handbook of Public Speaking. Tt. Milestone, 2009.
Edi Santoso dan Mite Setiansah. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010.

Devito, A. Joseph. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Proffesional


Books, 1997.
King, Larry. Seni Berbicara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995.
Lukiati Komala. 11mu Komunikasi. Tt.: Widys, 2009.
Middleton, Julia. Konsultasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.
Morissan dan Andy Corry Wardhany, Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2009.
Mulyana, Deddy & Rakhmat, Jalaluddin. Komunikasi Antarbudaya.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996.
Robinson, Colin. Baqaimana Memenanqkan Neqosiasi. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1993.
Supratiknya, A. Komunikasi Antarpribadi: Tinjauan Psikologis.
Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Stemerding, A.H.S. Teknik Rapat dan Diskusi Kelompok.
Jakarta: balai Aksara, 1985.
Tarigan, Guntur Henry. Berbicara: Sebaqai Suatu Ketrampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa, 1998.
Wright, Norman. Communication at Work. Jakarta: Yayasan Pekabaran
Injil, 2002.
Chandra, Robby l. Teologi dan Komunikasi. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press. 1996.
Cobb, Nancy dan Connie Grigsby. Baqaimana Membuat Suami Anda Mau
Mendenqar. Jakarta Barat: Penerbit Adonai, t.th.
Downing, Karla. 10 Prinsip Penyelamat Pernikahan yanq Tidak Bahagia Bagi
Wanita. Jakarta: Metanoia Publishing, 2005.
Effendy, Onong Uchjana. 11mu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT.

62
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

Remaja Rosdakarya Offset, 2017.


Maryani, Eni. Media dan Perubahan Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2011.
Mulyana, Deddy. Komunikasi Lintas Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011.

Nick and Nancy Stinnett, Joe and Alice Beam. Fantastic Families (Keluarga
yang Kokoh dan Bahagia). Batam: Interaksara, t.th

Nurudin. Tuhan Baru Masvarakat Cyber di era diqital. Yogyakarta: Aditya


Media Publishing. 2012.
Sidjabat, B. S. Mengaiar Secara Profesional, Cetakan Keempat Edisi Revisi.
Bandung: Kalam Hidup, 2011

Membesarkan Anak dengan Kreatif: Panduan Menanamkan iman &


Karakter kepada Anak Seiak Dini. Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit ANDI,
2012.

Susilo, Vivian A. Bimbinqan Pranikah: Buku Keria Pasanqan Pranikah, Edisi


2. Malang: Literatur SAAT, 2010.
Wright, H. Norman. Komunikasi: Kunci Pernikah Bahagia. Yogjakarta: Penerbit
Yayasan Gloria, 1996. Kepustakaan

Devito, A. Joseph. Komunikasi Antarmanusia, Jakarta: Proffesional Books,


1997.
King, Larry. Seni Berbicara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995
Middleton, Julia. Konsultasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997
Mulyana, Deddy & Rakhmat, Jalaluddin. Komunikasi Antarbudava. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1996
Supratiknya, A. Komunikasi Antarpribadi: Tinjauan Psikologis. Yogyakarta:
Kanisius, 2000
Stemerding, A.H.S. Teknik Rapat dan Diskusi Kelompok. Jakarta: balai Aksara,
1985
Tarigan, Guntur Henry. Berbicara: Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa, 1998
Wright, Norman. Communication at Work. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil,
2002
Chandra, Robby I. Teoloqi dan Komunikasi. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press. 1996.

63
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

Cobb, Nancy dan Connie Grigsby. Baqaimana Membuat Suami Anda


Mau Mendenqar. Jakarta Barat: Penerbit Adonai, t.th.
Downing, Karla. 10 Prinsip Penyelamat Pernikahan vanq Tidak Bahaqia Baqi
Wanita. Jakarta: Metanoia Publishing, 2005.
Effendy, Onong Uchjana. limu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset, 2017.
Maryani, Eni. Media dan Perubahan Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2011. Mulyana, Deddy. Komunikasi Lintas Budaya. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,
2011.
Nick and Nancy Stinnett, Joe and Alice Beam. Fantastic Families (Keluarga
yang Kokoh dan Bahagia). Batam: Interaksara, t.th.
Nurudin. Tuhan Baru Masyarakat Cyber di era diqital. Yogyakarta: Aditya Media
Publishing. 2012.
Sidjabat. B. S. Menqaiar Secara Profesional, Cetakan Keempat Edisi Revisi.
Bandung: Kalam Hidup, 2011.
Membesarkan Anak dengan Kreatif: Panduan Menanamkan iman &
Karakter kepada Anak Seiak Dini. Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit ANDI,
2012.
Susilo, Vivian A. Bimbinqan pranikah: Buku Keria Pasanqan Pranikah, Edisi 2.
Malang: Literatur SAAT, 2010.
Wright, H. Norman. Komunikasi: Kunci Pernikah Bahagia. Yogjakarta: Penerbit
Yayasan Gloria, 1996.

64
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

SYLABUS
KOMUNIKASI
2 SKS
Deskripsi
Mata kuliah komunikasi menjelaskan dan menguraikan tentang Ilmu komunikasi
yang meliputi tentang tujuan komunikasi, fungsi komunikasi, proses komunikasi,
pentingnya komunikasi, serta bagaimana berkomunikasi baik antarpribadi,
antarkelompok maupun antarbudaya.

Tujuan

Dengan mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkankan untuk mengerti,


memahami, dan mempraktekan komunikasi yang baik di dalam kehidupan sosial,
pendidikan, serta di dalam dunia pelayanan.
Materi Kuliah

1. Definisi Komunikasi
2. Tujuan Komunikasi
3. Proses Komunikasi
4. Hambatan dalam Komunikasi
5. Pandangan gereja mengenai komunikasi
6. Feed Back dalam Komunikasi
7. Bentuk-bentuk Komunikasi
8. Komunikasi Ruang
9. Suara
10. Komunikasi Pribadi
1 1. Berbicara di Muka IJmum
12. Komunikasi Antarbudaya

Penilaian:
UTS :

UAS: 30%
Tugas : 40%

Tugas
Setiap mahasiswa diwajibkan untuk membuat ringkasan dari salah satu buku yang

65
Yunani Koine | Dr. Markus Suwandi, M.Th

terdapat di dalam kepustakaan, 8-10 hlm kuarto.

66

Anda mungkin juga menyukai