Anda di halaman 1dari 37

KEPEMIMPINAN DAN KOMUNIKASI

MATERI KULIAH

Pengampu:

Dr.© Markus Suwandi, M.Th.

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI ANUGRAH INDONESIA


2023
DAFTAR ISI
Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

Seorang pemimpin mempunyai peran yang sangat penting dalam


mengembangkan suatu organisasi secara positif, tetapi sebaliknya ia juga
dapat menghancurkan organisasi tersebut bila ia memberikan panutan
yang negatif kepada seluruhanggotanya.
Diperlukan seorang pemimpin yang memberikan pengaruh kuat
kepada semua anggotanya, agar semua anggota dapat bekerja secara
maksimal untuk mencapai keberhasilan. Seorang yang mempunyai
semangat juang dan motivasi yang tinggi sangat sulit untuk dikalahkan.
Bagi orang semacam ini segala masalah yang muncul akan mudah diatasi
dan segala macam sasaran pun dapat dicapai, serta dalam kehidupannya
tampak suatu keberhasilan yang pasti. Jika orang semacam ini hidup di
bawah kendali Roh Kudus, ia akan menjadi seorang pemimpin yang
dapat memengaruhi semangat yang ada dalam hati orang-orang yang
dipimpinnya. Karena itu tugas sebagai pemimpin merupakan suatu
tantangan yang mendatangkan sukacita baginya. Tetapi bagi orang yang
tidak memiliki gairah dan motivasi yang kuat, tugas sebagai seorang
pemimpin akan merupakan beban berat yang sulit ditanggungnya.
Kita bisa mendapatkan kunci-kunci yang sudah teruji yang
diperlukan seorang pemimpin Kristen yang bersedia melibatkan diri
dalam melayani saudara-saudaranya sebagai perwujudan dalam
melaksanakan kehendak Kristus di dunia.
Semua tulisan yang akan kita ikuti ini didasarkan atas ajaran
Alkitab dengan mengambil pelajaran dari para pemimpin yang telah
dipilih Allah sendiri, mereka telah diberikan oleh Allah kemampuan
kepemimpinan yang sangat luar biasa untuk melaksanakan kehendak-
Nya.

Dalam Perjanjian Lama kita bisa melihat kepemimpinan Musa


dalam kitab Keluaran dan Yoshua dalam kitab Yoshua. Sedangkan dalam
kitab Perjanjian Baru kita juga dapat melihat Tuhan Yesus yang secara
langsung menunjukkan kepada murid-murid-Nya cara melakukan tugas
kepemimpinan. Tuhan Yesus menghendaki agar tugas kepemimpinan ini
dilakukan oleh semua murid-Nya dan juga oleh semua pengikut-
Nya,yaitu orang-orang percaya pada masa sekarang ini.

Bandung Haggai Seminary| 1


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

BAB 1
PENGENGERTIAN KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan Secara Umum


Kepemimpinan merupakan sebuah proses saat seseorang
memengaruhi orang lain dalam hal keyakinan, tingkah laku dan
kebiasaan, agar sesuai dengan apa yang dibutuhkan, dan sesuai dengan
norma dan keyakinan organisasinya. Dunia kepemimpinan sekuler
memberikan penegasan secara umum tentang prinsip dasar
kepemimpinan: Memengaruhi adalah prinsip dasar kepemimpinan. Hal
ini dikemukakan oleh para ahli kepemimpinan dan para pemimpin di
dunia politik dan bisnis.
Seorang pemimpin haruslah orang yang mempunyai kemampuan
untuk memengaruhi orang lain. Tanpa memiliki kemampuan tersebut,
seseorang mustahil menjadi pemimpin; sebab sejauh mana seseorang
mampu memengaruhi orang lain, sejauh itu pula ia mampu memimpin
orang-orang tersebut. Itulah sebabnya berbagai macam (pola diupayakan
untuk membangun pengaruh dalam usahanya meraih kedudukan sebagai
pemimpin.

Kepemimpinan Menurut Alkitab


Dalam Efesus 2:10 dikatakan: “Karena kita ini buatan Allah,
diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang
dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya".
Tuhan mempunyai rencana yang harus dilaksanakan oleh umat-Nya di
muka bumi. Tuhan Yesus sendiri yang mempersiapkan tugas dan memilih
orang yang harus melakukannya. Orang inilah yang disebut sebagai
pemimpin rohani.

Dalam Matius 23:10 dikatakan: "Janganlah pula kamu disebut pemimpin,


karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias." Semua orang yang
menduduki posisi pemimpin rohani dalam dunia pelayanan haruslah
menyadari bahwa di atasnya masih ada "Pemimpin Agung", yaitu
"Mesias". Di bawah ini akan kita lihat beberapa pemimpin rohani sesuai
dengan apa yang dijelaskan dalam Alkitab.

Bandung Haggai Seminary| 2


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

1. Pemimpin Sebagai Gembala


Yesus berkata dalam Yohanes 10:14-15: "Akulah gembala yang baik"...
Sebagai gembala yang baik hal-hal berikut harus dilakukan kepada semua
dombanya:
a) Mengenal nama-nama mereka
b) Mengetahui kondisi kehidupan mereka.
c) Mengasihi mereka.
Kepada Petrus, Tuhan Yesus juga berpesan agar menggembalakan
domba-domba-Nya. Sebagai pemimpin Kristen, kita harus memiliki hati
seorang gembala yang mau meluangkan waktu dan mengasihi
dombadomba milik Allah

2. Pemimpin Sebagai Pelayanan


Dalam Yohanes 13:15-16 dikatakan oleh Tuhan Yesus: "Sebab
Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga
berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada
tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya".
Dalam Markus 10:45, Tuhan Yesus dengan jelas mengatakan:
"Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan
untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang."
Sebagai pemimpin Kristen, kita harus menyadari bahwa semakin
memiliki kedudukan yang tinggi, haruslah semakin melayani (Mat.
23:11)

3. Pemimpin Sebagai Manager


Tuhan Yesus adalah seorang Manager Agung yang telah
merencanakan dan mengatur gereja-Nya melalui murid-murid-Nya yang
telah Ia didik dan latih. Dampak dari pendelegasian tugas tersebut masih
dapat kita rasakan sampai saat ini. Dalam 1 Petrus 5:3 ditegaskan sebagai
berikut: "Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas
mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi
teladan bagi kawanan domba itu".

Bandung Haggai Seminary| 3


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

Sebagai pemimpin Kristen, kita harus mampu mengatur semua


aktivitas, dengan memberikan tugas dan tanggung jawab kepada anggota
kita dan selanjutnya mendelegasikan wewenang tersebut kepada
penerusnya.
4. Pemimpin Sebagai Guru
Murid-murid Tuhan Yesus dan orang-orang Yahudi saat itu,
memanggil-Nya sebagai Rabi (Rabuni) yang artinya Guru mengajar di
mana-mana tentang Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya. Dalam Yohanes
3:1-2, Tuhan Yesus dipanggil Guru oleh Nikodemus yang berstatus
sebagai guru/ pengajar orang Israel (Yohanes 3:10), artinya bahwa Tuhan
Yesus adalah Mahaguru. Disebutkan bahwa Tuhan Yesus mengajar
dengan kuasa dan hikmat Allah.
Dalam Matius 28:20, Tuhan Yesus berkata kepada semua murid-
Nya: "Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu." Sebagai pemimpin Kristen, kita juga harus
mampu mengajarkan segala tugas dan kewajiban kepada semua anggota.

Gaya Kepemimpinan
1. Gaya Diktator
Ia bertindak sebagai diktator dalam memutuskan segala hal.
Orang-orang yang gagal melakukan perintahnya akan menerima
hukuman. Contoh: Raja Nebukadnezar (Daniel 2:1-13) dan Raja Herodes.
Contoh penguasa di zaman modern adalah Hitler, Stalin dan Mussolini.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan ini adalah sebagai berikut:
 Kuasa dan hak dalam memutuskan sesuatu hanya pada dirinya saja.
 Tidak realistik dalam memberi tugas kepada orang lain/ bawahan.
 Menuntut disiplin yang keras serta menghukum dengan sewenang-
wenang.
 Tidak memberi kesempatan orang lain bertanya tentang keputusannya.

2. Gaya Otoritatif
Ia pemimpin yang tidak pernah meminta orang lain membantunya
membuat keputusan, karena ia merasa bahwa pengalaman dan
kemampuannya jauh lebih baik dari yang lain.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan ini adalah sebagai berikut:

Bandung Haggai Seminary| 4


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

 Merasa bahwa pandangannya adalah yang paling tepat.


 Selalu bersikap kritis terhadap pendapat dan keputusan yang berbeda
dengannya.
 Sering tidak memercayai kemampuan orang lain.
 Tidak pernah/jarang memberikan apresiasi (penghargaan) kepada
anggotanya yang melakukan tugas dengan baik.
 Hanya mau menerima ide orang lain, apa bila ia menyukai mereka.
 Merasa tersinggung apabila orang lain tidak setuju dengan pendapatnya.
 Sering menggunakan orang lain untuk kepentingannya sendiri.
 Merasa orang lain sebagai saingannya.

3. Gaya Konsultatif
Ia pemimpin yang mengharapkan masukan dari anggotanya dan
berusaha mempertimbangkannya untuk memutuskan sesuatu yang
penting bagi kebutuhan bersama.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan ini adalah sebagai berikut:
 Meminta masukan/pendapat bawahannya secara berkala.
 Tidak pernah membuat keputusan penting, tanpa menerima pendapat
mereka yang kena dampak dari keputusan tersebut.
 Memberikan apresiasi kepada yang melakukan tugas dengan baik.
 Bersedia menyerahkan kewenangan beberapa tanggung jawab membuat
keputusan kepada orang lain; tetapi hak veto tetap pada dirinya.
 Berusaha mempertimbangkan segala usulan yang disarankan, sebelum
membuat keputusan dan kemudian menjelaskan mengapa beberapa
saran/ ide tidak dapat diterima.

4. Gaya Partisipatif
Ia pemimpin yang memberikan kesempatan luas kepada seluruh
anggota tim yang dipimpinnya untuk memberikan masukan bersama-
sama pemimpin, dalam mencapai tujuan bersama.
Ciri-ciri kepemimpinan ini adalah sebagai berikut:
1. Anggota tim dianggap sejajar dengan pemimpin dalam hal
memberikan masukan dan saran. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
orang dianggap sama artinya.

Bandung Haggai Seminary| 5


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

2. Pemimpin bersifat sebagai fasilitator kepada semua anggota.


3. Pemimpin menerima ide dan saran dari dan anggota tim,
walaupun mungkin tim tersebut tidak setuju dengan pendapat Gra
pemimpinnya.
4. Pemimpin memberi perhatian kepada anggota tim dengan
mendorong kreativitas dan inovasi setiap anggotanya.

Hal-hal Positif Yang Harus Dilakukan Pemimpin

1. Menghindari sikap yang menyalahkan orang lain dan mengkritik.


2. Memberikan apresiasi yang wajar kepada anggota yang patut
menerimanya.
3. Membangkitkan keinginan seluruh anggota untuk berhasil.
4. Memberikan perhatian yang cukup.
5. Memperlakukan semua anggota dengan ramah.
6. Mengenali nama, alamat, dan keluarga setiap anggota.
7. Menjadi pendengar yang baik dan komunikatif.
8. Membuat orang lain merasa penting (dipentingkan).
9. Membicarakan hal-hal yang positif, dan menarik bagi orang lain.

Bandung Haggai Seminary| 6


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

BAB 2
PANGGILAN ALLAH KEPADA PEMIMPIN

Allah sanggup memanggil dan memilih siapa pun yang Dia


kehendaki untuk menjadi pemimpin. Kalau Allah memanggil dan
memilih seseorang, la juga mempersiapkan dan memperlengkapinya.
Dalam Kitab Keluaran 4, 10 dan 13, Allah memanggil Musa
untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Semula Musa tidak
sanggup dan berkata bahwa ia tidak pandai bicara (Keluaran 4:10). Tetapi
Allah mengatakan bahwa Allah yang mengajar Musa tentang apa yang
harus dikatakannya. Sebenarnya Allah sudah memperlengkapi Musa
selama 40 tahun di Mesir sebagai orang yang pandai dan 40 tahun di
Midian sebagai gembala yang rendah hati. Saat Allah memanggil dan
memilih Yoshua (Yoshua 1:1-2), sebenarnya Allah sudah
mempersiapkannya selama 40 tahun, yaitu belajar sambil melayani
tuannya, Musa.
Apabila Allah memanggil seseorang menjadi pemimpin la pasti
telah mempersiapkan dan Ia juga akan melengkapi. Yang terpenting
bahwa panggilan tersebut harus direspon ditanggapi secara positif. Tidak
ada hal lain yang lebih andal dalam kepemimpinan rohani, selain ketaatan
menerima panggilan dan perintah Allah. Saat Allah memerintahkan
Yoshua merobohkan tembok. Yeriko, ia tidak pernah berpikir,
“Bagaimana seandainya tembok yang kuat itu tidak roboh?" Yoshua juga
tidak pernah menganalisa dengan nalarnya tentang perintah itu/Yang ia
lakukan adalah menerima tugas tersebut dan menjalankannya dengan
setia'.
Dalam hal ini kita dapat mengerti bahwa kepemimpinan rohani
memiliki dua dimensi, yaitu "Perintah Allah sebagai dimensi Ilahi, dan
"Tanggapan manusia atas pilihan dan perintah Allah" sebagai dimensi
manusia.

Bandung Haggai Seminary| 7


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

Sebagai pemimpin Kristen yang baik, haruslah memerhatikan segi


"dimensi manusia” dengan menjaga integritas" kehidupan kita, karena
Allah selalu memilih manusia dengan integritas yang baik.

Integritas Seorang Pemimpin


Integritas berasal dari bahasa Latin "integrate" yang artinya
"menjadi utuh" dan diadopsi ke dalam bahasa Inggris sebagai "integrity".
Jadi, integritas adalah tentang sesuatu kesatuan yang utuh (a whole).
Pemimpin dengan integritas adalah seorang yang mempunyai kepribadian
utuh dalam kata dan perbuatan. Sebagaimana perilakunya di depan
umum, begitulah kenyataan kehidupannya. Sebagai seorang pemimpin, ia
selalu: a) melakukan apa yang dikatakannya, dan b) mengatakan apa yang
dilakukannya.
Integritas merupakan tulang punggung dari seorang pemimpin
Kristen. Dengan lain kata bahwa integritas juga merupakan tiang utama
(main post) berbagai macam jenis pelayanan kerohanian, bahkan juga di
bidang sekuler.
Mengapa Integritas Sangat Penting
1. Tuhan selalu memerhatikan integritas manusia yang dipilih-Nya
menjadi seorang pemimpin Dalam Kitab 1 Raja-raja 9:4-5 dikatakan:
"Mengenai engkau, jika engkau hidup di hadapan-Ku sama seperti Daud,
ayahmu, dengan tulus hati dan dengan benar, dan berbuat sesuai dengan
segala yang/Kuperintahkan kepadamu, dan jika engkau tetap mengikuti
segala ketetapan dan peraturan-Ku, maka Aku akan meneguhkan takhta
kerajaanmu atas Israel untuk selamalamanya......" Tuhan Yesus juga
merupakan teladan yang sempurna, seperti yang terdapat di dalam Matius
22:16b, yang berkata: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang
jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut
kepada siapapun". Rasul Paulus di dalam 2 Korintus 1:12, juga
mengatakan: “Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami
memberi kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini,
khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan
dan kemurnian dari Allah".

Bandung Haggai Seminary| 8


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

2. Seorang dengan integritas akan memimpin orang lain dengan penuh


kepercayaan. Ia akan melangkah tanpa rasa khawatir. Amsal 10:9
mengatakan: "Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa
berliku-liku jalannya, akan diketahui" dan Amsal 28:1 juga dikatakan:
"Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang
benar merasa aman seperti singa muda".

Cara Melatih Integritas


1. Perhatikan kesalahan-kesalahan kecil.
Kita tidak dapat dipercaya perkara yang lebih besar, apabila tidak dapat
dipercaya hal-hal yang kecil. Banyak pemimpin yang menganggap sepele
tentang kesalahan-kesalahan yang dianggap kecil, padahal hal tersebut
akan diamati oleh anggotanya dan dapat ditangkap sebagai kelemahan
kepemimpinannya.
2. Segera katakan "tidak" pada setiap godaan.
Cepatlah mengatakan "tidak" pada godaan, atau godaan itu akan mulai
masuk dan merusak kehidupan kita. Yusuf merupakan contoh yang
sangat baik saat ia dengan segera. mengatakan tidak kepada istri Potifar
(Kejadian 39:8).
3. Jangan pisahkan perilaku di depan umum dengan yang pribadi.
Jangan sampai seorang pemimpin Kristen berlaku seperti malaikat terang
di depan umum, tetapi sebaliknya seperti iblis di tengah keluarganya.
Raja Saul merupakan contoh yang lebih memerhatikan penampilannya di
depan rakyatnya, walaupun sebenarnya ia sudah tidak layak dipakai
Tuhan (1 Samuel 15:30).
4. Selalu menjaga hati bersih.
Berusaha dengan keras hidup secara transparan, yaitu benar di hadapan
Allah dan juga benar di hadapan manusia. Dalam Kisah Rasul 24:16,
Paulus mengatakan: "Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup
dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia.

Bandung Haggai Seminary| 9


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

Visi Seorang Pemimpin

Visi adalah sesuatu yang sangat penting untuk kelangsungan


hidup sebuah organisasi. Visi seorang pemimpin Kristen datang dari
iman, ditopang oleh pengharapan, diperjelas oleh imajinasi, dan diperkuat
oleh semangat juang. Visi mencakup pemandangan luas yang berada di
luar batas-batas perkiraan, kepastian, dan sangkaan/prediksi. Tanpa
adanya visi yang jelas dari seorang pemimpin, maka hancurlah masa
depan organisasi. Amsal 29:18 berkata: "Bila tidak ada wahyu, menjadi
liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum".
Kehidupan pelayanan akan tiada arti tanpa apabila visi rohani
yang jelas dari Tuhan. Seorang pemimpin yang berkemampuan biasa
biasa saja bisa mencapai hal-hal besar yang memuliakan Tuhan, apabila
pemimpin tersebut memiliki visi dari Tuhan. Visi yang datangnya dari
Tuhan mampu mengubah kehidupan Abraham, Musa, Daud, Yesaya,
Yeremia, Paulus dan tokoh lainnya. Kita akan membahas dua tahap visi
rohani seperti di bawah ini:

Visi Pribadi Seorang Pemimpin


Visi pribadi merupakan pekerjaan Roh Allah dalam kehidupan
seseorang yang terpanggil dalam satu tugas kepemimpinan
Visi pribadi ini mengandung suatu perintah. Ada sesuatu yang
harus dilaksanakan, walaupun orang yang bersangkutan mungkin belum
melihat secara terperinci langkah-langkah apa yang harus diambil di
kemudian hari.
Visi dari Tuhan sering diabaikan oleh pemimpin Kristen yang
sudah merasa puas dengan hidup kekristenannya; ia tidak menganggap
penting pekerjaan Roh Tuhan dalam hidupnya, karena sudah dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik melalui kemampuan sendiri
selama ini.

Visi Bersama Melalui Pemimpin


Segala macam bentuk kegiatan pelayanan haruslah dibangun di
atas visi bersama. Visi bersama tersebut dapat diperoleh seorang
pemimpin, tetapi visi tersebut tidak terbatas bagi pribadi pemimpin saja,

Bandung Haggai Seminary| 10


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

melainkan bagi semua.


Tuhan memberikan visi tersebut kepada pemimpin, agar
kehendak-Nya dilaksanakan melalui semua anggota kelompok yang
dipimpinnya. Visi inilah yang harus disampaikan kepada seluruh anggota
kelompok dan selanjutnya digunakan sebagai pedoman/ arah di dalam
tugas ke depan.

Pengaruh Visi Pemimpin


1. Memberi panggilan.
Visi tersebut akan menunjukkan arah dan tujuan semua kegiatan.
Pemimpin harus menjelaskan visi tersebut dengan jelas agar semua
anggota merasa terpanggil dan terdorong untuk melakukannya.
2. Memberi kemampuan.
Visi tersebut disertai pengertian bahwa semua anggota mampu
melakukan tugas-tugasnya. Pemimpin harus menegaskan, bahwa Tuhan
pasti memberi perlengkapan dan kemampuan melaksanakannya.
3. Memberi desakan.
Visi tersebut haruslah menjadi prioritas seluruh anggota. Pemimpin harus
dengan tegas mengatakan, sejak saat itu seluruh anggota meninggalkan
tujuan kerja yang lama dan hanya ingin melakukan tersebut. hal-hal yang
sejalan dengan visi
4. Memberi tanggung jawab.
Visi tersebut haruslah merubah sikap hidup seluruh anggota untuk
melakukan dengan penuh tanggung jawab, secara pribadi dan secara
kebersamaan tim. Pemimpin harus menekankan agar seluruh anggota
membenahi diri dan mendisiplin hidupnya masing-masing, sebagai
tanggung jawab kepada tugas / pelayanan.

Pendidikan Seorang Pemimpin

Ada dua macam pendapat tentang kepemimpinan. Pendapat


pertama mengatakan bahwa seorang pemimpin saat dilahirkan sudah
memiliki karakter sebagai pemimpin, sedangkan pendapat yang lain
mengatakan bahwa tidak seorang pun lahir sebagai pemimpin, tetapi
mereka dibentuk setelah lahir.

Bandung Haggai Seminary| 11


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

Menurut DR. James J. Gill yang berkecimpung dalam dunia


pendidikan kepemimpinan Kristen mengatakan bahwa sifat-sifat dasar
yang baik serta kemampuan yang dibutuhkan dalam kepemimpinan dapat
dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman hidup. Setelah
seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, ia juga
harus membentuk kehidupan pribadinya, semakin hari semakin
bertumbuh melalui proses belajar.
Kualitas yang harus dimiliki pemimpin Kristen ialah Buah Roh
yang disebutkan di dalam Galatia 5:22-23. Seorang pemimpin Kristen
juga harus belajar tentang bagaimana mendisiplinkan, cara yang tepat
dalam mengajar cara yang tepat membuat suatu keputusan, cara
berkomunikasi dengan efektif, cara memotivasi diri sendiri, dan
memotivasi orang lain, cara mengajukan pendapat yang baik, cara
membuat perencanaan, dan cara mendelegasikan tugas dengan baik,
semuanya itu merupakan perlengkapan yang perlu dikembangkan melalui
pelatihan dan pendidikan.
Pendidikan dan latihan sangat dibutuhkan dalam kepemimpinan
Kristen, karena dibandingkan dengan kepemimpinan bisnis maka
kepemimpinan Kristen lebih dalam dan lebih murni Dalam
kepemimpinan akan banyak ditemui berbagai jenis manusia dan
permasalahannya, baik secara tubuh, jiwa, dan roh. Apabila kemampuan
tersebut tidak dikembangkan, akan sulit bagi Kristen menangani tugasnya
dengan baik.
Bagaimana segera mulai belajar guna mempersiapkan diri sebagai
pemimpin? DR. Bernard Bass dalam bukunya Hand book of Leadership
memberikan beberapa petunjuk yang perlu segera dilakukan sebagai
berikut:
 Segeralah belajar kepada pemimpin yang dianggap senior.
 Mulailah mencari pengalaman dari tugas yang sederhana.
 Ikuti pelatihan/ belajar untuk tingkatan tugas yang lebih tinggi.
 Membantu pekerjaan secara magang kepada seorang pemimpin.
 Merasakan tugas di beberapa bidang yang ada (rotasi tugas).
 Mengikuti training khusus kepemimpinan.
 Melibatkan diri dalam kepanitiaan acara yang ada.

Bandung Haggai Seminary| 12


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

 Mengikuti pendidikan formal & kursus keterampilan.


 Latihan pelayanan dan diskusi di workshop.
 Mengikuti simulasi pelayanan.
 Tanyakan pada pihak lain, seberapa maju pertumbuhan kita.

Pendidikan Dasar Pemimpin


Untuk menjadi seorang Kristen yang efektif: Hal pertama,
haruslah belajar membangun hubungan yang erat dengan Tuhan melalui
doa dan permohonan, agar diberikan karunia hikmat.
Hal kedua, harus membangun hubungan yang baik dengan sesama
secara alamiah. Hal ketiga, agar memahami dengan pikiran dan hati yang
terbuka tentang sifat-sifat manusia yang berbeda.
Kalau ketiga hal tersebut sudah dilakukan, berarti sudah memiliki
dasar utama yang kuat untuk melangkah lebih jauh dalam hal
kepemimpinan Kristen. Kedengarannya dengan memiliki modal itu saja
tidaklah cukup, tetapi kalau berani mencoba dan terus mencoba, akan
terlihat kemungkinan yang semakin besar untuk menjadi pribadi yang
efektif dan selanjutnya terus berkembang menjadi pemimpin Kristen yang
efektif.
Kita perlu ingat bahwa seorang kaptain kesebelasan sepakbola
harus lebih banyak berlatih dibandingkan dengan anggota kesebelasan
tersebut, kalau tidak demikian pasti ia tidak layak menjadi kapten atau
pemimpin regu. Latihan yang rutin dan berulang-ulang menentukan
tingkat kualitas seseorang. Telah berulang kali dibuktikan bahwa
seseorang dengan tingkat intelegensia yang biasa-biasa, tetapi memiliki
hubungan baik dengan Tuhan dan sesamanya serta memiliki sikap
memaklumi orang lain, mampu memimpin kelompok secara efektif dan
bertumbuh dengan sehat. Kunci suksesnya, karena dia selalu
mempraktikkan gagasannya dengan penuh ketekunan.

BAB 3

Bandung Haggai Seminary| 13


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

KUNCI KEBERHASILAN PEMIMPIN

Untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, dibutuhkan


"sifat-sifat yang baik", agar ia dapat bekerja sama dengan seluruh anggota
tim dan juga dibutuhkan "kepribadian yang baik" dari dalam dirinya,
sehingga ia bisa menjadi panutan seluruh anggotanya. Sifat-sifat dan
kepribadian yang baik tersebut dapat dilihat pada bagian ini.

Sifat dan Kepribadian Seorang Pemimpin

Sifat-sifat Pemimpin yang Baik:

1. Terbuka terhadap orang lain. Pemimpin yang


baik tidak hanya menerima usulan-usulan dan saran-saran orang lain,
tetapi juga mampu menjelaskan dan meyakinkan kepada anggotanya,
langkah-langkah apa yang dianggapnya benar.

2. Mendorong kemampuan orang lain. Ia dapat menanamkan rasa


percaya diri yang besar kepada anggotanya. Dengan mengatakan bahwa
mereka semua memiliki kemampuan untuk melakukan tugas dengan baik.

3. Memerhatikan dan menghargai orang lain. Ia merupakan seorang


yang mampu berkomunikasi dengan baik. Selalu memerhatikan dan
mendengar dengan baik saat diajak bicara, sehingga setiap anggota
merasa dihargai..

4. Ingin selalu belajar. Mempunyai pengetahuan yang baik dalam


bidang pekerjaan atau pelayanan yang ditugaskan kepada bawahannya,
sehingga ia dapat memberi bimbingan dan pengarahan yang diperlukan
anggotanya.

5. Mengakui saling ketergantungan dengan orang lain. Ia selalu


menganggap setiap pribadi yang bekerja bersamanya adalah orangorang
penting yang memegang tugas yang penting pula.

Bandung Haggai Seminary| 14


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

6. Memiliki sifat positif. Ia selalu mengajar tentang hal-hal yang positif,


sehubungan dengan tugas yang menjadi tanggung jawab setiap anggota,
sehingga setiap orang merasa terus belajar dan meningkat.

7. Mendorong memampukan orang lain. Ia sering memberikan


kebebasan kepada anggota dalam melaksanakan ide-idenya dalam
melaksanakan tugas.

8. Menolong orang lain melakukan yang terbaik. Ia selalu


menekankan standard kerja dan kemampuan yang tinggi kepada setiap
anggota, dengan menolong mereka cara menjangkau atau melakukannya.

Sifat-sifat di atas tidak pernah dimiliki oleh pemimpin yang


buruk; tetapi semua yang mau berusaha memperbaiki diri dan
bersungguhsungguh meminta pertolongan Tuhan, pasti dapat merubah
semua yang negatif menjadi positif.
Sedangkan "pribadi yang baik" seorang pemimpin dapat kita lihat
seperti tersebut di bawah ini:

Kepribadian Seorang Pemimpin yang Baik


1. Pribadi yang memiliki inisiatif. Ia memulai sesuatu dan membuat
semuanya itu berhasil.
2. Pribadi yang berani hadapi tantangan. Ia akan siap menghadapi
tantangan dan siap mendengar dengan baik saran dan kritik yang
mendatangkan introspeksi diri demi kemajuannya sendiri.
3. Pribadi yang rendah hati. Ia dengan rendah hati mau mendengarkan
saran-saran, usulan-usulan, ide-ide dengan hati yang terbuka.
4. Pribadi yang mau bekerja dengan rajin. Ia cermat, disiplin,
semangat, jujur, mempunyai motivasi, dan penuh dedikasi kepada Tuhan.
Ia juga mau bekerja sama dengan semua pihak.
5. Pribadi yang bijaksana. Ia sanggup melihat situasi dengan baik.
Apabila timbul masalah, ia akan menyelidiki akar permasalahannya dan
mencari jalan keluar yang baik.
6. Pribadi yang mau mengakui kesalahan. Ia akan belajar untuk tidak
mengulangi lagi dan terus melangkah dengan hal yang benar.

Bandung Haggai Seminary| 15


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

7. Pribadi yang tekun dan ulet. Ia tidak mudah goyah, tidak mudah
mundur dan mengeluh, ia akan selalu menjaga semangat juangnya.
8. Pribadi yang menghargai tugas. Bagi dia setiap orang mempunyai
andil dalam keberhasilan dan patut mendapat tugas yang layak.
9. Pribadi yang lembut. tetapi bersemangat. Ia bisa menularkan
kelemahlembutan, sekaligus menularkan semangat kepada orang lain.
10. Pribadi yang membawa damai. Ia mampu mendamaikan
pertentangan dengan baik, tanpa memihak.
11. Pribadi yang menjadi teladan. Ia mau melakukan tugasnya dengan
baik, agar dapat diikuti dan dicontoh oleh pihak lain.

Hampir tidak seorang pun dapat memenuhi syarat-syarat yang lengkap


seperti tercantum tersebut. Namun, kita masih mungkin berharap kepada
seseorang yang mempunyai sebagian besar sifat baik tersebut.
Kekurangannya bisa disempurnakan melalui pengarahan, training
kepemimpinan, dan kemauan yang keras untuk belajar tentang
kepemimpinan tokoh-tokoh Alkitab. Dengan kata lain mereka perlu
mendapat pendidikan Kepemimpinan Kristen.

Sifat-sifat Pemimpin yang Buruk


 Tidak mau mendengar: Ia selalu tampak sibuk dan tidak punya
waktu untuk mendengarkan usulan-usulan atau ide-ide dari
anggotanya.

 Tertutup terhadap ide orang lain: Ia selalu memaksakan idenya


dalam setiap bidang pekerjaan/ pelayanan. Apabila idenya gagal
dilaksanakan, ia akan menyalahkan banyak pihak; Tetapi kalau
idenya berhasil, ia akan membanggakan dirinya sendiri.

 Bertindak sebagai penguasa: Ia tidak ramah (lemah-lembut) dalam


menyampaikan maksud dan dalam memotivasi, sehingga anggota
merasa takut atau tertekan.

 Menganggap rendah orang lain: Ia sering menganggap remeh


anggota dan juga menganggap tugas yang dikerjakan anggota adalah
tugas-tugas kecil/ sepele.

Bandung Haggai Seminary| 16


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

 Sikap yang tidak stabil: la sering bertingkah/ bersikap yang sulit


dimengerti. Tiba-tiba cemberut, menggerutu, marah tanpa sebab yang
jelas dan membuat suasana kerja menjadi serba salah dan
membosankan.

 Ucapan selalu negatif: Ia tidak bisa mengendalikan lidahnya. Selain


sering menimbulkan sakit hati anggota, juga sering membicarakan
sesuatu yang negatif di depan anggota yang lain.
Dari kedua hal di atas, kita dapat menilai bagaimana hasil kerja dan
suasana hati kelompok yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang baik
dan yang buruk. Sifat-sifat pemimpin dan pribadinya akan berdampak
kepada pola berpikir dan tingkah laku seluruh anggotanya.

Cara Kerja Pemimpin yang Baik


1. Menciptakan lingkungan yang produktif.
Hal ini dapat tercapai apabila:
 Pemimpin menciptakan hubungan kepercayaan antara dirinya dengan
kelompok yang dipimpinnya.
 Pemimpin dapat mendelegasikan kewenangan mengambil keputusan
kepada anggotanya.
 Pemimpin dapat memakai semua kegagalan dan kekeliruan sebagai
bahan pelajaran yang positif.
 Pemimpin setiap kali memberikan pujian yang wajar kepada anggota
yang berprestasi.

2. Bekerja dalam tim dan bukan bekerja sendirian.


 Sebuah tim dapat menolong orang-orang, untuk menyelesaikan tugas
dengan hasil yang lebih banyak dan lebih baik dibandingkan apabila
masing-masing individu bekerja sendiri-sendiri. Tuhan Pengkhotbah
4:9 yang berkata: "(Bekerja) berdua lebih baik daripada sendirian,
karena mereka menerima upah yang baik dari jerih payahnya "Yesus
juga mengutus murid-murid-Nya berdua-dua (Markus 6:7-13).
Bandingkan juga dengan Pengkhotbah 4:9 yang berkata: "(Bekerja)

Bandung Haggai Seminary| 17


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

berdua lebih baik daripada sendirian, karena mereka menerima upah


yang baik dari jerih payahnya"
 Sebuah tim memungkinkan masing-masing orang menggunakan
talentanya, keterampilannya, dan kemampuannya dengan lebih
efektif. Dalam Efesus 4:11-12 dikatakan: "Dan Ialah yang
memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-
pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,
untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan,
bagi pembangunan tubuh Kristus."

3. Ciptakan hubungan kerja yang baik.


Tujuan menciptakan hubungan yang baik adalah untuk saling
melayani dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan mereka. Apabila
setiap anggota dalam hubungan dengan anggota lain memerhatikan apa
yang terdapat yang dalam Filipi 2:3 yang berkata: "Dengan tidak mencari
kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah
dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama";
maka kebutuhan mereka masing-masing akan terpenuhi. Untuk itu setiap
orang harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
 Saling memercayai dan saling menghargai, menganggap yang lain
lebih penting.
 Memakai karunia dari Tuhan, keterampilan, talenta dan kreativitas
masing-masing pribadi secara bersama dalam kelompok.
 Bertumbuh dan berkembang bersama dalam hubungan antarsesama.
 Komitmen pribadi untuk menjaga hubungan yang baik antarsesama.

4. Bekerja dengan perencanaan.


Allah senantiasa bekerja dengan rencana yang sempurna, bahkan
mempunyai rencana yang pasti dalam kehidupan kita. Karena itu,
pemimpin Kristen harus membaca Alkitab dan mempelajarinya untuk
memperoleh bimbingan, cara-cara merencanakan kegiatan dalam
melakukan pekerjaan Tuhan. Apakah membuat rencana itu? Membuat
rencana adalah menentukan tujuan umum dari sebuah kegiatan/proyek,
semua aktivitas yang harus dilakukan, menjadwalkan kegiatan menurut
urutan prioritas dan mencari sumber-sumber untuk mencapai tujuan
Bandung Haggai Seminary| 18
Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

tersebut. (Penjabaran lebih detail tentang perencanaan dapat dilihat dalam


Bab 4).

5. Membuat keputusan yang tepat.


Alkitab memberikan jawaban untuk hal tersebut dengan sangat
jelas: Siapakah yang takut akan Tuhan? Kepadanya Tuhan menunjukkan
jalan yang harus dipilihnya. Mazmur 25:12 menjelaskan bahwa dasar
untuk membuat keputusan yang tepat adalah “mengenal kehendak Allah".
Ada empat pertanyaan pokok yang dapat menolong kita
mengetahui kehendak Allah dalam situasi membuat suatu keputusan,
yakni:
 Apakah sudah siap menyerah sepenuhnya pada kehendak Allah dalam
situasi saat ini? (baca Roma 12:1-2).
 Apakah keinginan hati kita untuk melakukan kehendak Allah?
 Apakah Allah menyediakan bagi kita kekuatan dan sumber-sumber
untuk memenuhi keinginanku? (baca Filipi 2:13).
 Apakah Allah memberikan damai sejahtera dalam hati untuk
melakukan pekerjaan ini dan saat membuat keputusan-keputusan
untuk mencapainya?
Bilamana jawabannya adalah "YA", kita dapat menyimpulkan bahwa
ini merupakan kehendak Allah dan kita bisa mulai membuat keputusan-
keputusan.

6. Mempunyai keterampilan berkomunikasi


Pemimpin harus belajar dan mengembangkan ilmu komunikasi, agar
pengertian yang ada dalam dirinya sebagai pemimpin dapat tersampaikan
kepada setiap anggota, dengan benar. Di bawah ini dijelaskan secara
singkat cara menciptakan komunikasi yang efektif.
 Mempunyai konsep yang jelas tentang informasi yang akan
dikomunikasikan
 Memilih cara yang tepat, kata-kata dan kalimat yang tepat, waktu
yang tepat dalam menyampaikan informasi/ ide tersebut.

Bandung Haggai Seminary| 19


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

 Menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan yang dapat


terjadi dalam komunikasi (secara detail dibahas dalam buku How
to Build Effective Communication).

7. Dapat mendelegasikan kewenangan


Alkitab memberikan contoh yang sangat jelas tentang pendelegasian
wewenang. Sebagai contoh, dalam Perjanjian Lama Musa
mendelegasikan wewenang kepada tua-tua (Keluaran 18:13-26).
Sementara dalam Perjanjian Baru kita dapat melihat pendelegasian tugas
dari Tuhan Yesus kepada murid-Nya (Matius 28:19-21).

8. Dapat mengatur waktu dengan baik


Pemimpin harus memiliki kemampuan membuat rencana kegiatan harian,
mingguan, bulanan, triwulan dengan cara pembuatan. "work calender"
agar membuat urut-urutan jadwal tugas sesuai schedule kerja, dan
berdasarkan prioritas; mana yang lebih penting dan perlu didahulukan.

Bandung Haggai Seminary| 20


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

Manajemen Kepemimpinan

Bagaimana memimpin orang secara efektif untuk mencapai hasil yang


baik? Hal tersebut dapat kita lakukan dengan baik. Janganlah khawatir
walaupun kita belum memiliki beberapa hal baik seperti yang disebutkan
dalam cara-cara kerja pemimpin yang baik sebelumnya. Memang,
tampaknya hal itu mustahil untuk dilakukan. Namun, percayalah bahwa
semuanya dapat dipelajari dan dilatih.

Masalah yang sangat besar bagi pemimpinpemimpin rohani dewasa


ini adalah lemahnya kemampuan mengatur sumber daya manusia. Kita
sering tidak memerhatikan hal tersebut dan lebih memerhatikan
kehebatan seorang pemimpin dari segi keterampilan managerial & tingkat
pendidikannya

Tanpa memiliki kemampuan berhubungan baik dengan orang lain,


mustahil seseorang menjadi pemimpin Kristen yang baik. Sebagai
seorang Kristen, seseorang dituntut bergaul dengan berbagai golongan
manusia tanpa membeda-bedakan (suku, bangsa, bahasa, budaya,
pendidikan, usia, dan jenis kelamin).

Allah selalu memilih orang-orang yang aktif dan bukan yang pasif
dalam merespons panggilan-Nya.
Ada sebagian orang yang mudah bergaul dengan siapa pun, tetapi
sebagian besar manusia tidak dapat melakukannya dengan baik. Apabila
orang tidak banyak bergaul, ia juga tidak mempunyai pengetahuan yang
luas tentang sifatsifat manusia. Orang semacam ini akan sulit bergaul
dalam satu kelompok, dan mustahil bisa memberikan pengarahan dan
motivasi kepada orang lain. Apabila ia dipaksakan menjadi seorang
pemimpin, ia akan menemui kesulitan bagaimana menangani sifat dan
sikap anggota.

Bandung Haggai Seminary| 21


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

1. Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab.


Dalam usaha apa pun, pemimpinlah yang bertanggung jawab atas
keberhasilan dan kegagalan misinya. Tetapi dalam kenyataannya banyak
pemimpin yang tidak bertanggung jawab atas kegagalan, sebaliknya
melemparkan tanggung jawabnya kepada anggota. Alkitab mengatakan
tentang sikap umat Israel yang mencari dalih masuk akal untuk menutupi
kesalahan mereka, tetapi Musa yang tidak melakukan kesalahan apa pun
dimintai pertanggungjawaban oleh Tuhan. Dalam Kitab Keluaran 16:27-
28, dikatakan: "Tetapi ketika pada hari ketujuh ada dari bangsa itu keluar
memungutnya (manna) tidaklah mereka mendapatnya. Sebab itu Tuhan
berfirman kepada Musa: "Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti
segala perintah-Ku?" Jelaslah di sini bahwa Allah meminta kepada
pemimpin Kristen untuk selalu waspada terhadap pelanggaran
anggotanya, karena semuanya menjadi tanggung jawab pemimpin
sepenuhnya.

2. Sebagai pemimpin yang terus bertumbuh.


Kunci kepemimpinan yang sukses adalah pertumbuhan
pemimpinnya. Dalam Kisah para rasul 20:32 dikatakan: "Dan sekarang
aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-
Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada
kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-
Nya." Firman Tuhan juga mengatakan bahwa orang percaya akan naik
terus dan tidak akan turun.
Kunci pertumbuhan seorang pemimpin adalah kerendahan hati
dan takut akan Tuhan, sehingga Tuhan akan selalu mendidik dengan cara-
Nya, Tuhan akan memberikan hikmat serta kehormatan (Amsal 15:33).
Sedangkan musuh-musuh utama pertumbuhan adalah:
a. Kesombongan. Salomo menulis: "Kecongkakan mendahului
kehancuran” (Amsal 16:18)
b. Kemalasan. Kalau seorang pemimpin malas dalam berbagai
hal, misalnya malas berdoa, belajar, dan mencari Tuhan, ia akan
segera hancur dan itu akan menghancurkan anggotanya juga.
Amsal 18:9 berkata "Orang yang bermalas-malas dalam
pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si perusak".

Bandung Haggai Seminary| 22


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

3. Sebagai pemimpin dengan semangat dan motivasi.


Seorang yang mempunyai semangat yang menyala-nyala dan
motivasi yang kuat akan sulit untuk menyerah. Apabila seorang
pemimpin yang penuh semangat menularkannya kepada seluruh anggota,
kelompok tersebut menjadi sangat bergairah dan dinamis dan segala
sasaran yang sulit akan mudah dicapai. Amsal 18:14 mengatakan: "Orang
yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya".
Motivasi dalam melaksanakan tugas dengan penuh semangat
bukanlah monopoli pemimpin, tetapi harus dimiliki semua anggota.
Semua anggota harus tetap penuh semangat dan mengerjakan tugas
dengan gembira. Amsal 17:22 mengatakan: "Hati yang gembira adalah
obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang" Jadi,
hal apa saja yang dapat menimbulkan semangat dan motivasi
anggotanya?
a. Visi. yang dapat disampaikan pemimpin kepada seluruh
anggota. Ia menyampaikan sebuah rencana yang menggembirakan
dan dapat membuat hidup mereka menjadi berarti.
b. Kesiapsediaan. Waktu yang selalu dimiliki pemimpin, apabila
anggota memerlukan nasihat, ide-ide, dan bantuan pemimpinnya,
c. Pengabdian: Anggota akan sangat senang membantu
pemimpinnya, karena ia mengabdikan diri demi kesejahteraan
bersama anggota, dan bukan demi dirinya sendiri.

4. Sebagai pemimpin yang memengaruhi.


Pengaruh yang baik harus dilakukan semua pemimpin Kristen,
karena hal tersebut merupakan teladan akan diikuti seluruh anggota
dalam menjalankan tugas masing-masing. Kitab 1 Petrus 2:21
mengatakan: "Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun
telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu,
supaya kamu mengikuti jejak-Nya".
Pemimpin yang memengaruhi anggotanya dengan teladan Kristus,
ia tidak hanya dikasihi dan dihormati, tetapi juga mewariskan hal yang
baik dan berkesinambungan kepada anggota dan generasi selanjutnya.

Bandung Haggai Seminary| 23


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

5. Sebagai pemimpin yang efisien.


Jika pemimpin melakukan kehendak Allah dengan cara yang
diinginkan Allah dan dilakukan di tempat yang diinginkan Allah, ia tidak
membuang waktu untuk membuat kekeliruan dalam tugasnya. Dengan
mudah ia meyakinkan orang lain untuk terlibat dalam satu kegiatan
(pekerjaan). Contoh yang sangat jelas dalam Alkitab adalah dalam Kitab
Keluaran 18:21-22, Musa membagi tugas kepemimpinan kepada
beberapa orang, yakni memimpin "kelompok seribu orang", "kelompok
seratus orang" dan "kelompok lima puluh orang". Contoh lain dalam
Nehemia 2:18. Saat Nehemia melihat tembok Yerusalem yang runtuh,
tergeraklah hatinya, dan segera ia mencari orang yang mau terlibat dalam
pembangunan. Melakukan tugas secara efisien menyangkut hal-hal di
bawah ini:
a. Membagi tugas dan tanggung jawab. Dengan mengangkat
orang lain yang mampu dan bertanggung jawab terhadap salah
satu tugas akan meringankan beban pemimpin agar jangan terlalu
berat.
b. Memberikan pengarahan. Amsal 3:6 berkata: "Ia akan
meluruskan jalanmu", Agar tugas dan tanggung jawab yang
diberikan berjalan sesuai dengan kehendak pemimpin, haruslah
diberikan pengarahan yang sejelas-jelasnya tentang tugas dan
batasan-batasannya.
c. Pengawasan dan bantuan. Pemimpin harus tetap mengevaluasi
tugas secara berkala, dan selalu siap sedia membantu dan
mengarahkan, apabila anggotanya meminta bantuan. Evaluasi
tersebut meliputi: "Apakah semua berjalan lancar?"; "Apakah ia
puas?"; "Apakah ia menyukai tugas yang diberikan?". Kalau
jawabannya "YA", maka od tugas kepemimpinan menjadi efisien.

6. Pemimpin yang melayani

Bandung Haggai Seminary| 24


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

Tuhan Yesus berkata bahwa Dia datang bukan untuk dilayani,


tetapi untuk melayani (Markus 10:45). Sehebat apa pun pemimpin
Kristen, ia harus semakin melayani; melayani Allah sebagai pemimpin
tertinggi (Matius 23:10) dan melayani anggota sebagai domba-domba
milik Allah (Yohanes 10:13-14). Sebagai pemimpin Kristen, ia harus
memiliki hati seorang pelayan/ hamba dan sebagai pelayan/hamba, ia
harus mempunyai kualitas seorang pemimpin.

BAB 4

Bandung Haggai Seminary| 25


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

KECECAKAPAN PEMIMPIN KRISTEN

Seorang pemimpin Kristen harus memiliki beberapa macam


keterampilan yang dibutuhkan dalam hal menangani tugas-tugas
kepemimpinannya, Di bawah ini adalah beberapa keterampilan pokok
yang harus dimiliki oleh pemimpin Kristen.

Kecakapan Mengajar

Sebagai Guru yang Agung, keahlian Tuhan Yesus mengajar


dikagumi oleh pengikut-pengikut-Nya dan juga mereka yang memusuhi-
Nya, karena Ia mengajar sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli
Taurat (Matius 7:29).
Sebagai pemimpin Kristen, kita harus menjadi pengajar yang baik
bagi anggota kita, karena melalui pengajaran yang baik dan benar,
kualitas anggota dapat meningkat. Di bawah ini beberapa yang harus
diketahui tentang mengajar:
1. Mengajar bisa di mana saja. Setiap kali pemimpin ingin mengajar
sesuatu kepada anggota, ia dapat melakukannya di segala tempat yang
dipandang baik.
2. Mengajar bisa kapan saja. Mengajar kelompok juga tidak terikat oleh
waktu tertentu. Saat pemimpin tergerak untuk menjelaskan sesuatu demi
kemajuan anggota, dia bisa melakukan setiap waktu.
3. Tujuan pengajaran. Mengajar yang baik di dalam pelayanan,
bukanlah yang bersifat teori saja, melainkan dengan melakukan tindakan
nyata. Pengajaran bukan hanya didengar dan dimengerti, tetapi
dilaksanakan
4. Cara mengajar. Tidak sekadar menjabarkan dan menyuruh orang lain
memercayai, tetapi menolong mereka berpikir sendiri dan menarik
kesimpulan dari apa yang sudah diajarkan.
5. Metode yang dipakai. Metode yang efektif pada suatu hal belum tentu
sesuai apabila diterapkan pada hal yang lain. Dalam hal pengajaran,
banyak sekali metode, misalnya:
 Pengajaran yang di sampaikan sambal bercerita
 Pengajaran dengan memakai perumpamaan
 Pertanyaan-pertanyaan yang dijadikan bahan pengajaran.
 Melalui percakapan biasa yang dikembangkan kepada pengajaran.

Bandung Haggai Seminary| 26


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

 Peragaan secara langsung (seperti saat Tuhan memeluk anak-anak,


saat la memberkati mereka dan saat Tuhan membasuh kaki murid-
Nya).
 Pengajaran yang terbaik adalah dari kehidupan yang baik dari
pemimpin itu sendiri
 Tuhan Yesus memberi pengajaran tentang penebusan, keselamatan
dan pengorbanan, melalui kematian-Nya di kayu salib.

Kecakapan Membuat Perencanaan

Seorang pemimpin Kristen harus senantiasa berorientasi kepada hasil


akhir yang maksimal. Untuk mencapai hal tersebut haruslah dibuat
perencanaan yang matang dalam setiap langkah pekerjaan.
Keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung dari perencanaan yang
dibuatnya. Apa yang dilakukan saat ini merupakan proses pelaksanaan
dari rencana sebelumnya. Setiap pemimpin dituntut untuk bisa membuat
perencanaan dengan baik guna mendapatkan hasil yang diinginkan di
masa mendatang.
Seorang pemimpin adalah orang yang mengerti beberapa hal sbb.:
a. Mengerti di mana posisinya saat ini.
b. Mengerti ke mana dia akan pergi.
c. Mengerti apa yang sedang dikerjakannya.
d. Mengerti langkah apa yang harus diambil.
e. Mengerti bagaimana mengambil keputusan.
f. Mengerti cara menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Pemimpin yang baik selalu membuat perencanaan dan mengamati
proses pelaksanaannya. Bagaimana perencanaan tersebut dibuat,
dijelaskan di bawah ini.
Perencanaan
1. Perencanaan adalah pemandangan keberhasilan yang dibayangkan saat
ini, untuk diwujudkan di masa yang akan datang.
2. Perencanaan merupakan kegiatan kepemimpinan yang melibatkan
pemikiran dengan cara mempelajari situasi dan melakukan persiapan-
persiapan dengan cermat sebelumnya.
3. Perencanaan merupakan konsep dasar, sebelum seorang pemimpin
mengambil keputusan. Tanpa perencanaan, keberhasilan hanyalah faktor
keberuntungan.
4. Perencanaan akan menuntun kegiatan ke depan berjalan lancar, tanpa
menyebabkan perasaan terpaksa bagi anggotanya.
5. Perencanaan yang baik akan mengurangi risiko buruk yang bisa terjadi.

Bandung Haggai Seminary| 27


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

6. Perencanaan membuat seluruh kegiatan dilaksanakan sesuai waktunya.


7. Perencanaan meningkatkan efisiensi sumber daya yang ada.
8. Perencanaan bisa gagal, tetapi bekerja dengan rencana lebih baik
daripada tidak merencanakan sesuatu.

Langkah-langkah Perencanaan
Dalam membuat perencanaan yang baik, seorang pemimpin perlu
sebelumnya mengajukan beberapa pertanyaan sbb.
 "Apakah" yang harus dikerjakan? Tetapkan obyek yang jelas
secara lebih spesifik, termasuk segala sesuatu yang berhubungan
dengan sumber dayanya.
 "Mengapa" hal tersebut harus dikerjakan? Selidiki seberapa jauh
kepentingan (urgency) melaksanakan proyek tersebut.
 "Dimanakah" hal tersebut dikerjakan? Tetapkan lokasinya,
ukurannya, jaraknya, lingkungannya, dll. Pertimbangkan
alternatif-alternatif lain sebagai pembanding.
 "Bilamana" hal tersebut dikerjakan? Agar diatur waktu
pelaksanaannya dan jangan berbenturan dengan kegiatan lainnya.
 "Siapakah" yang harus mengerjakan? Tetapkan siapa yang
dilibatkan; dan sebagai apa kedudukannya, persyaratan apa yang
diperlukan, misalnya usianya, jenis kelamin, keterampilan yang
diperlukan, dll.
 "Bagaimana" cara mengerjakannya? Tetapkan metode yang paling
sesuai untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Kecakapan dalam Organisasi

Kepemimpinan dalam organisasi pelayanan haruslah mempunyai


tujuan yang jelas, karena semua pekerjaan berdasarkan tujuan itu. Kalau
organisasi melakukan banyak hal tetapi tanpa tujuan, kemungkinan-
kemungkinan buruk akan terjadi. Sebaliknya apabila tindakan itu
terencana, hasilnya akan lebih baik, karena mengetahui ke arah mana
akan pergi.
Pemimpin harus memiliki kecakapan dalam menetapkan beberapa
hal seperti di bawah ini:
1. Menetapkan tujuan: Maksud-maksud dasar (keinginan)
organisasi. Tanpa tujuan dalam organisasi, ini akan menyebabkan

Bandung Haggai Seminary| 28


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

seluruh anggota kehilangan minat, karena semua tugas pekerjaan tidak


menggairahkan. Pemimpin harus mampu menyusun tujuan yang memberi
tantangan dan dorongan kepada setiap anggotanya untuk melakukan yang
terbaik, guna mencapai tujuan tersebut. Tujuan merupakan perwujudan
dari sesuatu yang abstrak pada suatu bentuk operasional/ tindakan yang
nyata. Semua objek filosofi yang sifatnya luas dan umum diubah dalam
tujuan operasional yang nyata dengan pertimbangan yang realistis, dapat
dicapai, dan menantang.
2. Menetapkan sasaran: Jalan-jalan khusus yang dipakai mengukur
dan mencapai tujuan. Sasaran harus dibuat yang realistis, artinya dapat
dicapai sesuai dengan potensi sumber daya yang diperlukan. Sebagai
contoh: sangat tidak realistis menetapkan sasaran 20.000 anggota jemaat
pada komunitas yang hanya terdiri dari 10.000 orang. Mungkin untuk
wilayah kota besar angka tersebut. sangat realistis. Pemimpin harus
membagi sasaran menjadi dua, yaitu sasaran jangka panjang dan jangka
pendek. Sasaran jangka panjang akan menolong kesabaran untuk tetap
bertahan apabila terjadi kemunduran sesaat. Sasaran jangka panjang harus
didasarkan pada jangka waktu kehidupan pemimpin itu sendiri, jangan
terlalu lama (panjang) sehingga pemimpin tersebut tidak punya waktu
mengevaluasi. Umumnya sasaran jangka panjang adalah 5 - 10 tahun.
Sasaran jangka pendek adalah sasaran yang harus dicapai dengan segera
misalnya per hari, per minggu, per bulan atau per tahun. Pemimpin harus
mengevaluasi, karena ada kemungkinan mengganti atau mengubahnya.
3. Menetapkan prioritas: Faktor-faktor yang in menentukan kapan
dan mengapa sesuatu dilakukan. Pemimpin yang mempunyai beberapa
sasaran harus menetapkan prioritas kerjanya, yaitu sasaran mana yang
harus didahulukan. Cara yang terbaik menetapkan prioritas adalah
memberikan nilai pada setiap sasaran. Buatlah kategori yang disebut
"sangat penting"; "penting"; "agak penting" dan "tidak penting". Untuk
sesuatu yang sangat penting dapat ditambahkan bahwa hal tersebut
"harus" dilakukan, sedangkan yang tidak penting dimasukkan dalam
kategori "dapat" ditunda dulu. Dalam menangani prioritas pemimpin
perlu menetapkan waktu yang diperlukan untuk melakukannya. jangan
sampai untuk prioritas yang penting merasa tidak ada waktu, sedangkan
untuk yang tidak penting, justru banyak membuang waktu.

Bandung Haggai Seminary| 29


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

4. Menetapkan perencanaan: Proses yang dipakai untuk mencapai


sasaran (meliputi sumber daya, kendala dan evaluasi). Pemimpin
harus cakap dalam menemukan cara-cara mencapai sasaran. Perencanaan
juga memerlukan waktu seperti perkiraan ke depan (prediksi) dan juga
memerlukan pertimbangan yang matang. Amsal 15:22 berkata:
"Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau
penasehat banyak". (Tentang detail perencanaan dapat dilihat dalam
subbab "Kecakapan membuat Perencanaan").
5. Menetapkan pedoman: Kerangka kerja moral dan etis yang
digunakan organisasi dalam mencapai sasarannya. Pemimpin perlu
menetapkan pedoman secara menyeluruh, meliputi berbagai jenis situasi
dan sasaran yang berlainan. Dalam kepemimpinan Kristen pedoman
berkaitan langsung dengan moral Kristen dan etika pelayanan. Pedoman
membawa seluruh anggota berjalan di atas jalur yang benar sesuai dengan
komitmen tugas. Tidak boleh melakukan sesuatu tugas organisasi yang
bertentangan dengan prinsip Firman Allah.

Kecakapan Mendelegasikan Tugas

Tugas pemimpin bukan hanya menunjukkan jalan untuk diikuti


orang lain, melainkan ia juga harus sanggup menjadikan mereka sebagai
pemimpin-pemimpin baru, dengan jalan melatihnya dan selanjutnya
mendelegasikan tugas dan wewenang kepada penggantinya.
Pendelegasian tugas merupakan faktor yang sangat penting dalam
manajemen kepemimpinan. "Management is getting things done through
other people". Management memperoleh dan menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Namun, hal ini bukanlah sesuatu yang sederhana dan
tidak mudah untuk dilaksanakan. Pendelegasian yang keliru akan dapat
menjadi "pendelegasian ke atas". Pemimpin akhirnya yang mengerjakan
semua tugas-tugas yang seharusnya menjadi bagian bawahannya. Atau
pendelegasian dapat merupakan pekerjaan yang terlalu banyak, yang
dibebankan kepada salah seorang bawahan. Kalau hal tersebut terjadi,
mustahil organisasi dapat berjalan dengan baik.

Alasan Pemimpin Tidak Mendelegasikan Tugas

Bandung Haggai Seminary| 30


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

1. Pemimpin tidak tahu cara (langkah) pendelegasian.


2. Pemimpin tidak tahu, tugas apa yang perlu didelegasikan.
3. Pemimpin menganggap bawahannya kurang mampu.
4. Pemimpin khawatir bawahan menjadi lebih hebat dari dirinya.
5. Pemimpin merasa dapat melaksanakan tugas lebih baik.
6. Pemimpin takut bawahan mengetahui terlalu banyak.
7. Pemimpin kurang pasti akan dirinya sendiri.
8. Pemimpin takut menanggung risiko (takut gagal).
9. Pemimpin merasa setelah diberikan ia tidak punya tugas lain.
10. Pemimpin merasa dirinya "superman".
11. Pemimpin seorang pecandu pekerjaan.
12. Pemimpin tidak mengetahui dengan jelas tujuan organisasi.
13. Pemimpin tidak punya visi ke depan yang lebih besar.

Alasan Bawahan Menolak Menerima Pendelegasian


1. Yang mendapat nama bukan dirinya, tetapi pemimpinnya.
2. Tidak pernah dihargai, saat melakukan tugas dengan baik.
3. Takut gagal dan disalahkan/ dipecat pimpinan
4. Tugas yang diterimanya tidak menantang/ tidak berarti.
5. Tak akan terjadi apa-apa kalau ia tidak mengerjakan.
6. Menganggap pimpinan tidak mampu mendelegasikan tugas.
7. Pendelegasian tidak disertai kewenangan tugas yang sepadan.
8. Menganggap pendelegasian akan menambah beban kerja.
9. Bawahan tidak mengerti arti dan maksud pendelegasian.
10. Tidak mendapatkan gambaran yang jelas sebagai motivasi.
11. Bawahan ingin atasannya gagal (jatuh).

Hal-hal yang penting dalam Pendelegasian Tugas


1. Tentukan tugas secara spesifik dan jelas, serta berikan Batasan-
batasannya, agar tidak tumpang tindih (overlapping) dengan tugas
lain.
2. Berikan kewenangan untuk menentukan langkah-langkah yang
diambil dan mengambil keputusan, sehubungan dengan tugasnya.
apakah sudah sesuai sepenuhnya dengan yang diinginkan pimpinan
dan organisasi.

Bandung Haggai Seminary| 31


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

3. Menetapkan pertanggungan jawab, berupa laporan lisan maupun


tertulis semua pekerjaan yang menjadi tugas dan wewenangnya.
4. Agar dievaluasi secara berkala, untuk melihat

Langkah-langkah dalam Pendelegasian Tugas


1. Memberi petunjuk.
Pemimpin harus menanamkan pengertian, tentang pentingnya mengikuti
semua petunjuk dengan tepat. Petunjuk tersebut harus jelas mengenai
tugas-tugas dan batasannya, kemudian memeriksa bagaimana petunjuk
tersebut dilakukan dengan benar. Pada tahap ini pemimpin membuka diri
untuk menjawab segala macam pertanyaan, agar jangan melakukan
kekeliruan, lalu baru bertanya.
2. Melakukan pembinaan.
Pemimpin mulai memberi kesempatan kepada pengikutnya untuk
memberikan masukan-masukan. Pada tahap ini pemimpinlah yang
mengambil keputusan, tetapi hal ini dilakukannya setelah mendapat
masukan pengikutnya. Melalui masukan tersebut pemimpin dapat menilai
kesiapan pengikutnya memikul tanggung jawab yang semakin meningkat.
3. Menyerahkan tanggung jawab.
Pada tahap ini pemimpin mulai menyerahkan tanggung jawab untuk
merencanakan dan melaksanakan sebuah proyek. Pemimpin
memerintahkan kepada pengikut yang lain untuk bekerja dibawah
pimpinan dan pengawasan calon pemimpin baru tersebut. Sang calon
mulai menyerap semua hal yang dipelajarinya tentang berbagai segi
kepemimpinan dan menerapkannya untuk pertama kalinya dalam peran
kepemimpinan yang nyata. Pemimpin bertindak sebagai pengamat dan
menilai kepemimpinan calon pemimpin serta memberi nasihat bila
diperlukan. Dalam tahap ini pemimpin masih memiliki hak veto terhadap
keputusan yang diambil sang-calon tersebut.
4. Menjadi rekan sederajat.
Setelah pemimpin merasa puas dengan hasil kerja sang-calon, maka
selanjutnya pemimpin harus rela menjadi rekan kerja yang sederajat.
Pemimpin hanya memberi persetujuan atas keputusan yang diambil oleh
calon pemimpin, setelah memberikan nasihat-nasihatnya. Dalam tahap ini
sang pemimpin telah menaruh kepercayaan kepada calon pemimpin

Bandung Haggai Seminary| 32


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

dalam melaksanakan semua tugas kepemimpinan, selanjutnya


mengevaluasinya bersama-sama.
5. Diganti pemimpin baru.
Calon pemimpin sekarang sudah sepenuhnya "menjadi pemimpin baru"
yang menggantikan fungsi kepemimpinan pendahulunya (seniornya).
Tugas pemimpin lama ialah memberikan penjelasan kepada seluruh
anggota, bahwa semua wewenang dan pengaturan tugas sudah dialihkan
kepada pemimpin baru.
Seorang pemimpin yang berhasil harus mengetahui cara
mengubah pengikutnya menjadi pemimpin baru yang menggantikan tugas
kepemimpinan seniornya. Begitu pula selanjutnya dengan pemimpin baru
yang tidak hanya menunjukkan jalan untuk diikuti, melainkan harus
melatih pengikutnya menjadi pemimpin-pemimpin yang efektif.
Keberhasilan tanpa penerus adalah kegagalan (success without
successor is failure), dengan kata lain tugas seorang pemimpin belum
selesai sampai pengikutnya telah menggantikan kedudukannya.
Allah selalu mencari orang yang dapat di percaya menjadi
pemimpin. Sejarah kehidupan manusia yang tercatat dalam Alkitab,
selalu ditandai dengan bangkitnya pemimpin-pemimpin baru yang
dipersiapkan, dipanggil, dan dipilih Allah untuk tugas-tugas khusus
sesuai dengan rencana-Nya.
Dalam konsep Alkitab, kepemimpinan Kristen adalah
"kepelayanan" (servanthood), yang pada dasarnya adalah melayani orang
lain yang dipimpinnya dengan kasih, dan bukan mengharapkan pelayanan
seperti yang dilakukan pemimpin-pemimpin dunia.

Perbedaan Pemimpin Dunia dan Pemimpin Kristen


Pemimpin Dunia (Bagai Tuan) Pemimpin Kristen (Bagai
Hamba)
 Berdasarkan kuasa  Berdasarkan kasih
 Memberi perintah  Memberi teladan
 Mengharap dilayani  Kerelaan melayani
 Perlu kekuatan untuk  Dapat kekuatan melalui
menaklukkan penyerahan diri
 Sebagai penguasa atas domba  Sebagai gembala atas

Bandung Haggai Seminary| 33


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

 Mementingkan kepuasan domba


pribadi  Mementingkan
 Menghalalkan berbagai macam kepuasan Tuhan
cara  Cara yang sesuai Alkitab
 Diktator dan otoriter (Firman Allah)
 Partisipatif dan
konsultatif
Banyak gaya kepemimpinan di dunia ini, tetapi hanya sedikit
sekali pemimpin yang memahami pentingnya kasih dalam menjalankan
tugas-tugas kepemimpinannya. Tuhan Yesus bukan hanya memahami
perlunya menggabungkan kasih ke dalam kepemimpinan, melainkan la
juga menjadikan kasih sebagai persyaratan bagi semua orang yang mau
menjadi pengikut-Nya. Kepemimpinan Kristen haruslah berfungsi ganda,
yaitu melayani Tuhan dan sekaligus melayani manusia, sehingga lebih
tepat disebut: "Pemimpin sebagai hamba" (Lukas 22:24-27). Karena
pemimpin Kristen juga berfungsi sebagai pemelihara, menjaga, dan
membela anggota, mereka juga dapat disebut "pemimpin sebagai
gembala" (Yohanes 10:34).
Untuk meningkatkan kemampuan seluruh anggota yang
dipimpinnya maka seorang pemimpin harus mampu mengajarkan segala
sesuatu kepada anggotanya sehingga "pemimpin berfungsi sebagai guru"
(Yohanes 3:1-2).
Tugas seorang pemimpin Kristen pun meliputi mengatur,
mengawasi perbendaharaan, administrasi, dan mendelegasikan
wewenang, sehingga bisa disebut "pemimpin adalah sebagai manager" (1
Korintus 4:1).
Sebagai pemimpin yang dipilih Tuhan, ia harus selalu menjaga
integritas agar senantiasa benar di hadapan Allah dan manusia, seperti
yang diteladani Tuhan Yesus sendiri (Matius 22:16). Begitu pula ia harus
terus bertumbuh dalam kerohanian dan pengetahuan sesuai dengan yang
dibutuhkan seluruh anggota dan organisasi yang dipimpinnya. Untuk itu
ia harus selalu belajar dalam berbagai bidang ilmu yang berhubungan
dengan manajemen.
Perencanaan dan pendelegasian tugas, merupakan hal yang sangat
penting untuk dilakukan seorang pemimpin, agar kepemimpinan dapat

Bandung Haggai Seminary| 34


Kepemimpinan dan Komunikasi | Dr. Markus Suwandi, M

berlanjut dan berkembang terus melalui pemimpin-pemimpin baru.

Bandung Haggai Seminary| 35

Anda mungkin juga menyukai