Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

AGAMA KRISTEN PROTESTAN


KEPEMIMPINAN KRISTEN

Oleh :

Kelompok 11

1.MARIAM SELASEPMER MOOY (2301060029)


2.ASRIANTI RAMBU MURA GUNA (2301060044)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG 2024
ABSTRAK
Judu Skripsi:
KAJIAN ALKITAB TENTANG KARAKTER PEMIMPIN KRISTEN
BERDASARKAN ROMA 15:14-21
Pemimpin Kristen berpartisipasi kepada semua orang-orang yang ada dalam
lembaga gereja maupun lembaga masyarakat yang ada disekitarnya, partisipasi yang
diberikan oleh seorang pemimpin merupakan pemikiran yang logis bagi organisasi yang
dipimpin dan dibentuk. Begitu juga dengan organisasi Kristen (gereja) merupakan
sebuah wadah yang memiliki pemimpin, agar organisasi itu dapat mencapai sebuah gol
atau keberasilan. Bertolak dari judul skripsi ini penulis telah memberikan berbagai
penjelasan mengenai karakter seorang pemimpin Kristen berdasarkan alkitab yang
dipercayai sebagai Firman Allah. Karena dasar dari segala sesuatu yang dilakukan oleh
setiap orang yang percaya bahkan setiap pemimpin Kristen itu berdasarkan pada Alkitab
supaya nama Yesus ada didalam hati seorang pemimpin. Titik tolak karakter seorang
pemimpin Kristen ada pada Kristus sebagai teladan pemimpin. Teladan yang baik dan
agung yang diberikan oleh Kristus kepada seorang pemimpin merupakan suatu hal yang
sangat mulia karena hal ini berhubungan dengan kepribadian dari seorang pemimpin.
Tujuan dari pada skripsi ini adalah untuk menumbuh kembangkan cara berpikir
orang-orang Kristen yang ada pada saat ini mengenai kepemimpinan bahkan penulis
sendiri. Skripsi ini merupakan sarana untuk penulis mendapatkan gelar Srata Satu
program studi teologia. Tujuanya bagi lembaga adalah agar skripsi ini dapat dibaca oleh
para mahasiswa untuk dijadikan pengetahuan yang baik dan juga bisa dipakai sebagai
bahan ajar. Skripsi ini juga berguna bagi calon-calon pemimpin di generasi yang akan
datang. Dan yang paling penting adalah mengubah pemikiran yang salah tentang
kepemimpinan Kristen.

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
ABSTRAK........................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Identifikasi Masalah..............................................................................6
C. Perumusan Masalalah ..........................................................................6
D. Tujuan Penelitian .................................................................................6
E. Metode ..................................................................................................7
F. Hipotesa ................................................................................................7
I. Sistematika Penulisan ............................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam bab ini penulis membahas: latar belakang masalah, identifikasi maslah
penelitian, pembatasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan
penelitian, hipotesis, manfaat penelitian, metode penelitian, metodologi, sistematika
penulisan.
A. Latar Belakang Masalah
Seiring berjalannya waktu Rasul Paulus dalam pelayanannya di Jemaat-jemaat
yang bukan Yahudi pada saat itu ia sendiri mengalami berbagai masalah yang
dihadapinya. Paulus sendiri perna di penjara ketika ia melayani dan membawa nama
Kristus kepada orang-orang Yahudi pada saat itu. Ada beberapa pemimpin Kristen
disaat ini ketika meimpin Jemaat, pemimpin tersebut merasa tidak mampu ketika di
hadapi dengan berbagai masalah. Terkadang masalah yang dihadapi oleh seorang
pemimpin Kristen sulit untuk pemimpin ini dapatkan jalan keluarnya.
Menurut Yakob Tomatala pemimpin Kristen ialah “suatau proses terencana
yang dinamis dalam konteks pelayanan Kristen (yang menyangkaut faktor waktu,
tempat, dan situasi khusus) yang didalmnya oleh campur tangan Allah, Ia memanggil
bagi diriNya seorang pemimpin (dengan kapasitas penuh) untuk memimpin umatNya.”1
Maksud pendapat diatas, pemimpin Kristen merupakan seorang yang memiliki
arah dalam memimpin sutau oganisasi. Tetapi, ada juga pemimpin yang kurang
memahami bahwa ia adalah orang yang telah dipanggil oleh Allah untuk memimpin
umat-Nya. Karena pemimpin tersebut masi membawa kebiasaan lamanya yang
sebenarnya pelu ditinggalkan.
Menurut Eddie Gibbs, “peran para pemimpin dalam mengembangkan visi
pertama-tama dan terutama adalah memimpin komunitas iman dalam mencari pikiran
Allah. Visi bukan sekadar sebuah ide yang cemerlang atau sebuah pernyataan yang
memberi jaminan keberasilan yang disampaikan pemimpin kepada kelompoknya. Visi
yang autentik harus berasal dari atas dan dari dalam”.2
Adalah masalah bagi seorang pemimpin Kristen yang kurang memahami
visinya kedepan dalam memimpin suatu organisasi. Pemimpin akan sulit untuk
mengarahkan organisasi yang dipimpinnya ke arah yang mau dicapai, demikian juga
usahanya akan sia-sia. Organisasinya akan jalan ditempat ketika seorang pemimpin
kurang memahami apa itu visi dalam organisasi yang dipimpinnya.
Menurut John C. Maxwell, “kepemimpinan merupakan pengaruh utnuk
mendapatkan pengikut, dan kemudian dari titk itu guna menolong seorang pemimpin
bagaimana cara memimpin. Dan juga mengatakan bahwa pemimpin adalah tanggung
Jawab dalam memimpin suatu organisasi.”3
Maksud pendapat diatas, kepemimpinan merupkan pengaruh untuk
mendapatkan pengikut. Tetapi dengang kondisi dan situasi disaat ini, seorang pemimpin
sulit untuk mendapatkan pengikutnya yang menolong seorang pemimpin dalam
membangun sebuah organisasi. Dengan kondisi dan situasi yang kurang memungkikan
bagi seorang pemimpin bisa saja meninggalkan tugas dan tanggung jawabnya di dalam
memimpin organisasi.

1
Yakob Tomatala, Pemimpin Yang Dinamis (Gandum Mas, 1997), 42.
2
Eddie Gibbs, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang (Jakarta: Gunung Mulia, 2010), 167.
3
John C. Maxwell, Membangun Kepemimpinan dalam Diri Anda (Publised By Equip, 1993), 2.

1
Yakob Tomatala juga mengatakan bahwa, “kepemimpinan Kristen memiliki
dasar etika moral yang Alkitabiah. Dalam kepemimpinan Kristen, presuposisi dasar
etika moral dilandaskan atas “inkarnasi” Yesus Kristus (Yoh. 1:1-14, 18, Fil. 2:1-11).
Konsep inkarnasi dalam kepemimpinan Kristen dibangun atas dasar Alkitab, yang
berkenan dengan “Inkarnasi Yesus Kristus”4
Tetapi kenyataannya di saat ini seorang pemimpin Kristen kurang memiliki
etika yang baik dalam memimpin sebuah organisasi. Pemimpin ini adalah pemimpin
yang seenaknya saja mengambil sebuah keputusan tanpa mendengar apa yang dikatakan
oleh anggotanya. Ini dapat dikatakan bahwa pemimpin tersebut memimpin
organisasinya dengan tengan besi atau hanya kepusunnya saja yang di ikuti. Pemimpin
yang kurang memiliki etika adalah pemimpin yang bersikap angkuh terhadap orang lain
dan tidak mau menegur orang-orang yang dipimpinnya. pemimpin ini bersikap acu
dengan apa yang terjadi dalam organisasinya.
Menurut Syaful, kepemimpinan (leadership) dapat dimakanai dapat dimaknai
sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian yang ada dalam
diri pemimpin itu sendiri. Termasuk di dalamnya kewibawaan, ketrampilan,
pengetahuan dan visi, dan kompetisi untuk dijadikan sebagai sarana kepemimpinan
dalam rangka meyakinkan orang-orang yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat
melaksanakan tugas-tugasnya yang dibebankan kepadanya dengan rela, dan penuh
semangat.”5
Penulis setuju dengan pendapat diatas. Pemimpin dimaknai sekumpulan
perilaku yang ada alam dirinya. Sebuah masalah yang dialami oleh seorang pemimpin
jika ia tidak memiliki kemampuan dalam dirinya. Pemimpin akan menjadi fasip dalam
emimpin suatu organisasi artinya bahwa, seorang pemimpin akan susah dalam
meberikan sumbangsi atau pengaruh kepada oraganisasi yang dipimpinnya. Pemimpin
yang fasip yaitu pemimpin yang diam di tempat dan tidak memberikan respon kepada
orang lain.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakan diatas maka disini penulis akan memberikan
beberapa identifikasi masa sebagai brikut:
1. Pemimpin kurang memahami panggilannya sebagai seorang peimpin
2. Pemimpin kurang memiliki visi dalam memimpin suatu organisasi
3. Pemimpin kurang memiliki etika dalam memimpin organisasi
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakan dan idntifikasi masalah diatas, penulis membatasi
permasalahan pada poin 3 yaitu: pemimpin kurang memiliki etika dalam memimpin
orgnaisasi.
D. Rumusan Masalah Penelitian
Setelah mengidetifikasi latar belakan maslah diatas adapun rumusan maslah
yang diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimana ciri seorang pemimpin yang memahami panggilannya?
2. Bagaimana seorang pemimpin yang memiliki visi dalam memimpin
organisasi?
3. Seperti apakah seorang pemimpin yang memiliki etika dalam memimpin?
E. Tujuan Penelitian

4
Yakob Tomatala, Kepemimpinan yang Dinamis (Gandum Mas, 1997), 49.
5
Syaful Sagala, Pendekatan dan Model Kepemimpinan (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2018), 43

2
Berdasarkan rumusan masalah tesebut diatas maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Untuk menjelaskan sorang pemimpin yang memahami panggilannya
2. Untuk menjelaskan visi misi kepemimpinan Kristen
3. Untuk menjelaskan implikasi kepemipinan Kristen di masa kini
F. Hipotesis
Jika seorang pemimpin Kristen memiliki etika yang baik dalam memimpin
organisasi maka organisasi yang dipimpinnya akan menjadi baik di masa yang akan
datang.
G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penulisan ini, dapat bermanfaat bagi para pemimpin yang
pada saat ini, sehingga seorang pemimpin dapat mengerti dan memahami
kepemimpinan yang sebenarnya
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Institusi
Dengan adanya tuisan ini, dapat bermanfaat bagi lemabaga untuk
dijadikan sebagai bahan ajar kepada mahasiswa yang kedepannya
menjadi eorang pemimpin.
b. Manfaat bagi Penulis
Dengan adanya tulisan ini, dapat bermanfaat bagi penulis agar penulis
dapat memahami seperti apakah model kepemimpinan Kristen yang
sebenarnya.
H. Metodologi
Penulisan skripsi ini didasarkan pada penelitian kepustakaan (Library
Research) atau menggunakan buku-buku yang ada sesuai dengan judul yang dibahas
serta menggunkan Alkitab sebagi sumber diatas segala sumber pengetahuan.
I. Sistematika Penuisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini dapat dilihat penjelasan dibawah ini
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
BAB II Teori Kepemipinan Kisten
BAB III Kajian Alkitab tentang Karakter Pemimpin Kristen berdasarkan Roma
15:14-21
BAB IV Implikasi kepemimpinan Kristen bagi pemimpin di masa kini
BAB V Penutup

3
BAB II
TEORI KEPEMIMPINAN KRISTEN

A. Arti Kepemimpinan Kristen


Kepemimpinan Kristen adalah suatu tanggung jawab yang di pegang oleh
seorang pemimpin untuk memimpin orang lain. Kepemimpinan juga merupakan salah
satu kegiatan dari seseorang untuk mengembangkan kemampuannya dalam memimpin
organisasi, baik itu dalam gereja maupun dalam organisasi Kristen lainnya.
Menurut John C. Maxwell, “kepemimpinan merupakan pengaruh untuk
mendapatkan pengikut, dan kemudian dari titik itu guna menolong seorang pemimpin
bagaimana cara memimpin. Dan juga mengatakan bahwa pemimpin adalah
tanggungjawab seseorang dalam memimpin suatu organisasi.”6
Maksud dari pernyataan di atas adalah kepemimpinan merupakan satu individu
yang mampu untuk memberikan pengaruh kepada orang lain. Pemimpin juga dapat
menolong orang lain untuk mengembangkan potensi kepemimpinan dalam diri orang
tersebut. Pemimpin merupakan orang yang membawa perubahan dalam organisasi.
Menurut Timotius, kepemimpinan adalah kemampuan atau kekuasaan yang
digunakan oleh pemimpin untuk menggerakan para pengikutnya untuk mencapai visi
atau tujuan organisasi. Ada berbagai pendekatan untuk menggerakan pengikut, antara
lain motivasi atau membujuk pengikut, dan menjadi teladan.7
Penulis setuju dengan pendapat di atas bahwa, pemimpin merupakan orang
yang menggerakan anggotanya untuk mencapai visi dalam organisasi. Pemimpin juga
adalah seorang yang mampu untuk melakukan pendekatan kepada orang yang
dipimpinnya.
Menurut Syaful, kepemimpinan (leadership) dapat dimaknai sekumpulan dari
seraingkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian yang ada di dalam diri pemimpin
itu sendiri. Termasuk didalamnya kewibawaan, ketrampilan, pengetahuan dan visi, dan
kopetensi untuk dijadikan sebagai sarana kepemimpinan dalam rangka meyakinkan
orang-orang yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-
tugasnya yang dibebankan kepadanya dengan rela, dan penuh semangat.8
Dari berbagai tanggapan di atas, penulis memberikan indikasi bahwa
kepemimpinan merupakan orang yang mampu untuk memberikan pengaruh terhadap
orang lain. Pemimpin juga merupakan suatu individu yang memiliki pengetahuan dan
ketrampilan dalam memimpin organisasi.
B. Kualifikasi Kepemimpinan Kristen
Di poin ini penulis akan menjelaskan beberapa kualifikasi kepemimpinan
menurut para ahli.
Menurut Sen Sendjaya, “pemimpin Kristen harus memiliki visi, integritas,
stamina, wawasan, dan seterusnya. Namun pemimpin yang bukan Kristiani pun
memiliki semua itu. Bahkan mereka sering kali memiliki visi yang lebih besar,
integritas lebih tinggi, stamina yang labih kuat, dan wawasan yang lebih kuat.”9

6
John C. Maxwell, Membangun Kepemimpinan dalm diri Anda (Indonesia: Published by
Equip, 1993), 2.
7
Timotius, Kepemimpinan dan Kepengikutan (Yokyakarta: CV Andi Offset, 2016), 15.
8
Syaful sagala, Pendekatan dan Model Kepemimpinan (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2018),
43.
9
Sen Senjdaya, Jadila Pemimpin Demi Kristus (Literatur Perkantas , 2012), 53.

4
Maksud pendapat di atas, seorang pemimpin merupakan pemimpin yang
memiliki visi, integritas, wawasan, dan stamina. Itu semua merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh seorang pemimpin Kristen untuk mensukseskan organisasi yang
dipimpinnya.
Menurut Tulus, “pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang proaktif,
berjuang menuju gol yang telah dicanangkannya, mendahulukan hal-hal yang dianggap
utama, mengembangkan pola pikir menang-menang, berusaha mengerti orang terlebih
dahulu, berupaya melakukan sinergi, selalu melakukan pembaharuan yang
berkelanjuatan.”10
Makksud pernyataan diatas, seorang pemimpin merupakan pemimpin yang pro
aktif dalam segala bidang apapun dalam organisasi tersebut. Pemimpin proaktif yaitu
pemimpin yang bergerak cepat mengambil tindakan untuk menolong anggotanya yang
sedang dalam kesulitan. Pemimpin tersebut akan memcapai gol yang diinginkan oleh
organisasi ketika ia telah melakukan suatu perubahan yang membuat organisasinya
maju.
Menurut John C. Maxwell, “Pemimpin yang berkuliatas adalah pemimpin yang
memiliki kemampuan untuk menemukan benih kesuksesan orang lain membutuhkan
komitmen, kerajinan, dan ketulusan hati. Ini membuat pemimpin bisa benar-benar
berfokus pada orang lain. Pemimpin harus melihat pada bakat, tempramen, semangat,
kesuksesan, kegembiraan, dan kesempatan yang orang itu miliki. Ketika menemukan
benih itu pemimpin harus menumpuknya dengan penguatan dan mengairihnya dengan
kesempatan.”11
Dari berbagai pendapat di atas mengenai kualifikasi kepemimpinan maka,
penulis akan memberikan kesimpulan bahwa seorang pemimpin yang berkualitas adalah
pemimpin yang mampu untuk menemukan benih kesuksesan suatu organisasi yang
dipimpinnya. Pemimpin juga perlu memiliki visi yang jelas dalam memimpin suatu
organisasi.
1. Memiliki Spritualitas yang Baik
Pemimpin yang memiliki spiritual adalah pemimpin yang memiliki kerohanian
yang baik. Spiritual yang dimaksud adalah hal rohani yang dimiliki oleh seorang
pemimpin yang baik.
Menurut Beni Hutahayan, “kepemimpinan spiritual dapat diartikan sebagai
kepemimpinan yang berada dibahwa pengaruh Tuhan dan kekuasaan Tuhan. Oswald
Sanders mendefinisikan bahwa kepemimpinan Spiritual sebagai gabungan antara sifat-
sifat rohani.”12
Maksud dari pendapat di atas adalah pemimpin yang memilki spiritual
merupakan pemimpin yang berada dibawa kendali oleh Allah. Artinya bahwa seorang
pemimpin perya kepada Tuhan yang telah mempengaruhinya untuk memimpi orang lain
dan memberikan kuasa kepada pemimpin itu dan segala sesuatu yang dilakukan oleh
sorang pemimpin semuanya berasal dari Allah sendiri.
Menurut J. Oswald Sanders “kepemimpinan rohani merupakan sifat campuran
antara sifat alamiah dan rohani. Sifat-sifat alamiah pun bukannya timbul begitu saja,
melainkan diberikan oleh Allah, dan oleh karena itu sifat-sifat ini akan mencapai

10
Tulus Tu’u, Pemimpin Kristiani yang Berhasil (Bina Media Informasi, 2010), 87.
11
John C. Maxwell, Mentoring (Surabaya: Media Distributing Cemerlang, 2014), 7.
12
Benny Hutahayan, Peran Kepemimpinan Spiritual dan Media Sosial (Yogyakarta: CV Budi
Utama, 2019), 27.

5
efektivitasnya yang tertinggi, jika digunakan di dalam melayani Allah dan untuk
kemuliaan-Nya.”13
Maksud pendapat di atas adalah pemimpin rohani merupakan pemimpin yang
dipakai oleh Tuhan untuk memimpin umat-Nya. Pemimpin rohani juga merupakan sifat
campuran dari sifat alami dan sifat rohani. Pemimpin rohani adalah pemimpin yang
dalam pribadinya memiliki jiwa rohani yang kuat.
Menurut Mangapul Sagala, “kepemimpinan rohani adalah kepemimpinan yang
berpusat pada Allah, mengandalkan Allah, bukan kepada diri sendiri. Hal tersebut dapat
ditemukan dalam surat-suratnya. “Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang
kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-
tiap orang kepada kesempurnanaan di dalam Kristus. Itulah yang akan ku usahakan dan
kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan
kuat di dalam aku” (Kol. 1:28-29).14
Dari beberapa pendapat di atas mengenai spiritual kepemimpinan memberiakan
kesimpulan bahwa, pemimpin yang memiliki spiritual adalah pemimpin yang
kerohaniannya baik dalam memimpin suatu organisasi. Pemimpin yang memiliki
spiritual merupakan pemimpin yang memiliki iman yang kokoh kepada Allah.
2. Memiliki Etika yang Baik
Pemimpin yang memiliki etika adalah pemimpin yang memiliki sikap yang
baik dalam memimpin suatu organisasi. Pemimpin yang memiliki sikap yang baik juga
dapat dicontohi oleh orang-orang yang dipimpinnya.
Menurut Yakob Tomatala, “kepemimpinan Kristen memiliki dasar etika moral
yang Alkitabiah. Dalam kepemimpinan Kristen, presuposisi dasar etika-moral
dilandaskan atas “inkarnasi” Yesus Kristus (Yoh. 1:1-14, 18, Fil. 2:1-11). Konsep
inkarnasi dalam kepemimpinan Kristen dibangun di atas dasar Alkitab, yang berkenan
dengan “inkarnasi Yesus Kristus”.15
Maksud pernyataan di atas adalah pemimpin yang memiliki etika merupakan
pemimpin yang mengalami perubahan perilaku dari yang tidak baik menjadi baik. Hal
ini sangat dibutuhkan oleh pemimpin Kristen yang ada pada saat ini. Pemimpin yang
memiliki etika merupakan pemimpin yang patut dituruh perilakunya.
Yakob Tomatala juga mengatakan bahwa “pemimpin yang memiliki etika
adalah “Yesus Kristus, kehidupan, karaya, ajaran dan perilaku-Nya. Hal ini merupakan
dasar teoligis-filosofis kepemimpinan Kristen, dimana seluruh kerangka kepemimpinan
Kristen dibangun di atas dasar ini.”16
Penulis setuju dengan pendapat di atas bahwa pemimpin Kristen yang memiliki
etika adalah pemimpin yang dilandasi oleh karya, ajaran, dan perilaku yang dimiliki
oleh Krsitus. Ini merupakan landasan yang paling utama dari seorang pemimpin Kristen
untuk memimpin organisasi.
3. Memimpin dengan Rendah Hati
Pemimpin yang rendah hati adalah pemimpin yang memiliki hati seorang
pemimpin untuk memimpin organisasi. Pemimpin yang rendah hati memiliki prinsip
untuk membentuk organisasinya dengan penuh rasa tanggung jawab.
Menurut J. Oswald Sanders, “kerendahan hati seorang pemimpin, sama seperti
kerohaniannya, harus menjadi sifat yang terus bertumbuh. Paulus memberikan contoh

13
J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1974), 21.
14
Mangapul Sagala, Pemimin Yang Membetuk Zaman (Jakarta: Deliam, 2009), 77
15
Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis (Malang: Gandum Mas, 1997), 49.
16
Yakob Tomatala, Kepemimpinan Yang Dinamis (Gandum Mas, 1997), 49.

6
melalui pelayanannya. Ia selalu rendah hati dalam semua pelayanan yang dilakukannya.
Pada permulaan pelayanannya, sementara ia mengingat kisa hidupnya yang telah yang
telah lalu dan yang sekarang sangat dibencinya, ia mengaku, “Karena akulah yang
paling hina dari semua rasul” (1 Kor 15: 9).”17
Maksud pendapat diatas adalah pemimpin yang renda hati merupakan
pemimpin yang kerohaniannya bertumbuh dengan baik. Saman seperti Rasul Paulus
merupakan pemimpin yang renda hati dalam memimpin setiap orang. Pemimpin yang
ada pada saat ini perlu memiliki kerendahan hati sehingga dapat memimpin dengan
baik.
Menurut Richards, “pemimpin yang memiliki kerendahan hati adalah
pemimpin yang berjiwa besar dalam memimpin suatu organisasi. Pemimpin tersebut
akan memiliki prinsip yang kuat dalam memimpin orang lain dan memiliki sikap yang
tegas terhadap bawahan. Pemimpin yang renda hati adalah pemimin yang mau membuat
organisasinya maju dan berkembang. Pemimpin ini akan disegani oleh bawahan dan
disegani oleh orang yang berada di sekitarnya”.18
Maksud pendapat diatas adalah pemimpin yang renda hati merupakan
pemimpin yang berjiwa besar dalam memimpin suatu oraganisasi, artinya bahwa
pemimpin tersebut memiliki hati yang tulus dalam memimpin orang lain. Pemimpin
yang renda hati adalah pemimpi yang memiliki prinsip yang kuat atau memiliki tekat
yang kuat dalam memimpin suatu organisasi.
Dari beberapa pendapat diatas mengenai pemimpin yang renda hati maka disini
penulis akan memberikan kesipulan bahwa, pemimpin yang renda hati merupakan
pemimpin yang berjiwa besar untuk memimpin orang lain dan juga memimpin suatu
organisasi. Pemimpin yang renda hati adalah pemimpin yang kerohaniaannya
bertumbuh dengan baik.
4. Melayani dengan Taat
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas apa
yang dikerjakannya. Melayani merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang
pemimpin untuk mengatur, dan mengarahkan orang yang akan dipimpinnya.
Menurut Alifiulahtin Utaminingsih, “pemimpin yang melayani adalah
pemimpin yang mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapannya. Pemimpin
yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan kepentingan
pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan
ego berarti dapat mengendalikan diri ketika dengan visi yang jelas.”19
Maksud pendapat diatas adalah pemimpin yang melayani merupakan
pemimpin yang bertanggung jawab atas apa yang telah dikerjakannya. Pemimpin yang
melayani adalah pemimpin yang tidak egois tetapi ia lebih mementingkan kepentingan
orang lain yang dipimpinnya.
Menurut Matheus Mangentang, “kepemimpinan Alkitab adalah kepemimpinan
yang melayani atau hamba bukan tuan. Tuhan Yesus mengajarkan “servan leadership”
dengan sangat jelas. “Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani” (Mrk. 10:45). Esensi kepemimpinan Kristen tidak pada jabatan, pangkat,
kharisma, namun hati yang benar-benar tulus untuk melayani.”20

17
J Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani (Yayasan Kalam Hidup, 1996), 63.
18
Richards, Expositori, Ditionary Of Bible Words.
19
Alifiulahtin Utaminingsih, Perilaku Organisasi (Malang: Universitas Brawijaya Press, 2014),
110
20
Matheus Mangentang, Kepemimpinan yang Membentuk Zaman (Jakarta: Delima 2009),1

7
Penulis setuju dengan pernyataan diatas bahwa pemimpin yang melayani harus
mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk menjadi pemimpin dalam Gereja dan pemimpin
dalam lembaga Kristen. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang memiliki hati
yang melayani orang-orang yang dipimpinnya.
Menurut Gottried Osei-Mesah, “kepemimpinan Kristiani yang renda hati rela
mengabdi melalui pelayanan, hanya mempunyai makna dalam konteks ke-Tuhan-an
Kristus. Kita mustahil menjadi pemimpin yang melayani kecuali kita mempunyai Tuhan
kepada siapa kita secara pribadi mempunyai komitmen.”21
Maksud Pendapat diatas adalah pemimpimpin yang melayani merupakan
pemimpin yang mempunyai konteks ke Tuhanan. Pemimpin tersebut akan memiliki
komitmen untuk mensukseskan organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin yang melayani
adalah pemimpin yang memiliki tekat untuk memimpin organisasinya.
Menurut Mangapul Sagala, “kepemimpinan yang melayani dan mengabdikan
diri itulah juga yang ditegaskan oleh Rasul Petrus. Dalam suratnya kepada jemaat-
jemaat Tuhan di diaspora (perantauan), Rasul Petrus menasihatkan para penatua untuk
menggembalakan kawanan domba Allah, “jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela
sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi
dengan pengabdian diri” (1 Pet. 5:2).”22
Dari beberapa pendapat di atas mengenai pemimpin yang melayani maka disini
penulis akan memberikan suartu kesimpulan bahwa, pemimpin yang melayani adalah
pemimpin yang mengabdikan dirinya dalam memimpin suatu organisasi. Pemimpin
yang melayani adalah pemimpin yang setia dalam memimpin oraganisasinya.
C. Kepemimpinan Kristen
Kepemimpinan kristen adalah orang yang mampu untuk mempimpin suatu
oraganisasi yang bersifat rohania. Pemimpin Kristen adalah pemimpin yang dipilih oleh
Allah untuk menjalankan misi Allah di bumi.
Menurut Yakob Tomatala pemimpin Kristen ialah “suatau proses terencana
yang dinamis dalam konteks pelayanan Kristen (yang menyangkaut faktor waktu,
tempat, dan situasi khusus) yang didalmnya oleh campur tangan Allah, Ia memanggil
bagi diriNya seorang pemimpin (dengan kapasitas penuh) untuk memimpin umatNya.”23
Penulis setuju dengan pendapat diatas bahwa pemimpin Kristen adalah
pemimpin yang direncanakan oleh Allah untuk memimpin umatNya sejak dari semula.
Allah telah memilih pemimpin yang memiliki kemampuan untuk memimpin orang lain.
Menurut Sen Senjdaya, kepemimpinan Kristen bukanlah sebuah proses
pembesaran diri yang mengandalkan kemampuan sendiri untuk mencapai ambisi
pribadi. Kepemimpinan Kristen adalah sebuah proses pelucutan diri yang mengandalkan
penyerahan diri secara total kepada Allah untuk mencapai kehendak-Nya dalam dan
melalui diri pemimpin.24
Dari beberapa pendapat di atas mengenai kepemimpinan Kristen maka disini
penulis akan memberikan suatu indikasi bahwa, kepemimpina Kristen adalah pemimpin
yang terjun langsung kelapangan untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
dengan baik. Seorang pemimpin perlu pertolaongan Allah agar pemimpin tersebut
mencapai apa yang menjadi tujuan dari organisasi tersebut.

21
Gottfried Osei-Mensah, Dicari Pemimpin Yang Menjadi Pelayan (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih 2006), 33
22
Mangapul Sagala, Pemimpin Yang Membentuk Zaman (Jakarta: Delima, 2009), 76.
23
Yakob Tomatala, Pemimpin Yang Dinamis (Gandum Mas, 1997), 42.
24
Sen Senjdaya, Jadila Pemimpin Demi Kristus (Literatur Perkantas), 60.

8
1. Panggilan Menjadi seorang Pemimpin
Panggilan menjadi seorang pemimpin merupakan suatu hal yang sangat mulia
bagi seorang pemimpin yang telah dipercayakan untuk memimpin oraganisasinya.
Menjadi seorang pemimpin adalah sutu hal yang sangat luar biasa dikalangan
oragnisasai Kristen, karena Allah memanggil satu individu untuk menjadi pemimpin
bagi banyak orang.
Menurut Yakob Tomatala, “pemimpin Kristen adalah seorang yang telah
dipanggil oleh Allah sebagi pemimpin yang ditandai oleh kapasitas pemimpin, tanggung
jawab, dan pemberian Allah untuk memimpin mempengaruhi atau mengarahkan suatu
kelompok umat Allah dalam gereja dan mencapai tujuan”.25
Seorang pemimpin yang telah dipanggi oleh Allah adalah seorang pemimpin
yang memiliki kapasitas untuk memimpin suatu organisasi. Dengan kemampuan yang
telah diberiakan Allah kepada seorang pemimpin, dengan demikian pemimpin tersebut
mampu untuk mensukseskan oraganisasi yang dipimpinnya. Pemimpin yang terpanggil
adalah pemimpin yang mampu untuk menolong bawahannya dalam segala situasi
apapun. Pemimin tersebut juga akan mampu memberikan perubahan dalam oragnisasi
tersebut.
2. Pemimpin yang Beriman
Pemimpin yang beriman adalah pemimpin yang memiliki kepercayaan yang
kokoh kepada Tuhan. Pemimpin yang beriman merupakan pemimpin yang
kepercayaannya tidak muda di pengaruhi oleh siapapun.
Menurut Eddie Gibbs, “pemimpin yang teguh akan mempertahankan
keyakinan mereka, menantang orang lain, mengakui kesalahan, dan bahakan mengubah
perilaku jika diperlukan. Mereka melakukan perubahan ketika bertempur melawan
gejolak batin, kemalasan, dan oposisi eksternal. Seorang yang mempunyai keteguhan
juga dibentuk dan memperlihatkan konsistensi dan reaksi emosi yang tepat, terutama
dalam situasi kritis.”26
Maksud pendapat diatas adalah pemimpin yang teguh adalah pemimpin yang
memiliki kepercayaan yang kokoh kepada Tuhan. Pemimpin yang beriman adalah
pemimpin yang mengubah perilakunya yang buruk menjadi baik. Pemimpin tersebut
akan melakukan perubahan ketika mengahadapi cobaan dalam dirinya sendiri.
3. Pemimpin yang Memiliki Visi dan Misi
Pemimpin yang memiliki visi adalah pemimpin yang memiliki tujuan yang
jelas dalam memimpin organisasi. Dalam diri seorang pemimpin perlu ada visi yang
jelas sehingga dalam karirnya sebagai pemimpin akan tercapai. Pemimpin yang
memiliki visi adalah seorang pemimpin yang mau organisasinya berhasil.
Menurut Gunandi Getol Mba, “pemimpin adalah seorang yang memilki visi
tentang masa depan, dengan visinya ini dia berusaha memengaruhi agar bersedia
bergabung dengan dirinya. Misinya adalah memperjuangkan terwujudnya visi tersebut.
Visi ini biasanya timbul dari kebutuhan dirinya untuk berprestasi dan cita-citanya
tentang masa depan. Ketika kebutuhan ini makin menguat maka kebutuhan ini
menjelma menjadi “motif” yang sagangat kuat yang mendorong dirinya buntuk
bertindak”.27

25
Yakob Toamtala, Menari Format Gereja Yang kontekstual Di Indonesia, 16.
26
Eddie Gibbs, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010),
149-150.
27
Gunandi Getol Mba, Acceptid Leade, (Jakarta: Gramedia, 2018), 7.

9
Maksud pendapat diatas adalah pemimpin yang memiliki visi adalah pemimpin
yang memiliki masa depan yang baik. Pemimpin yang memiliki visi merupakan
pemimpin yang berprestasi untuk mengembangkan organisasi yang dipimpinnya
sehingga menjadi organisasi yang berasil.
Menurut Eddie Gibbs, “peran para pemimpin dalam mengembangkan visi
pertama-tama dan terutama adalah memimpin komunitas iman dalam mencari pikiran
Allah. Visi bukan sekadar sebuah ide yang cemerlang atau sebuah pernyataan yang
memberi jaminan keberasilan yang disampaikan pemimpin kepada kelompoknya. Visi
yang autentik harus berasal dari atas dan dari dalam”.28
Pemimpin yang memiliki visi merupakan pemimpin yang memberikan jaminan
keberasilan kepada organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin yang ada pada saat ini perlu
memiliki visi yang jelas dan terara untuk mensukseskan organisasinya.
Menurut Jhon C. Maxwell, “sebuah visi adalah sebuah gambarang yang jelas
tentang apa yang dilihat oleh pemimpin mengenai jati diri kelompoknya dan apa yang
sedang dilakukan oleh kelompok itu. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh
para pemimpin, mengkomunikasikan sebuah visi adalah sala satu bidang yang palinng
banyak menimbulkan frustasi dalam memimpin sebuah organisasi”.29
Pemimpin yang memiliki visi adalah pemimpin yang memiliki gambaran yang
jelas dalam menuntun sebuah organisasi dalam mencapai target yang telah direcanakan
dari awal memulai suatu organisasi. Visi seorang pemimpin dapat dipaki untuk menilai
jati diri orang-orang yang ada dalam oragnisasi tersebut.
4. Pemimpin Kerja Berkualitas
Pemimpin yang berkualitas adalah pemimpin yang bekerja dengan sepenuh
hati dalam organisasi. Pemimpin perlu meningkatkan kualitas kepemimpinannya
dengan berpaut kepada orang-orang yang dipimpinnya. pemimpin tersebut terus
berupaya sedemikian rupa agar organisasi yang dipimpinnya memiliki kualitas yang
baik. Sebagai pemimpin yang berkulitas Rasul Paulus melalukan pelayanannya kepada
orang-orang yang tidak dikenalnya. Selain melakukan pelayanan Paulus mengisi
waktunya denagn membuat tenda agar dapat memenuhi kebutuhannya.
Menurut John C. Maxwell, “seorang pemimpin yang berkualitas adalah
pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menemukan benih kesuksesan orang lain
membutuhkan komitmen, kerajinan, dan ketulusan hati. Ini membuat pemimpin bisa
benar-benar berfokus pada orang lain. Pemipin harus melihat pada bakat, tempramen,
semangat, kesuksesan, kegembiraan, dan kesempatan yang orang itu miliki. Ketika
menemukan benih itu, pemimpin harus menumpuknya dengan penguatan dan
mengairinya dengairinya dengan kesempatan.”30
Penulis setuju dengan pendapat di atas bahwa, pemimpin yang berkualitas
perlu untuk menghasilkan benih yang baik dari hasil kepemimpinannya. Benih yang
dimaksud adalah bibit-bibit pemimpin yang dihasilkan oleh seorang pemimpin daalm
oragnisasi. Jadi pemimpin yang berkualitas perlu memiliki komitmen yang kuat dalam
memimpin organisasinya.
Menurut Octaviaus, “Rasul Paulus dalam nasehatnya kepada Timotius
mengumpamakan “pekerja keras” itu sebagai seorang petani yang bekerja keras siang
dan malam mengikuti musim. Bilamana musim itu menuntut dia harus bekerja dari pagi

28
Eddie Gibbs, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang (Jakarta: Gunung Mulia, 2010), 167.
29
Jhon C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan dalam diri Anda, 149.
30
John C. Maxwell, Mentoring (Surabaya: Media Distributing Cemerlang, 2014),7.

10
sampai malam ia harus rela. Seorang petani yang bekerja keras harusla pertama
menikmati hasil usahanya.”31
Maksud pendapat diatas adalah seorang pemimpin yang bekerja keras
diibaratkan seperti petani yang bekerja diladang. Pemimpin yang bekerja keras adalah
pemimpin yang berusaha untuk mensukseskan organisasinya. Pemimpin tersebut akan
menikmati hasil usahanya sendiri yaitu ia akan memilih orang yang dipimpinnya untuk
meneruskan kepemimpinannya.
5. Pemimpin yang Menghamba
Pemimpin yang menghamba adalah pemimpin yang tidak mengenal lelah
dalam memimpin suatu oraganisasi. Pemimpin tersebut akan selalu beruhasa agar
oraganisasi yang dipimpinnya menjadi berhasil. Pemimpin yang mengahamba
merupakan pemimpin yang betul-betul setia dalam memimpin organisasinya.
Menurut Maslan Lumbanra, “tugas pemimpin sebagai hamba Tuhan adalah
untuk menjalankan apa yang benar dan berkenan dihadapan Tuhan guna menjalankan
amanat agung untuk kemakmuran kelimpahan umat-Nya. Untuk mencapai ini maka
perlulah seorang pemimpin menerapkan kejujuran, ketulusan dan berpegang teguh pada
komitmen fungsi tupoksi pelayanan sebagai gambar dan wajah Allah dalam setiap
kinerja.”32
Maksud kutipan diatas adalah pemimpin sebagai hamba adalah pemimpin yang
menjalan tugas yang benar dan berkenan kepada Allah. Pemmpin sebagi hamba adalah
pemimpi yang bersikap jujur dalam melasanakan tugas dan tangung jawabnya dalam
memimpin suatu organisasi.
Menurut Benny Hutahayan, “kepemimpinan rohani adalah kehambaan,
pengabdian dan pengorbanan, kepemimpinan gereja adalah pengabdian (1 Pet. 5:1-3),
dan bukan untuk cari uang dan jabatan. Pemimpin wajib memiliki hati hamba dan sifat
pelayan (Yoh. 13:4-17, Mar. 9:35). Para pemimpin harus berjiwa pelayan (Efe 6:6-8).”33
Kepemimpinan rohani merupakan kepemimpinan yang menghamba atau
mengabdikan dirinya untuk melayani orang-orang yang ada disekitarnya. Pemimpin
yang memiliki hati hamba adalah pemimpin yang memliki jiwa pelayan. Pemimipin
yang memiliki hati hamba adalah pemimpin yang berusaha sedemikian rupa untuk
mensukseskan organisasi yang dipimpinnya.
Menurut Peniel Malaweng, “demikian juga pemimpin Kristen peru mengikuti
gaya kepemimpinan dari Yesus Kristus, sehingga dalam menjalankan kepemimpinan
akan berhasil dan bermanfaat bagi Gereja dan masyarakat. Seorang hamba tidak
mengenal lelah demi melaksanakan tanggung jawabnya. Itulah fungsi seorang hamba,
yaitu taat kepada tuannya dan siap kapan saja waktunya unrtuk melayani tuannya. Hal
yang sama diraskan oleh Tuhan Yesus. Keberadaan Yesus sebagai pelayan dan hamba
diamanatkan kepada murid-murit-Nya agar mereka mengabdikan diri kepada Allah
yang wujudnya adalah hidup dalam ketaatan kepada Allah.”34
Maksud kutipan diatas adalah pemimpin yang menghamba merupakan
pemimpin yang tidak mengenal lelah dalam memimpin organisasinya. Kepemimpinan
hamba adalah pemimpin yang setia dalam memimpin organisasinya. Pemimpin tersebut
akan selalu memberikan yang terbaik kepada orang-orang yang dipimpinnya.
31
Octavianus, Manajemen dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah (),95.
32
Maslan Lumbanra, Kepemimpinan, Pewartaan Firman dan Jemaat Ynag bertumbu Di Erah
Milenial (Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2019), 27.
33
Benny Hutahayan. Kepemimpinan Spiritual dan Media Sosial (Yogyakarta: Cv Budi
Utama)20.
34
Peniel Malaweng, Pemberdayaan Jemaat Menjadi Pelayan Jemaat (Tenggarong, 2004), 48.

11
12
BAB III
KAJIAN ALKITAB TENTANG KARAKTER PEMIMPIN KRISTEN
BERDASARKAN ROMA 15 : 14 -21

A. Mengakui Kelebihan yang Dimiliki Jemaat Roma (ay. 14)


Di era global saat ini, dibutuhkan pemimpin yang memiliki kemampuan dalam
memimpin. Yang dibutuhkan dari pemimpin bukan hanya cakap dalam berbicara, cakap
memimpin, dan spiritualnya baik, tetapi yang dibutuhkan pengetahuan yang baik untuk
mampu memimpin orang lain dalam organinsasi. Hal ini dapat dilihat dalam kitab Roma
15:14 dijelaskan bawah Jemaat Roma penuh dengan kelebihan, kebaikan dan
pengetahuan untuk saling menasihati antara satu dengan yang lainnya.
Menurut van Den End, “Kesungguhan Paulus dan keyakinan mengenai
‘kebaikan’ Jemaat Roma. Kebaikan itu disini agaknya terutama menyangkut pergaulan
anggota jemaat satu dengan yang lain. Meskipun telah menganjurkan agar jemaat hidup
rukun (14:1; 15:17), namun Paulus tidak menyangka mereka hidup dalam permusuhan,
Paulus yakin jemaat ini hidup daam kebaikan.”35
Maksud pernyataan di atas, Paulus mengakui bahwa Jemaat Roma memiliki
kelebihan dalam pergaulan antara satu dengan yang lainnya. Ini adalah suatu tindakan
yang baik dari Jemaat Roma. Demikian juga dengan pemimpin Kristen yang ada pada
saat ini, perlu memberikan teladan yang baik kepada orang-orang yang dipimpinnya
sehingga, organisasi tersebut akan berkembang di mata orang-orang dan juga dimata
dunia.
Hal ini juga yang dikatan oleh van Den End, “begitu pula kalau nasihatnya itu
diperkuat dengan menunjuk kepada karya Allah di dalam Kritus, ia tidak meragukan
pengetahuan mereka tentang karya itu. Pengetahuan Jemaat Roma ‘berlimpah-limpah’
dan dengan demikian mereka sanggup untuk saling mengasihi. Untuk itu tidak
diperlukan campur tangan seorang luar, katakanlah yang bukan ‘pendeta jemaat’
Roma”.36
Penulis setuju dengan pendapat di atas bahwa Paulus memperkuat nasehatnya
kepada Jemaat Roma dengan menunjuk pada karya Allah di dalam kristus. Hal ini
merupakan suatu hal yang sangat penting yang dimiliki oleh Rasul Paulus dalam
memimpin Jemaat Roma. Demikian juga disaat ini dibutuhkan pemimpin Kristen yang
mampu untuk mempimpin organisasi dengan baik, dan tetap memiliki pengetahuan
akan kebenaran Firman Tuhan untuk di sampaikan kepada orang-orang yang akan
dipimpin.
Menurut G. Raymon Carlson, “dalam ayat-ayat penutup dari surat kiriman
kepada Jemaat Roma, Paulus teladan yang besar tentang kerasulannya. Ia menulis itu
bukan karena memandang rendah kerohanian orang-orang Kristen di Roma, tetapi
dengan tujuan untuk mengingatkan mereka akan apa yang mereka ketahui.”37
Maksud pendapat di atas yaitu Rasul Paulus menunjukan kerasulannya kepada
jemaat yang ada di Roma, Rasul Paulus sebagai tokoh yang memberi teladan kepada
pemimpin Kristen yang yang telah dipilih oleh Tuhan. Rasul Paulus dalam suratnya
kepada Jemaat Roma ia mengingatkan apa yang telah Jemaat Roma ketahui yaitu

35
Thomas Van Den End, Tafsiran Kitab Surat Roma, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995),
670.
36
Thomas van Den End, Tafsiran Kitab surat Roma, (BPK Gnung Mulia, 1995), 670.
37
G. Raymon Carlson, Sutrat Roma, (Bandung: Gandum Mass, 2018), 100.

13
Kebenaran Firman Allah. Ini merupakan hal yang perlu diteladai oleh pemimpin Kristen
yang ada pada saat ini.
1. Mengakui Kebaikan
Jika ditelusuri dalam Kitab Roma 15: 14-21 di sana Rasul Paulus telah
menjelaskan tulisannya kepada Jemaat Roma. Paulus sendiri mengakui bahwa Jemaat
Roma merupakan jemaat yang sudah memiliki kebaikan dalam hal rohani. Kebaikan
yang dimiliki Jemaat Roma yaitu kebaikan untuk saling menasihati antara satu dengan
yang lainnya. Hal ini perlu dimiliki oleh pemimpin Kristen disaat ini, agar bisa
memimpin orang lain dengan baik.
Menurut Dave Hagelberg, “hampir ada kesan bahwa Paulus membujuk mereka
dalam ayat ini, tetapi menurut Cranfield ini bukan bujukan, tetapi demi kesopanan.
Sebaiknya hamba Tuhan menganggap jemaat-Nya sudah dewasa, kecuali mereka sudah
menyatakan bahwa mereka kurang dewasa, seperti apa yang tampak dalam 1 Korintus
3:1 dan Galatia 3:1.”38
Maksud dari pendapat di atas, bahwa rasul Paulus menganggap jemaat Roma
sudah dewasa dalam kerohanian, sehingga Jemaat Roma mampu untuk saling
menasihati antara satu dengan yang lainnya. Rasul Paulus adalah pelayan Tuhan yang
sopan dengan Jemaat Roma sehingga ia sendiri mengakui bahwa Jemaat Roma penuh
dengan pengetahuan untuk saling menasihati. Demikin juga dengan pemimpin yang ada
pada saat ini perlu menasihati bawahannya ketika bawahnnya melakukan kesalahan.
Menurut Pohan, “seorang pemimpin yang baik, diharapkan agar mampu
mengendalikan diri. Berpikir sebelum melakukan sesuatu dan bertindak dalam batas
toleransi tertentu. Sebagai pemimpin yang bijaksana, harus bisa mengendalikan emosi.
Pemimpin yang baik harus bersedia menanggung beban paling berat di pundaknya,
temukanlah solusi atas kesalahan atau kekeliruan yang terjadi.”39
Maksud pendapat di atas adalah pemimpin yang baik merupakan pemimpin
yang mampu mengendalikan diri tahu menahan emosi. Pemimpin tersebut akan berhasil
memimpin organisasinya ketika ia dapat mengendalikan dirinya dari berbagai godaan.
Pemimpin yang baik juga merupakan pemimpin yang siap untuk menanggung beban
dari pada oran-orang yang mengikutinya ini adalah pemimpin yang baik dalam
kepemimpinannya.
Menurut Dale Carnegie, “pemimpin yang baik benar-benar memberi perhatian
kepada orang-orang mereka. Para pemimpin ini semampu mereka mempelajari kekuatan
dan keterbatasan orang-orang mereka, apa yang mereka sukai dan yang mereka tidak
sukai, bagaimana tindakan reaksi mereka. Para pemimpin ini meluangkan waktu untuk
bekerja dengan mereka, memberikan sumber daya, perangkat, dan cara untuk
melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif.”40
Maksud penjelasan di atas tentang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
memberi perhatian kepada orang-orang yang dipimpinnya. maksudnya adalah
pemimpin perlu untuk memperhatikan bawahannya ketika sedang mengalami persoalan
pribadi. Hal ini yang perlu dilakukan oleh seorang pemimpin agar dalam
kepemimpinannya orang-orang akan meniru atau meneladani gaya dari pemimpin
tersebut. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang melaksanakan tugasnya dengan
efektif dan baik.

38
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma, (Bandung: Kalam Hidup, 1998), 290.
39
AH Pohan, Rahasia Di Balik Kesuksesan CEO Dan Manajer hebat (Yogyakarta: Grhatama,
2010), 38-39.
40
Dale Carnegie, Sukses Memimpin (Jaskarta: Gramendia Pustaka Utama, 2015) 3.

14
2. Mengakui Segala Pengetahuan
Jemaat Roma merupakan Jemaat yang sudah maju dalam hal pengetahuan
rohani dan Paulus sendiri mengakui akan hal itu. Pengetahuan yang dimiliki oleh
Jemaat Roma adalah pengetahuan akan kebenaran Firman Tuhan, yang telah
disampaikan oleh pemimpin-pemimpin Jemaat sebelum Rasul Paulus.
Menurut Beny Hutahayan, “seorang pemimpin harus berpengetahuan dan rajin
belajar artinya harus memiliki kemapuan intelektual. Raja Salomo adalah pemimpin
yang berdoa kepada Tuhan memohon hikmat dan pengetahuan. (II Tawarik 1:10).
Dalam kitab Amsal kita dapatkan betapa pentingnya hikmat dan pengetahuan. Nabi
Hosea menulis dalam kitab Hosea 4:6, Umatku binasa karena tidak mengenal Allah.”41
Penulis setuju dengan pendapat di atas bahwa, seorang pemimpin perlu
memiliki pengetahuan dan intelektual yang baik akan kebenaran Firman Allah. Ini
merupakan landasan yang paling utama dari seorang pemimpin Kristen dalam
memimpin suatu organisasi. Seorang pemimpin yang memiliki pengetahuan akan
Firman Allah akan terpancar dari sikap dan karakternya yang menunjukan bahwa
pemimpin tersebut telah mengenal Allah.
Dalam Amsal 3:13-14 dikatakan bahwa, berbahagialah orang yang mendapat
hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi
keuntungan perak dan hasilnya melebihi emas.
Maksud Firman Tuhan diatas adalah orang yang berhikmat adalah orang yang
memiliki pengetahuan akan kebenaran yang berasal dari Allah sendiri. Tanpa Allah
yang memberikan pengetahuan kepada manusia maka hidup manusia itu sia-sia adanya.
Demikian juga dengan pemimpin Kristen yang telah percaya kepada Tuhan otomatis ia
telah diberikan pengetahuan tentang Firman Allah untuk disampikan kepada orang-
orang yang dipimpinnya. pemimin yang memiliki pengetahun yang baik adalah
pemimpin yang bijaksana.
Menurut Felik Sad Windu Wisnu Broto, “seorang pemimpin yang yang baik
harus memiliki kecerdasan intelektual. Kecerdasan intelektual dalam bahasa Inggris
Intelligenci Quotien (IQ). Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang dibangun oleh
otak kiri. Kecerdasan inilah yang memacu seorang pemimpin memiliki kemampuan
menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan,
menelaah bahasa dan menganalisis. Kecerdasan intelektual seringkali memampukan
seorang pemimpin untuk memiliki pola pikir berdasarkan logika, tepat, akurat dan dapat
dipercaya.”42
Maksud pedapat diatas adalah seorang pemimpin yang memiliki intelektual
merupakan pemimpin yang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang
terjadi dalam sebuah organisasi. Pemimpin tesebut akan mamahami setiap gagasan yang
disampaikan oleh bawahan demi mejalankan tugas dari seorang pemimpin. Pemimpin
yang memiliki intelektual adalah pemimpin yang selalu berpikir positif terhadap
masalah yang dialami oleh bawahan. Pemimpin yang memiliki intelektual akan
memimpin dengan efektif.
Demikian juga dikatakan dalam Amsal 2:10-11, “karena hikamat akan masuk
kehatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu; kebijaksanaan akan

41
Beny Hutahayan, Peran Kepemimpinan Spiritual dan Media Sosial (Yokyakarta: Deepublish
CV Budi Utama, 2012), 20
42
Felik San Windu Wisnu Broto, Modul Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar Metode AR
(Yogyakarta: Deepublish CV Budi Utama, 2020), 2.

15
memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau supaya engkau terlepas dari yang
jalan yang jahat, dari orang yang mengucapkan tipu muslihat.”
Maksud dari ayat diatas adalah hikmnat dan pengetahuan tidak terlepas dari
kehidupan semua orang yang ada di dunia ini. Hikmat berarti akal yang dimiliki oleh
setiap orang yang ada di dunia ini termasuk pemimpin Kristen yang saat ini. Hikmat
adalah suatu hal yang sangat penting bagi para pemimpin Kristen, dengan hikmat maka
pemimpin akan mampu untuk melakukan sesuatu yang dapat dipahami oleh setip
bawahan. Hikmat yang dimiliki oleh seorang pemimpin itu berasal dari Allah sendiri,
karena Alah adalah sumber hikmat itu sendiri. Segala sesuatu yang dilakukan oleh
serang pemimpin itu didasari oleh hikmat yang benar.
3. Mengakui Mereka Saling Menasihati
Jika dilihat dalam kitab Roma 15:14, disana Paulus sendiri mengakui bahwa
Jemaat Roma penuh dengan pengetahuan tentang kebenaran Fiman Allah. Tidak hanya
itu Jemaat Roma juga memiliki prinsip untuk saling menasihati antara satu dengan yang
lainnya. Disini sangat jelas bahwa Jemaat Roma merupakan jemaat yang sudah dewasa
dalam kerohanian. Demikian juga dengan pemimpin Kristen pada saat ini perlu
memiliki pengetahuan yang baik agar dapat menasihati orang-orang yang dipimpinnya.
pemimpin yang memiliki karakter yang baik adalah pemimpin yang mampu untuk
memberikan wejangan yang baik kepada bawahanya.

B. Berani Menulis untuk Mengingatkan (ayat 15)


Rasul Paulus merupakan pemimpin rohani yang memiliki pengetahuan yang
baik dan benar tentang kebenaran Firman Allah. Dalam pelayanannya di Jemaat Roma
Paulus menulis sekaligus mengingatkan apa yang telah di Firmankan oleh Tuhan, itulah
yang disampaikannya kepada Jemaat yang ada di Roma. Dengan adanya kasih dalam
diri Paulus, ia dengan sangat berani menulis sekaligus mengingatkan hal yang paling
utama kepada Jemaat Roma yaitu Firman Allah. Demikian juga saat ini, pemimpin
Kristen perlu memiliki kasih agar dapat pemimpin suatu orgaisasi.
Demikian juga yang dikatakan oleh Raymon Carlson, “berdasarkan jabatannya
yang ditetapkan oleh Allah ia menulis “dengan agak berani”. Orang-orang bukan
Yahudi diterima, lepas dari hukum taurat, melalui Kristus, seperti yang diberitakan
Paulus dalam Injil. Paulus adalah rasul bagi orang bukan Yahudi. Pelayanannya sangat
mengagumkan, kuat, dan berkuasa, sebab itu berasal dari Alkitab.”43
Rasul Paulus diberikan jabatan sebagi Rasul untuk memberitakan injil kepada
orang-orang yang bukan Yahudi. Paulus dengan berani menulis untuk mengingatkan
kepada Jemaat Roma tentang apa yang telah Jemaat Roma ketahui. Rasul Paulus sendiri
kagum akan pelayanan yang ia lakukan, karena apa yang disampaikannya kepada Jemat
yang ia layani itu semua berasal dari Allah. Pemimpin Kristen pada saat ini perlu
mengingtakan kepada bawahnya tentang kebenaran Firman Allah agar orang-orang
yang dipimpinnya yakin dan percaya kepada Allah.
C. Memberitakan Injil Kristus (ayat 16, 19)
Dalam memimpin suatu organisasi yang paling utama disampaikan oleh
seorang pemimpin yaitu, Injil Kristus. Ini merupakan hal yang terpenting dalam
kepemimpinan. Contoh kongkrit dalam Alkitab yaitu Rasul Paulus, ia merupakan
pemimpi yang patut di teladani. Paulus telah memberitakan Injil kepada seluruh Jemaat
yang ia layani dari Yerusalem sampai ke Ilirikum (ay. 16, 19). Demikian juga yang

43
Carlson, Surat Roma (Gan dum Mas: 2018), 100.

16
perlu dilakukan oleh pemimpin Kristen yang ada pada saat ini perlu menyampaikan Injil
kepada orang lain.
Demikian juga yang dikatkan oleh Van Den End, “Paulus stelah diangkat oleh
Tuhan sebagi pelaksana tugas suci, yaitu memberitakan Injil, supaya bangsa-bangsa
bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepada-
Nya, yang disucikan oleh Roh Kudus. Di sini tidak dikatakan dengan tegas, siapa yang
membawa persembahan itu. Paulus sendirikah? Atau Kristus, dengan bantuan Paulus?
Istila persembahan disini tdak usa digabungkan dengan gagasan pendamaian.”44
Maksud kutipan diatas adalah Rasul Paulus merupkan orang yantg telah dipilih
oleh Tuhan untuk memberitakan Injil. Demikian juga pemimpin Kristen pada saat ini
yang telah dipilih oleh Allah untuk memimpin suatu organisai. Pemimpin tersebut
diberikan tugas suci untuk memimpin organisasi, ini merupakan suatu tugas yang
mulian yang diberikan oleh Allah kepada orang yang dipilinya untuk menjadi
pemimpin.
Menurut Dave Hagelberg, “demikianlah “kasih karunia” yang diberikan
kepada Paulus. Dalam pasal 1:5 Paulus berkata, “dengan perantaraan-Nya kami
menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntu semua bangasa, supaya
mereka percaya dan taat demi kepentingan nama-Nya.” Inila beban dan panggilan Rasul
Paulus, suatu beban yang harus dimulai dengan penginjilan, namun tidak berhenti
sampai di situ, melainkan juga menjangkau pemuridan suku-suku bangsa.”45
Penulis setuju dengan pendapat diatas bahwa Rasul Paulus mendapat karunia
baru Tuhan untunk memberitakan Injil kepada seluru bangsa-bangsa. Demikian juga
dengan pemimpin Kristen yang ada pada saat ini perlu mangikuti apa yang Paulus telah
kerjakan dalam memimpin orang lain sehingga orang tersebut dapat percaya kepada
Tuhan. Ini merupakan tugas dan tanggungt jawab pemimpin Kristen yang ada pada saat
ini.
D. Bermegah Sebagai Pelayan Kristus (ayat 17)
Rasul Paulus merupakan seorang yang bermegah atas pelayanan yang ia
lakukan dalam melayani bangsa-bangsa yang bukan Yahudi. Rasul Paulus bermengah
karena yang ia layani adalah Kristus. Demikian juga dengan pemimpin yang ada pada
saat ini, pemimpin tersebut telah di persiapkan oleh Tuhan untuk memimpin
organisasinya.
Demikian juga yang dikataka oleh Van Den End, “ayat 17 ini merupakan
kesimpulan (jadi) dari ayat 16, sekaligus pembatasan jangkauannya. Paulus memang
memiliki jabatan yang unik, sehingga ia seakan-akan menyajikan bangsa-bangsa kepda
Allah, dengan jalan menyebar kan Injil di tengah bangsa-bangsa itu. Maka, ia
mempunyai alasan untuk bermega karena pelaksanaan tugas Ilahi (atau di hadapan
Allah).”46
Maksud pernyataan di atas adalah Rasul Paulus merupakan orang yang
memiliki jabatan sbagai orang yang memberitakan Injil kepada bagsa-bangsa lain yang
bukan Yahudi. Demkian juga dengan pemimpin yang ada pada saat ini diberikan
jabatan utnuk memimpin organisasi yang dipercayakan kepadanya untuk dipimpin.
E. Memimpin Bangsa-bangsa Lain Kepada Kristus (ayat 18)
Rasul Paulus merupakan pelayan Kristus yang melayani bangsa-bangsa lain
dalam pemberitaan Injil Kristus. Rasul Paulus merupakan pemimpin rohani yang sukses
44
Van Den End, Tafsiran Kitab Surat Roma (BPK Gunung Mulia, 1995), 672.
45
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1998), 291.
46
Van Den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma (BPK Gunung Mulia, 1995), 673.

17
dalam memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa yang bukan Yahudi. Demikian juga
denagn pemimpin Kristen yang ada pada saat ini perlu utnuk memberitakan Injil kepada
orang-orang yang dipimpinnya.
Demikian juga yang dikatakan oleh Van Den End, “Paulus telah diangkat
Tuhan menjadi pelaksana tugas suci, yaitu mengabarkan Injil, supaya bangsa-bangsa
bukan Yahudi dapat diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepda-
Nya, yang disucikan oleh Roh kudus. Istilah persembahan disini tidak usa digabungkan
dengan gagasan pendamaian.”47
Penulis setuju dengan pendapat diats bahwa Rasul Paulus merupakan orang
yang mendapat tugas suci dari Tuhan sebagai orang yang mengabarkan Injil kristus
kepada bangsa-bagnsa bukan Yahudi. Demikian juga seorang pemimpin Kristen
merupakan orang yang diberikan tugas untuk memimpin orang-orang yang ada
disekitarnya.
Hal ini juga yang dikatakan oleh Van Den End, “akan tetapi, karya rasul itu,
termasuk tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat yang menyertainya, perlu dikuatkan oleh
kuasa Roh. Roh itulah yang meneguhkan pemberitaan rasuli sehingga orang
menerimanya (1 Kor. 2:4; 1 Tes. 1:5). Dalam kehidupan orang percaya roh menjadi
sumber kekuatan baru. Jadi, Roh itu mula-mula membuat pemberitaan firman kena, dan
kemudian membuktikan kebenarannya melalui kehadiran-Nya dalam diri orang
percaya.”48
Maksud pendapat diatas adalah Rasul Paulus mendapat tanda-tanda mujizat
yang dilakukan oleh Roh Kudus dalam pemberitaan Injil. Rasul Paulus dikuatkan oleh
Roh Kudus sehingga ia dapat memberitakan Injil kepada orang-orang yang bukan
bangsa Yahudi. Demikian juga dengan pemimpin Kristen yang ada pada saat ini perlu
untuk memberitakan Injil kepada orang-orang yang ada disekitarnya.
Van Den End juga mengatakan bahwa, “kalimat Yunani padat, sehingga
terjemahannya berbeda-beda. Terjemahan harafiah berbunyi: ‘Sebab aku tidak akan
berani mengatakan sesuatu dari hal-hal yang tidak dikerjakan Kristus olehku, menuju
(demi) ketaatan bangsa-bangsa bukan Yahudi, oleh perkataan dan perbuatan’.
Konstruksi kalimat yang memakai dua kali ‘tidak’ (ou) bersifat menegaskan: aku hanya
berani berkata-kata mengenai hal-hal yang dikerkan Kristus semata-mata.”49
Dari beberapa pendapat diatas maka disini penulis akan memberikan
kesimpulan bahwa, Rasul Paulus tidak akan berani berkata-kata tetang hal yang tidak
dikerjakan oleh Kritus. Rasul Paulus hanya berani berkata atas apa yang telah Kristus
lakukan dalam ia memberitakan Inji. Demikian juga dengan pemimpin Kristen pada saat
ini dalam memimpin organisasi, pemimpin tersebut perlu memita tuntunan dari pada
Roh Kudus sehingga pemimpin tersebut dapat pemimpin dengn baik.
F. Meninggalkan Lingkup Pelayanan yang Nyaman dan tidak Mengganggu
Pelayanan Orang Lain (ayat 20-21)
Didalam ayat 20-21 disini Rasul Paulus meninggalkan zona pelayanan yang
nyaman dan memulai pelayanan yang baru. Maksudnya adalah Rasul Paulus tidak
membangun dasar yang sudah dibangun oleh orang lain.
Maksud pernyataan diatas adalah Rasul Paulus memiliki sikap hati yang benar
terhadpat Jemaat Roma. Rasul Paulus tidak melayani ditempat yang Injil telah dikenal,
tetapi Paulus melayani di tempat dimana Injil belum dikenal.
47
Van Den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma, 672.
48
Van Den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 782.
49
Van Den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma, 781.

18
Van Den End juga mengatakan bahwa, “dengan mengutip kata-kata Yesaya ini
Paulus menyatakan bagi dirinya kata-kata itu menjadi pedoman dalam menjalankan
karya rasulinya. Ia melihat bahwa Kitab Suci, dalam Kitab Yesaya dan ditempat lain,
mengandung janji yag luhur bagi bangsa-bangsa non-Yahudi. Dan merasa terpanggil
segbagai ‘alat pilihan’ (Kis. 9:15), yang bertugas melaksanakan janji itu dengan jalan
memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa itu.”50
Maksud pendapat diatas adalah Rasul Paulus mengutip perkataan Yesaya dan
ini dijadikan sebagai pedoman dalam memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa yang
bukan Yahudi. Sebab Rasul Paulus menganggab bahwa yang dilakukan oleh Nabi
Yesaya merupakan sebuah janji yang luhur dan Rasul Paulus merasa terpanggil untuk
memberitakan Injil. Begitu juga dengan pemimpin Kristen yang ada pada saat ini perlu
untuk mempelajari apa yang telah Rasul Paulus lakukan agar dalam memimpin
organisasi pemimpin tersebut dapat memimpin sesuai dengan rencana Tuhan.
Van Den End juga mengatakan bahwa, “karenanya ia membawa Injil kepada
orang-orang non-Yahudi. Tetapi dalam lingungan bangsa-bangsa non-Yahudi itu ia
mengkhususkan kegiatannya kepada mereka yang tidak perna mendengarnya.
Sebagaimana dikatakan tadi, ia tidak keberatan kalau orang lain membangun atas dasar
yang telah diletakannya sendiri (1 Kor. 3:10). Tetapi ia sendiri tidak mau berbuat begitu.
Bukan kerena karya ditempat orang lain telah bekerja itu ia anggab inferior. Bukan juga
karena ia mencegah pertengkaran dan rasa cemburu. Tetapi karena memang demikian
pnggilan khususnya.”51
Maksud pendapat di atas adalah Rasul Paulus membawa Injil kepada orang-
orang yang belum pernah mendengar Injil. Rasul Paulus mengkhususkan orang-orang
non-Yahudi agar mereka mendengar Injil yang Paulus beritakan dan orang-orang yeng
belum mendengar Injil akan mendengarnya.
Menurut Dave Hagelberg, “Maksud dari kata memberitakan sepenuhnya Injil
Kristus menjadi jelas dalam empat ayat berikut. Tidak ada tempat lagi bagi Paulus
dalam wilayah itu karena panggilanya adalah panggilan pada perintisan injil Kristus.
Paulus “menanam Apolos menyiram” (1 Kor. 3:6). Paulus tidak dipangil untuk
menyelesaikan pengijilan di suatu daerah sehingga semua penduduknya mantap dalam
Kristus, tetapi ia dipanggil untuk merintis di kota-kota besar yang kemudian menjadi
basis penjangkauan wilayah itu.”52
Maksud pendapat diatas adalah Rasul Paulus memberitakan Injil kristus kepada
Kota-kota yang belum perna Injil itu diberitakan. Rasul Paulus juga merintis Jemaat
baru di tempat dimana iya memberitakan Injil Kristus. Hal ini merupakan hal yang baik
dan perlu ditiru oleh para pemimpin Kristen yang ada pada saat ini, pemimpin perlu
memberitakan Injil dipelosok-pelosok tana air sehingga Injil dapat dikenal oleh orang-
orang yang belum pernah mengenal Injil itu.

50
Van Den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma, 785
51
Van Den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma, 785-786.
52
Dave Hagelberg, Tafsiran Roma, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1998), 293

19
BAB IV
IMPLIKASI BAGI PEMIMPIN KRISTEN DIMASA KINI

A. Memberitakan Injil Kristus


Seorang pemimpin Kristen adalah pemimpin yang menyampaikan Injil kepada
orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin Kristen telah dipersiapkan untuk memimpin
orang-orang dan membawa orang menuju kebenaran yang Tuhan telah tetapkan melalui
Firman-Nya. Ini adalah tugas yang sangat penting dari seorang pemimpin Kristen yang
ada pada saat ini. Karena pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang asalnya dari Allah itu
sendiri.
Dalam 2 korintus 10:14, “Sebab dalam pembertitaan Injil Kristus kami telah
sampai kepada kamu, sehingga kami tidak melewati batas darerah kerja kami, seolah-
olah kami belum sampai kapada kamu.”
Yang dimasud dari ayat diatas adalah Rasul Paulus yang sedang berbicara
kepada Jemaat yang ada di korintus bahwa rasul Paulus telah memberitkan Injil kepada
Jemaat di Korintus. Dengan pemberitaan Injil Jemaat di Korintus menjadi percaya
kepada Kristus sebagi Juruselamat umat manusia. Organisasi Kristen yang ada pada saat
ini membutuhkan seorang pemimpin yang dapat memberitakan Injil sehingga orang-
orang yang belum percaya menjadi percaya kepada Tuhan Yesus.
Menurut Van Den End, “Paulu stelah diangkat oleh Tuhan sebagi pelaksana
tugas suci, yaitu memberitakan Injil, supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi dapat
diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepada-Nya, yang disucikan
oleh Roh Kudus. Di sini tidak dikatakan dengang tegas, siapa yang membawa
persembahan itu. Paulus sendirikah? Atau Kristus, dengan bantuan Paulus? Istilah
persembahan disini tidak usa digabungkan dengan gagasan pendamaian.”53
Apa yang Rasul Paulus telah laksanakan pada masa ia memimpin di Jemaat
Roma pada saat itu merupkan contoh yang perlu di ikuti oleh pemimpin Kristen yang
ada pada saat ini. Jika pemimpin yang ada pada saat ini melakukan apa yang telah
dilakukan oleh Paulus maka orang-orang yang dipimpin akan menjadi percaya dan
yakin bahwa Tuhan ada satu-satunya Juruselamat umat manusia.

B. Bermegah Sebagai Pelayan Kristus


Sebagai seorang pemimpin yang melayani Kristus merupakan seorang
pemimpin yang luarbiasa dalam memimpin organisasi. Pemimpin tersebut akan
melakukan banyak hal yang menyenagkan orang lain sekaligus menyenangkan hati
Tuhan. Rasul Paulus merupakan pemimpin Kristen yang luarbiasa dalam pelayanannya.
Banyak hal yang telah dilakukannya sehingga orang yang dipimpinnya merasa nyaman
ketika bersama dengannya.
Demikian juga yang dikatakan oleh Van Den End, “ayat 17 ini merupakan
kesimpulan (jadi) dari ayat 16, sekaligus pembatasan jagkauannya. Paulus memang
memiliki jabatan yang unik, sehingga ia seakan-akan menyajikan bangsa-bangsa kepada
Allah, dengan jalan menyebar kan Injil di tengah bangsa-bangsa itu. Maka, ia
mempunyai alasan untuk bermega karena pelaksanaan tugas Ilahi (atau dihadapan
Allah).”54

53
Van Den End, Tafsiran Kitab Surat Roma (BPK Gunung Mulia, 1995), 672.
54
Van Den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma (BPK Gunung Mulia, 1995), 673.

20
Dari pendapat diatas penulis dapat manarik intinya yaitu Rasul Paulus adalah
pemimpin yang pantas bermega karena ia telah selesai melaksanakan tugasnya dengan
baik. Di zaman ini juga perlu dibutuhkan pemimpin yang luarbiasa dalam memimpin
organisasi Kristen. Pemimpin yang seperti ini adah ciri-ciri pemimpin yang sukses
dalam memimpin orang-orang yang ada disekitarnya. Seorang pemimpin boleh bermega
ketika tanggung jawabnya dalam melayani Tuhan telah ia laksanakan dengan baik
dihadapan manusia dan dihadapan Tuhan.
“Roma 15:17 jadi dalam Kristus aku boleh bermegah tentang pelayananku
bagi Allah.”

C. Memimpin Bangsa-bangsa Lain Kepada Kristus


Rasul Paulus adalah pemimpin rohani yang memiliki integritas dalam
perkataannya. Dalam ia memimpin bangsa lain Paulus memakai otoritas yang asalnya
dari Allah sendiri, atas campur tangangan Allah Rasul Paulus dapat memimpin bangsa
lain yang diluar Israel. Perkataan Paulus telah dikuduskan oleh Tuhan sehingga
perkataannya memiliki kuasa yang asalnya dari Roh Kudus.
Dalam Roma 15:18 dikatakan, “Sebab aku tidak akan berani berkata-kata
tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku,
yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan
perbuatan.” Jadi sangatlah jelas bahwa rasul Paulus dapat memimpin bangsa lain atas
pekrjaan Kristus yang telah ditetapkan baginya untuk dilaksanakan. Dalam
pelaayananya Paulus juga dapat memimpin bangsa-bangsa agar taat kepada Kristus.
Hal ini juga yang dikatakan oleh Van Den End, “akan tetapi, karya rasul itu,
termasuk tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat yang menyertainya, perlu dikuatkan oleh
kuasa Roh. Roh itulah yang meneguhkan pemberitaan rasuli sehingga orang
mnerimanya (1 Kor. 2:4; 1 Tes. 1:5). Dalam kehidupan orang percaya roh menjadi
sumber kekuatan baru. Jadi, Roh itu mula-mula membuat pemberitaan firman kena, dan
kemudian membuktikan kebenarannya melalui kehadiran-Nya dalam diri orang
percaya.”55
Dari penjelasan diatas penulis dapat mengindikasikan bahwa segala sesuatu
yang dikerjakan oleh para rasul desertai dengn tanda-tanda mujizat yang telah
dikerjakan oleh Kristus atas pelayanan para rasul. Demikian juga dengan pemimpin
krsiten yang ada pada saat ini sangat membutuhkan kuasa, sehingga dalam memimpin
organisasi pemimpin tersebut akan memiliki kuasa yang asalnya dari Yesus Kristus.
Dengan mengalami kuasa dari Tuhan maka pemimpin tersebut akan membuat
organisasinya berasil.
Dalam Kisah Para Rasul 11:18, “ketika menreka mendengan hal itu,
meeka menjadi tenang, lalu kemuliaaan Allah, katanya: “jadi kepada bangs-bangsa lain
juga Allah mengaruniaakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.”
Berdasarkan ayat diaatas penulis dapat menarik kalimat yang sangat penting
yaitu, ketika orang-orang yang mendengar apa yang dikatakan oleh Paulus tentang Injil
mereka menjadi tenang artinya bahwa, bangsa-bangsa yang dipimpin oleh Rasul Paulus
menjadi percaya kepada Kristus atas pemberitaan Injil yang telah dilakukan oleh Paulus
dan rasul-rasul yang lainnya. Demikian juga dengan organisasi Kristen yang disaat ini
membutuhkan pemimpin yang dapat membawanya kepada kebenaran yang asalanya
dari Tuhan Yesus kristus.

55
Van Den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 782.

21
Menurut mengatakan bahwa, “demikianlah dalam perjalanan keliling dari
Yerusalem sampai ke Ilirikum aku telah memberitakan sepenuhnya Injil Kristus” (Roma
15:18-19. Allah memnggil Paulus untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain,
tetapi ia hanya mau berbicara tentang hasil pekerjaannya- semua pekerjaan yang telah
Allah berkati.”56
Hal diatas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Rasul Paulus ketika dalam
pelayanannya. Rasul Paulus telah memberitkan Injil dari Yerusalem samapai ke
Ilirikum sekaligus Rasul Paulus membicarakan tentang apa yang telah dilukannya.
Segala sesuatu yang telah dilakukan oleh Paulus berdasarkan tuntunan dari Roh Kudus
dan Roh Kudus yang bekerja atas pelayanannya. Demikian juga dengan pemimpin
Kristen yang pada zaman ini harus memahami apa yang dikerjakannya agar pemimpin
tersebut dapat membawa organisasinya menjadi organisasi yang sukses dimata orang
lain dan juga dimata Tuhan.
D. Meninggalkan Lingkup Pelayanan Yang Nyaman dan Tidak Mengganggu
Pelayanan orang Lain
Meninggalkan lingkup pelayanan yang nyaman berarti meninggalka sona
nyaman dan membangun kemabali lingkup pelayanan yang baru. Hal ini telah dilakukan
oleh Rasul Paulus dalam pelayanannya. Karena Rasul Paulus sangat mengerti akan
panggilannya sebagi seorang Rasul. Dizaman Paulus seorang rasul adalah orang yang
memberitakan Injil dimana-mana dan Rasul Paulus sendiri telah melakukan hal tersebut.
Adalah percuma jika seorang pemimpin Kristen yang hanya nyaman atas pelayanan
yang telah lama ia kerjakan disuatu tempat. Setidaknya seorang pemimpin perlu
memimpin ditempat lain yang belum ada lembaga gereja.
Hal ini juga yang dikatakan oleh Van Den End, “masi dalam hubugan dengan
sikap hati-hati yang harus diambilnya terhadap jemaat Roma 1:8-15, yang didirikannya
sendiri ayat 14, Paulus membatasi cakupan pernyataanya dalam ayat 19. Ia memang
mempunyai medan kerja yang mahaluas, namun tidak mau mencampuri hasil karya
orang lain. Demikian telah dinyatakannya juga dalam 1 Kor. 3:10, dimana perkataan
dasar ‘muncul’ pula.”57
Kepemimpinan rasul Paulus pada waktu itu sangat berdampak sampai pada
saat ini. Dampaknya adalah sampai saat ini Injil telah ada dimana-mana dan para
pemimpin krsiten telah memberitakan Firman kepada gereja-gereja yang ada pada saat
ini. Hal ini merupakan suatu keharusan yang perlu dikembangkan oleh para pemimpin
Kristen agar dipahami sebagai Firman Tuhan. Atas pelayanan yang telah dilakukan oleh
para rasul disaat itu maka lembaga-lembaga Kristen telah berdiri sampain saat ini dan
telah melahirkan pemimpin-pemimpin untuk masa yang akan datang.

56
Billhull, Pandua Lengkap Pemuridan (Yokyakarta: Yayasan Gloria, 2011), 102.
57
Van Den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma, 667.

22
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Orang yang memimpin ialah orang yang memilki tanggungjawab yang besar.
Sangat tidak muda bagi seorang pemimpin untuk memimpin organisasi maupun dalam
kelompok tertentu, karena hal ini menyangkut dengan kepentingan orang banyak yang
harus di lakukan oleh seorang pemimpin. Kerap seorang pemimpin harus diperhadapkan
dengan berbagai macam kondisi dan situasi sulit. Tetapi pemimpin harus bertahan
dalam situasi tersebut demi organisasi yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin merupakan orang yang memberikan contoh dan teladan
yang baik kepada orang-orang yang dipimpinnya. sekalipun seorang pemimpin
diperhadapkan dengan masalah atau kondisi yang sulit tetapi kalau pemimpin memiliki
integritas, maka pemimpin tersebut akan berasil dalam memimpin organisasinya. Tidak
terlepas dari kepemimpinannya dia harus menyadari bahwa ia sangat membutukan
tuntunan dari pada Roh Kudus.
Seorang pemimpin Kristen memiliki integritas didalam kepemimpinannya.
Integritas merupakan kuasa yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Yang mengubah
segala sesuatu dalam organisasi adalah seorang pemimpin yang memliki kuasa dalam
perkataannya. Integritas yang dimiliki oleh seorang pemimpin merupakan tuntunan dari
pada Roh kudus agar pemimpin tersebut sangat berpengaruh dalam organisasi.
Integritas seorang pemimpin otomatis didalamnya berbicara tentang karakter
dari seorang pemimin, sehingga karakter yang patut diteladani oleh pemimpin kristen
ialah karakter dari Rasul Paulus dimana tidak terlepas dari pada karakter Yesus Kristus.
Apabila pemimpin Kristen memiliki karakter tersebut, maka setiap orang yang
dipimpinnya akan merasa kagum sehingga apa yang dikerjakan akan berjalan dengan
baik sesuai dengan tujuan atau visi dan misi dari organisasi.

23
DAFTAR PUSTAKA
C. Maxwell Jon, Membangun Kepemimpinan dalam diri Anda, Indonesia: Published by
Equip, 1993
Timotius, Kepemimpinan dan Kepengikutan, Yokyakarta: CV Andi Offset, 2016
Sagala Sayful, Pendekatan dan Model Kepemimpinan, Jakarta: Prenadamedia Grup,
2018
Senjdaya Sen, Jadila Pemimpin Demi Kristus (Literatur Perkantas , 2012), 53.
Tu’u Tulus, Pemimpin Kristiani yang Berhasil (Bina Media Informasi, 2010), 87.
Maxwell Jon, Mentoring (Surabaya: Media Distributing Cemerlang, 2014), 7.
Hutahayan Beny, Peran Kepemimpinan Spiritual dan Media Sosial (Yogyakarta: CV
Budi Utama, 2019), 27.
Sanders J. Oswald, Kepemimpinan Rohani (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1974),
21.
Sagala Mangapul, Pemimin Yang Membetuk Zaman (Jakarta: Deliam, 2009), 77
Tomatala Yakob, Kepemimpinan Yang Dinamis (Malang: Gandum Mas, 1997), 49.
Tomatala Yakob, Kepemimpinan Yang Dinamis (Gandum Mas, 1997), 49.
Sanders J oswald, Kepemimpinan Rohani (Yayasan Kalam Hidup, 1996), 63.
Richards, Expositori, Ditionary Of Bible Words.
Utaminingsih Alifiulahtin, Perilaku Organisasi (Malang: Universitas Brawijaya Press,
2014), 110
Mangentang Matheus, Kepemimpinan yang Membentuk Zaman (Jakarta: Delima
2009),1
Osei-Mensah Gottfried, Dicari Pemimpin Yang Menjadi Pelayan (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih 2006), 33
Sagala Mangapul, Pemimpin Yang Membentuk Zaman (Jakarta: Delima, 2009), 76.
TomatalaYakob, Pemimpin Yang Dinamis (Gandum Mas, 1997), 42.
Senjdaya, Jadila Pemimpin Demi Kristus (Literatur Perkantas), 60.
Yakob Toamtala, Menari Format Gereja Yang kontekstual Di Indonesia, 16.
Eddie, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010),
149-150.
Gunandi, Acceptid Leade, (Jakarta: Gramedia, 2018), 7.
Edie, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang (Jakarta: Gunung Mulia, 2010), 167.
C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan dalam diri Anda, 149.
C. Maxwell, Mentoring (Surabaya: Media Distributing Cemerlang, 2014),7.
Octavianus, Manajemen dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah (),95.
Lumbanra, Kepemimpinan, Pewartaan Firman dan Jemaat Ynag bertumbu Di Erah
Milenial (Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2019), 27.
Benny. Kepemimpinan Spiritual dan Media Sosial (Yogyakarta: Cv Budi Utama)20.
Peniel, Pemberdayaan Jemaat Menjadi Pelayan Jemaat (Tenggarong, 2004), 48.
Thomas, Tafsiran Kitab Surat Roma, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), 670.
Thomas, Tafsiran Kitab surat Roma, (BPK Gnung Mulia, 1995), 670.
Carson G. Raymon, Sutrat Roma, (Bandung: Gandum Mass, 2018), 100.
Hagelberg Dave, tfsiran Roma, (Yayasan Kalam Hidup, 1998), 290.
Pohan AH, Rahasia Di Balik Kesuksesan CEO Dan Manajer hebat (Yogyakarta:
Grhatama, 2010), 38-39.
Carnegie Dale, Sukses Memimpin (Jaskarta: Gramendia Pustaka Utama, 2015) 3.
Hutahayan Beny, Peran Kepemimpinan Spiritual dan Media Sosial (Yokyakarta:
Deepublish CV Budi Utama, 2012), 20

24
Broto Wisnu, Modul Latihan Kepemimpinan Tingkat Dasar Metode AR (Yogyakarta:
Deepublish CV Budi Utama, 2020), 2.
Carlson, Surat Roma (Gan dum Mas: 2018), 100.
Van Den, Tafsiran Kitab Surat Roma (BPK Gunung Mulia, 1995), 672.
Hagelberg, Tafsiran Roma (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1998), 291.
Van Den, Tafsiran Alkitab Surat Roma (BPK Gunung Mulia, 1995), 673.
Van Den, Tafsiran Alkitab Surat Roma, 672.
Van Den, Tafsiran Alkitab Surat Roma (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 782.
Van Den, Tafsiran Alkitab Surat Roma, 781.
Van Den, Tafsiran Alkitab Surat Roma, 785
Van Den, Tafsiran Alkitab Surat Roma, 785-786.
Hagelberg, Tafsiran Roma, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1998), 293
Van Den, Tafsiran Kitab Surat Roma (BPK Gunung Mulia, 1995), 672.
Van Den, Tafsiran Alkitab Surat Roma (BPK Gunung Mulia, 1995), 673.
Van Den, Tafsiran Alkitab Surat Roma (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 782.
Billhull, Pandua Lengkap Pemuridan (Yokyakarta: Yayasan Gloria, 2011), 102.
Van Den, Tafsiran Alkitab Surat Roma, 667.

25

Anda mungkin juga menyukai