I. PENDAHULUAN
Supaya saya dapat memahami bagaimana keadan kepemimpinan yang ada sekarang ini, karena
banyak pemimpin Kristen yang berdasarkan pada nama Tuhan yang sama. Tapi pusat atau fokus
mereka berbeda-beda, misalnya kalangan karismatik bertumpu pada figur pendeta yang dikagumi,
untuk kalangan gereja-gereja yang sudah mapan kepemimpinan- nya berupaya kepada
kepemimpinan kolektif, kalangan gereja-gereja yang dikenal Injili. Kepemimpinan di sini didukung
oleh tim pengelola atau menejemen yang andal semakin besar gerejanya semakin andal mereka
mengoperasikan pelayanannya, bahkan mereka pandai mendapat dukungan dana. Mereka juga
cukup andal menerjemahkan wacana dan visi yang sulit kedalam tindakan nyata. Namun
kecenderungan individualisme juga amat besar diantara para pemimpin mereka.[1] Menurut
schwartz, pada dasarnya tiap-tiap kelompok di atas cenderung berat sebelah dalam mengaflikasikan
penghayatan mereka tentang Allah Bapa, dan Roh Kudus.[2]
Dalam makalah ini saya (penulis) Akan berusaha membahas “Kepemimpinan Kristen dalam
Prespektif Reformed”, yang akan mefokuskan pada pembahasan mengenai Karakteristik (sifat-sifat)
kepemimpin kristen, karena karakteristik (sifat-sifat) akan mendasari kepemimpinan Kristen sebagai
Pelayan dalam perspektif Reformed. Itulah yang penulis bahas dalam makalah ini.
II. DEFINISI
Kepemimpinan Kristen harus berbeda dengan kepemimpinan yang lainnya apa lagi
Kepemimpinan Kristen yang prespektif Reformed. Mengapa demikian? Karena Kepemimpinan
Kristen adalah Kepemimpinan Pelayanan bukan karena jabatan, bukan karena kedudukan dan bukan
juga karena kekuasaan tepai karena kasih dan hati yang diberikan Allah kepadanya.
Perlu diperhatikan bahwa setiap pakar Kepemimpinan Kristen memberikan pemahaman
tersendiri mengenai defenisi Kepemimpinan. Secara umum kepemimpinan dapat didefinisikan
sebagai berikut:
Pemimpin adalah Orang yang mempunyai banyak kelebihan diobanding manusia lainnya, dan
kelebihan itulah justru yang menjadikan pemimpin mengatasi orang lain[3].
J.Oswald Sanders Mendefinikan yaitu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain.
Orang hanya dapat memimpin orang sejauh ia dapat mempengarui mereka.[4]
Dr. Jhon R.Mott, Seorang pemimpin kaliber dunia di kalangan mahasiswa. Memberikan definisi
sebagai berikut,”Seorang pemimpin adalah orang yang menenal jalan, yang dapat terus maju dan
yang dapat menarik orang lain mengikuti dia.[6]
Defenisi Presiden Trauman berbunyi. “Seorang pemimpin adalah orang yang mempunyai
kemampuan untuk orang lain suka melakukan sesuatu yang tadinya mereka tidak suka
melakukan.”[7]
Drs. Agus Lay, mendefenisikan pemimpin ialah seorang yang mengetahui Tujuannya dengan
jelas ( dan mempunyai keyakinan pribadi tentang tujuan itu), serta mempengarui, mengerakkan dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif.[8]
Joseph Tong, mendefiniskan, Seorang pemimpin adalah orang menujukan jalan, seperti untuk
melakukan, membimbing, mengarahkan tindakan orang lain dengan berada di depan dan bersama
dengan orang yang dipimpinnya.[9]
Perlu penulis sampaikan dan tegaskan di dalam bagian ini. Bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam mendefinikan Kepemimpinan secara umum. Meskipun pembahasan atau
pengalimatannya berbeda , tetapi secara esensinya menujukan adanya kesamaan. Sedangkan
Kepemimpinan Kristen merupakan campuran antara karakeristik yang alamiah dan yang karakteristik
rohani, kepemimpinan Kristen yang dalam prefestif Reformed, alamiah pun bukanlah muncul
dengan sendirinya melainkan diberikan oleh Allah, dan oleh karena itu karakeristik ini akan
mencapai keefektivitasnya yang tertingi. Jika itu digunakan di dalam melayani Allah dan untuk
Kemulian-Nya. Jadi definisi-defenisi yang diberikan di atas itu adalah mengenai kepemimpinan
secara umum.[10] Meskipun.[11] Kepemimpinan Kristen meliputi Karakteristik-karakteristik alamiah
dan Karakteristik rohani, maka masih ada unsur-unsur yang melengkapi dan yang lebih utama dari
pada Karakteristik- karakteristik itu. Yaitu Kepribadian merupakan faktor yang cukup penting dalam
kepemimpinan alamiah.
Tetapi Kepemimpinan Kristen dalam mempengaruhi orang lain bukan dengan kekuatan
kepribadiannya sendiri saja, melainkan Kepribadian yang diterangi, dihembusi dan dikuatkan oleh
Kuasa Roh Kudus,[12] Kepemimpinan Kristen adalah Pelayanan dan itu karena Anugerah Allah.
Tujuan Kepemimpinan Kristen adalah menjadikan yang utama dalam hidup.(Luk 19:10, Mat 6:33)
[13] “Sebab Anak manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”, “Tetapi carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”.
Kita perlu perhatikan dalam (Yohanes 17: 4) “Aku telah mepermuliakan Engkau di bumi dengan
jalanb menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaku untuk melakukannya.
Dalam banyak hal sebuah kehidupan dan pelayanan Yesus adalah tentang menyusun hal yang
utama olehnya. Ketika ia mengatakan, “Biarkan orang m ati menguburkan orang mati,”Yesus
berbicara kepada mereka yang mempunyai kebutuhan agar tidak teralihkan dari sasaran yang benar
dan yang paling penting, meskipun pada situasi-situasi yang darurat menurut perhatian kita (Matius
8:22). Ketika temanNya Lazarus meninggal. Ia tetap memusatkan perhatianNya pada apa yang
sedang dilakukanNya, dan tidak pergi untuk menjenguknya selama dua hari. Ia adalah seorang yang
ada pada pelayanan. (Lukas 9:51).[14]
Tujuan akhir dari kepemimpinan kristen dalam Pengembangan dan membangun kepemimpinan
kita adalah agar kita menjadi lebih efektif dengan peran kita dalam memajukan pertumbuhan
Kerajaan-Nya di seluruh Dunia!. Yaitu Allah adalah Pusat dari segala sesuatu. “... segala sesuatu
diciptakan oleh Dia dan untuk Dia” (Kolose 1:16). “ Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah
yang bagiNya segala sesuatu dijadikan ...”( Ibrani 2:10). Kerinduan Allah ialah agar semua umat di
Dunia mengenal Dia melalui Yesus Kristus.[15]
Sebagian besar gereja memiliki kepemimpinan, pengembalaan atau pelayanan, namun berbeda
satu sama lain dalam hal pemahaman mengenai kepemimpinan. Meskipun demikian Alkitab
pemahaman yang benar dan patut kita ikuti. Kisah para Rasul memberikan terang mengenai Tujuan
Kepemimpinan Kristen khususnya pada pasal 6 menenai penujukan 7 pemimpin Gereja ( 7 Diaken )
dan pada pasal 20, mengenai nasihat Paulus kepada Pemimpin Gereja (para tua-tua gereja di
Efesus). Hal ini mengambarkan kepemimpinan Kristen yang benar (sejati) memiliki strategi dalam
mencapai tujuan untuk Pembaharuan dan membangun pertumbuhan hidup Spiritualitas reformed
jemaat atau gereja yang sehat kearah Kristus, Karena Allah sebagai sumber atau pusat
kepemimpinan Krisnten yang benar (sejati).
Kepemimpinan Kristen Reformed harus dijalankan, bukan dengan pikiran, rencana dan
kekuatan manusia tetapi dengan maksud yang sesuai dengan Tujuan yang Tuhan telah berikan
kepadanya. Oleh karena Yesus mengembangkan hal-hal yang utama berdasarkan tujuan-Nya yaitu
agar semua umat manusia di Dunia dibangun, dibaharui, diselamatkan bahkan manusia mampu
mengenali dirinya sendiri sebagai ciptaannya dan Allah sebagai pencpita manusia sehingga manusia
menyembah Allah.
Kepemimpinan Kristen berbeda dengan kepemimpinan Dunia, seperti yang kita lihat
Sekarang di dunia ini, pemimpin dunia biasanya mencari kedudukan yang lebih tinggi, agar
mendapatkan kekuasan untuk mengendalikan orang orang lain dan kalau perlu merugikan orang lain
atau menindas orang lain. Tetapi Yesus memperkenalkan kepemimpinan yang berpusat pada
perhatiannya adalah bagiamana melayani dan memberi keuntungan bagi orang lain. Pemimpin yang
besar adalah pelayan yang besar. tangga untuk menaiki jenjang kepemimpinan adalah pelayanan,
pengorbanan dan penderitaan.[16] Kita perhatikan (Yohanes 16:33; Matius 16:24).
Pemimpin-pemimpin Kristen yang benar dan sejati terpanggil untuk bertanggung jawab dan
membawa keuntung dan kehidupan kepada yang dipimpinnya,”Kamu tahu, bahwa pemerintah
bangsa-bangsa memerintah rayatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan
kuasanya dengan keras atas mereka. Tidakah demikian di antara kamu ...”(Matius 20:25).
Tuhan Yesus memimpin pada tingkat yang lebih tinggi dari yang lain, dan terpanggil untuk
bertanggung jawab lebih tinggi dari para pengikut-pengikutnya. Tuhan Yesus mendemontrasikan
kepemimpinannyang tidak pernah puas dengan keadaan-Nya. Pemimpin Kristen tidak hanya
bertahan, dan tetap pada apa yang sudah jadi. Tuhan Yesus mengetahui bahwa kepercayaan datang
dari menyelesaikan masalah. Kepemimpinan-Nya melalui dugaan yang normal. Mekipun Ia memulai
dari hidup-Nya dengan kehinaan, Ia mempimpin orang kepada kehidupan yang tidak pernah mereka
dapatkan.
1. Displin.
Karakteristik ini dirauh di tempat yang pertama, karena tanpa Karakteristik ini maka karunia-karunia
yang lain, betapapun besarnya, tidak akan berkembang dengan sepenuhnya. Hanya orang yang
mendisiplin dirinya yang akan mencapai daya yang setinggi-tingginya. Seorang pemimpin dapat
memimpin orang lain karena ia telah mengalahkan dirinya sendiri.[17]
Seorang pemimpin Kristen dalam Gereja adalah sama dengan seorang pelayan dan seorang pelayan
memegang jabatan Gembala. Yohanes Calvin membedakan antara gembala dan pengajar Bukunya
Institutio sebagai berikut:
Para gembala dan pengajar yang kapan pun tak bisa tidak ada di dalam gereja. Perbedaan antara
kedua jabatan ini menurut pengertian saya adalah sebagai berikut pengajar tidak memegang
pimpinan dalam disiplin Gereja ataupun pelayanan Sakramen atau dalam hal peringatan dan
teguran, tetapi hanya dalam hal tapsiran Alkitab, supaya ajaran yang murni dan sejati terpelihara
diantara orang-orang percaya. Akan tetapi jabatan gembala mencakup semua ini.[18]
Jadi Pemimpin Kristen yang Sejati memiliki kedisiplinan rohani yang tinggi baik mendisiplin didrinya
sendiri dan mendisiplinkan ajarannya yang murni dan sejati sesuai dengan kebenaran Alkitab, tetap
menjadi tututan bagai setiap Pemimpin Kristen.
2. Keakrapan
Keakrapan ini berkaitan dengan “Kebersamaan”. Bagaimana seorang pemimpin dapat menuntun
kelompok untuk menguasai perasaan mereka satu terhadap yang lain agar dapat mencapai
semangat kesatuan dan kerja sama saat mereka bekerja bersama.[19] Pemimpin Kristen harus
memiliki keakrapan atau kebersamaan dengan Pemimpinya atau atasannya yairu Tuhan sendiri
sebagai pemimpin Agungnya kebersamaan atau keakrapan dengan sesama pemimpin Kristen dan
kepada semua jemaatnya.
John C. Maxwell, mengatakan: Pemimpin sukses yang mentaati Hukum hubungan baik selalu
mengambil inisiatif. Mereka mengambil langkah pertama lalu berupaya untuk membangun
hubungan. Hal itu tidak terlalu mudah, namun penting bagi suksesnya organisasi. Seorang Pemimpin
harus melakukannya, seberapa beratpun hambatannya.[20]
Jadi keakrapan atau hubungan kebersamaan yang baik harus diambil (dialakukan) oleh seorang
pemimpin Kristen terhadap jemaat yang dilayani agar mampu menuntun mereka kepada Jalan
kebenaran Tuhan Yesus sebagai Pemberi pimpinan.
3. Kebranian
Keberanian ini bukan keberanian yang menyimpang dari kebenaran Firman Allah, melainkan
keberanian untuk melindunggi semua anggota jemaat yang dipimpin-nya dari ajaran sesat dan
ketidak adilan. Pemimpin Kristen yang benar dan sejati perlu memiliki keberanian seperti yang
ditunjukan oleh Daud, si gembala muda untuk melawan para penyerang yang lalim dan tak adil.
4. Kerendahan Hati
Di bidang Politik dan perdagangan, kerendahan hati bukanlah suatu Karakteristik yang diinginkan
atau diperlukan. Karena dibidang itu pemimpin mencari nama dan kedudukan. Tetapi Menurut
ukuran Allah, kerendahan hati mendapat tempat yang sanggat tinggi. Tidak menonjolkan diri, tidak
mengiklankan diri, adalah definisi yang diberikan Kristus untuk kepemimpinan. Pada waktu melatih
murid-murid-Nya untuk kedudukan kekuasaan pada masa yang akan datang, Ia berkata kepada
mereka, agar mereka tidak menjadi sombong dan suka berkuasa seperti penguasa yang sewenang-
wenang, melainkan kehendaknya mereka rendah hati dan sederhana seperti Tuhan mereka (Mat
20:25-27).[24]
Begitu pula untuk mencapai kelembutan hati yang sejati, tiada jalan lain mempunyai hati
yang diresapi rasa rendah diri dan rasa hormat terhadap orang lain.[25]
Kerendahan hati seorang pemimpin, sama seperti kerohaniannya, harus menjadi karakter yang
terus bertumbuh. Saya dapat mengabil pelajaran dari kerendahan hati Rasul Paulus yang semakain
bertambah dengan berjalannya waktu.” Karena akulah yang paling hina dari semua Rasul” (1 Kor 15:
9). Berapa waktu kemudian secara sukarela ia berkata, “Kepadaku, yang paling hina diantara segala
orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini” (Ef 3:8).
5. Kesabaran
Seorang Pemimpin yang baik diperlukan sifat kesabaran. Kesabaran adalah keteguhan
Kristen, yaitu menerima dengan gagah dan berani segala sesuatu yang dapat menimpa kita dalam
hidup ini, dan mengubah keadaan yang paling buruk sekalipun menjadi ke arah yang lebih tinggi.
Kesabaran adalah kesangupan untuk bertahan dengan berani dan berkemenangan, yaitu
kesangupan yang memungkinkan seseorang melampaui keadaan krisis dengan tabah, dan
gembiraselalu menyambut yang tidak kelihatan.[26]
6. Inisiatif
Pemimpin adalah orang yang melahirkan ide dan proyek yang baru, menanamkan konsep-konsep
yang akan telaksana kelak dengan saran-saran dari anggota kelompoknya.[27]
Karena disaat menghadapi kesulitan dan kebuntuan dalam memimpin para anggotanya,
maka dengan memiliki inisiatif yang baik akan mampu membangun dan mengembangkan kembali
kepemimpinannya yang benar dan sejati juga kembali kepada kebenaran Firman Allah.
Selain 6 (enam) karakteristik di atas maka, Ordway Tead, juga mengemukakan 10 sifat atau
karakter Kepemimpinanyang membuatnya lebih dari orang lain,[28] yang hambir memiliki kesamaan
dengan karakteristik di atas yaitu:
1. Energi jasmaniah dan mental yang luar biasa ( yang membuatnya memiliki daya tahan, keuletan yang
tampaknya tak pernah habis; ditambah kekutan mental dalam arti semangat juang, mutivasi kerja,
disiplin, kesabaran, ketahan batin dan kemauan yang luar biasa untuk mengatasi semua
permasalahan yang dihadapi),
2. Kesadaran akan tujuan dan arah (yang membuatnya memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran
dan manfaat dar semua yang dikerjakan,
4. Keramahan dan Kecintaan (kasih diiringi dengan keramah-tamahan yang mempunyai pengaruh
pemimpin yang menuju sasaran tertentu),
5. Integritas (terbuka dan merasa utuh bersatu dengan yang dipimpinnya; ketulusan dan kejujuran
untuk memberi teladan agar yang dipatuhi oleh yang dipimpinnya),
6. Penguasaan Teknis (kemahiran tertentu agar memiliki kewibawaan dan kekuasaan dalam memimpin
kelompoknya),
7. Ketegasan dalam mengambil keputusan ( tepat, tegas, cepat sebagaihasil kearifan yang diperoleh
dari pengaqlaman),
8. Kecerdasan (kemampuan untuk melihat dan memahami dengan dengan baik, mengerti sebab akibat,
menemukan hal-hal yang krusial dan cepat mengambil penyelesaian disertai daya imajinasi yang
tinggi dan rasa humor),
9. Ketrampilan mengajar (menutun, mendidik, mengarahkan, mendorong dan mengerakan anak buah,
serta menilai gagal atau suksesnya suatu treatment),
10. Kepercayaan (perasaan yang timbul dari anak buah dipimpin dengan baik, dipengaruhi secara positif
dan diarahkan pada sasaran yang benar).[29]
Dengan demikian, seperti yang telah jelaskan dalam definisi diatas seorang pemimpin adalah
seorang yang memiliki kelibihan lebih banyak dari pada orang yang lain, khususnya yang
dipimpinnya. Bagaimana dengan Kepemimpinan Kristen dalam prespektif Reformed, meskipun di
atas telah penulis singung sedikit mengenai hal tersebut namun disini penulis ingin menekankan
pada Kepemimpinan Kristen dalam prespektif Reformd.
C. Kepemimpinan Kristen Dalam Presfektif Reformed
Sekarang Banyak pemimpin Kristen yang telah menyimpang dari kebenaran Firman Allah, yaitu
mereka berfokus pada diri sendiri, dan untuk kepentingan pribadinya bahkan mengabaikan
panggilan sebagai pemimpin kristen, yang seharus sebagai pelayan namun sekarang mereka menjadi
bosnya.
Ketika berbicara tentang Kepemimpinan Kristen yang dalam Presfektif Reformed, maka hal ini
tidak dapat dipisahkan dengan Pelayan atau hamba. Pemimpin Kristen yang benar (sejati) dan yang
Reformd adalah mendeladani kepemimpinan dari Tuhan Yesus, yaitu sebagai pelayan (hamba),
sesuai dengan Alkitab. Terry Taylor, mengatakan: “Pemimpin Rohani sejati adalah orang yang telah
mengalihkan fokus dari diri sendiri untuk melayani orang lain, tanpa pamprih, dan membuat mereka
seperti pahlawan.[30] Jelas bahwa pendapat taylor in telah dipengaruhi oleh pemahaman
Kepemimpinan Hamba yang terdapat dalam Alkitab.
Kepemimpinan Kristen adalah kepemimpinan yang melayani seperti yang ditegaskan oleh Tuhan
Yesus, “Barang siapa terbesar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.” (matius 23:11).
Pada perjamuan terakhir, Yesus ingin membentuk pelayanan dengan mencuci kaki murid-
muridNya termasuk Yudas Iskariot, seorang mengkhianatiNya. Yesus menujukan pada kita bahwa
pelayanan dimulai dari seorang pemimpin yang sejati (benar) perhatikan dalam (Yohanes 13:3).
Tuhan Yesus menempatkan Dirinya dan dengan rela dan tidak memaerkannya. Ia mengerti
panggilanNya, dan rela menyerahkan diriNya untuk pelayanan tersebut. Ia tidak ada satupun orang
yang dirugukan, tidak ada satupun bukti untuk mengambil keuntungan dari orang lain, dan tidak ada
satupun untuk disembunyikan dari pelayananNya. Dari seluruh kehidupan dan kepemimpinan
Pelayanan Yesus adalah tentang rencana hal yang utama dan hidup oleh pelayanan Yesus, Yesus rela
mengorbankan hidupNya agar yang dipimpin mendapatkan hal utama dan hidup.
Kepemimpinan yang melayani adalah merupakan Pengabdian yang harus terus diupayakan oleh
seorang pemimpin. Bahwa Pemimpin/atau Raja pada dasarnya harus mengabdi kepada rakyat,
[31] hal ini terungkap dalam kesaksian Alkitab berikut ini :
Mereka berkata” Jika hari ini engkau mau menjadi hamba rakyat mau mengabdi kepada mereka
dan menjawab mereka dengan kata yang baik, maka mereka akan menjadi hamba-hambamu
sepanjang waktu” ( I Raja-raja 12:7).
Namun sayang nasihat para tua-tua itu tidak di indahkan oleh Raja Rehabeam, hal seperti itu harus
penjadi perhatia para Pemimpin Kristen yang benar dansejati.
Seorang Pemimpin dapat menjadi pemimpin yang melayani apabila ia memiliki hati yang
terdorong untuk melayani dengan penuh kasih, “ melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus
oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak
bergembala,” (Matius 9:36).
Serang pemimpin yang melayani hanya dapat melakukan pelayanan itu bila ia bisa menghayati
makna perannya sebagai orang yang melayani. Pemimpin yang melayani melakukan pelayanan itu
karena dengan melayani orang-orang, maka ia membuka kesempatan agar orang yang ada di
sekitarnya memiliki kebebasan lebih luas untuk berkembang atau tranformasi. Dengan bahasa
sederhana ia dapat menjadi pemimpin yang melayani bila memiliki hati yang melayani.[32]
Artinya seorang pemimpim mampu meletakan kebutuhan dan minat orang lain diatas minat dan
kebutuhanya sendiri. Sering kali seorang pemimpin melakukan hal seperti karena ia merasa pernah
dilayani oleh orang lain, mengalami pemulihan karena pernah ditolong oleh seorang pemimpin atau
mampu mengembangkan visi yang tajam karena dialog dengan seorang pemimpin Kristen dan yang
lainnya. Semua orang dapat menjadi pemimpin yang melayani dengan benar (sejati) karena mampu
menghayati Kasih dan Anugerah Tuhan baginya.
Seorang pemimpin yang melayani sangat peduli pada pertumbuhan dan dinamika
kehidupan umat Tuhan yang dipimpinnya serta komunitasnya. Karena itu ia mendahulukan
pelayanan dari pada pencapaian ambisi pribadinya atau pola dan kesukaannya saja. Tetapi
impiannya ialah agar orang-orang yang mereka layani mendapatkan kehidupan, keuntungan
dan lebih dari itu yang dilayani akan menjadi pemimpin yang melayani orang lain juga
seperti dirinya bahkan dengan harapan lebih baik dari dirinya.
Tentu saja pelayanan seorang pemimpin gereja terutama dipahami sebagai pelayanan
kepada Tuhan. Namun dimensi vertikal ini tidak pernah terlepas dari dimensi horisontal, karena
tidak ada jalan lain untuk melayani Allah kecuali melalui melayani sesama manusia. Kita selalu harus
mengingatkan diri dan para pemimpin kristen bahwa konsep pelayanan ini memutarbalikkan
struktur pikiran dan struktur hirarki masyarakat kita: seorang pemimpin baru menjadi pemimpin
kalau ia merendahkan diri menjadi seorang pelayan,(sulit!).
Karena pelayanan seseorang pemimpin bukan hanya masalah antara dia dan Allah,
melainkan "masalah duniawi" (antar manusia), pelayanannya harus juga diukur dengan kriteria-
kriteria duniawi. Jangan sampai kata "melayani" hanya menjadi kata kosong untuk menyelubungi
kekurangan dalam melakukan kerja dan menggunakan kuasa kita secara bertanggungjawab (ada
yang sudah "alergi" dengan kata "pelayanan" dalam gereja).
Pendekatan Kepemimpinan Kristen benar (sejati) adalah kepemimpinan pelayan menciptakan
semangat ikut memiliki, keterlibatan, dan kometmen di antara orang-orangnya.[33] Jemaat atau
yang dipimpin melakukan pekerjaan karena mereka memang menghendakinya. Jemaat akan
mempunyai sikap, “jika hal itu baik untuk memimpin, itu juga berarti baik untuk kita.” Jemaat tidak
hanya menjadi jauh lebih mudah untuk ikut memiliki nilai-nilai cita-cita pemimpinnya, tetapi merasa
memiliki kepemimpinan juga akan mengerakan kerterlibatan dan kometmen anggota jemaat
sepenuhnya. Sebab kepemimpinan pelayan yang terfokus pada Tuhan jauh lebih efektif untuk
mendapatkan hasil tujuan jangka panjang. Karena hal ini lebih condong kearah dialog atau bersifat
dua arah, antara pemimpin dan yang dipimpin.
Kepemimpinan kristen yang melayani memiliki visi yang jelas yaitu suatu kepercayaan didiri,
kesadaran diri, dan empati, pemimpin visioner akan mengartikulasikan suatu tujuan yang baginya
merupakan tujuan sejati dan selaras dengan nilai bersama orang orang yang dipimpinnya.
[34] Pemimpin pelayan mengerti bahwa membagikan pengetahuan ialah rahasia menuju
keberhasilan kepemimpinannya, maka mereka membagikan visi dan pengetahuannya secara
terbuka, dan dengan murah hati.
Kepemimpinan Kristen yang Benar dan sejati sesuai dengan Firman Allah harus dapat
menjadi Teladan dengan sepenuh hati dan tanpa menyesali melakukan kepemimpinan sengai
pelayan yang menjadi teladan bagi mereka yang di layani. Teladan dalam hal Ajarannya yang benar
sesuai Firman Allah (Kisah Para Rasul 20:25), Dapat mencapai Tujuan kepemimpinan pelayanannya
dalam merangkul semua Jemaatnya, baik tetap maupun pengunjung yang baru dalam ibadah dan
masyarakat yang ada di sekitarnya, Juga menjadi Teladan dalam Tinkah lakunya. Ia mampu
meberikan seluruh hati, jiwa dan pikiranya untuk pelayanannya. Baik di gereja, dirumah dan di
masyarakat.
Bagaimana Pemimpin Kristen yang melayani mampu membangun kometmen dalam diri para
pengikutnya pada satu visi bersama? Berikut ini pernyataan Jerry C Wofford:
Membangun kometmen pada suatu visi lebih daripada sekedar menyampaikan informasi. Komitmen
yang dibutuhkan adalah didikasi para anggota pada tujuan yang lebih besar daripada diri sendiri
mereka sendiri. Memang sulit membayangkan ada organisasi yang tujuannya lebih mengugugah
dari pada organisasi yang berusaha memajukan kehendak Kristus. Saya tidak dapat membayangkan
sebuah organisasi sekuler mempunyaio misi yang sebanding dengan organisasi yang membawa
orang kepada Kristus, menyiapkan mereka untuk melayani, membangun pemahaman akan Sabda
Tuhan, dan memuliakan Tuhan kita. Tidak ada yang lebih mulia daripada itu.
Pemimpin harus mengorbankan hasrat yang membara untuk mencapai tujuan ini dan mengubah
fokus hidup para anggotanya pada pencapaian mereka. Tujuan ini membutuhkan kometmen yang
lebih daripada sekedar intelektualitas. Mereka juga harus melibatkan perasaan mereka. Pemimpin
harus mencurahkan diri seluruhnya pada visi dan harus mendapatkan dukungan kometmen yang
sama dari orang lain. Antusiasme, kegairahan, inpirasi
optimisme ini semua baru sebagian kecil dari ciri yang membentuk kometmen. Bahkan para
pemimpin yang biasanya tidak digambarkan seperti itu akan menujukan ciri tersebut ketika
berbicara tentang visi yang telah memikat hati mereka sendiri.[35]
Selaian hal-hal diatas tadi, Kehidupan seorang pemimpin harus terus menuntut untuk
mengisi diri dan belajar, bagaimana memimpin dengan benar dan mencapai tujuannya sesuai
dengan Tujuan Allah. Kehidupan pemimpin adalah kehidupan yang menutut penyelarasan Visi dan
misi Allah dengan penerapan sesuai Perkembangan zaman ini, dengan tetap mempertahankan
Prinsip-prinsip Alkitab. Karena Orang menuntut pemimpin. Sebagai tambah untuk berhasil, tambah
kita memimpin, dan tambah orang akan menuntut kita. Maka mengisi diri sendiri harus menjadi
perhatian kita sebagai pemimpin secara khusus. Seringkali Yesus meninggalkan kerumunan banyak
orang, orang-orang yang kepada mereka yesus utus untuk melayani dan pergi ke tempat yang sunyi.
Ia mengetahui bahwa waktu menyendiri bersama BapaNya di Sorga memampukanNya untuk
mengembaliklan pandanganNya dan mengisiNya untuk menghadapi apa yang akan datang. Jika
Yesus perlu mengisi diriNya sendiri, apalagi kita sebagai manusia yang banyak sekali kekurangan dan
ketidak mampuan kita.
Namun tidak cukup jika seorang pemimpin Kristen hanya percaya kepada karunia yang
diberikannya. Ia juga bertanggung jawab untuk mengembangkannya, untuk memperbaiki
kekurangannya dan meningkatkan kompetensinya sesuai dengan tuntutan dan tantangan yang
dihadapinya. Sering kita merasa kalau kita sudah mencapai pososi tertentu tidak perlu lagi kita
belajar. Sebaliknya, semakin tinggi posisi kita dan semakin besar tanggung jawab kita, semakin
banyak kita harus belajar. Misalnya sering diabaikan bahwa seorang pendeta yang memimpin jemaat
atau sebuah struktur gereja bersama dengan orang lain tidak hanya membutuhkan dasar teologis
yang cukup kuat, tetapi juga misalnya kepandaian menajemen atau pengelolaan. Disini juga masih
terletak salah satu kekurangan dalam pendidikan teologi. Dari kompetensi yang seharusnya lebih
dikembangkan saya ingin menekankan kompetensi sosial atau kompetensi komunikasi, termasuk
kompetensi untuk menangani konflik secara konstruktif. Ia harus mampu untuk menjadi moderator
atau mediator dalam konflik, dari pada hanya menghindari atau menekankan konflik, atau bahkan
menyebabkan konflik dan melibatkan emosi pribadi. Ia berada dalam posisi yang paling berpengaruh
untuk mendukung atau menghindari perkembangan suatu kultur kritik dan konflik yang konstruktif
dalam gereja. Semua ini adalah kompetensi-kompetensi yang dapat dilatih, dan dalam dunia modern
dan semakin rumit tidaklah cukup kalau seorang pemimpin sudah puas dengan karunianya dan
pengalamannya.
Kekuatan terbesar seorang pemimpin ialah visi pribadinya, yang dikomunikasikan dalam
contoh kehidupannya sehari-hari.[36] Sebab kehidupan yang nyata dari seorang pemimpin itu yang
akan menjadi perhatian dan akan dijadikan figur atau teladan bagi para anggotanya.
Jadi Seorang Pemimpin Kristen yang baik, benar, sejati dan yang Reformed adalah seorang
pemimpin hadir untuk melayani orang lain. Dan hidupnya seorang pelayan adalah hanya untuk
tuannya. Maka segala keperluannya adalah bukan keperluan/kepentingan dirinya sendiri dalam
hidupnya, melainkan untuk kepentingan tuannya.
Kepemimpinan Kristen antara teladan dan perubahan. Dalam bagian terakhir ini kita melihat
kepemimpinan Kristen dalam ketegangan yang harus menjadi teladani dan upaya untuk menjamin
kontinuitas dan tradisi gereja di satu sisi, dan menjadi motor perubahan dan transformasi sosial di
sisi lain.
Di sini , seorang pemimpin Kristen harus selalu sadar bahwa formalisme aturan, kelembagaan
yang statis dan sikap yang eksklusif adalah lawan gereja sebagai gerakan misi Allah dan dinamika Roh
Kudus. Injil Yesus Kristus selalu menantang kita sebagai pemimpimpin kristen untuk menerobos dan
mentransformasikan nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan kita sesuai dengan inti perintah kasih
terhadap Allah dan sesama manusia. Disini kepemimpinan gereja harus selalu siap untuk membaca
tanda-tanda zaman, memiliki "krisis indra" dari pada hanya sibuk dengan masalah-masalah intern
gereja. Kepemimpinan Kristen benar harus mendengar, mengangkat dan menyuarakan suara-suara
kenabian dalam gereja sehingga gereja dapat menjadi motor untuk perubahan atau transformasi
masyarakat, dan sekaligus berani untuk ditransformasikan atau mengalami perubahan sesuai
dengan konteks di mana kita berada.
Pemimpin Kristen yang benar (sejati) selalu siap dibaharui, sebagai prinsip dan pusatnya adalah
Allah dan firman-Nya dalam hal Kepemimpinan gereja Reformed sangat menekankan pada
kepemimpinan Kristen dalam membangun kerohanian diri yang siap selalu dibaharui dengan Allah
dan Firman-Nya sesuai dengan panggilan Roh Kudus. Karena kepemimpin Kristen Reformed adalah
kepemimpinan yang bersifat dinamis dan selalu membutuhkan pembaharuan yang sejati, mampu
mengitegrasikan pikiran, hati, intelek, dan emosi dalam kenyataan hidup yang tanpa membeda-
bedakan yang lainnya, melainkan tetap melayanani semua yang dipercayakan dengan penuh
tanggung jawab dan semua adalah yang utama dan dihormati baik yang dilayani dan mentaati Allah
dengan sempurna.
V. KESIMPULAN
Dari beberapa hal yang telah dibahas sebelumnya, dapatlah ditarik kesimpulan yang akan terus
membangunan pemahaman yang benar tentang konsep dalam hal Kepemimpinan Kristen dalam
perspektif Reformed dan membangun serta menghargai pelayanan yang telah di Anugerahkan
Tuhan, dalam Kepemimpinan Kristen yang benar (sejati) Yaitu:
1. Seroang pemimpin Kristen Yang benar (sejati) harus terus mengembangankan dan membangun
Krakteristik dan kepribadiana yang benar sesuai dengan Kebenaran Firman Allah. Sehingga mampu
membangun dan mengembangkan Pelayanan yang penuh kerendahan hati untuk memimpin umuat
Allah kejalan Kebenaran Allah.
2. Seorang Pemimpin yang benar (sejati) pada akhirnya datang pada titik dimana mereka melayani
dan memberi otoritas orang lain pada keinginan dan semangat mereka. Kadangkala, seorang
pemimpin datang hanya mencari orang lain dan turut membagi keinginan yang sama. Satu hal yang
pasti Pemimpin yang benar (sejati) selalu berhubungan dengan orang lain. Inilah yang membedakan
pemimpin Kristen dengan pemimpin yang lainnya.
3. Sangat penting bagi para pemimpin Kristen yang benar (sejati) mengembangakan keahlianya agar
dapat memimpin secara efektiv. Bagaimanapun juga, ada beberapa karakteristik dan kualitas hati
yang penting yang harus dibangun setiap pemimpin dalam kehidupan pelayanan mereka lebih
dahulu dan juga terus bersadar kepada Tuhan Yesus sebagai Pemimpin Agungnya.
4. Kepribadian yang baik dan ketulusan hati sangat diperlukan. Kerena kepribadian dapat disebut juga
kepemimpinan diri sendiri. Ketika kita dapat memimpin diri kita sendiri dengan baik, orang lain
mungkin ingin mengikuti. Hal tersebut merupakan dasar kehidupan untuk membangun kehidupan
seorang pemimpian Kristen yang melayni dengan benar (sejati). Ini semua dimulai dengan
Karakeristik dan kepribadian, sebab kepemimpinan Kristen dijalankan atas dasar kepercayaan baik
kepercayan kepada Allah dan dari jemaatnya. Jika seorang tidak percaya kita, maka mereka tidak
akan mengikuti kita. Keuntungan seorang yang memiliki karakteristik dan kepribadian yang baik itu
semua tidak terlepas dari Anugerah Allah.
Pemimpin Kristen yang benar (sejati) harus belajar memimpin sebaigai pelayan seorang gembala
yang selalu diperbaharui dan membangun, seperti Tuhan Yesus mengenali semua murid-muridNya
satu persatu. Pemimpin Kristen benar (sejati) mampu mengenali setiap anggota jemaatnya serta
membangun rohaninya dengan baik.
Daftar Kepustakaan
Malang, 1997.
Reesor Lerry. Million Leaders Mandate, Buku Catatan 6.
Sibuarian Togardo, Sola Gratia dan Pergumulan Masa kini, STT, Bandung, 2007.
Indramas, 2007.
[1] Robi Chandra, Landasan Pacu Kepemimpinan, (Gloria Graffa, Yogjakarta, 2004) hal 23-
24
[2] Ibid, landasan Pacu kepemimpinan, hal 26.
[3] B.Kreysen Purba, Sola Gratia dan Pergumulan Masa Kini,(STT Bandung, 2007), Hal 219.
[4] J.Oswald Sanders, Kepemimpin Rohani, (Yayasan Kalam Hidup ,1979) hal 20.
[5] Ibid
[6] Ibid
[7] Ibid
[12] Ibid
[13] Dr. John C. Maxwell, Sepuluh Unggulan Prinsip dasar Kepemimpinan dari Yesus, Edisi
Buku perkenalan, (Mellion Leaders Mandate) hal 1
[14] Ibid, Sepuluh Unggulan Prinsip Dasar Kepemimpinan Dari Yesus, Hal 1-2
[15] Dr. Larry D. Reesor, Tujuan Puncak dari Kepemimpinan Mengenapi Amanat Agung,
(Buku Catatan 6), Million Leadrs Mandate , Hal 31
[16] B. Kreysen Purba, Kepemimpinan Hamba dan Anugrerah Allah, Dalam Buku(Sola
Gratia dan pergumulan Masa kini), STT. Bandung, 2007, Hal 228
[17] J.Oswald Sanders, kepemimpinan Rohani, Yayasan Kalam Hidup, 1979, hal 49.
[18] Yohanes Calvin, Institutio,BPK Gunung Mulia Jakarta, 2008. Hal 243.
[19] Kenneth O. Gangel, Membina Pemimpin Pendidikan Kristen, Yayasan Gandum Mas,
1998, hal 101.
[20] John C. Maxwill, The 21 Irrefutable Laws Of Leadership,(21 Hukum kepemimpinan
Sejati), Interaksara, Batam centre, hal 191
[21] Dr. Anthony D`Souza, Proactive Visionary Leadership, PT. Trisewu Nagawarsa Graha
Indramas, 2007,h 94.
[22][22]
[23] J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani, Yayasan Kalam Hidup, 1979, hal 60,
[25] Yohanes Calvin, Institutio, BPK Gunung Mulia Jakarta, 2008, hal 152.
[27] Kenneth O. Gangel, Membina Pemimpin Pendidikan Kristen, Yayasan Gandum Mas,
1998, Hal 102
[28] B. Kreysen Purba, Kepemimpinan Hamba dan Anugerah Allah, Dalam Sola Gratia, STT
Bandung, 2007, hal 224-245.
[29] Ibid
Unknown di 01.53
Berbagi
Unknown
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.