Pegawai istana yang ditampilkan penulis dalam perikop Yoh. 4:46-54 adalah seorang kafir yang tinggal di luar daerah pusat keagamaan Yahudi: Galilea. Bagi orang Yahudi, orang kafir adalah orang yang dianggap berdosa, dan kerana itu tidak layak di hadapan Tuhan. Penginjil menampilkan kisah penyembuhan anak pegawai istana sebagai suatu bentuk pewartaan bahwa Allah tidak berpihak pada siapa pun, dan bahwa cinta kasih Tuhan menembus batas- batas kerajaan dan adat-istiadat. Kisah ini bahkan menampilkan keterbukaan hati orang-orang yang berada di luar harapan. Mereka dikatakan kafir, tetapi justru merekalah yang terbuka terhadap pewartaan Kerajaan Allah. Kisah penyembuhan anak pegawai istana ini merupakan salah satu contoh dari iman sebagai jawaban kepada Yesus yang berasal dari mereka yang tidak berasal dari agama Yahudi. Itu berarti, kisah ini semacam sindiran bagi agama yang lazim. Karunia Allah ditawarkan kepada semua orang tanpa terkecuali, tetapi tanggapan justru muncul dari orang-orang yang berada di luar harapan dan perhitungan. Orang yang menganggap diri beragama, justru sebenarnya yang tidak terbuka terhadap karunia Allah itu. Yang terakhir yang disampaikan penulis kepada pembaca injilnya adalah bahwa iman seseorang adalah suatu proses. Untuk sampai kepada iman sejati, orang membutuhkan proses