Anda di halaman 1dari 2

Apa gunanya hari Tua?

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu
sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua,
engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke
tempat yang tidak kaukehen

(Yohanes 21:18)

Dua orang kakek-kakek yang sudah pensiun sedang duduk di sebuah bangku di bawah pohon sambil
ngobrol. Salah seorang kakek berkata kepada kakek yang satunya, "Bejo, sekarang aku berusia 73
tahun dan sekarang aku sering sakit-sakitan. Umurmu juga sama denganku, apakah kamu mengalami
seperti yang aku rasakan?"

"Wahhh ... kalau aku malah merasa seperti bayi yang baru lahir," jawab Kakek Bejo.

"Benarkah!? Seperti bayi yang baru lahir!?" tanya kakek satunya tidak percaya.

"Iya ..., botak, ompong ..., bahkan saat ini aku sedang ngompol!"

Ketika muda, kita selalu merasa sehat. Kita membanggakan kekuatan kita. Ya! Seperti itulah orang-
orang yang muda. Badai sebesar apapun diterjang karena merasa sudah kuat. Hari-demi hari berlalu
dan badan pun menjadi ringkih. Untuk yang sibuk bekerja, tentunya memasuki masa pensiun tidak
mudah. Untuk yang selalu bergerak ke sana ke mari, pastilah bergerak hanya di tempat tidur karena
sakit pinggang atau bekas operasi sangat membatasi. Tapi, pada hakikatnya, ketika kulit mulai
keriput, badan semakin gampang sakit dan masuk angin, kepala sering pening, nafas sering tersengal,
dan ketika kita mulai was-was setiap makan makanan tinggi kolesterol, kita sadar bahwa kita sudah
mulai tua. Atau ada juga yang tidak sadar?hehehe...
Masa Tua adalah masa-masa di mana kita mulai menyadari bahwa kita ini manusia yang bisa lemah
dan aus. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa padi itu makin berisi makin merunduk. Masa tua
harusnya dihayati sebagai masa berefleksi, setua ini sudah sejauh mana saya melangkah? Apa yang
telah saya capai dalam hidup saya? Tapi awas! Jangan Cuma mengukur apa yang kita capai hanya
dari hal-hal yang materiil. Kebanyakan orang yang tua menjadi stress karena merasa hidupnya gagal.
Ah..rumah saya masih saja kecil..Ah..coba kalau dulu saya begini atau begitu! Atau sibuk berandai-
andai sampai merasa sangat bersalah..Akhirnya kita tidak bisa menikmati berkat masa tua.
Apa yang dimaksud berkat masa tua itu? Berkat masa tua adalah berkat hikmat dan iman. Seseorang
boleh saja menjadi tua dan fisiknya sama seperti bayi. Tapi, jalan pikirannya tidak boleh sama seperti
bayi. Orang tua justru harus menjadi seseorang yang bisa dituakan dan dewasa. Menjadi panutan bagi
orang lain. Bisa menguatkan orang lain dalam iman. Bisa mencontohkan nasihat kepada orang yang
lebih muda, sebab anak muda belajar dari teladan orang yang lebih tua. Misalnya, kalau kita sendiri
pesimis sama Tuhan, bagaimana anak-anak bisa belajar beriman?
Karena itu, tubuh boleh menjadi tua tapi hati dan iman tidak boleh jadi lemah. Amsal 18:4 berbunyi
bahwa sumber hikmat adalah seperti batang air yang mengalir. Hikmat selalu datang pada manusia
tanpa melihat apakah dia tua atau muda. Ada orang muda tapi sudah memiliki hikmat. Tapi ada juga
yang sudah tua masih saja kekurangan hikmat.
Hikmat datang dari pengenalan akan Tuhan. Hikmat membuat kita berpikir yang benar. Berkata yang
benar, dan bertindak yang benar. Hikmat itu hasil pengalaman dan pergumulan iman. Hikmat itu
datang dari hati yang mengadu, mengaku, dan memuja Tuhan. Hikmat ada pada orang-orang yang
percaya kepada Tuhan. Sekalipun sudah tua dan senja tapi tetap bersukacita di dalam Tuhan.
Pikirannya sudah bukan lagi soal kekuatan, kekayaan, dan keperkasaan. Karena itu di luar kuasa
orang yang sudah tua. Tapi orang tua menjadi kuat justru karena mereka punya iman yang kuat. Inilah
hikmat. 

Anda mungkin juga menyukai