Anda di halaman 1dari 4

Fenomena Quarter-life crisis menurut Pandangan Islam

Quarter-life crisis adalah periode dalam kehidupan manusia diantara remaja dan
dewasa pada usia sekitar 18-30 tahun yang ditandai dengan kebingungan, kecemasan dan
krisis emosional seperti kesedihan, isolasi, dan ketakutan akan kegagalan.
Tidak paham potensinya apa, harus ngapain, pengen bermanfaat tapi gabisa, pengen kerjaan
baik tapi ga diterima, dan lain sebagainya. Tenang, kalian tidak sendiri.
Independent.co.uk mengatakan bahwa lebih dari ½ milenial mengalami QLC. Masalah
terbesar QLS adalah tentang financial. Karena masa-masa ini kita sudah tidak bergantung
pada orang tua kita.
Hal-hal itu membuat kegalauan muncul dari anak muda. Pertanyaannya, apakah QLC ini
wajar? Ya wajar-wajar saja soalnya tadi kan lebih dari ½ atau 6 dari 10anak muda
mengalami.
Akan tetapi kalau dari perspetif islam, QLC itu tidak wahar. Kenapa? Karena dalam konsep
Islam, QLC itu sudah selesai sebelum aqil baligh. FYI saya juga mengalami QLC.
Karena msalah-masalah tadi, aku siapa? Tujuannya apa? Mau ngapain? Dsb itu namanya
konsep diri, harus sudah selesai sebelum aqil baligh. Kalo dalam Islam, aqil baligh itu
perempuan 11-14 tahun, laki-laki12-15 tahun. Kenapa harus sudah selesai sebelum aqil
baligh? Karena dalam Islam, nilai-nilai yang kita yakini yaitu orang ketika sudah aqil baligh,
sudah kena secara hukum (sudah dapat dosa dan pahala ketika melakukan kebaikan atau
keburukan).
Jadi sebenernya bahaya, jika di usia 25-30 masih belum tahu tujuan hidup dan pedoman
hidup. Harusnya, jika pake standarnya Islam, umur 14-15 tahun orang-orang sudah siap dan
bisa lepas dari orang tuanya. Kalau dari konsep yang kita kenal selama ini ada anak2, remaja,
dewasa dan lansia. Itu bukan konsep Islam, karena dalam Islam tidak ada istilah remaja.
Dalam Islam adanya sebelum akil baligh (anak-anak) dan setelah akil baligh (dewasa). Ketika
dewasa, harus sudah bisa memertnaggung jawabkan hidupnya harus kemana dan seperti apa.
Contoh Rasullullah SAW.
 Saat berusia 7 tahun beliau adalah seorang penggembala kambing, yang pergi dengan 100
ekor pulang, pun dengan 100 ekor. Semua kambing gembalaan gemuk dan subur. Beliau
sangat amanah dan tanggung jawab.
 Beranjak usia 12 tahun, berekspedisi dagang internasional. Telah belajar finansial sejak
usia belia. Juga memimpin perdagangan internasional saat pamannya pensiun.
 Usia 25 tahun menikah dengan Khadijah binti Khuwailid sdengan mahar 20 ekor unta.
 Sebelum menikah sudah berdagang dengan Siti Khadijah
 Masa QLC telah diselesaikan oleh Rasulullah sejak sangat dini.
Atau Usamah bin Zaid, umur 18 tahun disuruh Rasul menjadi pemimpin perang dan pulang
membawa kemenangan dan hart ghanimah yang banyak
Muhammad al faith, usia 8 tahun sudah hafal Al-Quran, 19 tahun diangkat menjadi raja. Dan
sudah tahu tujuan hidupnya dari kecil ketika diajak ayahnya naik keatas bukit untuk melihat
tembo konstantinopel dan sejak itu, ia bercita-cita membebaskan konstantinopel akhirnya di
usia 21 tahun ia sudah membebaskan kostantinopel.
Salahuddin al ayybi diusia 8 tahun becita2 mebebaskan palestina. Bahasan utamanya sejak
saat itu selalu tentang jihad.
Kesimpulannya, QLC menjadi hal yang tidak wajar kalai pake standarnya mereka.
Pertanyaannya, haruskah kita memakai standar mereka? Yang jaraknya sudah ribuan tahun?
Apakah hal tersebut relevan di zaman kita sekarang? Jawabannya, masih. Kenapa? Karena
pedoman mereka dengan kita sama yaitu Al-Quran, panutan mereka dengan kita sama.
Jika kita lihat pemuda zaman rasuulullah yang punya kualitas sepeti itu, harusnya hari ini pun
anak muda memiliki kualitas yang sama. Saya percaya bahwa merekapun sama-sama punya
masalah yang sama dengan kita, galau tentang finansial, pekerjaan, konsep hidup dan
sebagainya, mereka pun mengalaminya. Tetapi, mereka sudah melewatinya sejak masa
sebelum aqil baligh.
Kenapa Islam bikin rules kaya gini? Karena agar usia produktifitas kita lebih panjang.
Sehingga, dalam perspektif Islam, Quarter Life Crisis pada rentang waktu 20-30 tahun
tidaklah wajar.
Kenapa anak2 muda terkena penyakit QLC? Karena di zaman ini orang-orang terlambat
dewasa. Karena banyak sekali godaan yang membuat anak muda menjadi tidak dewasa dan
jauh dari nilai-nilai Islam.
Bagaimana cara menyelesaikan QLC?
1. Kembali kepada Al-Quran
Al-Quran itu cahaya diatas cahaya atau nurun ala nurin. Kalau hari ini hidup kita gelap,
merasa tertinggal, maka carilah cahaya itu. Karena tidak ada cahaya yang lebih terang
selain Al-Quran. Masukkan cahaya itu ke dalam hati kita, maka kemanapun kita pergi
insyallah gaakan nyasar.
Hal ini pasti susah karena Al—Quran hanya ingin memasuki hati-hati yang bersih, karena
kalo kotor Al-Quran itu susah masuk. Terus gimana kalo hati kita kotor? Usahakan untuk
membersihkan hati kita. Ketika Al-Quran sudah masuk ke dalam hati, maka masalah QLS
insyaallah akan selesai. Kita akan faham tentang manusia terbaik itu seperti apa. Dalam
Alquran kuntum khairu ummatin ukhrijat linnasi ta’muruna bil’ma’ruf wa tanhauna anil
munkar wa tu’minu billah.
Disitu kita tahu bahwa ketika kita ingin menjadi orang sukses, maka kuncinya adalah
dengan menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari yang munkar.
DI Al-Quran juga kita akan menemukan tujuan hidup kita, yaitu untuk beribadah kepada
Allah dan menjadi khalifatul ard. Artinya menjadi khlaifah pemakmur bumi atau
bermanfaat bagi lingkungan.
Ketika punya tujuan untuk bermanfaat dan sebagai cahaya bagi lingkungan, maka kita
harus selesai dengan diri sendiri dan kita harus punya potensi untuk memanfaatkannya.
tugas kita, ketika ingin selesai dengan QLC, maka ketahuilah apa potensi kita. Cari potensi
sesuai dengan apa yang kita sukai.
Karena setiap orang Allah titipkan potensinya masing-masing yang nantinya di akhirat,
Allah akan tanya “sudah kamu apakan potensi, waktu, ilmu dan harta yang Allah berikan
kepada kita?
Kira-kira apakah kita sudah punya jawaban untuk itu?
2. Sadarilah bahwa QLC itu bukan masalah, tetapi QLC itu dalah fase kita akan naik kelas,
berkembang, mencoba banyak hal baru. Karena kita banya keinginanny (mobil, rumah,
uang banyak dll) maka yang harus dilakukan itu bukan galau tetapi mengupgrade diri kita
menjadi lebih baik.
Gantilah krisis ini menjadi sebuah tantangan. Karena sesungguhnya tantangan itu sudah
ada sejak kita kecil. Contohnya ketika kita lapar, kita harus menunggu orang tua sambil
menangis, itu adalah krisis sjak kita masih kecil
Maka, janganlah memandang QLC sebai masalah, tetapi sebagai fase naik kelas.
3. Kenali kesuksesan sebenarnya
Di zaman ini banyak yang menyebutkan bahwa QLC akan selesai ketika kita punya
rumah, mobil mewah, anak2 cerdas dsb. Hati-hatilah dalam mendefinisikan kesuksesan
atau kegagalan yang sebenarnya.
Dalam surat Al_Ashr ayat 1-3 Allah bilang bahwa semua manusia itu rugi, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengamalkan keshalehan dan saling mensihati dalam kebenaran
dan kesabaran.
Kesimpulannya, bukan kita taidak boleh untuk mengejar kesuksesan duniawi. Itu tetap
harus kita perjuangkan, karena kita butuh materi untuk bisa bermanfaat bagi orang lain.
tapi yang harus kita sadari juga bahwa semua itu bisa jadi kerugian ketika kita tida
mendasarkan materi pada keimanan.
Jadi tidak hanya sekedar masalah finansial yang ketika finansial sudah besar QLC akan
selesai. TIDAK, Tapi semua itu balik lakgi tentang pemaknaan kita, apakah materi itu
sudah membuat kuta menjadi hamba Allah yang bertakwa atau tidak?
4. Sadarilah bahwa kehidupan itu selalu tentang kenikmatan dan kepedihan.
Hari ini kita boleh merasa pedih missal banyak tugas kuliah, belajar, bikin makalah dan
lain sebagainya. Tapi suatu hari nanti itu akan menjadi kenikmatan karena skil kita
bertambah. Begitupun sebaliknya, hari ini kita enak, rebahan, nonton berjamjam, main
game. Mungkin nikmat, tapi itu nanti akan menajdi kepedihan . tinggal kita pilih, mana
yang akan kita jadikan keikmatan jangka panjang dan mana yang akan kita jadikan
kenikmatan sementara.
Rasulullah pernah bilang bahwa kenikmatan dunia itu bagai kita mencelupkan jari ke
lautan, air yang menmpel dijari kita adalah kenikmatan dunia dan air selaus samudra itu
kenikmatan akhirat. Tinggal kita pilih, mau memperjuangkan yang mana, yang setetes
atau yang seluas samudra?
5. Jangan memperjuangkan mimpi kita sendirian, Libatkanlah Allah dalam hal apapun.
Itulah tadi cara agar kita bisa menyelesaikan masa QLC. Hharapannya kedepan kita bisa
menjadi orang yang baru, punya semangat untuk menggali potensi dan menjadikan potensi
kita untuk kita memberi kebermanfaatan, agar bisa menjadi penolong kita di akhirat.

Anda mungkin juga menyukai