Anda di halaman 1dari 62

Bahwa sebuah proses menyembuhkan luka, memahami

diri, menyusun cita-cita, dan mengubah kekurangan kita,


adalah sebuah proses panjang, yang perlu proses dan
perjuangan dalam menyusunnya.

Jangan terburu untuk merasa tidak mampu atau kecewa,


kalau memang belum dimulai kisahnya.

Jangan terburu menyerah kalau baru di awal sudah


merasa gelisah. Karena sejatinya setelah datangnya
malam yg gelap gulita, mentari akan hadir membawa
secercah cahaya: Harapan Itu Masih Ada.

Allah mencintai kita dengan banyak cara. Jangan


terburu untuk meratapi takdir. Bisa jadi apa yang kita
hina dan kita rendahkan hari ini, adalah kunci bagi
kesuksesan kita di masa depan.

Selamat berjuang, untuk menyembuhkan luka dan


merangkai cita-cita. Percayalah, Allah mencintai kita
dengan banyak cara, yang terkadang tampak nyata,
terkadang secara rahasia, dan baru kita pahami setelah
beberapa waktu lamanya. Mari berikan sebaik-baik
prasangka padaNya.

Isnan Hidayat, S.Psi.

ii
SEKAPUR SIRIH

Seorang ntelektual muslim seharusnya telah selesai dengan


dirinya sendiri. Namun apa daya, masih banyak yang tidak dapat
memanajemen diri, mulai dari kesulitan dalam menghadapi luka-luka
masa lalu serta kelemahan lainnya, seperti insecurity, overthinking,
prokrastinasi, dsb. Maka dalam kesempatan ini, kami SEED Institute
mengadakan kelas Sharing Psikologi Islam yang dirangkap dalam dua
sesi pertemuan secara daring. Awalnya Sharing Psikologi Islam ini
diadakan hanya untuk internal pegiat SEED Institute saja, namun
melihat masalah ini juga banyak dialami oleh pemuda-pemudi
pejuang peradaban, maka kami buka untuk umum dan disambut
antusias yang meriah dari para peserta.

Ucapan syukur kepada Allah SWT, akhirnya kami telah


menyelesaikan pengompilasian dan pengodifikasian materi serta
tanya-jawab Sharing Psikologi Islam menjadi e-book yang berada di
hadapan para pembaca sekalian. Semoga dengan ini dapat membantu
pembaca menghadapi masalahnya. Tak lupa juga kami haturkan
terima kasih kepada Mas Isnan Hidayat, S.Psi yang telah meluangkan
waktunya menjadi narasumber dalam acara ini sekaligus untuk
berbagi ilmu yang beliau dalami yaitu tentang Psikologi Islam.
Semoga menjadi amal jariyah. Terakhir, untuk menjaga privasi para
penanya, maka pada bagian Question and Answer identitas penanya
kami hilangkan.
Selamat membaca!

SEED Institute

iii
DAFTAR ISI

Sekapur Sirih ................................................................................ iii


Daftar Isi ....................................................................................... iv

Menghadapi Luka Masa Lalu ...................................................... 1


Mengatasi Prokrastinasi Dan Merencanakan Masa Depan ........ 16
Question And Answer ................................................................... 28

Tentang Narasumber ..................................................................... 57


Tentang SEED Institute ................................................................. 58

iv
MENGOBATI LUKA MASA LALU

Mengingat sampai hari ini kita masih dalam perjuangan jangka


panjang meneguhkan fondasi bagi bangunan psikologi Islam yang
utuh.

Saya sengaja menuliskan judul dengan pembahasaan yang lebih


umum, tidak spesifik ke problematika psikologis tertentu. Walaupun
memungkinkan nantinya diskusi kita akan mengarah ke bagian sana.
Sangat memungkinkan materi akan saya belokkan / alihkan ke hal lain
jika ada pertanyaan yang menurut saya jauh lebih penting.

Framework di bawah akan menjadi acuan utama dalam


membahas dinamika permasalahan kita siang ini. Rothman & Coyle
membuat Framework yang sangat bagus menurut saya berdasarkan
saripati kitab-kitab Imam Al Ghazali khususnya Ihya Ulumuddin. Ini
bisa jadi acuan alternatif para Muslim pengkaji psikologi untuk
memahami psikologi seseorang khususnya dalam hal psikoterapi.

1
Bahwa menurut kacamata Psikologi Islam, dinamika utama diri
seseorang ada pada dialog antara Ruh - Qalb - Aql - Nafs

Kalau Ruh yang kuat dan sehat, Qalb - Aql akan berproses secara
sehat membimbing Nafs kedalam jalan menuju fitrah untuk kembali
kepada Allah, yang membuat seseorang berorientasi akhirat.
Sebaliknya jika Nafs lebih kuat, akan membawa Qalb dan Aql
menjerumuskan Ruh ke dalam Ghafla / kelalaian yang menjadikan

2
Syaithan sebagai waliy kita, dan seseorang menjadi berorientasi
kepada dunia / materi / kefanaan.

Dari framework di atas, saya turunkan dan kaitkan dalam


kaitannya dengan dinamika psikologi "barat" yang selama ini kita
kenal, untuk bisa menempatkan bidang ilmu psikologi secara lebih
sehat dalam sudut pandang Islam. Artinya ketika melihat diri
seseorang, kita akan punya 3 layer atau lapisan unit analisis. Perilaku
zhahir, proses mental & dinamika psikologis nya, serta dinamika
bathiniahnya.

3
Termasuk jika kita melihat potensinya, maka layer-layer ini juga
punya peranannya masing-masing untuk membawa seseorang kepada
kebaikan. Ada "ibadah" masing-masing, atau dengan kata lain "ibadah
yang sempurna" itu kalau setiap layer bekerja sama dan kompak untuk
mengerjakan satu hal. Senyum yang ibadah itu kalau mukanya
tersenyum, secara psikologis bahagia, dan bathiniahnya membenarkan
semua itu untuk mendapatkan ridhaNya

4
Namun kita juga harus paham bahwa setiap layer juga punya
kontribusi jika seseorang bermasalah. Bahwa perilaku buruk
seseorang itu juga merupakan interaksi antara layer / lapisan terluar
dengan permasalahan yang ada di layer yang lebih dalam. Artinya kita
tidak mungkin bilang "aku mengumpat dan berkata kotor, tapi
sebenarnya hatiku bersih kok". Karena jika ada perbuatan tercela yang
kita lakukan, pasti ada sumber luka / masalah yang berasal di layer
bawahnya. Atau dengan kata lain, jika kita membiarkan diri kita
terjebak kepada permasalahan yang kita anggap sepele tetapi
perbuatan berdosa itu terulang, itu akan merusak sesuatu yang lebih
dalam diri kita, hingga dampakk terbesarnya adalah rusaknya Qalb -
Aqal yang berada di pusat dinamik diri kita

Maka menjadi penting untuk mempelajari parameter keberhasilan


diri kita dalam mengelola 3 layer itu : Al Fajr 27-30. Bahwa jiwa yang
tenang adalah hadiah terindah bagi seseorang yang berhasil menjaga

5
harmonisasi dan sinkronisasi 3 lapisan kepribadian kita itu. Jiwa yang
tenang adalah tiket kekhusyu'an ibadah di dunia, tiket kebahagiaan
tanpa syarat dan menjalin ukhuwah dan jatuh cinta, serta tentu jadi
tiket surga, dan terlebih tiket untuk kelak bisa berjumpa dengan
wajahNya

Berdasarkan framework dari Rothman & Coyle (2018) di slide


awal tadi, inilah terjemahan dan impelementasi dari Jiwa yang
Tenang. Jiwa yang tenang berdampak kepada kebaikan di dimensi
fisik dan perilaku, dalam dinamik psikologis, dan dalam dinamika
bathin

Mengapa perlu Jiwa yang Tenang?

6
Agar kita bisa kembali bertemu denganNya dalam keadaan
terbaik. Karena hal paling logis dari kebahagiaan makhluk adalah
untuk bersatu dan bertemu kembali dengan Khalik. Maka tentu untuk
bisa bertemu kembali dengan Khalik kita butuh menjaga kualitas diri
agar tetap dalam keadaan fitrah terbaik.

Sayangnya kita seringkali terlena. Menjadikan dunia sebagai


parameter keberhasil diri kita. Seolah tidak ada akhirat, baperan
berlebihan, dan menjadikan dunia sebagai tempat untuk mendapatkan
hadiah instan atas setiap kebaikan yang kita lakukan.

Syetan akan sangat bahagia, karena membuat manusia yang hebat


menjadi mudah dipermainkan. Kita menjadi "lupa jalan pulang", atau

7
bahkan "lupa kalau kelak akan pulang". Karena kita dihujat bacaan
qur'annya jelek, maka kita terus bersumpah selamanya nggak akan
mau jadi imam shalat. Ini berarti kita membeli kesedihan dunia untuk
kerugian di akhirat. Atau yang lebih parah lagi, syetan juga mungkin
untuk mengkonversi luka tadi, menjadi semangat untuk membuktikan
bahwa kita hebat. Akhirnya sibuk tahsin kemana-mana, untuk
tunjukkan eksistensi diri sebagai The Greatest Qur'an Reciter yang
ganteng dan banyak fansnya. Kedua contoh tadi ujungnya sama.
Menggadaikan dinamika Qalb - Aql - Ruh - Nafs dalam kendali
bisikan syetan. Ujungnya sama, jadi sama-sama tidak bahagia.

Kalau sudah tahu bahwa Akhirat adalah kampung halaman, maka


logisnya dunia adalah tempat untuk mengumpulkan bekal. Artinya,
dunia memang tempat untuk struggle dan berjuang, bukan untuk
mendapatkan balasan instan atas setiap keringat dan kerja keras.

8
Penjelasan mengenai definisi Qalb - Aql - Ruh - Nafs ada di blog
http://nggapriel.blogspot.com/2017/08/makna-qalb-ruh-nafs-dan-
aql.html

Coba mari kita cek sekali lagi, apakah ada luka yang sedang kita
alami? Kalau ada, di lapisan yang mana?

Karena introspeksi atas luka ini akan menentukan langkah


selanjutnya. Memeriksa kondisi hati sebagai layer terdalamnya.
Semakin dalam dan parah tingkat lukanya, akan membawa pada
konsekuensi besarnya perbaikan dan perubahan, serta lama waktu
menyembuhkannya. Bahkan dalam beberap kajian terkini seputar luka
ini, sebagian besar luka yang tak tersembuhkan hingga seseorang

9
dewasa, adalah dimulai saat seorang anak tidak segera dengan sengaja
memaafkan kesalahan orangtuanya

Yang bisa kita lihat, jika luka itu kita abaikan selama ini, adalah
tanda-tandanya. Yang seolah-olah kita anggap bukan hal yang
berhubungan dengan itu semua. Padahal jika diperiksa lebih rinci, itu
semua bersumber dari dalam hati. Layer terdalam dalam dinamika diri
kita.

10
Dalam kacamata Psikologi Islam, pengaruh syetan itu nyata.
Namun apakah berarti lalu semua masalah psikologi akan selesai
dengan Ruqyah, membaca Qur'an, dan bertaubat?

Jawabannya akan kembali ke permasalahannya sebesar apa.


Ruqyah dan Terapi Ibadah yang tidak disertai dengan proses
awareness, acceptance, dan menyembuhkan luka hati, itu seperti ikut-
ikutan kajian Komunitas Hijrah namun tanpa dasar ilmu yang
mencukupi. Kita tidak akan bisa benar-benar "hijrah" seperti
substansi utamanya, bahwa hijrah itu diawali dengan iman, dan
disempurnakan dengan jihad, yang ketiganya sama-sama butuh ilmu
dan panduan yang benar-benar kuat.

11
Begitupun terapi ibadah. Terapi ibadah bisa menolong kita
'mengusir setan' yang berwujud jin, tapi tidak serta merta otomatis
menyembuhkan luka hati secara instan. Terapi ibadah menjadi penting
untuk membuat kita dekat dengan Allah, mengingatNya dalam setiap
keadaan, membuat kita jadi nggak baperan karena merasa cukup
dengan Allah, dan mengurangi harapan kepada manusia.

Psikologi Islam menyadarkan kita untuk introspeksi, tafakkur,


dan mengoptimalkan I'tikaf secara serius dan mengena. Paling tidak
ada 3 langkah penting untuk bisa menyembuhkan diri dari luka :
Aware, Accept, Adapt. Sadari masalahnya, terima dan maafkan
kekurangannya, beradaptasi untuk mengikuti kekurangan dan luka

12
dengan kebaikan. Rukun taubatan nasuha : menyesali perbuatan,
berjanji tidak mengulangi, dan mengikuti pertobatan dengan ibadah
maksimal.

Sembuh juga butuh waktu. Sembuh butuh proses. Kalau selama 3


tahun hati kita lukai, tidak mungkin dalam sehari berproses langsung
bisa recovery (kecuali dengan Ijin Allah untuk orang-orang terpilih
dan Para Kekasih)

13
14
Demikian 3 tips melalui proses kesembuhan atas luka hati.
Semoga Allah karuniakan kepada kita kekuatan untuk memperbaiki
diri, menganugerahkan kepada kita Rahmat hingga kita berjumpa
denganNya nanti.

15
MENGATASI PROKRASTINASI DAN MERENCANAKAN
MASA DEPAN

Setelah yang pertama adalah bicara mengenai menyembuhkan


luka, yang membuat kita bisa berdamai dengan masa lalu dan selesai
dengan diri sendiri. Kali ini kita bicara sesuatu yg sebenarnya lebih
sederhana, sebagai konsekuensi logis dari selesainya kita dengan diri
kita sendiri : membuat perencanaan cita-cita, dan melakukan
penyesuaian agar kita bisa mencapainya

Ada 10 prinsip yang bisa kita gunakan sebagai pedoman


membuat Life Mapping. Tapi sebelum kesana, sebagai follow up dari
materi kemarin, saya perlu menyampaikan bahwa ada satu indikasi
luka yang beresiko masih tersisa saat kita menyusun cita-cita. Yang
biasanya menjadi bentuk paling konkret dari trauma persepsi, bentuk
konkret dari musuh terbesar manusia untuk bisa enjoy berkarya.

Apa 2 musuh terbesar ummat manusia yang saya maksud?


1. Terlalu bersedih dengan masa lalu
2. Terlalu khawatir dengan masa depan
Kata Syaikh Aidh Al Qarni dalam buku Meg Best Seller nya Laa
Tahzan, kedua penyakit itu akan membuat kita tidak fokus untuk
hidup pada hari ini. Maka mari kita cek sekali lagi, sudahkah kita bisa
sembuh dari 2 penyakit itu.

Jika kita merasa fine, siap berjuang, maka mari berlanjut ke 10


pedoman penyusunan peta kehidupan. Jika kita merasa belum selesai
benar, maka pembahasan kemarin beberapa bagian perlu kita
perdalam.

16
Jika sewaktu-waktu kita ditanya, “apakah engkau sedang
tersesat?”
Bagaimana jawaban kita? Bisa jadi kita menjawab dengan
kalimat : jelas, saya mantab, saya tidak tersesat. Atau Jawaban versi
kedua: maaf, saya tersesat. Namun ada jawaban versi ketiga yang
paling berbahaya dari semuanya. Yaitu ketika kita menjawab : maaf,
aku tidak tahu aku sedang tersesat atau tidak. Kenapa jawaban ini
berbahaya? Karena berarti selama ini menandakan bahwa kita berjalan
tanpa kesadaran. Asal bergerak saja.

Yang paling berbahaya adalah saat kita menempuh perjalanan


hidup bertahun-tahun ini, mengambil keputusan studi dari Sekolah
Dasar sampai Pendidikan Tinggi, ternyata kita tidak pernah

17
menentukan sebenarnya kemana arah tujuan kita. Seolah hidup
memang wajarnya seperti ini. Dari SD lalu SMP. Dari SMP lalu SMA
dst. Ketika ditanya, kenapa sekolah lagi? Karena semua orang
melakukan hal yang sama. Padahal kita tahu, sekolah hanyalah sebuah
kendaraan. Sedangkan arahnya mau kemana seharusnya kita yang
menentukan.

Ternyata, kita adalah member dari komunitas Hidupmania. Yang


penting asal hidup, dan araha tujuan hidupnya kemana, tidak pernah
kita tentukan sebelumnya. Padahal tujuan itu lah yang membuat kita
bisa menentukan naik kendaraan apa, jalurnya lewat mana, bekal yg
diperlukan apa. Maka hingga hari ini, perkara ingin memilih masuk

18
Madrasah Tsanawiyah atau SMP, mau masuk SMA atau SMK, mau
kuliah jurusan apa, mau kerja di mana, selalu jadi pertanyaan yg
rawan membingungkan karena masalahnya satu. Itu semua adalah
pertanyaan teknis, yg sebenarnya mudah dijawab jika pertanyaan
intinya sudah dijawab dulu: hidup seperti apa yg kita harapkan, bidang
pengembangan diri apa yg kita inginkan jadi sarana kemanfaatan.
Jika cita-cita sudah ditentukan, kita akan mudah menentukan
sebaiknya kuliah ambil jurusan apa. Sebaiknya SMA atau SMK dan
seterusnya. Inilah prinsip Beginning From The End. Memulai dari
ujung akhirnya. Bahkan jika dalam Islam, ini bisa lebih jauh lagi.
Mengingat kita menjadikan akhirat sebagai kampung halaman, maka
kita harusnya lebih serius lagi dalam menyiapkan perencanaan dan
manajemen aktivitas kita. Tidak sekedar melihat tren dan prospek yg
ada di sekitar kita.

19
Kita selama ini sangat tabah. Bisa bertahan dalam hidup yang
tanpa orientasi, tanpa perencanaan. Entah itu adalah sebuah ketabahan
atau kekeraskepalaan. Namun bukankah berjalan tanpa tujuan adalah
hal yang sangat menggelisahkan?

Maka sebagai seorang Muslim, kita butuh 2 alat yang paling


krusial : peta & kompas. Kompas adalah penunjuk baik-buruk dan
standar moral, inilah Diin, Quran & sunnah, sedangkan peta adalah
panduan perjalanan mengenai jalur mana yg akan kita tempuh untuk
sampai ke puncak kontribusi kita dalam hidup ini.

20
Dan bukankah begitu banyaknya yang selama ini memilih
berhenti atau berbalik arah? Karena dia sendiri, dia tak siapa
menghadapi sepi. Karena dia berjalan dalam keramaian, dia tak siap
menghadapi persaingan. Karena dia kekurangan bekal, dia memilih
untuk sejenak mengumpulkannya di pinggir jalan, namun akhirnya
terlena dan urung melanjutkan perjalanan. Kita harus bersiap dengan
nafas panjang. Hidup adalah lari maraton yang membutuhkan daya
juang, konsistensi, dan kestabilan

21
22
Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Maka menjadi
penting untuk bisa menaklukkan nafs kita, dengan kerjasama
perangkat Ruh, Qalb, dan Nafs. Membuat cita-cita bukan berarti
mendikter takdir. Namun membuat perencanaan mendetail atas setiap
potensi yang Allah berikan. Karena kita tahu bahwa setiap potensi
akan dimintai pertanggungjawaban. Tugas kita adalah merencanakan
yang terbaik, laku mengeksekusinya dengan kesungguhan. Jika
ternyata Allah berkehendak lain, maka kita tinggal menjalaninya
dengan keridhaan.

Empat Miracle Question ini harus menjadi teman kontemplasi yg


paling akrab kita sampaikan pada diri. Alat untuk menguji, dan
membuat kita tahu diri. Perubahan Jalur, Naik turun kendaraan, dan
mengumpulkan bekal saat akan kehabisan adalah sebuah keniscayaan.

23
Sedangkan kunci dari semua itu adalah sebuah alasan. Sebuah
akar dari tujuan. Hal paling jujur dari segenap keinginan yang kita
konstruksikan. Maka agar kita senantiasa punya energi menempuh
perjalanan, menetapkan cita-cita, dan giat belajar, kuncinya adalah :
sudahkah misi hidupmu engkau temukan? Temukan alasan dari
mengapa engkau harus berjalan. Temukan Life Purposemu.

Namun jangan pernah dikira bahwa Allah diam saja. Allah juga
seringkali mengirimkan petunjukNya lewat kehadiran orang-orang yg
memiliki visi yang sama dengan kita. Jika orang-orang itu telah
bertemu, maka kolaborasi adalah hal terbaik yang paling layak
menjadi keputusan untuk sukses bersama dan terus maju. Life
Mapping bukan hanya tugas pribadi. Tapi tugas peradaban.

24
Setiap muslim, muda, Indonesia sama - sama memerluka Life
Mapping untuk pada akhirnya bisa menyamakan visi, dan membagi
tugas untuk mengoptimalkan aksi

Mari bersungguh-sungguh melakukan proses manajemen diri.


Karena bukanlah gelar aktivis yang menjadi penting: tetapi
ketangguhan diri dan konsistensi kebermanfaatan jangka panjang yg
akan membawa perubahan. Termasuk ketika kita bicara prokrastinasi.

25
Prokrastinasi adalah wujud nyata dari adanya gap dalam diri kita
antara "idealisme" dengan "performa". Cita-cita yang besar, sebuah
idealisme, selalu menuntut satu tanggung jawab: kesungguhan, kerja
keras, manajemen diri yang ekstra. "Dan jika telah selesai dengan satu
urusan maka segera bersungguh-sungguhlah untuk urusan yang lain".
Karena pekerjaan-pekerjaan rumah kita lebih banyak dari waktu-
waktu yang kita miliki.

Maka jika kita memiliki gejala menunda-nunda pekerjaan, gejala


prokrastinasi, segera cek pada layer apa prokrastinasi kita berada?
Apakah baru berada di layer 1, murni masalah performa, masalah cara
kita memanaje aktivitas. Ataukah sudah ada di level 2, problema

26
Psikologis, karena tuntutan kesempurnaan dan ketakutan untuk
menghadapi kenyataan dan ketidakmampuan berproses secara
bertahap (selalu berharap instan). Ataukah ternyata, sudah sampai
level 3, menjadi bagian dari problema kemalasan, yang merupakan
cerminan dari lemahnya iman. Kita merasa tidak yakin benar bahwa
kelak akan ada hisab atas setiap kesempatan yg kita lewatkan. Maka,
mari. Periksa diri kembali.

Berdasarkan riset, sebagian besar penyebab Prokrastinasi


bukanlah karena masalah performa, atau teknis manajemen waktu.
Sebagian besar berada di level 2, tentang bagaimana kita berhasil
berdamai dengan diri sendiri. Maka, mari kokohkan hati. Jadikan
Tazkiyatun Nafs sebagai salah satu pencegahan / prevensi luka hati
yang tersembunyi. Agar kita bisa mengelola diri tanpa belenggu masa
lalu dan segenap luka yang pernah kita alami.

27
QUESTION AND ANSWER

Penanya #1
Assalamu'alaikum saya dari ciledug, titip beberapa pertanyaan:
1. Apa perbedaan nafs, qalb, aql, dan ruh?
2. Apakah kebahagiaan sejati itu? Kesenangan yg dirasakan oleh org2
kafir, apakah itu bukan bahagia?
Jawaban :
1. Untuk definisi Qalb - Aql - Nafs - Ruh ada di blog yg tadi saya
share link nya ya.
2. Kebahagiaan sejati adalah ketenteraman hati yang dirasakan
seseorang saat mencukupkan Allah sebagai tempat bergantung dan
senantiasa ridha dengan Takdir apapun yang diberikan Allah di dunia.
Kesenangan yg dirasakan seseorang yang mengingkari ketuhanan
Allah bukanlah kebahagiaan sejati, itu justru adalah wujud bukti
kasih sayang Allah pada setiap makhluk, bahkan yg mengingkariNya
pun bisa senang hati di dunia.

Penanya #2
Jazakumullahu khair atas pemaparan nya ust Isnan dan segenap tim yg
bertugas. Semoga Allah selalu melindungi kita dlm meniti jalan yg
lurus. Izin bertanya, saya tertegun dgn ungkapan di *layer 1:
kebiasaan yg produktif*. Karena sampai saat ini saya msh tergopoh2
dengan memaksimalkan diri untuk terus produktif. Mungkin sekali-
kali ketika diri lelah bertanya produktifnya para muslimin itu seperti
apasih, (1) apakah ada standarnya dr sisi psikologi islam? Lalu, terkait
per-hijrah-an kan tentu butuh bertahap tidak lgsg berubah total. Nah
(2) bagaimana dlm 3 layer ini merepresentasikan proses hijrah.
Apakah dari layer batin dibagusin dulu atau berjalan bareng 3 layer
ini?
Jawaban:

28
1. Yg menjadi standar dalam produktivitas diri adalah memastikan
bahwa setiap potensi yg diberikan Allah dioptimalkan untuk kebaikan
diri dan kebermanfaatan / maslahat ummat manusia, dan
melakukannya dalam niatan untuk Allah semata. Untuk bentuk
teknisnya tidak pernah ada patokan, yg pokok adalah: 1) diniatkan
hanya karena Allah 2) membuat diri kita jadi tangguh dan bahagia 3)
mengoptimalkan setiap potensi, fitrah, dan bakat yg dimiliki 4)
bermanfaat untuk maslahat orang banyak 5) tidak ada syariat yg
dilanggar
Hijrah punya beberapa prinsip pokok, yakni:
1) dilakukan atas dasar keyakinan dan niatan untuk Allah, bukan
untuk mengikuti Ridha manusia
2) meliputi aspek lahir dan batin, bisa salah satu terlebih dahulu,
namun tidak boleh mengabaikan satu sama lain
3) memastikan bahwa skala prioritasnya benar, bahwa amalan yg tidak
utama tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan amalan yg lebih
utama. Artinya butuh ilmu dan pemahaman yg komprehensif untuk
melihat dan mengecek tingkat keutamaan perilaku hijrah mana yg
harus dilakukan terlebih dahulu.
4) layer batin harus berhijrah terlebih dahulu sebelum layer fisik,
normatifnya begitu. Meskipun bukan berarti harus sempurna, yg
penting orientasi hijarahnya harus benar. Lihat Hadits Arbain no 1.

Penanya #3
Assalamualaikum.. saya ingin bertanya nih,
Saya terkadang merasa kurang di hargai oleh orang tua saya, membuat
saya jadi memendam rasa kesal, dan ga pernah berani untuk
memberitahu orang tua saya. Orang tua saya, menuntut saya jadi
sempurna, dan saya merasa kurang di rangkul dalam proses menuju
kesempurnaan yg mereka maksud. Bagaimana saran menurut Mas

29
Isnan, ttg tindakan saya kedepan nya? Agar tidak ada 'rasa ganjel' juga
di hati saya terhadap orang tua? Terimakasih
Jawaban:
Pilihan ada di tangan kita, untuk memilih berbagia atau bertahan
dengan luka.
Allah memberikan clue, memaafkan lebih utama. Ingat, memaafkan
bukanlah hadiah untuk dari kita untuk seseorang yang telah menyakiti
kita. Tapi memaafkan adalah hadiah dari Allah untuk kita yang
memilih merelakan luka di dunia untuk kebahagiaan yang sejati
bersama Allah di akhirat kelak.
Artinya memaafkan itu tidak pernah harus menunggu ada seseorang
yg minta maaf. Memaafkan adalah cara kita untuk bisa berdamai
dengan takdir Allah, yang kita yakini baik maksudnya. Kita harus
mulai belajar untuk mengendalikan hal-hal yg bisa kita kendalikan
saja. Karena selamanya kita tidak akan bisa bahagia kalau kita ingin
mengubah hal-hal yg tidak bisa kita kendalikan. Sikap, perilaku, dan
hidup orang lain itu sesuatu yg tidak bisa kita kendalikan. Tapi
masalah kita memaafkan atau tidak, itu adalah sebuah opsi yg bisa
kita kendalikan.

Penanya #4
Terimakasih atas pemaparannya yang luar biasa.
Mas isnan, saya mau bertanya beberapa pertanyaan:
1. Mas, saya itu suka banget menghukumi diri sendiri. Semisal saya
mengisi diskusi, atau berbicara depan umum. Selepas itu saya
menyesal, suka nyumpahin diri sendiri karena gak maksimal dan
banyak yg salah. Dan suka terpuruk dengar temen lain yang
tanggapannya kurang. Jadi ketika ada event atau apapun itu saya suka
overthinking, bahkan saya gak nafsu makan dan magh saya sering
kumat ketika mempersiapkannya.

30
2. Ketika saya ingin membuat suatu karya, selain jadi beban pikiran
(over-thinking) itu juga jadi merasa insecure karena duuh ini posisiku
gimana ya dibanding yg lain? Jadi gak PD, padahal banyak hal yg
udah disimpan dipikiran ingin dishowkan tapi.. insecure nya itu gak
ketulungan. Karena melihat orang2 lebih dan aku mah apa atuh.
Lalu solusi dari 2 masalah saya itu gimana ya mas?
Kemudian apakah yg dikatakan mas isnan ttg cerita bacaan quran pada
materi tadi, apa berdosa ya mas? Karena tujuannya bukan untuk
akhirat?
Terimakasih
Jawaban:
Bagian A, bagaimana cara menghadapi overthinking dan insecurity.
Pertama cek, layernya. Sudah sampai seberapa jauh, parah, dan lama
masalah itu terjadi. Karena seberapa banyak yg akan kita lakukan
tergantung keparahannya. Kedua, mulailah biasakan afirmasi positif,
self talk yg positif, di setiap waktu-waktu khusyu'. Mengatasi
overthinking harus diawali dari mengubah self talk kita. Ketiga,
sebagian kasus ober thinking dan insecurity karena ada kejadian atau
keadaan di masala lalu yg belum dimaafkan. Maka letting go menjadi
penting, termasuk mungkin beberapa model mindfulness bisa
membantu. Iringi setiap proses ini dengan doa untuk memohon
ampunan atas kesalahan diri kita dan orang yg telah berbuat salah
dengan diri kita. Keempat, rayakan hidupmu hari ini. Salah satu efek
dari overthinking adalah terlalu banyak menghabiskan energi untuk
sesuatu yg dikhawatirkan, dan melupakan momen bersyukur atas
segenap rahmay yang Allah berikan. Berbagi untuk mereka yang
berkekurangan menjadi salah satu metode alternatifnya.
Bagian B
Tidak ada dosa karena kita membaca Al Qur'an, meskipun niatnya
tidak ikhlas sekalipun. Hanya saja sebagai seorang dewasa kita harus
menyadari benar bahwa hal itu adalah sebuah kerugian. Di satu sisi

31
sebenarnya membaca Al Qur'an bisa mendatangkan cinta dari Dzat
yang Maha Sempurna, tapi kita memilih mendapatkan hal instan dari
sesuatu yang fana.
Maka salah satu cara terbaiknya, adalah layaknya kita tetiba sadar dari
riya' saat jadi imam shalat, shalatnya tidak perlu dibatalkan, karena
dalam Islam kita diajarkan untuk : memperbaharui niat / reorientasi

Penanya #5
cara menghilangkan pikiran negatif kepada orang yg pernah menyakiti
kita ? Karena hal tersebut membuat saya tidak khusuk dalam
beribadah dan selalu terpikirkan hal yg negatif tentang mereka.
Jawaban:
Menghilangkan pikiran negatif dari orang yg pernah menyakiti kita
bisa dilakukan dengan beberapa hal:
1. Menyadari bahwa luka yg tercipta adalah sebuah kenyataan,
menerimanya, sedangkan perasaan suffering, nelangsa, dan tersiksa
dengan luka itu adalah pilihan
2. Biasakan sadari benar efek fisik / sensasi emosi yang muncul saat
kita mengingat orang-orang itu, lokalisir di bagian tubuh apa, lakukan
teknik relaksasi begitu muncul tanda-tanda itu. Artinya, jangan
ditolak, tapi kendalikan.
3. Jauhi toxic people / toxic enviroment yang membuatmu menjadi
mengembangkan pikiran negatif
4. Buatlah diary dan catat dalan jurnalmu setiap pikiran negatif
muncul, dan renungi setiap malam sebelum tidur / sesaat setelah
qiyamul lail, sampai kapan engkau akan hidup dengan pikiran itu

Penanya #6
Sebagai seorang saudara, seringkali saya mendapat curhat dari sepupu
atau saudara saya mengenai kedua orang tuanya, terutama selama

32
pandemi ini. Sebaiknya apa yang bisa saya lakukan? Terutama
kepada kedua orangtua saudara saya. Terima kasih kak
Jawaban:
Masalah kita harus kita fokuskan, siapa yang akan kita bantu.
Kita tidak bisa membantu semua orang sekaligus. Kita tidak bisa
mengendalikan sikap semua orang.
Mulai saja menjadi pendengar yg baik, kembangkan skill active
listening, penerimaan tanpa syarat, dan tidak pernah nge-judge.
Dengan berproses menjadi pendengar yg baik, kita akan bisa menjadi
cermin yg baik untuk mereka yg bercerita. Tanpa memberi nasehat
apapun, kita bisa membuat orang lain menemukan solusinya. Jadilah
cermin yg baik.

Penanya #7
Mas, 1. bagaimana mengatur potensi diri agar lebih optimal kita
gunakan, kadang saya merasa kurnag optimal mas, ngerasa cuma coba
saja?
2. Mas saya orangnya kadnag kurang produktif mas, Semangat
prdduktivitas saaya bisa ada ketika melihat orang di sekitar saya
sukses, jadi ada rasa untuk lebih semaangat agar bisa hebat kayak
tmn saya ata bahkan lebih, tanggapan mas gmn? dan ada solusi ga mas
dari hal yg ku anggap masalah ini?
jazakumullah khoir mas
Jawaban:
1. Untuk mengatur dan mengenal potensi diri, biasanya kita bisa
usahakan dengan 3 hal :

a. Analisis jejak pengalaman, cek pengalaman hidup selam ini,


kita nampak kuat, enjoy, asyik, dan semangat untuk
melakukan bidang apa, itu dalah satu ciri potensi diri

33
b. Miliki sahabat yang jujur, layaknya cermin yg baik, yg bisa
memberikan saran, kritik, dan masukan yg objektif untuk diri
kita. Makhluk seperti ini langka, kalau punya jangan sampai
dilepaskan. Ini aset dunia akhirat.
c. Melakukan asesmen Kekuatan diri, supaya lebih kenal dengan
diri sendiri. Bisa kunjungi IG @petakehidupan.ID kalau
dibutuhkan (eh, promosi)

2. Sebenarnya tidak ada salahnya ikut bersemangat karena orang lain


melakukan hal hebat. Tapi masalahnya berarti kita masih
menggantungkan diri dengan motivasi external, yg berasal dari luar
diri kita. Ini yg harus diubah. Kita harus mulai berjuang menemukan
motivasi internal, sebuah life purpose, sebuah tujuan hidup yang
menjadi kontrak kita dengan Allah SWT. Lengkapnya bisa dikaji di
sesi besok siang, InsyaAllah (eh, promosi lagi).

Penanya #8
Bismillah assalamu'alaikum.. saya izin menyampaikan pertanyaan.
Saya seringkali menunda pekerjaan hingga mendekati batas waktunya
atau terkadang malah tidak jadi melakukannya (untuk hal2 yang tidak
ada kaitannya dengan pihak lain). Padahal, saya sudah menyusun
jadwal harian dan sadar bahwa yang saya lakukan ini salah serta
merugikan diri sendiri. Saya terus menerus melakukan ini padahal
saya sendiri tidak menyukainya.
Sebenarnya, mengapa kondisi tersebut terjadi dan bagaimana cara
yang efektif mengatasinya? Jazakumullahu khairan.
Jawaban:
Sekaligus pertanyaan ke 9 dan 10
Penanya #9
Bismillah Mas, Mohon pencerahannya :

34
Saya adalah tipe org yang suka menunda-nunda pekerjaan tetapi
dengan keyakinan aku ttp menyelesaikan dalam Tenggang waktu yang
telah di tentukan. Tetpi karena sllu mengerjakan sesuati mendekati DL
akhirnya sekerjaan saya kurang maksimal. Minta saran mas
2. Saya sudah membuat kegiatan rutin hariam saya dan saua tempel di
dinding, tapi ngerasbitunga bertahan lama untuk mengontrol diri saya
agar ttp mengikuti jadwal yang telah saya buat sendiri. paling lama
hanya bertahan 2-3 hari. Padahal apa yg ingin saya kejar itu sangat
banyak. Gimna solusinya mas?
Jawaban:
Sekaligus pertanyaan ke 8 dan 10
Penanya #10
1. Ketika melakukan suatu hal saya sering mengalami kesulitan untuk
fokus, tubuh saya mengerjakan sesuatu namun pikiran saya melayang
kemana-kemana, sehingga saya sulit melakukan sesuatu dengan
tuntas.
2. Saya kesulitan menentukan skala prioritas. Sehingga terkadang
belum tuntas satu kegiatan, namun tiba-tiba kepikiran hal lain yang
yang lebih menarik untuk dikerjakan.
3. Saya kesulitan menentukan tujuan hidup. Sebab saya merasa tak
ada hal berharga dalam hidup.
Bagaimana solusi terkait hal ini, jazakallahu khair.
Jawaban 8, 9 dan 10:
Sepertinya Pertanyaan 8, 9 dan 10 ada yg arahnya sama ya, terkait
Prokrastinasi.
Saya copykan artikel dari Pijar Psikologi berikut ini:
Mengubah perilaku dan kebiasaan memang memerlukan waktu dan
usaha untuk melakukannya. Joseph Ferrari, Ph.D memberi beberapa
kiat untuk menghadapi prokrastinasi. Salah satunya adalah dengan
membuat semua daftar aktivitas yang harus dilakukan tiap harinya.
Selain itu, perlu juga menambahkan tujuan yang realistis dari setiap

35
kegiatan. Masing-masing kegiatanpun perlu diperinci menjadi tugas-
tugas yang lebih spesifik. Kita juga perlu mengestimasi berapa lama
waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan tugas dan menaikkannya
menjadi dua kali lipat. Selanjutnya, kita juga bisa memberi reward
pada diri sendiri ketika berhasil menyelesaikan tugas tepat waktu.
Reward tersebut sekaligus bisa membantu memotivasi kita untuk
menyelesaikan tugas tepat waktu. Kemudian, untuk menghindari
tertundanya tugas, dibutuhkan keberanian untuk memutuskan mana
hal-hal yang menjadi prioritas dan mana aktivitas atau kegiatan yang
bukan prioritas dan sekiranya mengganggu. Hal ini penting karena
seseorang bisa dengan mudah terdistraksi sesuatu yang kemudian
membuat dirinya lupa akan tujuan utama.
https://www.google.com/amp/s/pijarpsikologi.org/prokrastinasi-dan-
regulasi-diri/amp/
Ini sangat nyata. Solusi lebih teknisnya, memang memperinci tugas
menjadi satuan yg kebih kecil-kecil. Artinya sebelum mengerjakan
tugas juga perlu membreakdown targetnya agar bisa lebih sederhana
dan operasional dilakukan.
Jangan lupa juga berhati-hati dengan lingkungan toksik yang
membuat kita kompak untuk menunda, atau malah merayakan
prokrastinasi.
Artikel Pijar Psikologi yang ini layak juga untuk dipelajari.
https://pijarpsikologi.org/9-tips-atasi-perilaku-menunda-tugas/

Penanya #11
Assalamualaikum wr.wb, saya ingin bertanya
Apakah menunda suatu pekerjaan untuk mengerjakan pekerjaan lain
termasuk prokrastinasi?
Bagaimana cara dan tips dalam menyusun skala prioritas?
Jawaban:

36
Prokrastinasi memang identik dengan penundaan, akan tetapi tidak
semua penundaan termasuk prokrastinasi. Beberapa keadaan
mengharuskan kita menunda pekerjaan yang seharusnya diselesaikan
akibat adanya keadaan yang lebih penting sedang terjadi. Misalnya,
ketika kita harus menunda menyelesaikan tugas esai karena kondisi
badan yang sedang sakit. Maka dari itu, penundaan esai ini tidak
termasuk dalam tindakan prokrastinasi. Menjadi prokrastinasi ketika
penundaan esai kita lakukan akibat membuang-buang waktu untuk
melihat feed instagram atau sekadar berselancar di dunia maya.
Seseorang baru dianggap melakukan prokrastinasi apabila dirinya
sengaja menunda pekerjaan karena sesuatu yang tidak penting atau
bukan prioritas, sekalipun ia mengetahui akibat buruk dari penundaan
tersebut.
Untuk membuat skala prioritas:
1. Jadwalkan apa yang penting. Jangan ragu melakukan aktivitas yang
penting, meski tidak mendesak. Luangkan waktu setiap minggu untuk
melakukan hal-hal yang berarti bagi Anda dalam jangka panjang,
seperti masalah kesehatan, keluarga, dan teman.
2. Jeda. Sebelum menuliskan aktivitas yang direncanakan, tanyakan
pada diri sendiri, "Apakah ini benar-benar penting?".
3. Tetapkan batasan. Buat batasan waktu saat Anda melakukan
aktivitas yang bukan menjadi prioritas, seperti mengecek email dan
media sosial, lalu kembali ke tugas utama.
4. Pikirkan gambaran besar. Jangan hanya memikirkan aktivitas untuk
besok, tetapi usahakan selama seminggu atau sebulan ke depan untuk
memastikan bahwa kegiatan Anda sudah memenuhi prioritas

Penanya #12
Izin menyampaikan pertanyaan.
Saya merasa kesulitan dalam mengenal diri sendiri. Dalam artian,
merumuskan kelebihan, kekurangan, sifat2 diri yang menonjol, serta

37
rencana hidup yang sistematis dan jelas. Kira2, apa yang
menyebabkan saya memiliki hambatan2 tersebut dan bagaimana
mengatasinya?
Jazakumullahu khairan.
Jawaban:
Sepertinya kemarin ada pertanyaan yg mirip untuk yg ini:
Untuk mengatur dan mengenal potensi diri, biasanya kita bisa
usahakan dengan 3 hal :
A. Analisis jejak pengalaman, cek pengalaman hidup selam ini, kita
nampak kuat, enjoy, asyik, dan semangat untuk melakukan bidang
apa, itu dalah satu ciri potensi diri
B. Miliki sahabat yang jujur, layaknya cermin yg baik, yg bisa
memberikan saran, kritik, dan masukan yg objektif untuk diri kita.
Makhluk seperti ini langka, kalau punya jangan sampai dilepaskan. Ini
aset dunia akhirat.
C. Melakukan asesmen Kekuatan diri, supaya lebih kenal dengan diri
sendiri. Bisa kunjungi IG @petakehidupan.ID kalau dibutuhkan (eh,
promosi)

Penanya #13
1. Mas, semisal kita diawal sudah punya planing, sudah merancang
sedemikian rupa. Tapi ternyata kita punya masalah yang bener-bener
membuat kira stuck. Berharap mencapai impian pun itu gak bisa.
Sehingga impian/cita-cita itu hilang.
Tapi ketika kita melihat hal yang baru dan terkesan juga kadang
membuat map yg udah dirancang itu berganti lagi. Terus baiknya
gimana, dengan adanya kesulitan juga hati yang suka pindah2?
2. Mas, boleh dibocorkan apa itu 10 pedoman penyusunan peta
kehidupan secara singkat mas?
Terimakasih mas isnan.
Jawaban:

38
1. Perubahan itu wajar. Termasuk jika sudah fight for something tetapi
harus merubah jalan karena kondisi. Termasuk mengevaluasi alternatif
cara yang mungkin lebih efektif. Kalau bagi saya, selama tidak
mengubah why factor dan tujuan akhirnya, maka perubahan itu adalah
sebuah penyesuaian dan inovasi yang wajar. Namun kalau sampai
mengubah why factor dan tujuan akhir, itu perlu proses yang matang
2. Langkah penyusunan Life Mapping secara umum tahapannya
adalah:
1) Menyusun Main Goal
2) Menuliskan Why Factor
3) Menuliskan Sub Goal
4) Menuliskan Tahapan Waktu
5) Menuliskan Tahapan Aktivitas
6) Menuliskan Supporting System
7) Menuliskan Resource
8) Menuliskan Plan Alternatif
9) Menuliskan Kompetensi Pendukung
10) Menuliskan Starting Point

Penanya #14
1. Assalamualaikum saya ingin bertanya saya merasa sering
marah emosi dan saya pendam sendiri karena skrg saya kan
dirumah aja yg saya hadapi lingkungan sekitar ortu saudara
dan saya merasa tidak pernah dihargai ketika ingin diskusi
saya merasa ingin marah dan menangis karena selalu
diabaikan dalam segala hal saya sudah berusaha untuk
mengikuti alur ortu tapi mendengarkan pendapat saya gak
pernah mau dengar saya tau bahwa saya selalu memusuhi atau
mendiami ortu salah tapi saya tak pernah dihargai ya saya tau

39
secara materi saya selalu dipenuhi tapi secara rohani atau
mental gak pernah bagaimana solusinya? Terimakasih

Dan selalu masalah yg saya hadapi tidak permah ditanggapi


dgn serius sedangkan kakak dan adek saya selalu diseriusin
sudah coba untuk legowo tapi saya juga butuh diperhatikan
dan didengarkan tapi selalu diabaikan . Dan saya selalu
dianggap anak kecil padahal umur sudah 23th hanya sebagian
kecil saya dianggap dewasa.
Jawaban :
Wa’alaykumussalam wrwb.
Ketika kita menghadapi masalah seputar pengasuhan, ada beberapa
hal yang mungkin perlu kita pahami. Hal-hal tersebut antara lain:
a. Luka pengasuhan yang kita rasakan sejak kecil dan belum
termaafkan akan menjadi magnet bagi permasalahan lain di
masa dewasa. Artinya keputusan ada di tangan Kakak, apakah
terus membiarkan luka itu berada di dalam hati dan
menggerogoti kebahagiaan kita atau kita memilih untuk
memaafkannya untuk memulai hidup baru dengan banyak
alternatif pilihan cara berpikir. Dengan kata lain, luka
pengasuhan bersifat menyandera dan membuat kita seakan
unable to move karena tarikannya begitu kuat.
b. Ketika kita sudah dewasa, kita bertanggung jawab terhadap
apa yang kita pilih dalam kehidupan kita. Salah satunya
adalah mengenai persepsi terhadap perilaku dan tindakan
orang lain kepada kita. Saat kanak dulu kita boleh merasa
menjadi korban atas perlakuan orangtua kita, karena kita
relatif tidak memiliki banyak pilihan dan memiliki begitu
banyak ketergantungan baik secara fisik maupun emosional.
Luka pengasuhan yang tetap dipertahankan membuat kita
memperpanjang ketergantungan emosional ini dan membuat

40
kita tetap bertahan dalam posisi think as victim dalam setiap
interaksi kita dengan orang tua. Di masa dewasa ini penting
bagi kita untuk mulai menghitung-hitung dan menimbang-
nimbang apa keputusan dan persepsi yang kita pilih dalam
berinteraksi dengan orangtua. Hal ini menjadi krusial karena
sebenarnya tidak ada luka yang bisa menyakiti hati kita
kecuali jika kita memang mengijinkannya untuk masuk dan
bertahan dalam hati kita.
c. Salah satu pemahaman terpenting dalam prinsip Islam yang
perlu kita kokohkan saat kita menghadapi masalah adalah :
bahwa Allah-lah yang mengirimkan semua permasalahan ini
kepada kita karena melihat kemampuan kita, bahwa Allah
juga selalu punya maksud yang terbaik dan tidak pernah
menzhalimi kita, serta bahwa Allah ingin dengan masalah ini
kita bisa lebih kuat dan lebih baik lagi. Dengan prinsip ini,
harapannya kita bisa mulai mempunyai pemikiran akternatif
terkait masalah yang kita hadapi. Salah satunya adalah dengan
mulai menyadari apa saja hal-hal yang bisa kita kendalikan
dan apa hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan. Kalau kita
ingin menjadi bahagia maka salah satu konsekuensinya adalah
kita mulai melepas hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan dan
fokus kepada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Dalam hal ini,
perilaku orangtua adalah hal-hal yang tidak bisa kita
kendalikan. Maka ketika kita mencoba berharap bisa
mengubah perilaku orang lain, selama itu pula kita harus
bersiap diri untuk kecewa.

Penanya #15
1. Assalam'alaikum.. kak saya mau nanya. tentang emosi yang
aku alami Soalnya aku gk bisa tau bagaimana meluapkan
amarah yang terjadi di diriku ini. aku saja kalau marah cuma

41
bisa nangis. atau malah di kelilingi pikiran yang negatif.
terkadang juga ada pikiran dan ingatan kembalikan semuanya
sama Allah. tapi masih sulit. bagaimana ya caranya agar
benar2 bisa bangkit dari masa lalu, walau itu sulit. dari semua
caranya aku sudah lakukan. tapi selalu terulang lagi setiap
masalah menumpuk.

Jawaban:
Wa’alaykumussalam wrwb
Ada beberapa hal yang bisa menjadi alternatif pemahaman dalam
memecahkan permasalahan ini:
a. Tidak semua emosi harus diluapkan dengan cara yang sama,
karena setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda dalam
mengekspresikan emosinya. Bahkan dalam hal ini, jika
menangis ternyata bisa membuat emosi kita mereda dan mood
kita lebih stabil, maka menangis telah bisa dikatakan sebagai
salah satu alternatif meluapkan emosi yang sehat.
b. Untuk bisa bangkit dari kegagalan dan menyusun langkah
perjalanan menuju masa depan yang cerah, salah satunya
adalah dengan memaafkan berbagai luka yang kita alami di
masa lalu dan memaknai peristiwa di masa lalu dengan sudut
pandang yang lebih positif. Selama kita masih
mempertahankan luka masa lalu kita dan memaknai berbagai
peristiwa yang kita alami sebagai kejadian traumatis yang
menyakitkan, maka kita akn cenderung terhambat untuk bisa
melihat masa depan dengan optimis.

Penanya #16
1. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh afwan saya
ingin bertanya, bagaimana jika sikap kita selama ini adalah
hasil dari sikap orang tua terhadap diri kita, dan pembentukan

42
karakter ini kurang baik untuk dipraktekkan, ketika saya tidak
di rumah dan membaur dengan yang lain, baru menyadari
bahwa hal ini adalah buruk, dan ketika di rumah sikap
tersebut kembali lagi karena orang tua yang masih sama
sikapnya.., sedangkan saya masih kesulitan untuk mengubah
sikap ini menjdai baik...? Bagaimana mengatasi nya?

Jawaban:
Wa’alaykumussalam wrwb
Ada beberapa hal yang perlu kita pahami dalam memandang
permasalahan tersebut. Hal-hal tersebut diantaranya:
a. Sebagai anak kita memang beresiko menginternalisasi secara
utuh hal-hal yang menjadi cara pandang orangtua selama
dalam masa pengasuhan kita. Hal itu merupakan konsekuensi
logis dari pola asuh, interaksi, dan perilaku yang kita lihat
sehari-hari sejak masa kanak. Namun begitu seseorang
dewasa, Allah membekali kita dengan beberapa fungsi untuk
mengkaji kembali sikap dan perilaku kita. Dalam terminologi
Psikologi Islam, Allah membekali kita dengan Qalb & Aql
sebagai piranti pemaknaan dan pengambilan keputusan. Hal
ini memberikan kesempatan kita untuk bermuhasabah,
evaluasi & kontemplasi, serta merenungi kembali apa saja
hal-hal baik yang masih ingin kita pertahankan dan mana hal-
hal yang harus kita tinggalkan.
b. Salah satu problematika yang paling menyulitkan kita untuk
bisa meninggalkan sikap buruk yang merupakan hasil
internalisasi dari orangtua kita adalah karena dimungkinkan
adanya luka pengasuhan yang masih tersisa dalam jiwa kita.
Salah satu konsekuesinya, jika kita memang ingin benar-benar
mengubah sikap ini menjadi baik, adalah dengan
menyembuhkan luka pengasuhan kita dan memaafkan sikap

43
buruk orangtua kita. Dengan kesembuhan luka pengasuhan
dengan pemaafan ini, kita bisa berdamai dengan diri sendiri
dan menjadi siap belajar hal baru yang lebih produktif.

Penanya #17
1. Assalamualaikum wahamatullahi wabarakatuh, Izin kak, saya
Ingin bertanya. Bagaimana supaya saya khususnya, agar bisa
terlepas dari bayang bayang masalalu tentang pelecehan
seksual. Apa yang akan ditimbulkan oleh pengalaman tersebut
bagi sama di masa depan? Selama ini, saya hanya diam
menganggap semuanya akan baik baik saja. Tetapi terkadang
sering merasa takut hal tsb akan terulang. Khususnya jika saya
mengenal lawan jenis. Begitu kak. Jazakillah khayr kak..

Jawaban:
Wa’alaykumussalam wrwb.
Ada beberapa hal yang perlu kita pahami dalam mendudukkan
permasalahan ini sehingga bisa lebih jernih dalam mencari alternatif
solusinya. Hal-hal tersebut antara lain:
a. Peristiwa pelecehan seksual yang dialami seseorang
merupakan peristiwa traumatis yang sangat membekas pada
diri seseorang. Oleh karenanya, kita perlu bisa menerima
keadaan jika ternyata kita perlu waktu yang cukup lama untuk
menyembuhkannya. Bahwa kita bisa bertahan dan tetap
produktif beraktivitas hingga hari ini, adalah satu hal yang
perlu kita syukuri dan patut kita apresiasi. Tidak semua orang
bisa setangguh kita jika mengalami peristiwa masa lalu yang
sama, maka dalam hal ini kita perlu mensyukurinya, meski
tentu masih jauh dari sempurna untuk sampai kepada
kesembuhannya.

44
b. Efek peristwa traumatis seperti yang kakak alami bisa
berbentuk berbagai macam dan berbeda untuk setiap orang,
hal ini tergantung tingkat permasalahan yang dialami dan
tingkat ketangguhan diri. Maka menjadi penting bagi kita
untuk bisa mulai melihat hal apa yang bisa kita kendalikan
dan kontrol sepenuhnya, dan mana hal-hal yang di luar
jangkauan diri kita dan tidak bisa kita kendalikan agar kita
bisa menemukan energi untuk bangkit dan berbahagia.
Peristiwa yang menyakitkan dan penuh luka itu adalah fakta,
yang kita tidak punya kuasa untuk mengubahnya karena telah
terjadi. Sedangkan tentang bagaimana cara kita memaknainya
dan terkait cara pandang kita, itu adalah sesuatu yang
sepenuhnya ada dalam kendali kita.
c. Ketakutan untuk terulang dan perasaan khawatir bahwa kita
akan mengalaminya lagi adalah sebuah hal yang wajar
adanya, sehingga perlu kita terima sebagai bagian dari proses
kesembuhan kita. Namun hendaknya ketakutan dan
kekhawatiran itu tidak boleh berlarut-larut dan menguasai
cara berpikir kita sehingga memunculkan prasangka-
prasangka baru yang tidak perlu dan menghambat diri kita
untuk melanjutkan hidup. Maka di usia ini kita perlu
mengecek ulang seberapa jauh permasalahan ini masih
mendera kita. Jika memang dirasakan perlu, tidak ada
salahnya meminta bantuan profesional seperti psikolog-
psikiater yang memang berkompeten untuk memfasilitasi
kesembuhan luka kita. Atau jika kita memang memilih untuk
melakukannya sendiri karena merasa sudah cukup mampu
mengatasinya, proses-proses terapi bantu diri seperti
mindfulness, forgiveness, dan emotional healing perlu kita
lakukan sebagai sarana penguatan diri.

45
Penanya #18
1. Mau bertanya, Jadi gimana cara kita tuh supaya enggak
mudah tersinggung dengan omongan orang lain gitu?
Kadangkan orang lain tu ngomong gitu bukan buat kita, tapi
kok merasa kekita gitu.

Jawaban:
Orang lain berhak untuk berkata apapun termasuk mengomentari diri
kita, namun di sisi lain kita juga berhak untuk tidak mendengarkan
dan memilih untuk mengacuhkannya. Kita perlu menyadari bahwa
setiap orang memiliki kehidupannya masing-masing, tentu juga
memiliki luka dan permasalahannya masing-masing. Satu hal yang
paling penting untuk kita sadari, seseorang yang mengatakan sesuatu
itu tidak selalu karena apa yang ada pada orang lain, tapi lebih karena
apa yang menggambarkan dirinya. Jika di dalam hati seseorang penuh
dengan cinta, maka yang akan ia lihat adalah keindahan, begitu pun
yang ia ucapkan adalah juga keindahan. Namun jika di dalam hati
seseorang penuh dengan luka, maka yang ia lihat adalah keburukan,
dan yang ia ucapkan juga adalah keburukan. Sekarang tinggal kita,
mau memilih melihat dan mendengarkan hal yang mana. Karena
prinsipnya tidak ada luka yang bisa merasuk ke hati kita kecuali jika
kita memang mengijinkannya.
Penanya #19
1. Terima kasih, Mas Isnan atas materinya yang menurut saya
semuanya daging, sangat berbobot sehingga saya masih
berusaha untuk bisa memahami semuanya.

Saya ingin bertanya, Mas. Apakah 'jiwa-jiwa yang tenang' itu


sama dengan 'sehat mental' dalam psikologi?
Jawaban:

46
Konsep kesehatan mental merupakan salah satu ciri dari ‘jiwa yang
tenang’ ini. Karena konsep kesehatan mental memang secara umum
merupakan evaluasi subjektif diri seseorang terhadap keseluruhan
hidupnya. Artinya memang salah satu aspek yang akan berkontribusi
terhadap ketenangan jiwa adalah evaluasi positif atas setiap peristiwa
yang dialami dalam hidupnya. Namun konsep ini masih secara parsial
dan perlu dilengkapi dengan mindset lain yang tidak kalah penting,
yakni mengenai konsep orientasi akhirat. Jiwa yang Tenang adalah
mereka yang mengevaluasi hidupnya secara positif, tidak mudah
tertipu dan terlena dengan berbagai peristiwa yang dia alami yang
membuatnya kehilangan fokus dan tersandera, karena ia tahu semua
itu adalah isyarat Tuhan karena Akhirat akan menjadi tempat
kembalinya. Seseorang dengan jiwa yang tenang memiliki kesehatan
mental yang positif karena dia meyakini adanya akhirat dan meyakini
bahwa Allah senantiasa bersamanya.
Penanya #20
1. Apakah kebahagiaan sejati itu? Kesenangan yg dirasakan
oleh org2 kafir, apakah itu bukan bahagia?
2. Luka di layer pertama tdk akan terlihat jika tidak terjadi
luka di layer ke-3? Benarkah kesimpulan sy ini?
3. Cara sembuh dari luka, selain ibadah juga penerimaan dan
kesadaran penuh kl luka dunia ini hanya sementara. Tp bgmn
cara memelihara kesadaran itu? Krn jika lupa, akhirnya luka
itu terasa perih lagi.

Jawaban:
a. Kebahagiaan sejati kalau kita menggunakan prinsip 3 layer
dapat diterjemahkan sebagai kesehatan kondisi masing-
masing layer dan keselarasan yang tercipta di antara
ketiganya. Oleh karena itu jika dilihat dari definisi ini
kesenangang yang dirasakan orang kafir tidak bisa disebutkan

47
sebagai kebahagiaan sejati karena mengabaikan layer 1. Ini
statusnya sama dengan kondisi seorang Muslim yang merasa
tenang meskipun saat meninggalkan ibadah atau merasa
tenang saat melakukan kemaksiatan, hal yang demikian
adalah kesenangan yang menipu karena layer 2 & 3 tidak
bermasalah dengan mengingkari substansi layer 1.
b. Luka dapat terjadi di setiap layer, dan kemungkinannya bisa
banyak terjadi. Walaupun secara umum dapat kita simpulkan
bahwa luka di layer yang lebih dalam lebih sulit untuk
diketahui tanpa kemunculan permasalahan di layer di atasnya.
Maka statement yang cukup bisa menggambarkan kondisi ini
adalah bahwa luka di layer pertama akan sulit untuk bisa
diketahui dan disadari jika tidak muncul masalah di layer ke 2
atau ke 3. Inilah pentingnya muhasabah diri yang mendalam
untuk bisa menemukan luka di layer 1.
c. Cara memelihara kesadaran adalah dengan memperbanyak
momen kesadaran itu sendiri dalam keseharian dan latihan
yang cukup serius untuk meningkatkan skill kita. Semakin
sering kita berlatih secara sengaja dan terencana untuk
kontemplasi, muhasabah, dan evaluasi diri akan membuat
kemampuan kita naik level, dan salah satunya akan berefek
pada muncul kesadaran secara berkesinambungan dari waktu
ke waktu.

Penanya #21
1. Bgmn cara interaksi dgn sebab luka jika penyebabnya msh
melakukan hal yg sama. Misalnya, ortu msh melakukan verbal
abuse, meski sang anak sedang berusaha mengobati dirinya
sendiri

48
Jawaban:
Ada 3 tahap yang perlu dilakukan sebagai sebuah cara untuk
berinteraksi dengan berbagai permasalahan yang mendera, termasuk
dengan penyebab luka yang ternyata belum berubah / berhenti:
a. Aware : menyadari adanya luka yang ada, mengetahui gejala,
penyebabnya, dan bagaimana proses terbentuknya luka
b. Accept : menerima keberadaan luka itu, menyadarinya
sebagai sebuah bagian dari dinamika hidup yang Allah
berikan kepada kita, menerimanya sebagai sebuah cobaan
untuk bisa menjadi orang yang lebih baik dan mendekatkan
diri pada Allah, meyakini bahwa Allah mengirimkan
permasalahan sekaligus juga mengirimkan solusinya
c. Adapt : memulai langkah perubahan cara pandang, reframing
atas peristiwa yang dialami dengan pemaknaan yang lebih
positif, melepaskan keinginan untuk mengendalikan hal-hal
yang di luar kontrol dirinya dan fokus kepada apa yang bisa
dia kendalikan. Termasuk dalam hal ini memulai proses
pemaafan kepada pihak yang menjadi sumber luka untuk
mendapatkan kedamaian jiwa. Meskipun yang melukai masih
aktif, tetapi itu takkan besar pengaruhnya karena kita sudah
tahu bagaimana cara beradaptasi dengannya

Penanya #22
1. Selama ini, dalam pemahaman sederhana saya, dinamika
manusia terbaca dari fluktuasi kondisi Aql-Qalb yang
didorong oleh bagaimana kondisi Nafs. Sementara ruh,
terkait fungsi kehidupan: nyawa. Apalagi ketika dalam
alquran disebut bahwa kita hanya diberikan sedikit sekali ilmu
pengetahuan tentang ruh. Jadi, Nafs itu sentral untuk
mengondisikan akan seperti apa proses mental yang terjadi
dalam Aql-Qalb, sebelum tampak dalam perilaku (behavior).

49
Saya butuh diyakinkan kembali mengenai relasi Ruh-Aql
Qalb-Nafs.Mana yang determinan dalam konteks
pengembangan kualitas eksistensi individu?
2. Bagaimana memfungsikan kajian psikologi Islam ini sebagai
salah satu basis penting dalam konstruksi keilmuan ekonomi
Islam, khususnya dalam menjelaskan paradigma paling tepat
atas konsepsi manusia sebagai aktor ekonomi. Menimbang,
ada debat misalnya, apakah manusia itu homo economicus
seperti tercermin dalam asumsi ekonomi konvensional,
ataukah seperti apa proporsi idealnya?

Jawaban:
a. Dalam pemahaman saya sejauh ini, dinamika paling krusial
dalam memahami hubungan Ruh – Qalb – Aql – Nafs ini
terletak dari kemampuan kita melakukan proses manajemen
terhadap Qalb & Aql sebagai determinan dari pengambilan
keputusan kita. Tepat sekali jika dikatakan bahwa sedikit
sekali pengetahuan kita atas ruh, dan memang demikianlah
faktanya karena Ruh merupakan bagian dari Dzat yang
langsung dalam kendali Allah SWT. Mengapa determinan
utama ada di manajemen Qalb – Aql, karena keduanya yang
akan mendapatkan efek paling krusial dari setiap pengambilan
keputusan yang kita ambil. Qalb & Aql adalah game changer
nya, yang bisa kita gunakan sebagai piranti untuk
menundukkan hawa nafsu, tolok ukur pertimbangan
pengambilan keputusan, dan evaluator atas perilaku kita
sendiri. Dinamika yang patut dipertimbangkan adalah bahwa
Ruh senantiasa mengajak kepada kedekatan kepada Allah,
sedangkan Nafs akan senantiasa mengajak kepada keterikatan
materi / duniawi / kefanaan. Sedangkan Qalb & Ruh pada
dasarnya telah diinstall oleh Allah dengan Operating System

50
berupa Diinul Islam sejak ruh kita ditiupkan di jasad, namun
pola asuh dan pengambilan keputusan kitalah yang akan
menentukan di dunia.
b. Psikologi Islam & Ekonomi Islam sama-sama memiliki posisi
sebagai ilmu alat yang berpotensi bisa mengantarkan manusia
sampai ke ilmu hakikat eksistensi manusia. Salah satu tugas
utamanya adalah berhasil membersihkan epistemologi,
worldview, dan asumsi-asumsi dasarnya dari nilai-nilai
materiil / prinsip hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai
Islam agar dengan Islamic Worldview tersebut seseorang
dapat menemukan panggilan Robbani nya dan Life Purpose
sejatinya. Peran & Keterkaitan Psikologi Islam dalam
kaitannya dengan Ekonomi Islam ada pada sisi penjagaan
kualitas manusia terutama yang terkait dengan pengambilan
keputusannya, termasuk dalam hal ini intervensi seputar
consumer behavior yang akan berdampak secara mikro
maupun makro pada aspek ekonomi. Posisi manusia sebagai
aktor ekonomi adalah sebuah power yang menuntut adanya
responsibility. Maka secara umum dapat kita simpulkan
bahwa dengan meningkatkan kualitas hidup manusia lewat
framework yang diajukan Psikologi Islam, kita dapat
berkontribusi dalam mewujudkan salah satu substansi ilmu
Ekonomi Islam yang mengemban tugas Hifzhul Maal seperti
yang termaktub dalam 5 prinsip dharuriyat Maqashid
Syariah.

Penanya #23
1. Kemarin dalam sebuah parenting online dijelaskan, bahwa
dalam diri kita ada sebuah perilaku yang kadang spontan
mengontrol kita, seperti bagaimana dahulu di masa kecil
orangtua memperlakukan kita. Dan kespontanan ini bisa

51
terjadi sewaktu², utamanya disaat emosi. Perilaku ini sangat
mengganggu emosi dan memberontak begitu hebat. (Apakah
ini dinamakan inner child?)

Dalam parenting itu juga dijelaskan, cara penyembuhan luka


masa kecil ini adalah dengan menyugesti diri dan dengan
mendudukkan orangtua. Menyampaikan keluh kesah di masa
kecil; dengan harapan orangtua meminta maaf.

Jawaban:
a. Luka yang dialami oleh seseorang saat berada dalam masa
pengasuhan ini dijelaskan dengan banyak model, salah
satunya dengan terminologi luka pengasuhan yang bisa secara
sederhana kita paralelkan dengan terminologi inner child.
Prinsip utama inner child adalah adanya konflik peran yang
ada dalam diri kita karena peran kita di masa kecil masih
tersandera oleh luka pengasuhan yang ada. Jika luka tersebut
belum disembuhkan ada resiko akan menggangu peran kita di
masa dewasa saat hidup berpasangan atau ketika menjadi
orangtua.
b. Cara penyembuhan luka pengasuhan ini bisa dengan berbagai
metode, salah satunya ssering disebut dengan forgiveness
therapy. Prinsip utama metode ini adalah dengan
memunculkan kesadaran atas luka yang dialami, penerimaan
atas kondisi tersebut, dan memaafkan orang yang telah
melukai kita tanpa perlu menunggu orang yang melukai kita
meminta maaf terlebih dahulu. Karena dalam prinsip metode
pemaafan ini, memaafkan bukanlah hadiah bagi orang yang
bersalah, tapi memaafkan adalah hadiah bagi diri kita sendiri
karena sudah mampu tangguh berjalan sejauh ini. Dengan

52
memaafkan, kita sedang memperjuangkan kebahagiaan kita
sendiri.

Penanya #24.
1. Apakah perilaku ini memang benar² ada, bagaimana
dampaknya dan apakah penyembuhannya harus dengan
komunikasi dengan orangtua? Karena orangtua tentu seiring
waktu juga mengalami perubahan sikap, pun jika sudah lanjut
usia tidak pantas sepertinya jika diajak bersama
membicarakan perilaku beliau yang kurang baik dalam
mendidik di masa lalu. Jazaakumullahu khairan.

Jawaban:
Kami pribadi sedang dalam proses riset tentang problematika ini,
untuk mengungkap kemunculan dan dinamikanya. Namun dari pilot
study yang kami lakukan dengan 180 orangtua yang tergabung dalam
komunitas parenting kami, luka ini sangat nyata. Namun satu hal yang
harus kita ketahui, tidak pernah sekalipun kami rekomendasikan
bahwa untuk menyembuhkan luka pengasuhan harus dengan
membicarakannya kepada orangtua. Cara penyembuhan luka
pengasuhan ini bisa dengan berbagai metode, salah satunya sering
disebut dengan forgiveness therapy. Prinsip utama metode ini adalah
dengan memunculkan kesadaran atas luka yang dialami, penerimaan
atas kondisi tersebut, dan memaafkan orang yang telah melukai kita
tanpa perlu menunggu orang yang melukai kita meminta maaf terlebih
dahulu. Karena dalam prinsip metode pemaafan ini, memaafkan
bukanlah hadiah bagi orang yang bersalah, tapi memaafkan adalah
hadiah bagi diri kita sendiri karena sudah mampu tangguh berjalan
sejauh ini. Dengan memaafkan, kita sedang memperjuangkan
kebahagiaan kita sendiri. Artinya, jika orangtua di masa tuanya

53
tersadar dan meminta maaf, itu adalah bonus dan anugerah, tapi sama
sekali kita tidak menjadikannya sebagai tujuan.

Penanya #25
1. Saya sekarang sedang menjalani kuliah ekstensi dan sudah
telat lulus satu tahun dari target yg ada di kampus. Saya gak
mengerti kenapa saya selalu menunda2 urusan kampus saya
hingga saya gak lulus beberapa matkul berkali2. Saya kuliah
atas keinginan saya, tapi saya ga ngerti kenapa dibandingkan
dulu saya kuliah, saya adalah mahasiswa yg outstanding,
selain itu saya ga mengalami masalah di pembelajaran ilmu
agama yg sedang saya jalani.Kerja saya di organisasi bagus,
di komunitas juga bagus, di kuliah saya yg dulu juga bagus.
Kalau menunda2 ini adalah karena pernah ada luka,
bagaimana cara mengetahui luka yang mana yg harus saya
sembuhkan? Karena saya selalu letting go, mengabaikan
perasaan saya saat kecewa dan marah, sampai saya sekarang
tidak merasa sakit lagi. Kalau ada hal yg dulu bisa membuat
saya merasa kecewa atau tersakiti, kini tidak lagi karena saya
mengabaikannya.

Saya melakukan itu agar semua urusan cepat selesai, target terpenuhi
dan semua hal dapat berjalan dengan baik. Dengan hal seperti ini, saya
sudah hampir dua tahun tidak pernah menangis. Saya merasa saya
kuat dan mandiri dengan hal ini, tak lagi perlu berlelah-lelah dan
buang2 waktu mengeluarkan air mata, kecewa dan bersedih hati.
Apakah hal ini berarti saya melewatkan hal besar yg ternyata berefek
pada diri saya? Kalau iya, lalu bagaimana saya menemukannya,
bagaimana saya menemukan luka itu untuk saya sembuhkan? Karena
saya ingin studi saya, kerjaan saya, organisasi saya berjalan balance.

54
Rasanya aneh, saat saya bisa mengerjakan hal lain dengan baik, tapi
saya justru lalai dengan studi saya. Terima kasih, mas.
Jawaban:
Permasalahan yang kita alami dapat menjadi satu buah kesempatan
bagi kita untuk bisa memeriksa kondisi kita lebih dalam lagi dan
mengevaluasi berbagai hal yang kita alami yang mungkin selama ini
tidak kita sadari. Saya tidak berani berasumsi mengenai penyebabnya
dari mana, namun beberapa prinsip ini bisa kita jadikan landasan
untuk melakukan self disclosure atau pengenalan diri untuk bisa
mengungkap kondisi:
a. Luka bisa tercipta di berbagai layer / lapisan diri kita, artinya
ketika muncul gejala adanya permasalahan berupa penunda-
nundaan aktivitas akademik, hal itu bisa jadi memang hanya
karena persoalan manajemen waktu yang bersifat teknis, atau
bisa juga disebabkan oleh manajemen diri yang lebih dalam
seperti adanya permasalahan psikologis atau bahkan adanya
permasalahan transendental kita dalam kaitannya dengan
hubungan kita dengan Tuhan. Maka memeriksa dengan segala
kerendahan hati, kontemplasi diri di waktu-waktu terbaik,
serta meminta saran dan masukan dari teman yang jujur
sangat direkomendasikan sebagai bahan muhasabah diri
b. Prinsip utama dalam letting go bukan berarti mengabaikan
permasalahan, tapi menerimanya dan menyadari keterbatasan
ruang kendali kita sehingga bisa melepaskan hal-hal yang
berada di luar kontrol diri kita. Pengabaian terhadap hal-hal
yang bersifat emosional justru beresiko membuat kita jadi
kehilangan kepekaan dan sensitivitas terhadap hal-hal yang
bisa jadi adalah akar masalahanya. Hemat energi dan berpikir
efektif memang harus kita jalankan untuk bisa memiliki
energi yang cukup, tetapi bukan dengan pengabaian.
Memaafkan berbeda sekali maknanya dengan melupakan.

55
c. Tidak menangis dan enggan terlalu lama berada dalam
keterpurukan / kekecewaan yang berlarut-larut tidak selalu
dapat kita jadikan sebagai pertanda bahwa kita telah bisa lettig
go dan move on. Bisa jadi kita memang seseorang yang cukup
easy going sehingga mudah terhibur dan kembali jadi ceria,
namun jangan sampai hal itu justru membuat kita kaku dan
menghindari sisi menusiawi untuk bisa sedih dan kecewa.

56
TENTANG NARASUMBER

Isnan Hidayat, berkosentrasi pada


Psikologi Islam. Pendidkan S1
mengambil jurusan Psikologi di
Universitas Gadjah Mada dan menjadi
lulusan tebaik dengan IPK 3,94.
Kemudian melanjutkan studi
Magisternya pada jurusan yang sama di
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Merintis Baitul Ummat


Foundation sejak tahun 2010 – 2017
sebagai sebuah lembaga penyaluran ZISWAF yang bekerja sama
dengan PKPU Kota Yogyakarta & Goedang Zakat Al Khairaat.
Menjadi Founder sekaligus CEO Petakehidupan.Id memberikan
konsultasi, pelatihan, seminar, workshop, dan coaching bagi pelajar –
guru – stakeholder pengambil kebijakan dan birokrasi pendidikan.
Selain itu juga menjadi Dewan Pengawas Yayasan Cakep Indonesia,
supervisor dalam hal profiling, mapping, & forecasting kondisi Pelajar
Indonesia. Dapat dihubungi melalui nomer telp 081326363396.

57
TENTANG SEED INSTITUTE

SEED Institute adalah komunitas pemikiran


dan peradaban Islam yang menjadi wadah
lahirnya intelektual muslim yang beradab. SEED
Institute terdiri dari mahasiswa, dosen dan pakar
dari berbagai disiplin keilmuan yang berfokus
pada islamisasi ilmu dan mengambil pemikiran
Prof Syed Muhammad Naquib Al-Attas sebagai
core gerakan. Komunitas ini bukan hanya bergerak di ranah akademik
namun juga pada ranah social engineering.

SEED Institute lahir dari obrolan ringan empat orang pendirinya


pada suatu malam syahdu di sebuah Warung Kampus dekat
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Saat ini SEED Institute dibina
oleh Andika Saputra, S.T, M.Sc. (Arsitektur) sebagai pembina utama,
kemudian Fuad Muhammad Zein, S.Ag, M.Ud. (Filsafat-Politik), Arif
Wibowo, S.P, M.PI. (Peternakan), Dr. Dian Purworini, M.M. (Ilmu
Komunikasi), dr. NanangWiyono, M.Kes (Kedokteran) dan Drs. Yuni
Prihadi Utomo, M.M. (Ekonomi). Begitu pula para pegiatnya yang
berasal dari berbagai disiplin keilmuan dan tidak bisa kami sebutkan
satu persatu. Kegiatan SEED Institute dapat diikuti melalui akun
instagram @seed.ins dan dapat dihubungi melalui email
seedinstitutesolo@gmail.com.

58

Anda mungkin juga menyukai