Anda di halaman 1dari 13

tentang aku

Dulu aku adalah perempuan yang picik, yang selalu


menyalahkan keadaan atas setiap hal yang terjadi dalam
hidupku. Rasanya sulit sekali keluar dari lubang hitam itu. Aku
bahkan tidak percaya bahwa hidup itu harapan atau berbagai
cuitan quotes cantik yang bertebaran di media. Muak? Pasti.

Tapi justru rasa muak itu yang mengantarkan aku untuk


'berenang keluar' dari sang lubang hitam, yang mungkin bukan
sengaja dicipta untukku, melainkan aku yang membuatnya
terus hadir mengelilingi bahkan menenggelamkanku, jauh ke
dasar lubang yang sangat gelap.

Sampai akhirnya, aku bisa melihat permukaan dengan jelas dan


semua riak-riak yang pernah menyeretku dengan damai.
Bahkan sekarang aku bisa melihat matahari, yang menjadi
cahaya atas hidupku. Kini, semua tak lagi sunyi ada canda tawa
yang menjadi nyanyian hidupku, alhamdulillah.

Hilanglah gelap, terbitlah terang. Keluarnya aku dari lubang


hitam, membuatku terjebak dalam 'lubang cahaya'. Yang
membuatku mengerti tujuan hidup ini, mengerti hidup seperti
apa yang harus dan akan ku jalani. Semuanya jelas termasuk
dengan segala konsekuensi atas pilihan ini.
warna baru

Semuanya berawal ketika aku mengikuti program mentoring di


kampus, bertemu dengan seorang mentor yang hangat, peduli
bahkan mampu menaklukan cara pikirku hingga logikaku
terluluhkan oleh penjelasannya yang sangat cerdas lagi santun.
Lewatnya aku jadi kenal dengan Tuhanku, Allah dan mengerti
bagaimana seharusnya muslim menjalankan semua hal dalam
agama ini dengan 'mindfulness' bukan sekedar apa adanya.

Oleh karenanya aku ingin menjadi perpanjangan tanganNya


yang menyebarkan banyak cahaya penuh kehangatan lagi
kesejukan ke seluruh dunia, khususnya lingkungan sekitarku.
Pernah hidup dalam sesaknya masa-masa gelap, makin
menguatkan tekadku agar tak perlu lagi ada yang begitu.

Semoga dengan begitu aku bisa menjadi hamba yang


dibanggakanNya, hamba yang di-notice olehNya dari 7,6 milyar
manusia yang ada di dunia. Menjadi hamba Allah yang
memaksimalkan segala potensi dan peran yang diberikan agar
tak perlu menyesal jika waktu kepulangan tiba. Karena
bukankah hidup ini untuk Allah? Jika bukan untukNya,
maka untuk apa kita hidup?
project umat

Bagiku, shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk


Allah. Oleh karenanya setiap aktivitas dalam hidupku tak lagi ku
lihat sebagai ajang aktualisasi pribadi melainkan sebagai
project umat.

Aku tuntut diri ini agar maksimal pada setiap perannya, entah itu
peran sebagai mahasiswa, peran sebagai sekretaris BEM, peran
sebagai mentee, peran sebagai mentor, peran sebagai anak,
bahkan peran sebagai pengguna akun Instagram pun ku coba
tuk maksimalkan. Kenapa?

Karena setiap 'prestasi' yang lahir darinya merupakan syiar


agama ini dan 'bukti' betapa diri ini mencintaiNya. Citra Islam ini
buruk di mata dunia, bukan karena dirusak oleh para
pembecinya melainkan karena dirusak oleh para pengikutnya.
Diri ini masihlah sangat gembel dalam menghamba, tapi tak
ingin rasanya menambah buruk citra agama ini dengan tidak
berbuat apa-apa.

Agama taat, prestasi hebat, kontribusi dasyat. Begitulah kira-kira


definisi muslim kece menurutku, sosok yang pemahamannya
selaras dengan sikap dan aksinya. Bukan sekedar pembual
belaka atas statusnya sebagai muslim, melainkan pribadi yang
kongkrit, hingga setiap karyanya melangit.
pernikahan

Maka begitu jugalah makna pernikahan bagiku, sebagai project


umat. Yang setiap prosesnya tersusun dan terjaga karena
sadar ada hak 'umat' dan 'pertanggung jawaban' besar yang
menanti di akhirat.Yang dengan pernikahan ini harapannya
beban umat bisa teringankan, tercerdaskan & tersejahterakan.

Sebuah pernikahan yang powerful, yang berusaha sekuat


tenaga untuk membangun keluarga yang kaya raya sejak dini
dengan menjunjung tinggi profesionalitas atas agama ini. Yang
kekayaannya dimanfaatkan untuk perjuangan di jalan Allah dan
membiayai semua kebutuhan umat layaknya kekayaan
Abdurahman bin Auf dan Utsman bin Affan.

Sebuah pernikahan yang mampu meluaskan esensi Islam pada


umat sebagaimana Umar bin Khattab yang bisa melakukan
ekspansi dakwah ke 1/3 dunia. Dan mampu 'mengisi' wilayah
tersebut dengan konten keadilan dan kesejahteraan
sebagaiman masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz.

Yang mampu membuat baitul amalnya kebingungan mencari


siapa yang perlu dibantu karena tak ada seorang pun yang mau
menerima bantuan tersebut karena semua rakyatnya merasa
sudah sejahtera. Hingga domba dan serigala pun dianologikan
bisa hidup berdampingan, saking semua bisa hidup damai
dibawah pemerintahannya yang hanya 2 tahun 5 bulan.
perbekalan

Sebuah pernikahan yang mampu menjadi rahim peradaban


yang membentuk pribadi generasi-generasi selanjutnya
sebagaimana Thariq bin Ziyad penakluk Andalusia, Shalahudin
Al Ayyubi penakluk Palestina, Muhammad Al Fatih penakluk
konstatinopel, maka semoga selanjutnya keturunan yang
dilahirkan dari penikahan ini mampu menjadi penakluk Roma.

Untuk mencapai hal itu aku mempersiapkan diri ini dengan


memiliki kemampuan tahsin yang baik, hafalan Quran 15 juz
(dan masih terus berlanjut), sudah mempelajari tarbiyatul aulad
sampai umur 7 tahun, mempelajari fiqih-fiqih dasar seperti
wudhu, shalat, mandi wajid dsb. Menyelesaikan shirah
nabawiyah, hadist arbain dan tafsir fizalil Quran 5 juz terakhir.
Masih banyak yang belum dipelajari tapi mudah-mudahan Allah
mampukam diri ini menjadi pembelajar cepat.

Kemudian kemampuan Bahasa Inggrisku bend 7,5 untuk IELTS


dan kemampuan mandarinku ada di HSK 3. Selain untuk
pendidikan anak, hal ini rencananya akan dimanfaatkan untuk
ekspansi bisnis dan dakwan di kancah internasional. Aku juga
bisa bermain piano karena sejak umur 3-15 tahun selalu
dikursuskan piano. Mudah-mudahan semua yang ada pada diri
bisa dimanfaatkan maksimal untuk umat.
karakter diri

Tegas
Bagiku yang salah itu salah dan yang benar itu benar. Tidak ada
kompromi untuk sesuatu yang jelas aturan halal dan haramnya.
Namun, tetap fleksibel dengan setiap perbedaan ataupun
sesuatu yang menjadi ikhtilath di kalangan ulam dan
dibebaskan dalam syariat. Dan merasa tidak masalah jika
konsekuensi yang harus dihadapi adalah kurang disenangi,
karena tegasku membuat yang lain merasa tidak bisa curang
dsb. Tegas disini berbeda dengan galak yang menyeramkan.

Disiplin
Karena memahami setiap detiknya akan dimintai
pertanggungjawaban. Maka aku berusaha menggunakan waktu
dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan kontennya. Waktu
kerja dimanfaatkan untuk kerja, waktu istirahat dimanfaatkan
untuk istirahat dsb. Jadi selama kerja tidak menyambinya
dengan hal lain seperti nonton, main ig atau semacamnya.
Sedang mencoba menerapkan mindfulness untuk setiap
aktivitasnya. Oleh karenanya setiap harinya aku juga terbiasa
menjalani hidup yang teratur dan tertata, hanya bisa melakukan
hal-hal random atau dadakan jika memang pada saat itu tidak
ada agenda.
karakter diri

Mandiri
Karena dari kecil dididik mandiri dan tidak bergantung pada
orang lain, setiap hal kecilnya di rumah aku selesaikan sendiri.
Nyapu, ngepel, nyuci, membersihkan kamar mandi, mengangkat
galon, masak, membersihkan debu-debu dsb. Selama masih
bisa dikerjakan sendiri maka aku tidak akan minta tolong orang
lain untuk melakukannya.

Serius dan Kaku


Bukannya ga bisa bercanda, tapi setiap bercanda orang lain
tidak akan ketawa. Ga cocok, begitu kata mereka. Jadi aku
memposisikan diri sebagai pendengar dan penikmat jokes saja.
Tetap bisa diajak ngobrol receh dan hiburan-hiburan ga penting
llainnya, tapi akan jauh lebih menikmati jika konten obrolannya
bermanfaat seperti membahas kondisi bisnis internasional,
politik dunia dsb. Mungkin karena hal itu juga aku terkesan
kaku walaupun sebenarnya diri ini mencoba selalu tersenyum
untuk mencairkan dan membuat orang lain nyaman, tapi
nampaknya belum berhasil kecuali untuk rekan-rekan yang
hubungannya di ranah profesionalitas.
kebiasaan diri

Selalu memilih mengisi waktu untuk hal-hal yang bermanfaat


ketimbang iseng semata. Sehingga jika ada waktu luang lebih
memilih untuk menghabiskannya dengan membaca buku,
belajar ini itu atau sekedar olahraga. Harapannya dengan
begitu bisa membantu diri ini mengejar semua pembelajaran
yang selama ini tertinggal/belum sempat disentuh sama sekali.

Setiap pagi aku bangun jam 02.00 pagi, lalu mengisinya dengan
tahajud dan doa yang cenderung lama pada Allah,
sebagaimana hamba yang sedang curhat dengan Tuhannya
dan itu bisa menghabiskan 1 jam sendiri. Kemudian tilawah 1
jjuz dan murajaah 1-2 juz, baca buku, membuat to do list, nyuci,
masak sarapan dan bekal makan siang, mandi dan kalau masih
ada sisa waktu biasanya dimanfaatkan untuk menulis konten di
media sosial.

Aku juga punya kebiasaan hidup minimalis, karena dari dulu


hidup sendiri dan sering berpindah-pindah tempat tinggal, maka
jauh lebih efektif dan efisien jika barang yang dipunya sedikit.
Lebih mudah untuk merawatnya, tidak mubazir dan tidak
konsumtif. Ruanganpun jadi lebih mudah dirapihkan, tertata,
semua gampang dicari dan memberikan space untuk diri ini.
keluargaku

Orangtuaku sudah berpisah sejak aku duduk di bangku SD.


Kemudian mereka menikah lagi dan memiliki keluarga masing-
masing. Sejak SD itu pulalah hidupku makin tidak jelas. Kadang
pekan ini 'dilempar' ke tempat nenek, pekan depan 'dilempar' ke
tempat tante, besoknya lagi 'dilempar' ke tempat ayah dan terus
begitu seperti anak yang dibuang. Dulu rasanya begitu hehe.
Oya aku anak tunggal.

Tapi semenjak aku kenal Allah, hubungan kami membaik. Aku


menuntut diriku untuk menjaga silaturahmi dengan mereka,
mengunjungi mereka sebulan sekali secara bergilir. Karena aku
paham Allah suka dengan anak yang berbakti. Ya walaupun itu
sangat sangat sangat berat, harus melawan ego dan badai
besar dalam diri, pelan-pelan aku coba dikit-dikit. Alhamdulillah
bisa, Allah yang bantu.

Karakter ayah dan ibu sebenarnya hampir mirip, mereka tipe


manusia-manusia ambisius yang sangat profesional dalam
karir. Tak heran jika karir mereka melesat cepat di usia mereka
yang masih tergolong muda. Semua halnya bisa mereka urus
dengan baik, semuanya terjadwal, terkordinasi. Hanya kurang
satu, mereka sulit berkompromi hehe.
keluargaku

Selain itu mereka memiliki kepribadian yang dingin, hanya


perhatian untuk hal-hal yang menurut mereka penting seperti
pendidikan, karir dan finansial. Oleh karenanya sampai saat ini
mereka masih jauh dari warna Islam walaupun status mereka
muslim.

Walaupun aku tidak merasakan kehangatan dalam keluarga,


tapi bagaimanapun aku bersyukur mereka menjadi orangtuaku.
Karena aku tidak bisa setangguh ini jika bukan karena mereka.
Tidak bisa semandiri ini jika bukan karena pernah dididik
mereka dengan sangat disiplin dan profesional layaknya
komandan dan prajurit. Tidak akan memiliki pengetahuan luas,
kemampuan bahasa, musik jika tidak diajarkan dan dibiasakan
dari kecil oleh mereka. Alhamdulillah, bukan setiap takdir Allah
baik? dan insyaallah keluarga inipun yang terbaik untukku.

Aku tidak bisa memilih lahir dari keluarga seperti apa tapi aku
bisa memilih untuk bisa menerima dan mensyukurinya lebih
dalam hingga Allah ridha untuk terus menambah setiap
nikmatNya untukku.
diri ini

Namaku adalah Namira Kamelia, biasa dipanggil Rara.


Kelahiran Palembang, 9 Maret 1995. Merupakan seorang
alumni HI Universitas Indonesia yang sedang berencana
melanjutkan jenjang S2 di luar negri dengan jurusan MBA,
sebagai salah satu ikhtiar dalam memantaskan diri menjadi
pengusaha internasional.

Aktivitas sekarang sedang menjalankan bisnis online di


bidang edukasi, fashion, kuliner dan memiliki 30 karyawan.
Penghasilan bersih untuk diri ini sekitar 30-50 juta/bulan.
Membina 2 kelompok mentoring dengan total jumlah mentee
sebanyak 20 orang. Mengikuti halaqoh Quran tiap pekan untuk
tahfidz dan halaqoh pada umumnya untuk penjagaan diri.
kriteria suami

Karena pernikahan yang hendak dilakukan diniatkan sebagai


project umat dalam rangka membangun keluarga peradaban,
maka kriteria suami yang dicari harapannya memiliki kualifikasi
pemuda rabbani, sebagaimana yang dipaparkan oleh Al Imam
Ibnu Jarir Ath Thabari.

Alim dan mutsaqqaf


Memiliki ilmu dan wawasan yang luas karena semangat belajar
yang kuat dalam dirinya yang digerakkan oleh pemahaman
tauhidnya.

Faqih
Memiliki kemampuan untuk mengetahui seluk beluk keadaan
tertentu, mengukurnya dengan kebijaksanaan sehingga bisa
menempatkan keluasan ilmunya (fatwa/nasehat) yang sesuai
dengan kebutuhan umat, sebagaimana kemampuan seorang
dokter yang mampu mengidentifikasi penyakit pasiennya
sehingga bisa memberikan resep terbaik.
kriteria suami

Al Bashirah bis siyasah


Memiliki kedalaman pandangan tentang politik. Mampu
mengelola kebijakan yang membuat orang kaya merasa
terjamin hartanya dan gembira menunaikan kewajibannya.
Mampu membuat mereka yang miskin merasa tentram,
sejahtera dan bersemangat dalam etos kerjanya.

Al Bashirah bit tadrib


Memiliki kedalam pandangan dalam manajemen HRD dan
sumber daya lainnya. Tahu bagaimana menempatkan dan
mengelola hal-hal tsb pada posisi yang tepat, hingga
manfaatnya dasyat.

Al Qiyam bis suunir raiyah li mashlahatid


dunyaa wad diin
Merupakan seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan yang
baik sehingga ia mengerti bagaimana mengambil peran dalam
ranah publik untuk menegakan kepentingan masyarakat baik
untuk kebaikan dunia dan agama. Mengerti bagaimana
melakukan advokasi, penyantunan, pelayanan, peningkatan
kesjahteraan dan membentuk kebijakan yang membuka
peluang-peluang kebaikan untuk umat.

Anda mungkin juga menyukai