Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ribka Adriana

Kelas : 1 A

Bismillah…

BELAJAR JADI IBU

MATERI 1 : Berdamai Dengan Masa Lalu

Setiap manusia punya masa lalu, yang menyenangkan dan yang menyayat hati. Otak
memang luar biasa. Apapun yang dipikirkan ketika itu, semua seakan nyata lagi dan
mempermainkan perasaan jadi sendu biru dalam syahdu. Imbasnya bahkan sampai merubah
goodmood jadi badmood.

Bisa dibayangkan, seorang ibu dengan segala rutinitasnya, berhadapan dengan


tingkah polah anak2 yang serba menakjubkan. Yang rapi bisa berubah bak kapal pecah
mengalahkan rupa karam tetanic menghantam gunung es. Atau harus menghadapi anak yg di
membantah ketika disuruh belajar, nolak diajak sholat, enggan baca quran, susah dilarang
main game, kecanduan gadget, tidak bisa diatur dan bnyk lg yg sedang berkecamuk didepan
mata.

Kemudian, ditengah puncak segala lelahnya, tiba2 terlintas segala peristiwa masa lalu
yang tak menyenangkan. Di batas sabar menghadapi segala keadaan yg tidak mudah, sebagai
istri, ibu dan peran lain yg hrs dijalankan bersamaan.

Apa kira2 yang terjadi ketika itu?


Bisa banyak kemungkinan mencuat layaknya tragedi. Si ibu lari ke kamar dan
mengurung diri sambil meluk bantal dan nangis-nangis sesegukan, atau sontak naik darah
level tertinggi teriak2 marahin anak, atau segera ambil hape langsung telp suami curcol
tentang anak yg bikin gemes2 kesel, atau minta tiket liburan ke suami karena pengen lari dari
kenyataan. Paling tepat kalau segera ke kamar mandi, wudhu dan sholat hajat 2 rokaat, minta
diberikan kesejukan hati dan ketenangan jiwa. Namun Yang terburuk, ketika diri merasa
tidak sanggup lgi menjalani hidup dan memilih mengakhiri hidup sebelum waktu yg
dijadwalkan Allah. Naudzubillah.
Wanita butuh ruang hati yang luas, lebar membentang sabar, panjang jalan keikhlasan
dan tekad yang tak terpatahkan rintangan. Karena sekali lagi, ia adalah jalan bagi hadirnya
umat terbaik sebaik2nya hamba Allah. Melalui sentuhan tangannya, kesabarannya, ksih
sayangnya, kepeduliannya, dan azam yg kuat dalam dirinya.

Cara terbaik berdamai dengan masa lalu adalah dengan memaafkan diri sendiri atas
segala khilaf, kedzoliman pada diri sendiri dan kesalahan dalam mengambil langkah hidup,
juga memaafkan orang lain yg sudah dng sengaja atau tidak telah menyakiti hati, merugikan
secara fisik, psikis dan financial.

Bisa jdi, itu orangtua yang telah memberikan didikan tidak selayaknya yg diharapkan, atau
teman yg mencurangi, atau klien yg menipu, laki2 di jaman jahiliyah yang telah menodai hati
dengan tinta hitam kesakitan, atau saudara yang tidak peduli.
Siapapunlah dia adanya. Maafkan.
Maafkan diri sendiri, dan berilah maaf kepada semua orang tanpa kecuali sekecil apapun
kesalahannya, sebsar apapun kesakitannya.

Sebagaimana teladan yang diberikan oleh Nabi Yusuf kepadanya saudara2nya yang telah
mendzoliminya. Manakala ada kesempatan untuk memblas, namun Nabi Yusuf memilih
untuk memaafkan. Indah kata2 yang keluar dari lisan beliau:

Tak ada celaan bagi kalian di hari ini, semoga Allah mengampuni kalian.” (QS. Yusuf: 92)

Saat ini, kita punya kesempatan untuk berdamai dengan masa lalu. Memaafkan diri sendiri
dan memaafkan semua orang yang Allah kehendaki menjadi ujian di dalam kehidupan kita.
Saat ini, kita punya kesempatan untuk menjadi hamba Allah yang Allah ridhoi karena kita
ridho dengan takdirNya.
MATERI 2 : Pentingnya Belajar Jadi Ibu

Kenapa sih harus belajar menjadi ibu ?


Karena bahkan ibu kita sendri pun ga belajar menjadi ibu tetapi ia bias menjadikan kita
seperti sekarang, jadi anak yang punya manfaat, menjadikan anak hebat di bimasing masing
bidang, trus kenapa mesti belajar ? Nah disitulah inti permasalahannya.

Karena belajar menjadi ibu itu bias lebih memudahkan kita, karna bisa jadi ibu atau
nenek kita atau wanita-wanita terdahulu memiliki kesulitan yang tentu saja kita tidak tahu
ceritanya seperti apa, yang ia menjadikan anaknya seseorang yang mempunyai mnfaat besar.

Ibaratnya seperti ini :

Ada seseorang yang mau tidak mau mengharuskan ia nyebur ke laut sementara ia tdak
bisa berenang maka yang ia lakukan ialah menggerakkan segala upaya yang ia punya yang
bisa ia gapai pada saat itu untuk bisa selamat ke tepian, namun permasalahannnya daya upaya
yang dilakukan di dalam berupaya untuk sampai ke daratan itu mempunyai kemungkinan
50% sampai ke daratan atau 50% nya lagi tenggelam ke lautan sebelum sampai ke daratan.

Begitu juga dalam mendidik anak, mungkin 50% dalam pandangan orang lain berkata
“ohh jadi ulama besar”, “ohh jadi dokter yang sukses”, “ohh, jadi guru” sehingga mereka bisa
sukses. Lalu kemana 50% nya lagi? Ini adalah orang tua orang tua yang kemudia mendatangi
tempat-tempat konsultasi untuk meminta bantuan atas apa yang terjadi terhadap anaknya
yang mungkin kecanduan narkoba, atau seks yang enyimpang, atau melakukan kriminalitas,
dll. Nah 50% ini yang ingin dan harus kita hindari. Maka itulah kita masih punya kesempatan
untuk belajar.
MATERI 3 : Wanita Berkarir Surga

Di tengah maraknya wanita modern yang menempatkan dirinya di masyarakat akhir-


akhir ini, stigma yang yang dilekatkan pada wanita masa kini bahwa kehebatannya diakui
masyarakat apabila ia setiap hari bekerja di luar rumah, baik sebagai pekerja kantoran atau
perusahaan atau yang semisalnya, lalu memiliki gajdi yang besar, berpakaian muslimah yang
dibuat semodis mungkin, mempunyai barang barang yang mewh dan branded, bisa traveling
keliling dunia, dll. Ini di eluh-eluh kan sebagai contoh yang sangat dipuji untuk ditiru oleh
wanita lain? Betapa pandangan yang berbeda yang diberikan kepada wanita yang
memutuskan bekerja di rumah saja setelah menyelesaikan jenjang pendidikan tertingginya

“susah susah sekolah, tinggi tingii sekolah kok Cuma dirumah aja? Buat apa punya ijazah
kalo ngga dipake buat kerja?” atau mungkin ungkapan yang lebih sadis?

Masyarakat memandang sebelah maata, dianggap pilihan yang serupa ini adalah
contoh cerminan kebodohan wanita yang kekunoannya sebab dirumah saja itu, wanita jaman
dulu yang tidak mampu mengenyam pendidikan sekolah tinggi.

Lalu bagaimana Allah menempatkan wanita sesuai fitrahnya di bumi ini?


Allah sungguh amat sayang terhadap ciptaannya yang bernama “wanita”. Wanita yang
diibaratkan perhiasan terindah sejagat raya. Coba kita lihat, perhiasan paling berharga
ditempatkan dimana? Di tempat paling aman bukan? Tempat yang tidak banyak orang tau.
Terpelosok jauh.

Rasulullah bersabda “perempuan penghuni surga yang paling utama adalah Khadijah
binti khuwailid, Fatimah Binti Muhammad, Maryam binti Imran, Asiyah binti Muzaim (Istri
Fir’aun)” HR. Ahmad
Merekalah tauladan bagi kita, masyaAllah:’)
MATERI 4 : Persiapan Jadi Ibu

Ketika kita ingin menjadi seorang ibu, maka ada banyak persiapan-persiapan yang
kita harus persiapkan. Persiapan menjadi ibu salah satunya adalah Persiapan partner
Yaitu adalah pasangan yang telah membantu kita mengurus anak-anak yaitu suami
untuk mendidik anak, seperti yang kita harapkan kita butuh suami yang mempunyai 1 tujuan
dan arah untuk mendidik seorang anak karena banyak yang kita temui, pendidikan anak
menjadi sulit ketika kita kedua orang tua yan mempunyai pola pendidikan yang berbeda. Tak
jarang aturan yang ditetpkan itu satusma lain bertentangan. Sementara anak mencontoh dari
apa yang ibu dan ayah lakukan. Jika tidak ada keselarasan antara keduanya dalam pola asuh
anak maka yang terjadi sama seperti membangun istana pasir di tepi pantai. Sudah susah
susah membangun di tepi pantai lalu diterjang bgitu saja oleh ombak dan tidak tersisa apapun
disana. Maka kita harus mencari partner yang sejalan dengan kita.
Impian ibarat amunisi untuk harapan dan semangat untuk terus menyala di nadi
kehidupan. Dengan memiliki impian lalu menulis impian itu kita lebih terarah dalam
menjalani kehidupan. Meski sakit impian adalah obat bagi semua penderitaan manakal ia
terwujud dan nyata dalam kehidupan. Bawalah lembar impian mu kepada Allah, berdoalah,
dengan tulus dan ikhlas. Jadikan sebagai pengingatmu tentang apa yang sedang kamu
perjuangkan.

MasyaAllah, Barakallahu fiyk, Jazakumullahu khayran. (senyum)

Anda mungkin juga menyukai