Anda di halaman 1dari 4

PENTINGNYA MEMBANGUN PENDIDIKAN BAGI WANITA

Oleh: Rahmatika Elindra, M. Pd

Pendidikan adalah gerbang menuju kehidupan yang lebih baik dengan

memperjuangkan hal-hal terkecil hingga hal-hal terbesar yang normalnya akan dilewati oleh

setiap manusia. Pendidikan adalah bekal untuk mengejar semua yang ditargetkan oleh

seseorang dalam kehidupannya sehingga tanpa pendidikan, maka logikanya semua yang

diimpikannya akan menjadi sangat sulit untuk dapat diwujudkan.

Pendidikan seseorang berawal dari sebelum ia lahir seperti yang banyak

dilakukan orang, misalnya dengan mendengarkan musik, membaca cerita kepada calon bayi

bahkan bertutur kata serta bertingkah laku yang baik selama bayi dalam kandungan, dengan

harapan dirinya bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran. Anggota keluarga mempunyai

peran pendidikan yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari

mereka, walaupun pendidikan dari anggota keluarga berjalan secara tidak resmi. Salah satu

anggota keluarga yang paling berperan dalam pendidikan adalah seorang ibu yaitu sesosok

wanita yang tanpa kenal lelah mendidik putra putrinya sampai mencapai kesuksesan.

Sering kita mendengar adanya sebuah statement tentang “pembatasan wanita

dalam dunia pendidikan.“ Statement ini sudah menyebar di telinga masyarakat, apalagi

masyarakat awam yang masih kental dengan budaya mereka. Kebanyakan dari mereka

menyatakan bahwa seorang wanita tidak seharusnya sekolah tinggi-tinggi untuk melanjutkan

sekolahnya, apalagi sampai mendapatkan beasiswa keluar negri, karena pada akhirnya ketika

mereka sudah berkeluarga akan lebih besar peran mereka untuk mengurusi suami. Ditambah

lagi ketika sudah dikaruniai anak, otomatis peran mereka sebagai ibu rumah tangga akan

semakin aktif.
Tidak sedikit orang berpikir bahwa pendidikan “tidak terlalu penting” bagi

wanita, karena bila pada saatnya nanti seorang wanita menikah dan menjadi seorang istri,

maka wanitalah yang diberi nafkah oleh suami, bukan malah wanita yang memberi nafkah

kepada suami seperti kebanyakan orang sekarang ini.Saya tidak meragukan sedikitpun

mengenai istilah “ujung-ujungnya wanita pasti kembali ke dapur juga”, karena semua itu

adalah relita yang memang sulit untuk dibantahkan.

Selain untuk menunjang karir, pendidikan juga berfungsi untuk memperbaiki pola

pikir, memperbanyak relasi, dan menambah wawasan yang mungkin akan berguna bagi diri

sendiri, keluarga, sahabat, orang lain, dan khususnya  bagi suami apabila suatu saat nanti

wanita menjadi seorang istri.

Telah banyak kita ketahui, zaman telah berubah. Dahulu, seorang laki-laki identik

dengan tugasnya yang mencari nafkah untuk keluarga, sedangkan seorang perempuan

bekewajiban untuk mengurus dan mendidik anak, serta menjadi seorang ibu rumah tangga.

Tetapi, zaman sekarang perempuan juga bisa melakukan tugas seorang laki-laki untuk

mencari nafkah tanpa mengesampingkan kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga.

Perempuan tentunya juga berhak mengenyam pendidikan yang tinggi. Perempuan berhak

untuk mengejar cita-cita nya. Jadi, tidak ada anggapan bahwa pendidikan tinggi untuk

perempuan itu sia-sia. Pendidikan bagi perempuan juga dapat menjadi bekal di masa

mendatang. Tentunya, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi besok, lusa, setahun,

atau sepuluh tahun lagi. Bila suatu keadaan mendesak terjadi, perempuan pun bisa

menggantikan peran seorang laki-laki untuk menafkahi keluarganya. Pernah saya membaca

di sebuah media ada percakapan antara motivator terkenal dan seorang penanya. Ketika

seorang penanya bertanya padanya,“Apa gunanya istri anda mengenyam pendidikan tinggi

sampai ke luar negri, bila pada nyatanya sekarang dia tidak berkarir?”Lalu sang motivator
pun menjawab, “ Istri saya memang seorang ibu rumah tangga, ibu dari anak-anak saya,

wanita yang saya cintai, penasehat saya dalam membangun usaha, pemilik asset dan

pengelola dari bisnis-bisnis keluarga serta pemelihara kesehatan keluarga. Pendidikan istri

saya sangatlah berguna.”Dari sini kita dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa pendidikan

itu penting bagi setiap orang termasuk kaum perempuan. Kaum perempuan juga berhak

mengeyam pendidikan yang tinggi.

Pernah suatu ketika saya mengalami sendiri, pengalaman yang sangat luar biasa

tentunya dan tidak akan pernah terlupakan seumur hidup saya. Sejak kecil saya berkeinginan

sekali untuk melanjutkan sekolah setinggi tingginya, bersyukur pada Allah saya bisa

melanjutkan pendidikan sampai uiversitas hingga akhirnya setelah saya lulus saya bisa

bekerja di salah satu lembaga pendidikan swasta, pada saat bekerja saya berfikir bahwa saya

harus lebih bisa meningkatkan kualitas diri saya dengan melanjutkan pendidikan yang lebih

tinggi lagi, yaitu dengan melanjutkan pendidikan pascasarjana. Kemudian dengan kegigihan

dan kemauan keras saya diterima di salah satu universitas untuk mengambil program

Pascasarjana. Pada saat saya mengenyam pendidikan tersebut berbagai kendala saya

dapatkan. Saya sadar semua itu hambatan yang harus saya hadapi, dan saya berusaha kuat

karena saya yakin memang tidak mudah untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, di

butuhkan kemauan, doa, dan usaha yang gigih. Seperti apa yang di katakan oleh Thomas

Alva Edison, “ Genius is 1 percent inspiration and 99 percent perspiration .” Kemampuan

otak itu 1 persen, 99 persen adalah usaha dan kerja keras. Tapi pada nyatanya, semua orang

bisa untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan bila mereka mau bekerja keras dan tidak

pernah takut akan kegagalan.

Pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi

berbagai aspek dalam kehidupan kita. Mengeyam pendidikan tinggi bukan hanya sekedar
mendapatkan ijazah. Ijazah bukanlah tujuan utama untuk megenyam pendidikan. Perlu kita

ketahui, pendidikan sebenarnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan, membentuk

watak, dan tentunya mengajarkan kita untuk menjadi seseorang yang bertanggung jawab.

intinya “Education is very important.”

Nilai-nilai yang terwakili dari perempuan adalah keinginan bersama

(kemitrasejajaran) dalam membangun bangsa dan negara. Perempuan mendapatkan

kesempatan yang sama dalam mengisi pembangunan, yang terrefleksi dalam bentuk

hubungan saling menghargai, menghormati, mengisi dan membantu antara lain dalam

pengambilan keputusan penentuan kebijaksanaan dan pelaksanaan serta pemanfaatan hasil

pembangunan. Dengan demikian akan tercipta: (1) peningkatan kualitas perempuan sebagai

sumber daya manusia pembangunan yang handal, (2) peningkatan kualitas dan perlindungan

tenaga kerja wanita (TKW) di semua sektor kerja, (3) peningkatan peran ganda perempuan

dalam keluarga dan masyarakat, (4) terciptanya pengembangan iklim sosio-kultural-religius

yang mendukung kemajuan perempuan dalam segala bidang, dan (5) terrealisasinya

kelembagaan dan organisasi perempuan secara lebih produktif dan inovatif (Suroyo, 1999).

Anda mungkin juga menyukai