Anda di halaman 1dari 4

Perempuan Karir, Why Not?

Oleh: Saidah Marifah Mz, Perempuan Palu, Wasekum PTKP HMI Komisariat FITK
Korkom Walisongo Semarang. Wakil III Menteri Pendidikan Kabinet Militan.

Lelaki dan perempuan adalah dua insan yang memiliki tingkat harkat yang sama, akan
tetapi perlu diakui bahwa ada perbedaan martabat di antara keduanya. Seharusnya
perbedaan itu menjadi sebuah kaloborasi segala ide-ide yang dimiliki laki-laki dan
perempuan untuk membangun pondasi keharmonisan dan kemakmuran antar
masyarakat, agar terwujudnya manusia yang peduli satu sama lain. Namun idealitas
yang terjadi saat ini tidak sesuai dengan harapan. Perempuan seringkali mendapatkan
perlakuan yang tidak baik, karena perempuan dianggap lemah. Sehingga hal itu
membuat para perempuan merasa dianggap remeh dan lemah. Padahal, sesungguhnya
perempuan juga memiliki hak-hak yang diperuntukkan untuk mereka.

Perempuan juga seringkali dikucilkan, dan dikekang yang membuat diri perempuan
merasa dibatasi sehingga berimbas kepada batin dan pemikiran mereka dalam hal
pekerjaan/karir dan pendidikan. Jangan berbicang jauh soal karir, bahkan mengenai
pendidikan perempuan pun tak lagi dianggap penting, karena pada akhirnya
perempuan akan berakhir pada tanggung jawab suami. Berdasarkan pemikiran
khalayak umum akan perempuan menjadikan mereka ragu, bahkan enggan melanjutkan
cita-cita mereka.

Semua manusia yang ada di bumi ini sama. Adanya perbedaan di antaranya itu
merupakan sebuah rangkain dari Sang Khaliq. Sebelum adanya islam kondisi
perempuan sangatlah suram. Perempuan yang melahirkan anak dianggap hina dan
derajatnya diturunkan layaknya seorang budak. Perempuan juga dianggap sebagai
timbulnya sebuah dosa, sebuah aib, dan tidak memiliki kedudukan di pandangan
masyarakat. Lalu islam datang untuk mengangkat derajat perempuan, menjunjung
tinggi harga diri perempuan, memuliakan diri perempuan dan menjadikan perempuan
dipandang sejajar dalam segi kemanusiaan.

Allah berfirman dalam al-Qur’an:

”Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS. Al-
Hujurat: 13).

Dan Nabi bersabda:

“Semua manusia adalah sejajar, sama halnya seperti gigi sebuah sisir, tidak ada yang
lebih unggul dari seorang Arab atas orang non arab, seorang yang berkulit putih atas
orang yang berkulit hitam, atau laki-laki atas wanita, sesungguhnya yang bertaqwa lah
yang disukai oleh Allah SWT.”

Dari firman Allah Swt dan sabda Rasulullah Saw di atas telah dijelaskan bahwa
sesungguhnya semua manusia di bumi ini sejajar. Demikianlah dalam hal pekerjaan
baik laki-laki maupun perempuan. Antara laki-laki dan perempuan masing-masing
memiliki porsi sesuai dengan kodrat yang telah ditentukan. Oleh karena itu, tidak keliru
jika perempuan ingin tetap memiliki pekerjaan atau berkarir dan melanjutkan jenjang
pendidikan yang tinggi.

Berbicara soal perempuan berkarir, tentu saja tidak lain yang timbul adalah kata tidak
penting bagi perempuan memiliki karir atau bekerja. Itu sama halnya dengan tidak
penting bagi perempuan untuk bersekolah tinggi. Paradigma perempuan tentang
bersekolah dengan setinggi-tingginya pasti akan berakhir di dapur, hal itu sudah
melekat di penafsiran masyarakat. Mayoritas perempuan zaman sekarang bersekolah
sampai SMA atau Aliyah saja, bahkan ada yang hanya sampai SMP atau Tsanawiyah. Itu
disebabkan doktrin yang telah masuk dalam pemikiran mereka.

Idealitasnya seorang perempuan itu harus memiliki pengetahuan yang banyak dan otak
yang cerdas, karena kelak mereka akan melahirkan generasi penerus bangsa dan
menjadi madrasah al-‘ula bagi anak-anak mereka. Namun, realita yang terjadi di
kehidupan nyata ialah minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh para perempuan,
sehingga menjadikan mereka berdiam diri di rumah menjadi seorang istri, ibu dari
anak-anak dan ibu rumah tangga.

Sebab beberapa pendapat dari masyarakat membuat para perempuan mengubur


sedalam-dalamnya segala impian mereka untuk mewujudkannya dalam hal berkarir.
Sehingga mereka harus memilih menjadi perempuan berkarir seperti impian mereka
saat muda? Ataukah menjadi seorang ibu rumah tangga yang tanpa batas waktu
mengurus keluarga dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Dua hal itu adalah pekerjaan yang sangat sulit untuk dipertimbangkan. Di satu sisi,
perempuan pasti sangat ingin melanjutkan hobi, bahkan cita-cita mereka pada masa
muda dulu. Akan tetapi di sisi lain, mereka harus menjadi seoran ibu rumah tangga yang
selalu ada mengurusi keluarga kecilnya. Ada juga perempuan yang ingin mengambil dua
peran sekaligus, yaitu menjadi seorang ibu rumah tangga dan perempuan yang memiliki
pekerjaan atau karir.

Menjadi perempuan yang memiliki karir dan sekaligus mengurus rumah tangga
mendapatkan respon dan ujaran yang tidak baik serta sulit untuk diterima oleh hati.
Mereka yang tidak setuju bahwa perempuan yang berkarir pasti akan lalai akan tugas
dan tanggung jawab seorang istri dan ibu. Menyalahkan akibat terlalu sibuk dengan
dunia sendiri sampai meninggalkan anak-anak yang membutuhkan pendidikan dan
melayani suami walaupun sebenarnya masih bisa dilakukan sendiri.

Begitu juga dengan perempuan yang hanya menjadi seorang istri dan ibu di rumah.
Mereka tidak jauh berbeda dengan perempuan yang berkarir. Mereka juga
mendapatkan pandangan yang cukup menyakitkan. Saat gelar sarjana mereka yang
dijadikan kambing hitamnya. Mengapa sekolah tinggi-tinggi, tapi pada akhirnya hanya
menjadi ibu rumah tangga?

Nah, pada hakikatnya kedua hal itu tidak bisa dilakukan secara bersamaan. Namun, bisa
dilakukan dengan cara beriringan. Contoh, sebelum berangkat kerja mereka harus
menyediakan sarapan dan makan siang untuk suami dan anaknya. Ada banyak manfaat
yang bisa perempuan dapatkan dari karir itu. Dengan berkarir bisa menambah teman,
menambah pengetahuan bahkan memperdalam peengetahuan dan menjadi perempuan
yang produktif.

Saran dari penulis. Wahai perempuan! Raihlah cita-cita, tetaplah semangat untuk
menggapai segala apa yang diimpikan, dan abaikanlah perkataan orang-orang yang
menurut kalian itu bukan hal yang tepat bagi diri kalian. Karena, sesungguhnya
kalianlah yang lebih mengetahui apa yang terbaik bagi diri kalian sendiri.
Begitu pula dengan perempuan yang telah menikah, jangan pernah menganggap bahwa
setelah menikah itu merupakan hal yang bisa menghentikan semua mimpi-mimpi
kalian. Sehingga setelah menikah membuat perempuan yang berkarir meninggalkan
karirnya. Oleh sebab itu, jangan terlalu memperdulikan perkataan orang lain. Fokuslah
pada apa yang kamu impikan untuk dirimu dan impian keluargamu.

Ingatlah, wahai perempuan! Bahwa perempuan itu memiliki kehidupan, artinya


perempuan berhak untuk menikmati hidupnya, perempuan juga berhak memenuhi apa
yang diinginkan, dan perempuan berhak untuk mengapresiasikan segala apa yang
dicita-citakan. Oleh karena itu, lanjutkanlah mimpi-mimpimu dan teruskanlah karirmu.

“Pada hakikatnya kita lahir dari rahim seorang perempuan yang kuat dan dari
rahimnyalah lahirnya generasi penerus bangsa dan pejuang agama”

Anda mungkin juga menyukai