Anda di halaman 1dari 8

Saat manusia dilahirkan ke dunia, secara fitrah, ia telah memiliki apa yang disebut dengan al

thaqah al hayawiyah atau potensi kehidupan.

Potensi kehidupan yang telah Allah berikan tersebut berupa dua jenis kebutuhan, yakni
kebutuhan naluri atau yang dikenal dengan gharizah, dan kebutuhan yang kedua yang disebut
dengan kebutuhan hidup atau yang disebut dengan Hajat al-'udhawiyah.

Kebutuhan atau tuntutan naluri (al Gharizah) yang dimiliki oleh manusia ada 3 (tiga) :

1. Naluri beragama -mengagungkan sesuatu- (Gharizatut Taddayun)


2. Naluri mempertahankan diri (Gharizatul Baqa)
3. Naluri melangsungkan keturunan (Gharizatun Nau’)

Islam mengatur bagaimana seseorang dalam memenuhi tuntutan atau kebutuhan gharizatun
Nau'nya, yakni dengan cara menikah.

Nah, berbicara terkait melangsungkan keturunan sendiri, berarti salah satu tujuan dari
menikah adalah agar bisa memiliki keturunan. Keturunan yang bagaimana? tentu keturunan
atau generasi yang lebih baik, lebih shalih/at dari kedua orang tuanya.

Bagi laki-laki misalnya, jika ingin memiliki anak yang shalih/at, maka dimulai dengan
mencarikan calon ibu (calon isteri) yang baik untuk mereka.

Karena ternyata sifat-sifat fisik maupun psikis (kepribadian) orang tua dapat diturunkan
secara genetik kepada anaknya. Hal ini sebagaimana yang diisyaratkan oleh Rasulullah Saw.
dalam sabdanya:

‫تخيروا لنطفكم فإن العرق دساس‬.

“Pilihlah tempat menanam nuthfahmu (istri), karena pengaruh keturunan itu sangat kuat.”
(HR. Abû Dâwud)

Itulah kenapa sering dikatakan, menyiapkan anak yang shalih/at, dimulai dengan mencarikan
calon ibu (calon isteri) yang baik untuk mereka kelak.

Karena posisi seorang seorang isteri/ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya

Sebagaimana sebuah syair arab yang berbunyi :

‫األم مدرسة إذا أعددتها أعددت شعبا ً طيب األعراق‬

Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq.”


[Ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah
mempersiapkan generasi terbaik]

Namun, menariknya ternyata, menurut Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah, di dalam Kitab
Tuhfatul Maulud Bi Ahkamil Maudud, seorang ayahlah yang menjadi penyebab utama jika
anaknya memiliki kepribadian yang rusak, tidak berkepribadian Islam (Syakhshiyah
Islamiyah).
Beliau mengatakan :

‫و إذا اعتبرت الفساد في األوالد رأيت عامته من قبل اآلباء‬


"Jika Anda amati kerusakan pada anak-anak, penyebab utamanya adalah ayah"

Mengapa itu terjadi? Hal tersebut terjadi karena orang tua -khususnya para suami/ayah- yang
tidak mendidik anak-anaknya (urusan pendidikan diserahkan ke sekolah dan isterinya),
terlebih karena memiliki pemahaman bahwa tugas pendidikan anak adalah ke Isterinya
sebagai madrasah pertama bagi anak-anak, dan juga karena merasa tugasnya hanya bekerja
mencari nafkah untuk keluarga, nafkah untuk isteri dan anak-anak, sedangkan urusan
pendidikan diserahkan ke isterinya.

Juga seorang ayah memfasilitasi syahwat anak-anaknya (memanjakan anak-anaknya) yakni


dengan selalu menuruti apa yang diinginkan oleh anak-anaknya.

secara lengkap beliau mengatakan

‫وكم ممن أشقى ولده و فلذة كبده في الدنيا و اآلخرة‬


‫بإهماله و ترك تأديبه و إعانته له على شهواته‬
‫و يزعم أنه يكرمه فقد أهانه و أنه يرحمه فقد ظلمه وحرمه‬
‫ففاته انتفاعه بولده و فوت عليه حظه في الدنيا و اآلخرة‬
‫و إذا اعتبرت الفساد في األوالد رأيت عامته من قبل اآلباء‬

"Betapa banyak orang yang menyengsarakan anaknya, buah hatinya di dunia dan akhirat
karena ia tidak memperhatikannya, tidak mendidiknya dan memfasilitasi syahwat
(keinginannya), sementara dia mengira telah memuliakannya padahal dia telah
merendahkannya . Dia juga mengira telah menyayanginya padahal dia telah mendzaliminya .
Maka hilanglah bagiannya pada anak itu di dunia dan akhirat . Jika Anda amati kerusakan
pada anak - anak, penyebab utamanya adalah ayah ”.

Maka, kalau dulu saya sering mengatakan jika ingin memiliki anak yang shalih/at, maka
dimulai dengan mencarikan calon ibu (calon isteri) yang baik untuk mereka, maka sekarang
juga ditambah dengan "jika ingin memiliki anak yang shalih/at, maka dimulai dengan
mencarikan calon ayah (calon suami) yang baik untuk mereka".

Catatan ini saya buat, saya tujukan bagi diri saya sendiri, yang telah menjadi seorang ayah.
dan semoga bermanfaat bagi para ayah yang lain. Aaamien
*JANGAN CIDERAI FITRAH ANAK*

🔵Jangan pernah membandingkan anak. Karena setiap mereka punya keistimewaan


masing-masing.

Umar bin Khatab hebat tapi tidak pernah dipilih menjadi panglima perang. Karena basic nya
Umar tempramental,

Maka yang selalu terpilih jd panglima perang adalah Khalid bin Walid yang tenang dan bisa
mengambil keputusan dengan tepat di lapangan karena ketenangannya.

🔵Anak yang cengeng bisa jadi ia mempunyai potensi perasa. Gampang memahami
perasaan org dan mudah berempati.

🔵Anak yang cerewet, maka poleslah agar kedepannya ia menjd seorg penceramah yg
mampu menyentuh kalbu.

🔵Anak yang keras kepala bisa jadi ke depannya ia adalah pemimpin besar.

🔵Kenakalan adalah jeritan hati yang belum ketemu jalan keluarnya atau potensi yang
belum tampak buahnya.

🔵Ibaratnya pohon yang belum berbuah dikasih pupuk dan air yang banyak. Akhirnya
busuk. Yang diperlukan adalah kesabaran dengan pupuk yang tepat.

🔵Anak yang suka suudzon bisa jadi kedepannya menjadi detektif, aparat penegak hukum
yang membutuhkan potensi analisa dan kewaspadaan.

🔵Motivasi dari luar atau training sekarang SDH tidak laku. Karena tidak dianggap
efektif. Yang sekarang laku adalah motivasi dari dalam diri sendiri.

🔵Apapun yang Allah berikan pada anak kita harus ridha. Karena keridhaan orang tua
adalah awal membuka potensi anak-anak nya..

🔵Menyusui bukan sekedar proses memberi nutrisi tapi proses mengajarkan aqidah.

Maka jangan disambi, tapi fokus sentuhan ke sentuhan, tatapan ke tatapan, karena proses
menyusui adalah transfer pesan dari Rabb kepada ibu kepada anaknya.

🔵Membesarkan anak bukan untuk menjadi sarjana, tapi menjadi pembangun peradaban.

🔵Anak dibawah 7 tahun harus dikenalkan dengan aqidah tapi jangan doktrin dan penuh
ketakutan misalnya tentang neraka, tapi ceritakan dengan cinta misalnya tentang pesona
surga. Buat anak terpesona dengan Rabb nya. Perintah shalat adalah 7tahun. Jadi jangan
paksa anak tertib shalat sebelum 7tahun.

🔵Anak di bawah 7 tahun masih individualitas karena belum paham rules. Egosentris. Jadi
normal dan wajar jika punya keinginan atau tidak mau berbagi.
🔵Anak-anak yang puas egonya di bawah 7 tahun akan mudah berbagi setelahnya.

Tapi jika dibawah 7 tahun sudah diciderai fitrahnya ia akan menjadi anak yg gugup, Tidak
mampu mengambil keputusan, dll.

🔵Buat anak cinta Qur'an jangan paksa anak bisa dan hafal baca Qur'an .

Ajari anak cinta buku bukan bisa baca buku. Karena anak yang cinta buku akan membaca
seumur hidupnya.

🔵Tugas kita bukan sebanyak apa mengajarkan pengetahuan karena ilmu pengetahuan
berkembang terus menerus. Tugas kita adalah menanamkan kepada anak-anak aqidah yg kuat
shg semua persoalan dialam semesta mereka mampu membaca dan memecahkannya.

🔵Kenangan indah dengan orang tua saat kecil, akan terekam dan membekas di ingatan
anak-anak di masa depannya.

Kalau kita sibuk mendidik anak 0-15 tahun, setelah 15 tahun kita akan menuai senyuman.

Jika kita lalai mendidik anak 0-15 tahun, maka kita akan menuai kesedihan.

🔵Jangan menyerahkan anak sepenuhnya ke sekolah. Aplg hanya pada seorg pengasuh.

Tapi orang tua harus langsung hands on. Umur 0-2 thn harus berada langsung dlm asuhan ibu
sesibuk apapun ibu.

Ingat seorg ibu memang ditugaskan hanya sibuk mengurus anak bukan yg lainnya.

🔵Tumbuhkanlah fitrah dengan baik. Fitrah based education adalah menyiapkan anak-
anak kita mempersiapkan peradaban.

🔵Karakter dilahirkan apa dibentuk? Dua-duanya. Ada yang sejak lahir, ada yang
dibentuk. Cerewet karakter dari lahir. Disiplin , amanah adalah karakter yg dibentuk.

🗂8 konsep fitrah yang harus tumbuh semua. Bukan pilihan.

1. Fitrah keimanan : aqidah yang kuat


2. Fitrah belajar : keingintahuan modal profesional, inovasi.
3. Fitrah bakat : potensi
4. Fitrah seksualitas : berfikir dan bersikap sesuai gender.
5. Fitrah jasmani
6. Fitrah bahasa
7. Fitrah individualitas
8. Fitrah perkembangan.

🔵Anak hebat lahir dari ayah yang hebat. Kuatkan lisan dan pendengaran.

Dialog orang tua dan anak banyak di Al-Qur'an antara ayah dan anaknya.
🔵Usia 0- 7 thn adalah usia anak bersama ibu.

Anak laki laki usia 7-10 tahun dekatkan anak laki-laki dan ayah nya , naik gunung , dan
permainan kelaki-lakian nya. Agar di masa depannya anak laki laki tumbuh menjadi laki laki
yang kelaki-lakian.

Anak perempuan usia 7-10 dekatkan pada ibunya. Libatkan mereka masak, menjahit
mukenanya, dan peran perempuan-perempuan lainnya.

🔵Anak laki-laki usia 11-14 dekatkan dengan ibunya agar ia tahu peran lawan jenis nya.
Kedepannya ia akan tahu bagaimana memperlakukan perempuan atau istrinya. Anak
perempuan usia 11-14 dekatkan dengan ayah agar ia bisa menilai mana laki-laki baik dan
tidak di masa remaja dan dewasa nya .

🔵Bagaimana jika usia 9 tahun belum mau shalat? Maka ulang lagi basic fitrah 0-7 tahun.
Dimana peran ibunya ? Interopeksi buat sang ibu.

🔵Yakinlah pada fitrah anak jangan khawatirkan rezekinya di masa depan.


Ingat bgmn wasiat Nabiyullah Yaqub ketika mau meninggal ? Beliau tdk pernah takut
anaknya kelaparan atau miskin. Tp takut jika anak2nya menyimpang dari agama Allah.

Harta adalah masalah remeh dan rendah. Adapun fitrah aqidah anak adalah yg paling
berharga.

📚 *Resume Seminar Parenting Mengenal Fitrah Based Educatio. Semoga bermanfaat


buat kita sebagai pendidik di sekolah maupun di rumah
🌹 🌹 🌹 🌹 🌹 🌹 🌹 🌹 🌹 🌹 🌹 🌹 🌹 🌹 🌹
SETIAP LANGKAHMU ADALAH MENUJU KUBUR

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan: “Wahai orang yang terpenjara di dalam penjara
hawa nafsu.
Wahai hamba makhluk! Wahai orang yang tidak mengetahui akibat urusannya, orang-orang
yang tidak mengetahui tentang makhluk dan Allah, serta tak tahu apa yang menjadi hak dan
kewajibannya.
Jika engkau tidak berakal, maka jadilah orang yang berakal dengan mengingat kematian.
Karena, mengingatnya merupakan kunci segala kebaikan dan keselamatan.

Jika engkau mengingat mati, maka hal-hal yang tidak berguna akan terputus darimu.
Jika ketamakanmu melemah dan cita-citamu berkurang, engkau akan kembali dan
menyerahkan urusan-urusanmu seluruhnya kepada Allah Azza wa Jalla.

Wahai anak muda! Tidak ada keberuntungan bagimu hingga engkau mengetahui nikmat-
nikmat-Nya, dan nikmat-nikmat-Nya itu menenggelamkanmu dalam tauhid, kemudian
engkau fana dalam tauhid itu dari memandang kepada selain-Nya.

Maka, bagaimana Allah akan mencintai orang yang mengeluhkan-Nya, membantah dan
melawan-Nya?
Cinta, kerinduan dan kedekatan kepada-Nya itu tidak akan teguh bersama hal ini.

Jika cinta itu benar, maka tidak ada rasa sakit ketika takdir itu datang. Jika cinta itu berkuasa,
akan hilang penentangan dan tuduhan.
Setiap langkahmu adalah menuju kuburan.
Engkau sedang melakukan perjalanan ke alam kubur!”

-Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, kitab Fathu Rabbani


FAEDAH BACA ALQURAN TANPA PAHAM ARTINYA

Ada seorang remaja bertanya kepada kakeknya:

“Kakek, apa gunanya aku membaca Al qur’an, sementara aku tidak mengerti arti dan maksud
dari Al qur’an yang kubaca “.

Lalu si kakek menjawabnya dengan tenang:


“ Cobalah ambil sebuah keranjang sampah ini dan bawa ke sungai, dan bawakan aku dengan
sekeranjang air. “

Anak itu mengerjakan seperti yang diperintahkan kakeknya, tapi semua air yang dibawanya
jatuh habis, sebelum ia sampai di rumah.

Kakeknya berkata:
“Kamu harus berusaha lebih cepat “

Kakek meminta cucunya kembali ke sungai. Kali ini anak itu berlari lebih cepat, tapi lagi-lagi
keranjangnya kosong (tanpa air) sebelum sampai di rumah.

Dia berkata kepada kakeknya:


“ Tidak mungkin aku bisa membawa sekeranjang air. Aku ingin menggantinya dengan ember
“.

“Aku ingin sekeranjang air, bukan dengan ember “ Jawab kakek.

Si anak kembali mencoba, dan berlari lebih cepat lagi. Namun tetap gagal juga. Air tetap
habis sebelum ia sampai di rumah. Keranjang itu tetap keluarga

“Kakek…ini tidak ada gunanya. Sia-sia saja. Air pasti akan habis di jalan sebelum sampai di
rumah“

Kakek menjawab:
“Mengapa kamu berpikir ini tidak ada gunanya? Coba lihat dan perhatikan baik-baik apa
yang terjadi dengan keranjang itu “

Anak itu memperhatikan keranjangnya, dan ia baru menyadari bahwa keranjangnya yang
tadinya kotor berubah menjadi sebuah keranjang yang BERSIH, luar dan dalam.

“Cucuku, apa yang terjadi ketika kamu membaca Al Qur’an? Boleh jadi kamu tidak mengerti
sama sekali. Tapi ketika kamu membacanya, tanpa kamu sadari kamu akan berubah, luar dan
dalam. Itulah pekerjaan Allah dalam mengubah kehidupanmu...!"

Subhanallah..Tidak ada yang sia-sia ketika kita membaca Al Qur’an.

Mari kita lebih sering lagi membacanya. Meski kadang tidak tahu "arti" nya, namun tetap
harus berusaha untuk memahami "arti" nya

“ALLAHUMMA Ya Allah rahmatilah hidup kami dg Alqur'an, dan jadikanlah Alqur'an itu
imam, cahaya, hidayah dan rahmat untuk kami dan keluarga
SEMOGA BERMANFAAT.....!!!
.
Boleh di share biar lebih bermanfaat buat orang banyak, kalo pelit di simpen sendiri juga gak
apa apa =D
Rasulullah S.A.W bersabda :"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada
orang yang mengamalkannya,maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal
dunia), dia akan tetap memperoleh pahala." (HR. Al-Bukhari)

Ya ALLAH...
✔ Muliakanlah kami dengan Al-Qur'an
✔ Lapangkanlah hati kami
✔ Bahagiakanlah keluarga kami
✔ Luaskan rizki kami
✔ Mudahkan segala urusan kami
✔ Kabulkan cita-cita kamj
✔ Jauhkan kami dari segala Musibah
✔ Jauhkan dari kamk segala Penyakit,Fitnah,Prasangka Keji,Berkata Kasar dan
Mungkar.
Aamiin ya Rabbal'alamin

Anda mungkin juga menyukai