Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Saya begitu sangat bersyukur kepada Tuhan terutama akan panggilan saya menjadi
hamba-Nya. Tiada kata yang bisa saya lukiskan untuk menggambarkan kasih Tuhan dalam
kehidupan saya. Dia begitu baik dalam hal apapun. Dalam sukacita, Dia baik. Dalam
dukacita, Dia tetap baik. Mengapa? Karena Dia memberikan hati nurani dalam diri saya yang
selalu membuat saya harus belajar menerima segala sesuatu walau tidak sesuai harapan saya.

Semua hanya kasih karunia Tuhan. Hanya oleh kasih karunia saya mampu melakukan
banyak hal. Dan biarlah melalui tulisan ini, saya berharap banyak orang akan diberkati. Dan
di atas segalanya hanya nama Tuhan yang dipermuliakan.
PENDAHULUAN

Selalu ada harapan di dalam dunia ini. Bagaimana Allah menjamah dan memakai
orang-orang bermasalah?1

“Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk
menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku
dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh
kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan
mendapat hidup yang kekal.” I Timotius 1:15-16.

Tuhan Yesus datang ke dalam dunia untuk menebus setiap umat manusia. Karena
manusia tak mampu menjamin keselamatannya sendiri. Zaman berganti zaman, manusia
berusaha dengan berbagai cara dengan usahanya sendiri berusaha memperoleh keselamatan.
Semua usaha manusia sia-sia, tak ada yang dapat menjamin keselamatannya menuju hidup
kekal.

Allah begitu mengasihi manusia. Ia tak ingin manusia, ciptaan teristimewa-Nya


mengalami hukuman maut selamanya. Karena kasih-Nya, Ia hadir di dalam dunia menebus
umat kepunyaan-Nya. Ia berharap semua manusia diselamatkan.2

Oleh karena itu kita sebagai umat yang dikasihi-Nya harus menunjukkan ucapan syukur
kita atas karya terbesar-Nya dengan sungguh-sungguh bertobat dan berusaha semaksimal
mungkin untuk menyenangkan hati-Nya dengan segala apa yang Tuhan telah anugerahkan di
dalam kehidupan kita.

“Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya,
kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.” Filipi 3:12

Kita berlari-lari mengejar keselamatan yang Tuhan janjikan. Bukan seolah-olah kita
sudah sempurna, melainkan kita mengejar dengan hati yang selalu takut akan Tuhan dan
selalu memohon ampun disaat kita terjerat dengan keinginan daging kita dan berusaha untuk
tidak mengulangnya kembali.

Dan biarlah di atas segalanya nama Tuhan yang selalu dipermuliakan.

1
J.I. Packer, Selalu ada harapan, (Jakarta: Waskita Publishing, 2011), cover
2
I Timotius 2 : 3-4, LAI, Alkitab
HADIR DI DUNIA

Matahari terik menyambut kedatanganku di dalam dunia. Senin, 6 Agustus 1990 kira-
kira pukul 12.00 Wib siang hari, di tengah sebuah keluarga yang baru menjalani pernikahan
selama kira-kira satu tahun, diriku hadir di tengah-tengah mereka. Entah apa yang ada di
dalam benak sang ibu dan sang ayah.

Melalui kesulitan-kesulitan yang terjadi tak membuat ibu menyerah untuk melihat
anaknya lahir. Dengan terlahir dalam keadaan sungsang atau kepala bayi tidak berada pada
posisi seharusnya, sang ibu berusaha bertahan. Lebih dari 10 bulan, diriku berada di dalam
kandungan ibuku. Banyak dokter yang hampir menyerah dalam membantu ibu untuk
melahirkanku.

Akhirnya, entah dengan cara bagaimana dokter berhasil membantu ibu melahirkanku.
Sungguh perjuangan yang tidak dapat terbayangkan. Namun ibu memiliki harapan indah
yang sungguh sangat besar terhadapku. Melalui namaku, ada harapan di dalam arti namaku.

Ayah yang pertama kali memberi nama depanku karna ayah berharap diriku dapat
melihat kebenaran dan keadilan. Seperti artis favorit ayah, “Iwan Fals” penyanyi terkenal
yang tidak takut untuk mengatakan kebenaran dan keadilan.

Sedangkan kata “Agus” berasal dari bulan ketika diriku dilahirkan. Bulan ini termasuk
bulan istimewa. Mengapa? Karena di bulan ini terdapat hari istimewa yaitu hari kemerdekaan
bangsa Indonesia. Oleh sebab itu orangtuaku berharap ku dapat menjadi anak yang istimewa
yang dapat menyenangkan hati semua orang.

Sedangkan kata “cahya” diberikan ibuku karena ku terlahir di saat matahari tengah
bercahaya sangat terik, sehingga ibuku berharap diriku dapat menjadi seorang yang selalu
memancarkan terang di tengah kegelapan.

Sungguh tiada terbayangkan betapa ayah dan ibuku memiliki harapan dan mimpi akan
masa depan yang indah di dalam hidupku. Kini kuserahkan semua harapan dan mimpi serta
masa depan hidupku ke dalam tangan pengasihan Tuhan.
JATUH DALAM DOSA

Mencari kepuasan hidup di dalam dunia, merupakan orientasi sebagian besar manusia
di dunia ini. Begitupun dengan saya. Berusaha melewati setiap titik, di mana manusia
berusaha menggapai arti kehidupan.

Jatuh dalam dosa, merupakan hal yang tak bisa dihindari oleh seluruh manusia.
Begitupun dengan saya. Sudah sejak saya dalam kandungan, saya sudah dikandung dalam
keadaan berdosa. Dan terus berlanjut dalam kehidupan setelah saya dilahirkan, saya terus
hidup di dalam dosa.

Rokok dan pornografi datang dalam hidup saya, disaat saya masih sangat muda. Untuk
ukuran manusia pada umumnya. Saya sudah kelewatan. Bagaimana tidak? Di saat saya masih
dalam usia pendidikan kelas 3 SD, saya terjatuh dalam dosa tersebut. Dan terus berlanjut.

Jatuh dalam rokok dan pornografi, tidak cukup bagi saya. Sejak saya masuk SMP, saya
terus terjatuh dalam dosa. Narkoba, minuman keras, pergaulan bebas, dan geng motor
membawa saya semakin jatuh dan terus membuat saya semakin jauh dari pengenalan akan
Tuhan. Hingga dalam keadaan demikian, di mana saya sangat membutuhkan uang dalam
memenuhi kepuasan hidup saya. Saya melakukan pekerjaan apapun, mulai dari mencuci
motor, parkir, ataupun mengamen, hingga menjual narkoba. Semua saya lakukan.

Semua tak bisa saya hindari, sejak saya hadir dalam kehidupan ini. Di mana ayah dan
ibu saya tak bisa menjadi suatu teladan positif dalam kehidupan saya. Pertengkaran selalu
terjadi antara ayah dan ibu. Ayah, seorang peminum, perokok, dan penjudi. Di mana ayah
disegani oleh banyak orang, sebagai seorang yang berani menghadapi siapapun termasuk
penguasa wilayah atau bisa dikatakan ayah adalah seorang petarung andal.

Situasi dan keadaan rumah yang sedemikian rupa, tak mampu membuat saya
merasakan kasih sayang yang sempurna. Membuat saya membenci ayah, dan timbul api
dalam hati saya, hingga saya pun tak takut untuk melawan ayah ketika ayah bertengkar
dengan ibu. Walau akhirnya saya mendapat berbagai pukulan ataupun tendangan dari ayah.
Saya semakin memberontak terhadap ayah, dan pikiran saya pun menyalahkan ibu. Di mana
ibu sebenarnya sayang sama ayah, sehingga ibu tak pernah melawan ayah. Saya benci
terhadap ayah, namun ibu yang saya bela, malahan tak sejalan dengan pikiran saya.
Akhirnya saya mencari kasih sayang dari pergaulan di luar rumah. Yang akhirnya
membuat saya semakin memberontak terhadap keluarga. Dan tentunya saya semakin tak
mengenal Tuhan.

Di dalam pendidikan, saya sebenarnya termasuk anak yang pandai. Namun akibat
pergaulan yang salah. Saya dianggap sebagai anak yang bodoh, malas, dan suka melawan.
Hingga akhirnya, setiap pergantian caturwulan ataupun semester, saya berpindah-pindah
sekolah. Karena apabila saya tidak berpindah sekolah, saya diancam tidak naik kelas. Orang
tua saya sangat kecewa terhadap saya.

Namun ada satu sisi yang baik dalam kehidupan saya selama saya menjalani
pendidikan yaitu saya suka menjelajah yang akhirnya membuat saya bergabung dengan
kelompok penjelajah gunung. Namun begitu, saya tak bisa meninggalkan dosa-dosa saya.
Wanita, narkoba, dan minuman keras menjadi teman di dalam segala hal. Saya termasuk
orang yang royal terhadap teman-teman saya. Yang membuat saya dihargai dalam komunitas
apapun yang saya jalani. Ada satu prinsip yang terus tertanam dalam pikiran saya yang saya
dapatkan di dalam pergaulan saya, yaitu “makan ga makan asal kumpul, satu terluka semua
terluka, dan satu senang maka semua senang”. Saya merasakan kasih sayang pengganti dari
pergaulan saya yang tak bisa saya dapatkan di dalam kehidupan keluarga saya.

Terlebih ketika kemanapun saya pergi atau merantau, dengan mengandalkan mental,
saya belajar membaur terhadap kehidupan anak-anak jalanan. Saya juga belajar membaur
terhadap kehidupan kota dengan mencoba bergabung dengan komunitas-komunitas geng
motor. Diskotik, tawuran, pencurian ataupun seks bebas sudah menjadi bagian hidup saya.
Walau fisik saya tampak lemah, saya membekali diri saya dengan ilmu-ilmu yang saya
anggap dapat membantu saya dalam segala hal.

Melakukan tindakan kriminal sudah menjadi terbiasa dalam kehidupan saya.


Menyelewengkan uang kantor sudah saya anggap biasa. Berjuta-juta uang habis hanya untuk
bersenang-senang bersama teman-teman. Menikmati kehidupan dengan minuman keras,
melupakan semua permasalahan dalam hidup. Bagi saya saat itu merupakan masa yang saya
anggap sungguh indah dan takkan terlupakan.

Menjalani kehidupan malam, mengarungi kota dengan motor dan berpakaian yang
semrawutan sudah menjadi gaya hidup. Tak terasa hampir setiap malam, pergaulan
membawa saya semakin jatuh di dalam dosa. Saya tak mengenal siapa itu Tuhan. Di saat
orang lain bertanya, apa agama saya? Saya tak mampu memberi jawabnya. Sungguh saya
tidak mengerti untuk apa saya beragama. Saya merasa tidak memerlukan Tuhan. Saya
berusaha menjauh dari yang namanya agama. Bagi saya Tuhan tidak pernah ada dan hidup
saya hanya untuk diri saya sendiri.

Saya bisa mendapatkan kepuasan hidup dan semua hal yang membuat hati saya senang.
Itu semua karna saya yang berusaha. Saya bahagia, saya senang dan saya puas dengan hidup
saya. Saya merasa saat itulah saya ada dalam zona nyaman saya. Saya tak mau diganggu oleh
siapapun. Jika ada yang tidak suka dengan saya, saya punya banyak teman yang bisa
membantu saya terlebih ada pegangan yang saya punya yang bisa membuat orang lain tak
sanggup menghadapi saya.

Kehidupan dengan bebas lepas tanpa beban seorang anak jalanan yang mencoba
mengukir cerita kehidupan. Menggunakan gitar kecil di atas motor, kami berkreasi melalui
alunan musik jalanan. Yang penting senang, yang penting happy, dan yang penting tak ada
yang mengganggu kami semua. Sungguh pengalaman yang tak bisa saya lupakan. Dan
terkadang saya rindu kembali ke masa-masa itu.

Cinta, uang, kesenangan, minuman keras, dan semua hal yang lainnya, membuat saya
menjadi manusia yang memiliki obsesi yang besar dan saya harus bisa mendapatkan semua
apa yang saya inginkan. Saya tidak segan-segan untuk memaksa apabila saya tidak
mendapatkan apa yang saya inginkan.

Dalam pandangan saya, orang beragama itu munafik semua. Kebaikan mereka
hanyalah topeng belaka. Tak ada kepedulian, dan tak ada tindakan nyata, semua hanyalah
sandiwara kehidupan. Semua menganggap diri benar. Menganggap kami sampah dunia,
padahal mereka tampak baik di depan, namun di belakang bermuka dua.

Tak ada yang bisa saya dapatkan dari orang-orang yang mengaku beragama. Kebaikan
mereka semua hanyalah kebohongan. Di belakang mereka mencaci kami, menghina kami dan
menganggap rendah kami. Rasanya dalam pikiran kami, mereka semua hanyalah manusia
munafik yang menganggap diri suci. Nyatanya banyak pendeta, ustad, haji yang masuk
penjara. Semua makin membuat saya membenci semua orang yang menganggap dirinya
beragama. Agama hanyalah kedok belaka untuk menutupi keburukan.

Hingga dalam kehidupan saya, saya hanya bergaul dengan orang-orang yang bisa
menerima kami apa adanya tanpa melihat siapakah diri kami. Saya sudah bosan, dengan
ajakan untuk beribadah. Saya mati rasa. Saya tak sanggup bergaul dengan orang-orang yang
menganggap dirinya benar. Biar dunia berkata apa, inilah saya. Saya hanya ingin kesenangan
dan kepuasan hidup selama saya ada dalam dunia.

Menjelajah dari utara ke selatan, barat dan timur, pulau Sumatra dan Jawa. Saya
mendapatkan banyak hal yang membuat saya semakin berani dan tidak ada rasa takut. Walau
saya hanya seorang diri dalam merantau, saya punya obsesi dan tekad yang besar dalam
mencapai sesuatu.

Saya berusaha menggapai semua hal yang ada dalam dunia ini. Saya bergaul dengan
semua orang yang bisa menerima saya. Saya benci dengan semua orang yang sombong yang
menganggap dirinya benar.

Namun tak selamanya berjalan dengan keinginan saya. Saat saya merasa saya ada di
atas, saya senang. Dan saat saya merasa ada di bawah, saya merasa hancur. Ada suatu masa
saya merasa ada sesuatu yang kosong dalam hati saya, disaat ada masa saya merasa sendiri
saya tak tahu harus berbuat apa. Dan berujung saya hanya bisa merokok dan meminum
minuman keras.

Saya berusaha untuk menghilangkan kebosanan, dan kekosongan hati saya dengan cara
apapun. Saya tak mau hidup saya hanya mengalami kesedihan. Memang hanya sejenak saya
merasa puas dengan hidup saya. Di saat saya mencoba kembali dalam kehidupan yang baik-
baik, saya tak mampu, sungguh saya mati rasa dengan semua yang ada.

Entah apa yang harus saya perbuat. Saya sudah terjerat dan saya sudah menerima apa
adanya kehidupan ini. Terkadang saya ingin mengakhiri kehidupan ini. Saya pasrah dengan
semua apa yang ada. Saya sedikitpun tak perduli kata orang tentang neraka ataupun surga.
Bila memang saya harus masuk neraka, “ya sudahlah” itu pikiran saya. Namun jujur dalam
hati kecil saya, memang ada masa di mana saya takut untuk mati, saya takut masuk neraka.
Namun saya tak tahu harus berbuat apa. Rasanya semua orang yang menganggap dirinya
benar hanya memperdulikan dirinya sendiri.
KU MELIHAT TUHAN

Semua sungguh membuat saya merasa saya sudah tak mampu untuk berbalik dari
kehidupan saya saat ini. Ini hidup saya, dan biarlah hidup saya seperti ini. Berlanjut dari kota
yang satu menuju kota yang lainnya, dengan tipikal saya yang suka menjelajah dan hidup
tanpa ketakutan. Hingga akhirnya saya berada di sebuah kota yang membuat saya pada
akhirnya bertobat dan mengalami perjumpaan dengan Tuhan, yaitu kota Pekanbaru.

Pada awalnya, ketika saya berada di kota Pekanbaru. Saya bekerja di sebuah
perusahaan yang cukup menarik bagi saya. Dengan gaji yang tidak termasuk kecil, saya
hidup dalam keadaan tanpa takut akan kepuasan hidup saya. Terlebih saya memiliki seorang
wanita yang menyayangi saya, namun saya menutupi segala keburukan saya di hadapannya.

Saya dengannya tak segan-segan melakukan hubungan suami istri di luar pernikahan.
Saya kembali merasa menemukan kesenangan diri. Hingga akhirnya pada suatu waktu yang
tidak saya duga, saya kepergok di rumah kos saya oleh sekelompok masyarakat yang
menduga saya melakukan perbuatan yang terlarang. Hingga akhirnya kami diperlakukan
dengan tak baik oleh masyarakat. Dan terancam masuk ke dalam penjara. Namun pemimpin
daerah setempat, melihat keadaan kami yang masih muda dan masih butuh bimbingan
akhirnya membebaskan kami dengan syarat ada keluarga penjamin, bahwa saya tak akan
melakukan kembali hal tersebut. Dan beruntungnya hidup saya, ada orangtua angkat saya
yang membantu kami dalam melewati tragedi ini.

Setelah bebas dari hal tersebut, saya masih belum bertobat. Saya terus berlanjut dalam
hubungan yang terlarang. Hingga akhirnya, kehamilan pun tak bisa dihindari. Saya pusing
memikirkannya, namun saya berencana menikah dengan pacar saya.

Namun akhirnya dalam suatu kejadian, saya mengalami kecelakaan sepeda motor. Dan
saya mengalami keadaan cukup parah, namun saya mengalami keterbatasan dana. Akhirnya
perusahaan saya menanggung segala kerusakan maupun pengobatan saya dengan catatan gaji
saya dipotong.

Dan dalam keadaan saya yang terluka, saya terlelap dalam tidur. Saya terjaga dan saya
merasa ada yang lain di saat itu, saya melihat ada sinar yang begitu terang hingga mata saya
tak mampu untuk memandang apa yang ada di hadapan saya. Yang saya ingat hanyalah ada
Seorang Pribadi yang memancarkan cahaya di sekujur tubuh-Nya. Pada awalnya saya tidak
tahu siapa Dia. Dia hanya berkata “ikutlah Aku nak”. Saya hanya terdiam, dan tiba-tiba saya
terbangun dari tidur. Semua sungguh terjadi, dan saya tak tahu maksud mimpi saya tersebut.
Hingga kemudian dalam waktu sejenak, saya berusaha melupakan mimpi yang saya lihat dan
menganggapnya hanya mimpi belaka. Kini saat saya mengingat semua itu, yang saya sadari
bahwa Dialah yang telah menebus segala dosa-dosa saya.

Dalam bulan selanjutnya, saat gaji saya habis total. Saya mengalami sakaw akibat
kekurangan narkotika. Akhirnya saya berutang di mana-mana. Dalam keadaan demikian
pikiran saya semakin gelap, hingga akhirnya memaksa saya untuk melakukan kecurangan di
dalam pekerjaan saya. Tanpa sepengetahuan siapapun, saya menggelapkan barang-barang
perusahaan dan menjualnya kepada penadah. Hingga akhirnya perusahaan mengalami
kerugian mencapai kurang lebih 53 juta. Perusahaan menyelidiki bagaimana bisa mencapai
kerugian sebanyak itu.

Sebenarnya tidak ada bukti yang mengarah kepada saya, namun akibat kecerobohan
saya. Yaitu disaat saya masih bersenang-senang dengan semua uang yang ada pada saya.
Saya melakukan kesalahan kecil. Saya berencana kredit rumah dan membeli kendaraan. Saya
meminta bantuan teman sepekerjaan saya untuk membantu saya mengurus KTP dan surat-
surat penting lainnya. Saya lupa dan akhirnya meninggalkan barang-barang berharga dalam
tas di rumah teman saya tersebut.

Dan akhirnya perusahaan mengetahui bahwa saya memiliki banyak barang-barang


berharga dan uang yang banyak melalui informasi teman saya tersebut. Dan akhirnya saya
dijebloskan ke dalam penjara.

Saya stress, ketika pacar saya mengandung, saya ada di dalam penjara. Saya rasanya
mau bunuh diri saja. Namun saya mencoba bertahan dalam keadaan demikian. Saya melalui
semua hal tersebut dengan rasa sakit yang ada dalam tubuh saya. Saya berulang kali dilarikan
ke rumah sakit akibat ketergantungan atas narkoba. Saya takut hukuman saya tinggi, akibat
segala hal yang buruk dalam hidup saya.

Dua tahun mendekam di balik jeruji besi mengajarkan saya banyak hal. Disaat saya tak
tahu harus mengadu kemana segala persoalan yang saya hadapi, ada seorang kakek yang
mengajarkan saya banyak hal. Dan untuk pertama kalinya saya memiliki Alkitab secara
pribadi. Melalui bimbingan kakek tersebut yang sudah saya anggap bapak saya sendiri, saya
bertobat dan mengalami pemulihan secara intensif. Saya belajar berdoa dan membaca Alkitab
secara konsisten. Saya belajar untuk melepaskan satu-persatu kebiasaan buruk saya, walau
terkadang saya lemah dan menuruti keinginan daging saya.

Namun di dalam segala hal yang saya alami, saya belajar banyak hal bahwa Tuhan
membimbing saya untuk semakin mengenal Tuhan lebih dalam. Di dalam segala
keterbatasan, dan keburukan diri, Tuhan menunjukkan kesabaran-Nya dan kasih setia-Nya
tiada terbatas di dalam hidup saya.

Sungguh Tuhan Yesus begitu sangat baik dalam kehidupan saya. Saya tak mampu
menggambarkan bagaimana besar kasih-Nya di dalam kehidupan saya. Walau terkadang ada
sesuatu hal yang membuat hati merasa sakit di saat harapan terasa jauh, ada suara dalam hati
yang terus-menerus berbisik bahwa “janganlah pernah berhenti untuk bersukacita di dalam
Tuhan”. Saya berusaha dan berjuang untuk terus bersukacita di dalam Tuhan, walau
terkadang saya merasa lemah dan tak mampu untuk berdiri tegak.

Memperbaharui hati menjadi pribadi yang benar, berkenan dan sempurna itulah
kerinduan saya. Saya berjuang dan terus berjuang karna saya yakin ada masa depan yang
indah yang Tuhan sudah rancangkan dalam kehidupan saya.

“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak
kita lihat.” Ibrani 11:1

Dalam kesempatan saat saya berdoa, saya berharap Tuhan memberikan saya iman yang
teguh. Karna saya terkadang merasa lemah, ragu, dan tak sanggup menerima sesuatu hal yang
saya harapkan.
PANGGILAN TUHAN

Selepas keluar dari dinding penjara, saya sempat kehilangan arah. Saya tak tahu harus
melangkah kemana? Kebiasaan merokok dan hal buruk lainnya masih melekat di dalam diri
saya. Namun sekali lagi Tuhan menunjukkan rencana-Nya di dalam diri saya. Tuhan
memanggil saya untuk menjadi hamba-Nya, melayani-Nya.

Menjalani pembentukkan karakter di sebuah Sekolah Tinggi Theologia sungguh


membuat saya merasa tak sanggup. Mengapa? Karena saya tak terbiasa dengan peraturan-
peraturan yang ada. Saya tak biasa melakukan hal-hal yang ada dalam peraturan. Terlebih
dari itu, saya terbiasa berorientasi pada diri saya sendiri. Saya suka membuat diri saya
menjadi objek yang dipandang orang lain. Saya ingin selalu dilihat atau mendapat pengakuan
oleh orang lain dalam melakukan segala sesuatu. Dan hal itu tak saya dapatkan di sekolah ini.

Pada awalnya saya merasa terasing di tengah-tengah lingkungan sekolah ini. Saya
merasa sendiri di tengah keramaian. Saya merasa saya tak dilihat atau tak dianggap oleh
orang lain. Hal itu yang membuat saya sempat berpikir ulang, “apakah saya sanggup
menjalani pembentukan karakter di tempat ini?”

Saya hanya memiliki beberapa teman, yang mau menerima saya apa adanya. Karena
entah sejak kapan, saya memiliki keburukan diri yang suka berlebih-lebihan dalam segala
sesuatu. Padahal dulu saya gampang bersosialisasi dengan semua orang, namun entah
mengapa saya mengalami kesulitan untuk bergaul dengan sesama teman-teman. Saya merasa
saya lain dari saya yang dahulu. Saya hanya ingin dipandang dan dianggap.

Namun Tuhan terus membimbing saya, Tuhan menyadarkan saya. Tuhan tak
menginginkan saya berpusat pada diri sendiri. Melalui pembacaan Firman Tuhan, Tuhan
berbicara kepada saya dan saya tersadar bahwa,

“namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam
aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang
telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” Galatia 2:20.

Saya tersadar bahwa saya hidup bukan untuk diri saya sendiri, semua yang bisa saya
lakukan dan kerjakan bukanlah hasil kekuatan diri saya sendiri. Semua hanyalah kasih
karunia yang Tuhan anugerahkan di dalam hidup saya. Jadi tak ada motivasi bagi saya untuk
memegahkan diri saya sendiri. Saya hanya akan bermegah di dalam kelemahan saya.

Sejak saat itu saya belajar dengan tekun dan mencoba menaati semua peraturan walau
tak sempurna. Namun terkadang muncul pemberontakan dalam diri saya, hingga saya sering
melanggar peraturan dan terkadang saya ingin berkelahi dengan kakak semester. Namun
kembali saya memohon ampun dan berusaha bangun dari keterpurukan saya.

Saya sudah memiliki niat yang besar untuk bisa menjadi manusia yang bisa
membahagiakan orang tua saya. Saya sudah mengecewakan perasaan mereka. Saya tak mau
jatuh kembali dalam dosa-dosa dan segala perbuatan saya di masa lalu.

Saya belajar banyak hal, walau tak sepandai orang-orang lainnya. Saya cukup senang
dengan apa yang bisa saya lakukan. Tuhan memberikan saya talenta untuk memahami.
Dalam keterbatasan saya, Tuhan menunjukkan kuasa-Nya.

Namun sekali lagi saya hampir terjatuh dalam pencobaan. Saya merasa ada duri dalam
daging saya. Disaat saya mencintai seseorang yang bukan hak saya, saya merasa ada
persaingan. Dalam pikiran, saya membanding-bandingkan diri saya dengan seseorang yang
dahulu saya anggap adalah seorang kakak yang bisa menjadi contoh atau teladan bagi saya.
Namun pikiran saya terus membuat saya merasa ingin merendahkannya. Mengapa? Karena di
dalam setiap hal, bila saya bandingkan diri saya dengannya. Saya merasa lebih dalam segala
hal, baik dalam talenta, pengetahuan, maupun kehidupan kerohanian saya. Pikiran saya terus
membuat saya ingin menyombongkan diri, termasuk kesombongan rohani.

Namun Tuhan terus membimbing saya, menyadarkan saya. Bahwa dalam segala hal,
saya tidak lebih dari orang lain. Terlebih ada perkataan dari seorang ibu yang saya hormati
dan hargai sejak saya berada di sekolah ini. Perkataan yang sungguh langsung tertanam
dalam pikiran saya, bahwa “Di atas langit masih ada langit”. Saya sungguh merasa sangat
berdosa, saya bukan siapa-siapa tanpa ada Tuhan bersama saya. Sesungguhnya saya hanyalah
manusia berdosa dan hina yang dilayakkan oleh Tuhan.

Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan. Amsal 18:12.

Saya belajar dan terus belajar merubah kebiasaan buruk saya, walau terkadang berat
karna sudah menjadi sesuatu yang mengalir dalam darah saya dan sulit untuk dilepaskan.
Namun saya percaya Tuhan tak akan pernah meninggalkan saya dan Dia akan selalu
memimpin setiap langkah kehidupan saya untuk selalu berjalan di dalam jalan kebenaran-
Nya.

Dunia ini mengatakan bahwa hidup hanya tuk senang saja, hiduplah puaskan jiwa.
Namun ku mau hidup bagi Allah BAPA. Dunia ini mengajarkan, hiduplah tanpa tujuan.
Namun ku tahu kebenaran, ku dicipta tuk jalan bagi BAPA. Aku tak bisa hidup tanpa-Nya,
aku tak mau hidup tanpa-Nya karna Dialah nafas yang selalu ada dalam hidupku. Apakah arti
hidup jika hidup tanpa-Nya?

Ku belajar hidup tanpa mendengarkan dunia, dunia mencoba menarik diriku kembali
dalam kegelapan masa laluku. Dan masalah prioritas menjadi salah satu hal yang susah saya
tinggalkan. Disaat saya mencintai seorang wanita, saya terkadang terlalu memprioritaskan dia
di dalam kehidupan saya. Tuhan tetaplah setia, Dia berbicara melalui firman-Nya kepada
saya, bahwa

“Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”
Matius 6: 33.

Saya belajar bersabar dan tegar di dalam segala hal. Tuhan pasti akan memberikan yang
terbaik dalam kehidupan saya. Bersyukur dan bersukacita menjadi sesuatu yang sulit dalam
kehidupan saya. Namun saya terus berjuang dan belajar tanpa henti untuk menjadi pribadi
yang benar, berkenan dan sempurna di hadapan Tuhan.

Semenjak Tuhan memanggil saya dalam panggilan istimewa-Nya kepada saya. Tuhan
menanamkan suatu visi dalam hati dan pikiran saya. Saya tahu semua tidak ada yang
kebetulan, semua ada dalam rancangan-Nya. Visi yang membawa saya untuk membawa
nama-Nya bagi dunia tempat saya hidup. Dunia membutuhkan Yesus Kristus.

Dunia masih ada dalam kegelapan oleh kuasa-kuasa jahat, dan saya merasa terpanggil
untuk menjadi terang di tengah kegelapan dunia. Saya percaya Tuhan akan memberikan saya
hikmat, pengetahuan dan kebijaksanaan bagi saya. Dan saya yakin akan ada masa yang indah
disaat saya terus berjalan bersama Tuhan.

Melalui setiap talenta, dan pengetahuan serta seluruh kehidupan saya yang Tuhan
anugerahkan dalam kehidupan saya. Saya berharap semua itu dapat selalu mempermuliakan
nama Tuhan. Saya ingin nama Tuhan selalu ditinggikan melalui kehidupan saya. Suatu
kerinduan saya yaitu hanyalah ingin menjadi berkat dalam segala hal bagi semua orang.
Namun bukan berorientasi untuk mendapat pengakuan dari orang lain, melainkan untuk
menunjukkan bahwa di balik setiap keburukan saya, kuasa Tuhan dinyatakan.

Berbicara tentang ketulusan, saya berusaha mewujudkannya melalui setiap aspek


kehidupan saya. Saya belajar untuk tidak memaksakan kehendak saya. Biarlah kehendak
Tuhan yang terjadi. Terlebih ada perkataan dari seorang bapak yang saya hargai dan hormati.
Bapak yang sempat membimbing saya di dalam sebuah kelompok pembimbingan akademik
di sekolah ini. Perkataan yang sudah tertanam dalam hati dan pikiran saya, yaitu bahwa saya
orang yang tulus. Dan saya akan perjuangkan dan buktikan itu hingga garis akhir dalam
kehidupan saya bukan hanya dengan perkataan melainkan melalui tindakan konkret. Tuhan
pasti akan mampukan saya.
PERTOBATAN YANG SUNGGUH

Pertobatan yang sungguh itu sangatlah berat untuk dijalani, terkadang saya ingin
menyerah menghadapi setiap permasalahan. Lelah dan letih menghantui, terlebih godaan iblis
yang mencoba membawa pikiran saya untuk kembali jatuh dalam dosa masa lalu. Terkadang
pikiran ingin berkata “apakah Tuhan itu ada?”, “jikalau Tuhan itu ada, mengapa rasanya Dia
jahat sekali dalam hidupku?” berbagai pertanyaan muncul dalam benak. Serasa harapan
sangat jauh untuk digapai. Namun saya berusaha memegang harapan dan janji Tuhan bahwa
masa depan itu ada, dan masa itu adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan
kecelakaan.

Saya sangat bersyukur, dan entah apa lagi yang bisa saya katakan. Saya bayangkan bila
saya tak terpanggil. Entah apa yang akan terjadi dalam kehidupan saya. Mungkin saya masih
terlibat dalam tindakan-tindakan bodoh saya di masa lalu. Mungkin saya akan jatuh kembali
dalam narkoba dan saya akan mati oleh karna narkoba, atau mungkin saya akan gila atau
segala hal buruk lainnya. Saya tak bisa membayangkannya.

Oleh karna itu saya sangat mensyukuri setiap hal dalam kehidupan saya saat ini
maupun pelayanan yang Tuhan percayakan dalam kehidupan saya. Sungguh saya sangat
bersyukur.

Dan kini saya berharap di masa depan, saya bisa menjadi berkat dalam segala hal bagi
semua orang. Sehingga nama Tuhan semakin dipermuliakan. Saya berusaha dan terus
berusaha, walau terkadang jatuh dalam dosa. Saya mencoba bangkit kembali. Saya belajar
dari segala hal, bahwa Tuhan menginginkan saya menjadi pribadi yang selalu bersyukur,
teguh dan tegar serta selalu bersukacita dalam segala hal walau dalam sukacita maupun
dukacita. Tuhan memampukan saya. Saya hanya mampu mengatakan, “Terimakasih Tuhan
atas segalanya...”

Anda mungkin juga menyukai