Anda di halaman 1dari 6

“Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya

keselamatan dari pada-Ku.” (Mazmur 91:16) Bacaan : Mazmur 91:14-16

Tema renungan SABDA Minggu ini adalah “Usia Lanjut Itu Berkat” yang bertujuan untuk
mengajak setiap orang percaya memahami bahwa setiap warga gereja harus memiliki keteguhan
untuk hidup dalam kebenaran Tuhan hingga ajal menjemput sehingga kehidupan yang
dijalaninya penuh berkat dan menjadi teladan bagi generasi penerus; memahami bahwa ada relasi
yang sejajar antara hidup dalam kebenaran Tuhan dengan berkat Tuhan; berkomitmen untuk
menjadi abdi Tuhan yang bertekun hidup dalam kebenaran Tuhan sehingga berkat Tuhan
mengiring setiap langkahnya dan kehidupannya menjadi teladan bagi generasi penerus.

Hari ini, kita akan mempelajari apa pandangan Alkitab mengenai usia lanjut? Di bawah ini
adalah beberapa ayat Alkitab yang mengupas mengenai usia lanjut, yaitu:

Mazmur 91:14, 16, “Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku
akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan
dia, dan akan kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku.”

Ulangan 30:20, “Dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut
pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang
dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan
Yakub, untuk memberikannya kepada mereka.”

Amsal 3:1-2, “Hai, anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu
memelihara perintahku, karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan
ditambahkannya kepadamu.”

Berdasarkan ayat-ayat Alkitab tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa panjang umur dan usia
lanjut sesungguhnya adalah anugerah Tuhan yang dikaruniakan bagi orang yang hatinya melekat
kepada-Nya, mengasihi-Nya, mendenMMMMMMMMMMMMgar suara-Nya, dan berpaut
kepada-Nya, serta yang melakukan segala perintah-Nya. Hal ini berarti, kita tidak perlu takut,
cemas, dan kuatir apabila Tuhan berkenan mengaruniakan kepada kita umur panjang dan usia
lanjut. Sebab itu adalah berkat Tuhan bagi orang benar. Bersukacitalah!

“Panjang Umur Dan Usia Lanjut Itu Berkat Bagi Orang Yang Hidupnya Benar”
Ayat bacaan: Mazmur 71:9.

"Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku
habis."
Ada banyak orang yang takut menjadi tua. Rambut memutih, wajah berkerut, kantong mata
dobel dan tebal, tenaga menyusut dan lain-lain sehingga dianggap kehilangan daya tarik.
Berbagai macam produk pun menawarkan krim-krim pencegah ketuaan atau anti-aging, minimal
memperlambat atau menutupi kerut di wajah. Berbagai obat, jamu tradisional sampai operasi
plastik, face lift dan lain-lain pun ada sebagai penawar efek ketuaan. Untuk uban, cat rambut
menjadi solusi bagi sebagian orang. Mau dihambat seperti apapun, usia memang terus
bertambah. Kita lahir, bertumbuh, dewasa, tua lalu kembali ke Sang Pencipta. Tapi tetap saja
banyak orang yang kehilangan semangat seiring usianya bertambah. Menjadi tua identik dengan
kelemahan, keterbatasan dan kehilangan banyak hal, termasuk yang paling ditakutkan
kebanyakan dari mereka yaitu ditinggalkan oleh anak-menantu dan cucunya karena tidak
dibutuhkan lagi atau malah dianggap menyusahkan. Perasaan sedih akan kita rasakan ketika
melihat orang-orang lanjut usia tinggal sendirian tanpa ditemani siapapun.

Masa tua adalah masa yang menakutkan bagi banyak orang. Tidak jarang saya mendengar orang
yang ingin dipanggil lebih cepat sebelum ia merepotkan anak-anaknya dan dibiarkan sendirian
sampai ajalnya tiba. Pemazmur tampaknya mengalami ketakutan yang sama pada suatu kali.
Tapi ketimbang ia mengeluh dan terus menghidupi rasa takut, Pemazmur memutuskan untuk
berdoa kepada Tuhan untuk mengutarakan kekuatirannya. Mazmur 71:1-24 mencatat hal itu
dengan judul perikop "Doa minta perlindungan di masa tua." Selain minta perlindungan dari
orang-orang fasik, lalim dan kejam, Pemazmur juga berdoa agar kiranya Tuhan tidak
meninggalkannya saat kekuatannya memudar sampai habis. "Janganlah membuang aku pada
masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis." (Mazmur 71:9).
Pemazmur punya pergumulan yang sama dengan kebanyakan orang sampai hari ini dalam
menghadapi masa tuanya. Ia kuatir hidupnya menjadi hampa dalam kesunyian. Saat manusia lain
sudah tidak ada lagi yang peduli, ia berharap bahwa Tuhan, Allah yang sama yang menjadi
tumpuan harapannya sejak masa muda (ay 5) dan tempatnya bertopang mulai dari kandungan (ay
6), tidak ikut-ikutan meninggalkan atau membuangnya karena sudah tidak produktif lagi. Hidup
di masa tua punya tantangannya sendiri, beda dengan usia produktif yang biasanya diisi dengan
bekerja mencari nafkah. Saat tenaga melemah, tentu menggetarkan seandainya itu harus dijalani
sendirian. Syukurlah, Pemazmur mendapati bahwa Tuhan tetap bersamanya sampai memutih
rambutnya.
Hal ini tepat seperti apa yang dijanjikan Allah lewat nabi Yesaya. "Dengarkanlah Aku, hai kaum
keturunan Yakub, hai semua orang yang masih tinggal dari keturunan Israel, hai orang-orang
yang Kudukung sejak dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim. Sampai
masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku
telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan
menyelamatkan kamu." (Yesaya 46:3-4). Tuhan berkata, sejak dalam kandungan sampai seluruh
rambut menjadi putih, Tuhan akan tetap berada bersama kita. Menggendong kita, menanggung
kita, memikul dan menyelamatkan. He will carry us, bear and save us until the end. Itu janji
Tuhan yang sudah diberikan kepada kita agar kiranya kita tidak perlu ketakutan saat bertambah
tua.
Masih dari kitab Yesaya, Tuhan berfirman "Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak
tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku." (Yesaya 49:16). Keberadaan kita
dilukiskan dalam telapak tanganNya dan tetap di ruang mataNya, dalam jarak pandangNya. Ini
menunjukkan bahwa Dia tetap ada bersama kita dan memperhatikan keadaan kita tanpa henti.
Lukisan kita dalam telapak tanganNya tidak akan terhapus oleh waktu. Tuhan punya rencana
bagi setiap ciptaanNya, dan itu bukanlah rencana biasa melainkan rencana yang indah.
BERSUKACITALAH SENANTIASA

Filipi 4:4-5 (TB) "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan:
Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!"

Sukacita adalah sebuah keyakinan yang teguh dalam hati bahwa Tuhan memegang kendali atas
setiap detil kehidupan kita. Sebuah keyakinan bahwa segala sesuatu pasti mendatangkan
kebaikan, dan sebuah pilihan untuk memuji Tuhan dalam segala situasi. Sukacita seharusnya
menjadi bagian penting dalam hidup orang percaya. Sukacita yang dimaksud bukanlah seperti
yang dunia berikan, yang sifatnya semu dan bergantung kepada hal-hal lahiriah semata,
melainkan yang bersifat kekal, yang diberikan oleh Roh Kudus, yang keluar dari dalam hati kita
dan mengalir secara berlimpah meski berada di tengah badai sekalipun. Sukacita berbicara
tentang kedamaian dan kesukaan di dalam hati oleh karena Tuhan, sumber sukacita itu
sendiri, "...di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat
senantiasa" (Mzm. 16:11).

Mengapa harus selalu bersukacita? Karena kita beroleh keselamatan dari Allah di dalam
Kristus. Sukacita adalah salah satu dari sembilan buah Roh. Tanda dari kehidupan orang yang
dewasa rohani adalah dihasilkannya buah Roh dalam keseharian hidupnya. "Jadi hasilkanlah
buah yang sesuai dengan pertobatan" (Mat. 3:8). Alkitab menegaskan bahwa kita dapat
menghasilkan buah apabila kita memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan. "Sama seperti
ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur,
demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku" (Yoh. 15:4).
Tuhan Yesus berkata, "Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-
Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya" (Yoh. 15:10),
artinya kunci untuk mengalami sukacita sejati adalah taat melakukan firman dan hidup di dalam
kasih.

Sukacita kita bukan hanya saat-saat bahagia tetapi bagaimana kalau ada pergumulan, ada
masalah kita, apa mampu bersuka-cita ? Paulus mengajak kita dalam keadaan apapun kita harus
boleh bersuka-cita. Persoalannya adalah bagaimana agar kita senantiasa bersukacita ? Apa yang
harus kita perbuat? Untuk itu perlu kita renungkan, yaitu:

Pertama, hiduplah di dalam Tuhan. Kita senantiasa menyerahkan tubuh, jiwa, roh kepada
Tuhan, setia berdoa, mendengar firman-Nya dan memuji nama-Nya, seperti kata pemazmur,
Mazmur 37:4, “Bergembiralah karena Tuhan”. Orang yang hidup di dalam Tuhan akan selalu
bersukacita.

Kedua, hiduplah dengan mensyukuri apa yang ada bagi kita. Bila kita sudah mensyukuri apa
yang ada bagi kita, maka kita tidak lagi bersungut-sungut apapun yang kita terima, tetapi apa
yang ada bagi kita cukuplah (2Tim. 6:1–18). Dengan rasa cukup inilah harta yang mahal yang
membuat kita bersukacita.
Ketiga, hiduplah dengan tanpa rasa kuawatir menjalani hidup ini. Janganlah hendaknya kita
kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginan kita kepada Allah
dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

Keempat, hidup sukacita bukan hanya ditentukan oleh orang lain tetapi diri kita sendiri. Amsal
17:22, “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan
tulang.” Artinya hati inilah penggerak yang dapat membuat hidup kita gembira. Jadi bila Allah
yang berada di hatimu dan menguasai hatimu, maka hatimu akan senantiasa bergembira. Karena
itu marilah kita hidup di dalam Tuhan Yesus, agar hidup kita penuh sukacita yang kekal.
Karena itu, bersukacitalah senantiasa. (rsnh)

Selamat berkarya untuk TUHAN


Bacaan hari ini: Yesaya 48 | Bacaan setahun: 2 Samuel 15-16, Roma 7

“Dengarkanlah Aku, hai Yakub, dan engkau Israel yang Kupanggil! Akulah yang tetap sama,
Akulah yang terdahulu, Akulah juga yang terkemudian!” (Yesaya 48:12)

Yesaya 48 ini menyatakan dengan gamblang bahwa Yehuda adalah umat yang mengaku
mengenal Allah yang benar, berseru dan berdoa menyebut nama-Nya, tapi sesungguhya mereka
menolak kebenaran firman-Nya dan ketetapan hukum-Nya. Mereka tidak bersedia hidup benar;
mereka memilih untuk kompromi dengan dosa-dosa. Mereka melakukan segala kewajiban
keagamaan sebagai ritual, namun mereka tidak mencintai Allah dengan tulus dari dalam hati
mereka (bdk. Yes. 48:1- 8). Tuhan Allah menyebut bangsa Israel sebagai pemberontak, demikian
Tuhan berfirman, “Engkau tidak mendengarnya ataupun mengetahuinya, juga telingamu tidak
terbuka dari sejak dahulu; tetapi Aku telah mengetahui, bahwa engkau berbuat khianat sekeji-
kejinya, dan bahwa orang menyebutkan engkau: pemberontak sejak dari kandungan” (Yes. 48:8).

Jika umat Allah tidak setia, mengapa Allah tetap setia? Allah tetap setia karena Dia adalah Allah.
Yesaya 48:9 mengatakan, “Oleh karena nama-Ku Aku menahan amarah-Ku dan oleh karena
kemasyhuran-Ku Aku mengasihani engkau, sehingga Aku tidak melenyapkan engkau.” Karena
Allah penuh kasih dan setia kepada janji-Nya, maka Ia tidak memusnahkan umat-Nya, namun
menguduskan mereka melalui proses penderitaan (selama Israel dibuang ke Babel). Allah
menguji mereka di dalam dapur kesengsaraan di Babel (ay. 10), supaya mereka belajar untuk
bergantung kepada Allah dan bertobat dari pemberontakan mereka.

Ketika masa pengujian itu telah usai, Allah akan mengeluarkan mereka dari tempat perbudakan.
Allah adalah setia, Ia tidak meninggalkan umat- Nya karena pemberontakan mereka, namun
justru Allah menyertai mereka dalam penderitaan yang akan memurnikan mereka. Tuhan Allah,
berjanji menyediakan berkat-berkat yang melimpah (ay. 18–19). Firman Tuhan hari ini
mengingatkan bahwa Allah adalah setia dan Dia mau agar kita selalu hidup dalam kebenaran dan
beribadah kepada-Nya dengan setia. Biarlah kita memberontak kepada Tuhan sebagaimana
Israel, yang pada akhirnya, mau dengan setia hidup benar di hadapan-Nya.

Anda mungkin juga menyukai