Anda di halaman 1dari 5

Tulisan suci memberi tahu kita bahwa hal pertama yang Allah lakukan

setelah menciptakan laki-laki dan perempuan adalah berbicara kepada


mereka.1 Dia memiliki informasi vital dan petunjuk yang berharga untuk
diberikan kepada mereka. Tujuan-Nya bukan untuk membebani atau
mencemaskan mereka tetapi untuk menuntun mereka pada kebahagiaan
dan kemuliaan kekal.
Dan itu hanyalah permulaan. Sejak hari itu sampai saat ini, Allah terus
berkomunikasi dengan anak-anak-Nya. Firman-Nya telah dipelihara,
dihargai, dan ditelaah oleh para murid dalam setiap generasi. Firman-Nya
dihormati oleh mereka yang berupaya untuk mengetahui kehendak Allah,
dan mereka memberikan kesaksian akan kebenaran bahwa “Tuhan tidak
akan berbuat sesuatu, tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada para
hamba-Nya, para nabi.
Ini merupakan pola sejak permulaan zaman, dan pola ini berlanjut saat ini.
Itu bukan sekadar kisah Alkitab yang menarik; itu merupakan cara yang
ditegakkan Allah dalam menyampaikan pesan-pesan yang esensial kepada
anak-anak-Nya. Dia mengangkat individu-individu dari tengah-tengah kita,
memanggil mereka untuk menjadi nabi, dan memberi mereka firman untuk
disampaikan, di mana kita diundang untuk “[menerima], seolah-olah dari
mulut-[Nya] sendiri.”3 Dia telah berfirman, “Apakah melalui suara-Ku sendiri
atau melalui suara para hamba-Ku, itu adalah sama.
“untuk mendengar firman Allah yang menyenangkan, ya, firman yang
menyembuhkan jiwa yang terluka. Firman itu dapat ditemukan dalam
tulisan suci dan dalam pesan dari para pemimpin, yang memberi kita
pengharapan dan penghiburan dalam kelamnya kesengsaraan.
Melalui pengalaman kita dalam kehidupan, kita belajar bahwa sukacita
dalam dunia ini tidaklah penuh, tetapi di dalam Yesus Kristus sukacita kita
penuh.Dia akan memberi kita kekuatan agar kita tidak perlu menderita
macam-macam kesengsaraan kecuali itu tertelan dalam sukacita-Nya.
Hati kita dapat dipenuhi dengan derita ketika kita melihat seseorang yang
kita kasihi merasakan sakit dari penyakit yang mengerikan. Kematian
seseorang yang kita kasihi dapat meninggalkan ruang hampa dalam jiwa
kita. Ketika beberapa dari anak kita tersesat dari jalan Injil, kita dapat
merasa bersalah dan tidak pasti mengenai tujuan akhir kekal mereka.
Ini dan sebagian besar kesengsaraan yang melekat pada keadaan
percobaan ini terkadang membuat kita menanyakan kepada diri kita sendiri
pertanyaan yang sama yang Nabi Joseph Smith ajukan, “Ya Allah, di
manakah Engkau?”
Di saat-saat sulit dalam kehidupan kita, firman yang menyenangkan dari
Allah yang menyembuhkan jiwa yang terluka membawa pesan
penghiburan berikut ke hati dan benak kita:
“Kedamaian bagi jiwamu; kemalanganmu dan kesengsaraanmu akan
terjadi hanya sesaat; Dan kemudian, jika engkau bertahan di dalamnya
dengan baik, Allah akan mempermuliakan engkau di tempat yang tinggi”
Firman Allah yang menyenangkan mengisi kita dengan pengharapan,
mengetahui bahwa mereka yang setia dalam pencobaan akan memiliki
pahala lebih besar di kerajaan surga dan bahwa “setelah banyak
kesukaran datanglah berkat” (lihat A&P 58:3–4).
Firman Allah yang menyenangkan, sewaktu diucapkan melalui para nabi,
memberi kita rasa aman bahwa pemeteraian kekal kita, didukung oleh
kesetiaan kita pada janji-janji ilahi yang diberikan kepada kita bagi
pelayanan gagah berani dalam perkara kebenaran, akan memberkati kita
dan keturunan kita Itu juga memberi kita rasa aman yang, setelah kita
menjalankan kehidupan yang setia, kita tidak akan kehilangan berkat apa
pun karena tidak melakukan hal-hal tertentu jika kita tidak pernah diberi
kesempatan untuk melakukannya. Jika kita telah hidup dengan setia
hingga saat kematian kita, “kita memiliki semua berkat, permuliaan, dan
kemuliaan yang setiap pria mau pun wanita [yang telah memiliki
kesempatan] akan miliki.” Sekarang, adalah penting untuk memahami
bahwa beberapa penderitaan dan kesengsaraan dapat juga memasuki
kehidupan kita jika kita gagal untuk sungguh-sungguh bertobat dari dosa-
dosa kita. Nabi Joseph Smith mengajarkan bahwa kita sendirilah yang
menghukum diri kita dan bahwa adalah siksaan dari kekecewaan dalam
benak kita yang membuatnya sehebat lautan yang menyala-nyala oleh api
dan belerang. Jika kita mencoba untuk menenteramkan suara hati kita
dengan mencoba untuk “memaafkan [diri kita sendiri] sedikit pun karena
dosa-dosa [kita]” (Alma 42:30) atau dengan menutupinya, satu-satunya hal
yang kita peroleh adalah menyinggung Roh (lihat A&P 121:37) dan
menunda pertobatan kita. Jenis kelegaan ini, selain bersifat sementara,
akan akhirnya mendatangkan lebih banyak rasa sakit dan dukacita ke
dalam kehidupan kita dan akan mengurangi kemungkinan kita untuk
menerima pengampunan akan dosa-dosa kita.
Untuk jenis penderitaan ini, firman Allah yang menyenangkan juga
mendatangkan penghiburan dan pengharapan; itu memberi tahu kita
bahwa ada kelegaan dari rasa sakit yang disebabkan oleh dampak dosa.
Kelegaan ini datang dari kurban pendamaian Yesus Kristus dan
berdampak jika kita menjalankan iman kepada-Nya, bertobat, dan patuh
terhadap perintah-perintah-Nya.
Adalah penting agar kita menyadari bahwa sama seperti pengampunan
dosa, pertobatan adalah sebuah proses dan bukan sesuatu yang terjadi
pada saat tertentu. Itu memerlukan konsistensi dalam setiap langkahnya.
Misalnya, ketika kita mengambil sakramen, kita menunjukkan kepada
Tuhan bahwa kita akan mengingat Dia selalu dan menaati perintah-
perintah-Nya. Itu adalah ekspresi dari niat tulus kita.
Pada saat kita mulai mengingat Dia dan menaati perintah-perintah-Nya
setiap hari—dan tidak hanya di hari Sabat—itulah saat ketika
pengampunan dosa-dosa kita dimulai untuk secara bertahap berdampak
dan janji-Nya akan memiliki Roh-Nya bersama kita mulai digenapi.
Adalah penting agar kita menyadari bahwa sama seperti pengampunan
dosa, pertobatan adalah sebuah proses dan bukan sesuatu yang terjadi
pada saat tertentu. Itu memerlukan konsistensi dalam setiap langkahnya.
Firman Allah yang menyenangkan juga memperingatkan kita bahwa proses
penerimaan pengampunan dari dosa ini dapat terganggu ketika kita terlibat
“dalam kepongahan dunia,” dan itu dapat dimulai kembali melalui iman jika
kita dengan tulus bertobat dan merendahkan diri kita
Dalam kitab Yesaya, kita dapat menemukan jawaban itu, meski berkaitan
dengan Sabat, juga berlaku untuk perintah lain yang harus kita taati,
“Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan
urusanmu pada hari kudus-Ku” (Yesaya 58:13)
Kata kuncinya adalah “tidak melakukan urusanmu,” atau dengan kata lain,
melakukan kehendak Allah. Sering kali, kehendak kita—dibentuk oleh
hasrat, selera, dan nafsu dari manusia alami—bertentangan dengan
kehendak Allah. Nabi Brigham Young mengajarkan bahwa “ketika
kehendak, nafsu, dan perasaan seseorang sepenuhnya tunduk pada Allah
dan persyaratan-Nya, orang tersebut dikuduskan.—Karena, kehendak
sayalah yang ditelan dalam kehendak Allah, yang akan menuntun saya ke
dalam semua kebaikan, dan memahkotai saya pada akhirnya dengan
kebakaan dan kehidupan kekal”
Firman Allah yang menyenangkan mengundang kita untuk menggunakan
kuasa Pendamaian untuk menerapkannya kepada diri kita sendiri dan
menjadi diperdamaikan dengan kehendak-Nya—dan bukan dengan
kehendak iblis dan daging—agar kita, melalui kasih karunia-Nya, dapat
diselamatkan (lihat 2 Nefi 10:24–25)
Firman Allah yang menyenangkan yang kita bagikan hari ini menunjukkan
kepada kita kebutuhan akan pertobatan yang berkesinambungan dalam
kehidupan kita agar kita dapat menjaga pengaruh dari Roh Kudus selama
mungkin.
Memiliki penemanan Roh akan membuat kita menjadi orang yang lebih
baik. Itu “akan membisikkan kedamaian dan sukacita ke dalam jiwa [kita],
… itu akan mengambil kedengkian, kebencian, keirihatian, pertikaian, serta
semua kejahatan dari hati [kita]; dan seluruh hasrat [kita] akan digunakan
untuk melakukan kebaikan, mendatangkan kebenaran, serta membangun
kerajaan Allah” Kita akan merasa bersyukur untuk melihat bagaimana
orang lain maju, dan kita akan mencari kebaikan dalam diri orang lain.
Adalah doa saya semoga kita dapat mengalami sukacita yang datang dari
upaya untuk hidup dalam kesalehan dan agar kita dapat menjaga
penemanan Roh Kudus dalam hidup kita melalui pertobatan yang tulus dan
berkesinambungan. Kita akan menjadi umat yang lebih baik, dan keluarga
kita akan diberkati.
Kitab Mormon, Lehi menceritakan kepada keluarganya tentang mimpinya,
mengenai pohon kehidupan. Dalam mimpi, Lehi ingin keluarganya makan
buah dari pohon itu, yang “patut dihasratkan melebihi segala buah yang
lainnya” (1 Nefi 8:15). Dia melihat banyak orang berjalan di sepanjang jalan
yang menuntun pada pohon kehidupan, tetapi beberapa tersesat dalam
kabut kegelapan dan menjauh dari jalan itu. Yang lain berpegangan pada
batang dari besi yang menuntun di sepanjang jalan menuju pohon. Mereka
berjalan ke muka, sambil memegang erat pada batang itu sampai mereka
mencapai pohon dan memakan buahnya, yang memberi mereka sukacita
(lihat 1 Nefi 8).
Putra Lehi, Nefi, berdoa untuk mengetahui makna dari hal-hal yang
ayahnya telah lihat. Kepada Nefi diperlihatkan mimpi yang sama seperti
ayahnya. Roh mengajarkan kepada Nefi bahwa pohon kehidupan
melambangkan kasih Allah. Kepada Nefi diperlihatkan Yesus Kristus, Putra
Allah, yang mengajar serta memberkati umat di bumi. Nefi juga diajari
bahwa batang dari besi melambangkan firman Allah (lihat 1 Nefi 11).
Tulisan suci adalah firman Allah. Membaca tulisan suci seperti berpegang
pada batang dari besi. Kita akan mengetahui apa yang Yesus kehendaki
untuk kita lakukan dan katakan. Kita akan memiliki kuasa untuk menolak
godaan dan menemukan jalan kita ke pohon kehidupan dan merasakan
kasih Allah.
Jika Anda pernah mempertanyakan apakah Bapa Surgawi akan benar-
benar berbicara kepada Anda, saya ingin mengingatkan Anda akan syair
sederhana namun agung yang anak-anak Pratama kita nyanyikan: “[Anda]
anak Allah, [Anda] diciptakan-Nya.” Tujuan-Nya adalah untuk menolong
Anda “hidup bersama-Nya.”
Jika Anda menghadap Bapa Surgawi sebagai anak-Nya, Anda dapat
meminta-Nya dengan hati yang tulus, “Pimpin aku, bimbing aku, tunjuk
jalannya. Ajar agar ‘ku kelak.” Dia akan berbicara kepada Anda melalui
Roh Kudus, dan selanjutnya adalah terserah Anda “untuk melakukan
kehendak-Nya.” Saya berjanji bahwa jika Anda melakukan “karunia
tersedia.”5
Bimbingan Tuhan sangat diperlukan saat ini sama seperti yang pernah ada
dalam sejarah dunia. Ketika kita mempersiapkan diri untuk mendengar
firman Allah, semoga kita dengan tekun mencari Roh kebenaran supaya
ketika Tuhan berbicara melalui para hamba-Nya, kita dapat memahami,
diteguhkan, dan bersukacita bersama.6
Saya bersaksi bahwa “dengan melakukan hal-hal ini gerbang neraka tidak
akan berjaya melawan [kita]; ya, dan Tuhan Allah akan menyerakkan
kuasa kegelapan dari hadapan [kita], dan menyebabkan langit berguncang
demi kebaikan [kita], dan kemuliaan-Nya.”

Anda mungkin juga menyukai