Anda di halaman 1dari 5

“Kasih merupakan salah satu ciri khas Ketuhanan, dan seharusnya

dinyatakan oleh mereka yang bercita-cita untuk menjadi putra Allah.


Seorang pria yang dipenuhi dengan kasih Allah, tidaklah puas dengan
memberkati keluarganya semata, namun berkelana ke seluruh dunia,
bersemangat untuk memberkati seluruh umat manusia.”
Kehidupan Juruselamat mencerminkan kasih murni-Nya bagi semua orang.
Dia bahkan memberikan nyawa-Nya bagi kita. Kasih amal adalah kasih
murni yang Juruselamat kita, Yesus Kristus, miliki. Dia telah
memerintahkan kita untuk saling mengasihi sebagaimana Dia mengasihi
kita. Tulisan suci memberi tahu kita bahwa kasih amal datang dari hati
yang murni (lihat 1 Timotius 1:5). Kita memiliki kasih murni ketika, dari hati,
kita memperlihatkan kepedulian dan belas kasih yang tulus bagi semua
saudara kita.
Juruselamat memberi kita teladan kehidupan-Nya untuk diikuti. Dia adalah
Putra Allah. Dia memiliki kasih yang sempurna, dan Dia memperlihatkan
kepada kita cara mengasihi. Melalui teladan-Nya, Dia memperlihatkan
kepada kita bahwa kebutuhan rohani dan jasmani dari sesama kita sama
pentingnya dengan kebutuhan kita sendiri. Sebelum Dia menyerahkan
nyawa-Nya bagi kita, Dia berfirman:
“Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah
mengasihi kamu.
Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang
memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:12–13).
Berbicara kepada Tuhan, Moroni berkata:
“Aku ingat bahwa Engkau telah berkata bahwa Engkau mengasihi dunia,
bahkan sampai engkau menyerahkan hidup-Mu untuk dunia ….
Dan sekarang aku tahu bahwa kasih ini yang Engkau miliki untuk anak-
anak manusia adalah kasih yang murni. Oleh karena itu, jika manusia tidak
mempunyai kasih yang murni, mereka tidak dapat mewarisi tempat yang
telah Engkau sediakan itu di rumah Bapa-Mu” (Eter 12:33–34).

Dalam salah satu pertemuan awal itu, Nabi Joseph mengutip dari tulisan
Paulus kepada orang-orang Korintus. Dalam khotbah luar biasanya
mengenai kasih amal, Paulus membuat rujukan pada iman, pengharapan,
dan kasih amal, yang diakhiri dengan “dan yang paling besar di antaranya
ialah kasih.”1
Dia menguraikan sifat-sifat yang diwujudkan dalam kasih amal. Dia
berkata:
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak
memegahkan diri dan tidak sombong.
… tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak
menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersukacita karena ketidak-adilan, tetapi karena kebenaran.
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan
segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Kasih tidak berkesudahan.”2
Berbicara kepada para sister, Nabi Joseph menyatakan, “Jangan
membatasi diri dalam pandangan Anda sehubungan dengan kebajikan
sesama Anda … Anda harus melapangkan jiwa Anda terhadap satu sama
lain, jika Anda [ingin] berlaku seperti Yesus. …. Sewaktu Anda bertambah
dalam ketidaksalahan dan kebajikan, sewaktu Anda bertambah dalam
kebajikan, biarlah hati Anda meluas—biarlah itu dilapangkan terhadap
orang lain—Anda haruslah panjang sabar, dan bersabar terhadap
kesalahan dan kekeliruan umat manusia. Betapa berharganya jiwa
manusia!3
Apa kasih amal itu? Bagaimana kita memperoleh kasih?
Nabi Mormon menjelaskan kasih amal sebagai “kasih murni
Kristus,”5 sementara Paulus mengajarkan bahwa “kasih … sebagai
pengikat yang menyempurnakan,”6 dan Nefi mengingatkan kita bahwa
“Tuhan Allah telah memberikan sebuah perintah agar semua orang
hendaknya memiliki kasih amal, yang kasih amal itu adalah kasih.” 7
Dalam mengkaji ulang uraian terdahulu Paulus tentang kasih amal, kita
belajar bahwa kasih bukan tindakan tunggal atau sesuatu yang kita
berikan, namun suatu keadaan, keadaan hati, jenis perasaan yang
menimbulkan tindakan penuh kasih.
Mormon juga mengajarkan bahwa kasih amal dianugerahkan kepada para
murid sejati Tuhan dan bahwa kasih memurnikan mereka yang
memilikinya.8 Selain itu, kita belajar bahwa kasih adalah karunia ilahi yang
harus kita cari dan mohonkan. Kita perlu memiliki kasih dalam hati kita
untuk mewarisi kerajaan selestial.9
Dengan pemahaman bahwa Tuhan telah meminta kita untuk
“[meng]enakanlah pada diri [kita sendiri] ikatan kasih amal,” 10 kita harus
meminta apa sifat-sifat yang akan membantu kita mengembangkan kasih
amal.
Kita harus terlebih dahulu memiliki hasrat untuk meningkat dalam kasih
amal dan menjadi lebih seperti Kristus.
Langkah berikutnya adalah berdoa. Mormon menasihati kita untuk
“berdoalah kepada Bapa dengan sekuat tenaga, hati, agar kamu boleh
dipenuhi dengan kasih ini.” Kasih ke-Allah-an ini adalah kasih amal, dan
sewaktu kita dipenuhi dengan kasih ini, maka “kita akan menjadi seperti
Dia.”11
Membaca tulisan suci setiap hari dapat membawa pikiran kita kepada
Juruselamat dan pada hasrat untuk menjadi lebih seperti Dia.
Juruselamat adalah teladan yang sempurna tentang bagaimana
memberikan kasih amal. Selama pelayanan fana-Nya Dia memperlihatkan
belas kasihan kepada yang lapar, yang berdosa, yang terluka, dan yang
sakit. Dia melayani yang miskin dan yang kaya; kepada wanita, anak-anak,
dan pria; kepada keluarga, teman-teman, dan orang asing. Dia
mengampuni para penuduh-Nya, dan Dia menderita serta mati bagi semua
umat manusia.
Di sepanjang kehidupan-Nya, Nabi Joseph Smith juga menerapkan kasih
amal sewaktu dia mengulurkan kasih persaudaraan dan rasa hormat
kepada orang lain. Dia sangat dikenal karena kebaikan hati, kasih sayang,
belas kasihan, serta kepeduliannya kepada orang-orang yang ada di
sekitarnya.
“Kasih adalah memiliki kesabaran terhadap seseorang yang telah
mengecewakan kita. Kasih menolak dorongan untuk jadi mudah
tersinggung. Kasih menerima kelemahan dan kekurangan. Kasih menerima
orang sebagaimana adanya mereka. Kasih melihat melampaui penampilan
jasmani pada sifat-sifat yang tidak akan lekang oleh waktu. Kasih menolak
dorongan untuk membedakan orang lain.”
Ketika kita memiliki kasih amal, kita bersedia untuk melayani dan
membantu orang lain ketika itu tidak nyaman dan tanpa memikirkan
pengakuan atau pamrih. Kita tidak menunggu ditugasi untuk membantu
karena itu menjadi sifat alami kita. Sewaktu kita memilih untuk menjadi baik
hati, peduli, murah hati, sabar, menerima, mengampuni, inklusif, dan tidak
mementingkan diri, kita mendapati kita berlimpah dalam kasih amal.
Juruselamat memberi kita banyak ajaran dalam bentuk kisah atau
perumpamaan. Perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati
mengajari kita bahwa kita hendaknya memberi mereka yang
membutuhkan, terlepas apakah mereka teman kita atau bukan (lihat Lukas
10:30–37; lihat juga James E. Talmage, Jesus the Christ, edisi ke-3 [1916],
430–432). Dalam perumpamaan itu, Juruselamat mengatakan bahwa
seseorang tengah melakukan perjalanan ke kota lain. Di jalan dia diserang
oleh penjahat. Mereka mencuri pakaian dan uangnya serta memukulinya,
meninggalkannya dalam keadaan sekarat. Seorang imam lewat,
melihatnya, dan melewatinya. Kemudian seorang pengurus bait suci lewat
di situ, melihatnya, dan pergi begitu saja. Tetapi, seorang Samaria, yang
dianggap hina oleh orang-orang Yahudi, lewat di situ, dan ketika dia
melihat orang itu dia merasa kasihan (lihat gambar di bab ini). Dengan
berlutut di sampingnya, orang Samaria yang baik itu membalut luka-
lukanya dan membawanya ke atas keledai ke sebuah penginapan. Dia
membayar pemilik penginapan itu untuk merawat orang tersebut sampai
dia sembuh.
Yesus mengajarkan bahwa kita hendaknya memberikan makanan kepada
yang lapar, tempat berlindung kepada yang tidak memilikinya, dan pakaian
kepada yang miskin. Ketika kita mengunjungi yang sakit dan mereka yang
berada di penjara, itu sama seperti kita melakukan hal-hal ini bagi-Nya. Dia
berjanji bahwa sewaktu kita melakukan hal-hal ini, kita akan mewarisi
kerajaan-Nya (lihat Matius 25:34–46).
Kita hendaknya tidak mencoba memutuskan apakah seseorang sungguh-
sungguh membutuhkan bantuan kita atau tidak (lihat Mosia 4:16–24). Jika
kita telah terlebih dahulu memenuhi kebutuhan keluarga kita, maka kita
hendaknya menolong semua yang membutuhkan pertolongan. Dengan
cara ini kita akan menjadi seperti Bapa kita di Surga, yang menurunkan
hujan baik bagi mereka yang benar maupun yang tidak benar (lihat Matius
5:44–45).

Kasih murni Kristus (Moro. 7:47); kasih yang Kristus miliki bagi anak-
anak manusia dan yang anak-anak manusia hendaknya miliki bagi satu
sama lain (2 Ne. 26:30; 33:7–9; Eter 12:33–34); jenis kasih yang paling
tinggi, paling mulia, paling kuat, bukan cuma kasih sayang.
 Pengetahuan membuat congkak, tetapi kasih amal meneguhkan, 1 Kor.
8:1.
 Kasih amal, suatu kasih yang murni, mengungguli dan melampaui hampir
semua yang lain, 1 Kor. 13.
 Tujuan dari perintah adalah kasih amal dari suatu hati yang murni, 1 Tim.
1:5.
 Tambahkanlah pada kebaikan hati persaudaraan kasih amal, 2 Ptr. 1:7.
 Tuhan telah memerintahkan agar semua orang hendaknya memiliki kasih
amal, 2 Ne. 26:30 (Moro. 7:44–47).
 Pastikanlah bahwa kamu memiliki iman, harapan, dan kasih amal, Alma
7:24.
 Kasih yang Tuhan miliki bagi manusia adalah kasih amal, Eter 12:33–34.
 Tanpa kasih amal manusia tidak dapat mewarisi tempat itu yang
dipersiapkan di tempat tinggal Bapa, Eter 12:34 (Moro. 10:20–21).
 Moroni menuliskan kata-kata Mormon tentang iman, harapan, dan kasih
amal, Moro. 7.
 Kasih amal menjadikan manusia memenuhi syarat bagi pekerjaan
Tuhan, A&P 4:5–6 (A&P 12:8).
 Kenakanlah pada dirimu ikatan kasih amal, A&P 88:125.
 Biarlah sanubarimu penuh kasih amal, A&P 121:45.

Anda mungkin juga menyukai