Anda di halaman 1dari 13

KEPEMIMPINAN KRISTEN

KEPEMIMPINAN KRISTEN.
I.                    KEPEMIMPINAN.
Secara sederhana saya mendefinisikan pemimpin dan kepemimpinan sbg berikut. Ini hanyalah
tulisan saya ketika saya melihat bagaimana hari-hari ini para pemimpin banyak yg sdh keluar
dari jalur dan terlalu menggunakan haknya sebagai pemimpin terlalu berlebihan dan sangat tidak
menghargai saran dan pendapat bawahannya. Ketika seorang pemimpin tidak lagi mendengar
suara bawahannya.., maka segala sesuatu akan banyak menimbulkan kerugian. Harapan saya
sebagai anak muda…, tulisan ini mampu menjadi berkat. Dan harap dimaklumi jika terdapat
banyak kekurangan…!

Pemimpin > seorang pribadi yg memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki
kewibawaan & kekuasaan untuk menggerakkan org lain.

Kepemimpinan > proses mempengaruhi aktivitas seseorang / kelompok org untuk mencapai
tujuan & sasaran dalam situasi tertentu.

II. PREMIS / DALIL DASAR KEPEMIMPINAN


•      Premis atau dalil dasar kepemimpinan Kristen adalah berlandaskan ajaran Alkitab. Secara khusus,
peremis mengenai pemimpin dalam kepemimpinan meliputi tiga hal penting, yaitu antara lain:
Satu, Panggilan Sebagai Pemimpin Kristen; Dua, Dasar Teologi Kepemimpinan Kristen; dan
Tiga, Dasar Etika-Moral Kepemimpinan Kristen.
A.    Panggilan Sebagai Pemimpin Kristen

Kepemimpinan Kristen didasarkan atas premis utama, yaitu bahwa TUHAN, oleh kehendak-Nya
yang berdaulat, menetapkan serta memilih setiap pribadi dalam lingkup dan konteks pelayanan
menjadi pemimpin Kristen. Pemimpin yang dipanggil oleh TUHAN ini adalah untuk pelayanan
memimpin.
“Pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil TUHAN sebagai PEMIMPIN yang
ditandai oleh adanya:
1. Kapasitas memimpin dan
2. Tanggung jawab pemberian TUHAN.
Untuk
3. Memimpin suatu kelompok umat TUHAN (gereja)
4. Mencapai TUJUANNYA bagi, serta melalui kelompok ini”
B.     Dasar Teologis Filosofis Kepemimpinan Kristen

Dasar teologis-filosofis yang harus dipahami dan harus ada pada seorang pemimpinan Kristen
ialah:
1.      Pemimpin Kristen harus memahami dasar kepemimpinan Kristen bahwa ia terpanggil sebagai –
“pelayan-hamba” (Makus 10:42-45). Sebagai pelayan, pemimpin terpanggil kepada tugas yang
olehnya ia menjadi pemimpin. Sebagai hamba, ia terpanggil dengan status menghamba kepada
TUHAN, yang harus diwujudkan dalam sikap, sifat, kata, dan perbuatan.
2.      Pemimpin Kristen harus memiliki motif dasar kepemimpinan Kristen yaitu;
Satu: “membina hubungan” dengan orang yang dipimpinnya dan orang lain pada umumnya
(Markus 3:13-19; Matius 10:1-4; Lukas 6:12-16). Dalam kaitan ini, perlulah disadari bahwa
kadar hubungan-hubunganlah yang menentukan keberhasilan seseorang sebagai pemimpin.
Dua: “mengutamakan pengabdian” (Lukas 17:7-10). Mengutamakan pengabdian menekankan
bahwa “kerja” adalah fokus, prioritas, sikap serta tekanan utama, sehingga ia akan mengabdikan
diri untuk melakonkan tugas kepemimpinan dengan sungguh-sungguh.
3.      Pemimpin Kristen harus memahami PROSES KEPEMIMPINAN serta ketrampilan memimpin,
antara lain:
a. Ia harus mengetahui tujuan (tujuan Tuhan, tujuan organisasi, tujuan operasi kerja) dari
institusi/organisasi yang dipimpinnya.
b. Ia perlu mengenal tanggung jawab serta tugas yang dipercayakan kepadanya.
c. Ia harus memahami dan mengenal fungsi pengelolaan kerja (manajemen) – (Lukas 14:28-30).
d. Ia harus berupaya mengenal setiap orang yang dipimpinnya untuk mempermudah
penggalangan serta pembinaan hubungan antara pemimpin-bawahan, sebagai dasar untuk
melaksanakan kinerja kepemimpinan yang berkualitas. Kondisi hubungan baik antara pemimpin
dengan para bawahan sangat menentukan pelaksanaan kerja yang dapat dilakukan dengan baik
pula.
e. Ia harus mengerti dengan baik bagaimana caranya mencipta hubungan, kondisi yang kondusif,
serta pemenuhan kebutuhan dari bawahannya dalam upaya memperlancar upaya dan kinerja
kepemimpinan.

C.     Dasar Etika-Moral Kepemimpinan Kristen


Kepemimpinan Kristen memiliki dasar etika-moral yang Alkitabiah. Dalam kepemimpinan
Kristen, presuposisi dasar etika-moral dilandaskan atas fakta dan dinamika “teladan Yesus
Kristus (Yohanes 1:1-14, 18; Filipi 2:1-11). Konsep inkarnasi dalam kepemimpinan Kristen yang
dibangun di atas fakta “keteladanan Yesus Kristus” yang memiliki kisi kebenaran.
1.      Dasar perilaku etika-moral kepemimpinan Kristen adalah pribadi Yesus Kristus, termasuk:
kehidupan, karya, ajaran dan perilaku-Nya, di mana seluruh kerangka kepemimpinan Kristen
dibangun di atas dasar ini (I Yohanes 2:6).

2. Orientasi dan pendekatan etika-moral kepemimpinan Kristen bersifat partisipatif yang berlaku
dalam penerapan kepemimpinan Kristen pada segala bidang hidup (Lukas 4:18-19).

3. Dinamika etika-moral kepemimpinan Kristen terwujud oleh adanya transformasi hidup


(individu/masyarakat) yang dibuktikan dengan pertobatan/pembaharuan/pemulihan hidup dan
semangat kerja (individu/korporasi; banding: Roma 12:1-2, 8, 9-21).

4.      Perwujudan dasar etik-moral kepemimpinan Kristen haruslah dinyatakan dalam sikap hati, kata
dan perbuatan serta bakti setiap pemimpin Kristen secara nyata dalam bidang hidup berikut:
a. Pemimpin Kristen harus membuktikan diri sebagai pemimpin bertanggung jawab (Ibrani
13:17).
b. Pemimpin Kristen harus menemukan diri sebagai pemimpin yang bertumbuh (Kolose 2:6-7;
3:5-17).
c. Pemimpin Kristen harus menjadi pemimpin model dalam keteladanan hidup dan kinerja
(Ibrani 13:7-8).
d. Pemimpin Kristen harus memiliki: motivasi dasar Pelayan-Hamba (Markus 10:42-45), yang
senantiasa menyadari akan status dan perannya sebagai pemimpin.
Motivasi dasar seseorang pemimpin seperti ini akan sangat menentukan sikap, perilaku, kata
ddan tindakan dari orang tersebut, baik terhadap diri, orang lain maupun pekerjaan. Karena itu,
seorang pemimpin Kristen perlu memastikan apakah ia memiliki dasar etika-moral, orientasi dan
motivasi yang sesuai dengan Firman Tuhan.

III. TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN


•      BERDASARKAN SIKAP PEMIMPIN TERHADAP ORGANISASI
•      BERDASARKAN KEKUASAAN
•      BERDASARKAN ORIENTASI PEMIMPIN
•      BERDASARKAN SEGI LANDASAN PENGARUH
•      BERDASARKAN KEPRIBADIAN

1.      BERDASARKAN SIKAP PEMIMPIN TERHADAP ORGANISASI

a. Climbers
Climbers, ialah tipe pemimpin yang selalu haus akan kekuasaan, prastige dan kemajuan diri,
berusaha maju terus menerus dengan kekuasaan sendiri, oportunistis, agresif, suka dan
mendorong perubahan dan perkembangan dan berusaha berombak terus menerus.
b. CONSERVERS
•      Conservers, ialah tipe pemimpin yang mementingkan jaminan dan keenakan, mempertahankan
statusquo memperkuat posisi yang telah dicapai, menolak perubahan, deFensiFda statis.
c. ZEALOTS
•      Zealots, ialah tipe pemimpin yang bersemangat untuk memperbaiki organisasi, mengutamakan
tercapainya tujuan, mempunyai visi, menyendiri aktif, agresif, bersedia menghadapi segala
permusuhan dan pertentangan, tegas, mempunyai dorongan yang keras untuk maju, tidak sabaran
untuk mengadakan perbaikan dan menentukan sesuatu yang baru, mementingkan kepekaan
daripada human relations.

d. ADVOCATES
Advocates, ialah tipe pemimpin yang ingin mengadakan perbaikan organisasi, terutama
bagiannya sendiri, mementingkan kepentingan keseluruhan organisasi daripada kepentingan diri
sendiri, pejuang yang gigih dan bersemangat untuk kepentingan orang-orang dan programnya,
bersedia menghadapi pertentangan apabila mendapat dukungan dari kolega-koleganya, sangat
responsif terhadap ide-ide dan pengaruh orang lain, keluar bersedia mempertahankan kelompok
dengan tindakan partisan, ke dalam bersikap jujur dan tidak menyebelah.

e. STATESMEN
•      Statesmen, ialah tipe pemimpin yang mementingkan tujuan organisasi secara keseluruhan dan
misi organisasi, berusaha berdiri di atas kepentingan-kepentingan, tidak menyukai pertentangan
yang merugikan pihak-pihak yang bersangkutan, berusaha mempertemukan pertentangan.

2.      BERDASARKAN KEKUASAAN

a. AUTORAIC LEADER
Autoraic leader, ialah tipe pemimpin yang menggantungkan terutama pada kekuasaan
formalnya, organisasi dipandang sebagai milik pribadi, mengidentikkan tujuan pribadi dengan
tujuan organisasi, hak dan wewenang adalah milik pribadi. Leadership adalah hak pribadi,
bawahan adalah alat, ia harus mengikuti saja, tidak memberi kesempatan kepada bawahan untuk
ikut mengambil bagian dalam pengambilan keputusan, tidak mau menerima kritik, saran atau
pendapat, tidak mau berunding dengan bawahan, keputusan diambil sendiri, memusatkan
kekuasaan untuk mengambil keputusan, mempergunakan intimidasi, paksaan atau kekuatan dan
mengagungkan diri.
b. PARTCIPATIVE LEADER
Partcipative leader, juga disebut pemimpin yang demokratis, ialah tipe pemimpin yang
memandang manusia adalah manusia yang termulia, memimpin dengan persuasi dan
memberikan contoh, memperhatikan perasaan pengikut, mensinkronisasikan kepentingan dan
tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi pengikut, mengutamakan kepentingan
organisasi dan kepentingan pengikut, senang menerima saran, pendapat atau kritik, menerima
partisipasi informil dari kelompok, memanfatkan pendapat-pendapat kelompok, menunggu
persetujuan kelompok, menunggu persetujuan kelompok, berunding dengan pengikut,
mengutamakan kerja sama, mendesentralisasikan wewenang, memberikan kebebasan untuk
bawahan untuk bertindak, menstimulir inisiatif, mendorong partisipasi pengikut dalam
pengambilan keputusan, memberikan informasi yang luas kepada pengikut, membuat pengikut
lebih sukses.
c. FREE REIN LEADER
Free rein leader, disebut juga pemimpin yang liberal, ialah tipe pemimpin yang menghindari
kekuasaan, tergantung pada kelompok anggota, kelompok memotivasikan diri sendiri, hanya
bertindak sebagai perantara dengan dunia luar untuk menyajikan informasi kepada kelompok,
tidak berhasil memahami sumbangan management, tidak dapat memahami peranan motivasi
yang diberikan dan melakukan pengendalian yang minimal.
3.      BERDASARKAN ORIENTASI PEMIMPIN
a. Yang berorientasi pada pengikut / pegawai.
pemimpin yg terfokus kepada pengikut dan lebih menyenangkan pengikut daripada hasil
karena takut kehilangan simpati.
b. Yang berorientasi pada produksi.
Pemimpin yang mengutamakan hasil dari pekerjaan / produksi diutamakan di atas
kepentingan pengikut demi kepuasan dari sebuah pekerjaan.
4.      BERDASARKAN CARA MEMOTIVASI

•      Dalam hal ini, terbagi dalam tipe pemimpin yang positif dan pemimpin yang negatif. Pemimpin
yang negatif, ialah tipe pemimpin yang menekankan kepada perangsang yang bersifat negatif,
misalnya ancaman, hukuman dan lain-lain. Sedangkan tipe pemimpin yang positif, ialah
pemimpin yang dalam memotivasikan pengikutnya menekankan pada pemberian hadiah.

5.      BERDASARKAN SEGI LANDASAN YG DIPERGUNAKAN UNTUK MEMPENGARUHI


PENGIKUT
Pemimpin tradisional, berusaha mempengaruhi pengikutnya berdasarkan tradisi yang ada.
Pemimpin yang kharismatik, mempergunakan kharismanya
Pemimpin rasional, kadang-kadang disebut pemimpin birokratis oleh karena pemimpin tipe ini
biasanya terdapat di dalam organisasi birokratis, mempergunakan rasio untuk mempengaruhi
pengikutnya.

6.      BERDASARKAN KEPRIBADIAN.

•      a) Tipe ekonomis, tipe yang perhatiannya dicurahkan kepada segala sesuatu yang bermanfaat dan
praktis.
•      b) Tipe aesthetis, yaitu tipe yang berpendapat bahwa nilai yang tertinggi terletak pada harmoni
dan individualitas.
•      c) Tipe teoritis, yaitu tipe yang perhatian utamanya ialah menemukan kebenaran hanya untuk
mencapai kebenaran, perbedaan dan rasionalitas.
•      d) Tipe sosial, yakni tipe pecinta orang lain, tujuan akhirnya adalah orang lain. Berhubungan
dengan sifatnya yang ramah tamah, simpatik, dan tidak mementingkan diri sendiri.
•      e) Tipe politis, yaitu tipe yang perhatian utamanya diarahkan kepada kekuasaan, menginginkan
kekuasaan perseorangan, pengaruh dan reputasi.
•      F) Tipe religious, yaitu tipe yang berpendapat bahwa bahwa nilai yang tertinggi ialah pengalaman
yang memberikan kepuasan tertinggi dalam kehidupan spritual dan bersifat mutlak.

IV. PERSYARATAN-PERSYARATAN SEORANG PEMIMPIN


a)      PERSYARATAN MORAL
b)      DOMINAN POSITIF
c)      MEMILIKI KEDEWASAAN ROHANI

A.    PERSYARATAN MORAL

  SEORANG YANG TAK BERCACAT


  HARUS SUAMI DARI SATU ISTERI
  STABIL / MAMPU MENGUASAI DIRI
  BUKAN PEMARAH
  BUKAN HAMBA UANG
( 1 Tim 3:1-7 )

B.     DOMINAN POSITIF


SOPAN
SUKA MEMBERI TUMPANGAN
CAKAP MENGAJAR
DAPAT DIPERCAYA & BERTANGGUNGJAWAB
BIJAKSANA
ANTUSIAS DAN PEKA

C.     MEMILIKI KEDEWASAAN ROHANI

  TAKUT AKAN TUHAN


  BUKAN SEORANG YANG BARU BERTOBAT
  MENYATU PERKATAAN & TINDAKAN
V. SIKAP PRAKTIS SEORANG PEMIMPIN KRISTEN

A. MEMANDANG POSITIF KESULITAN YANG ADA


Bagi seseorang yang berpandangan luas, tidak terlalu sulit untuk menganalisis suatu perkara
dengan positif. Umumnya, kesulitan yang timbul itu memungkinkan seseorang pemimpin mulai
membuat sejarah baru dalam kepemimpinannya. Sisi lain dari setiap kesulitan ialah bahwa
kesulitan dapat membawa kita kepada ketidakmampuan, yang akhirnya frustasi. Tetapi,
pemimpin yang sesungguhnya ialah yang senantiasa melihat kesulitan, sebagai kesempatan
untuk menemukan perkara yang baru dalam membuat satu sejarah. Sedang pemimpin yang
melihat kesulitan sebagai "satu kesulitan" ialah pemimpin yang pesimis.

B. MENGHINDARI KETEGANGAN

Di dalam kepemimpinan -- yang besar maupun kecil, hal-hal yang sering menganggu kelancaran
kerja ialah "ketegangan" dalam berpikir. Banyak pemimpin menempuh cara yang salah untuk
menghindari penyakit ini, dengan alasan "mengendurkan saraf". Cara yang tepat untuk
menghindari ketegangan ialah "humor". Kedengarannya istilah ini terlalu sepele, tapi jangan
keliru. Humor merupakan pemberian Tuhan. Humor yang dimaksudkan di sini ialah humor yang
dapat dikendalikan, sebab humor yang tidak dapat dikendalikan akan merusak nilai
kepemimpinan.

D.    MENGONTROL AMARAH


seorang pemimpin perlu juga marah. Dalam Alkitab terdapat dua macam kemarahan --
kemarahan yang adalah dosa dan kemarahan yang suci. Dosa marah yang dimaksud adalah
kemarahan yang hanya berpusat pada diri sendiri, nafsu, daging -- semuanya berpusat pada
kepentingan diri
Kemarahan yang suci ialah kemarahan yang berpusat kepada kemuliaan TUHAN. Alkitab
berbicara tentang Tuhan Yesus marah dua kali. Tapi dua-duanya memunyai nilai untuk
kemuliaan Bapa.

VI. BAGAIMANA MENJADI PEMIMPIN YANG VISIONER

  MEMILIKI SUMBER KEKUATAN DENGAN LANDASAN IMAN & FIRMAN TUHAN.


  MELIHAT SEGALA SESUATU DENGAN KACA MATA TUHAN.
  TAAT KEPADA RENCANA TUHAN.
  MELIBATKAN ORANG LAIN UNTUK MENCAPAI TUJUAN.
  MERENCANAKAN SEGALA SESUATU DENGAN MATANG & MENERAPKANNYA
DENGAN BAIK.

VII. PEMIMPIN SEBAGAI MENTOR


a. MELIHAT KUALITAS-KUALITAS BAIK
  Kualitas pertama seorang mentor adalah melihat sesuatu yang ideal dalam hidup mentori. Kita
tidak mungkin menginvestasikan diri kita kepada orang yang menurut kita tidak layak
mendapatkan investasi.
  CONTOH : Paulus memperlihatkan kemampuannya memandang melampaui permukaan hidup
Timotius dan bersaksi tentang kualitas-kualitas baik, yang dengan mudah terabaikan oleh orang
lain.

b.      MENDORONG MENTORI AGAR MEMELIHARA KARUNIANYA.


Paulus menyatakan bahwa Timotius harus "memelihara harta yang indah, yang telah
dipercayakan-Nya" dalam hidupnya (2 Timotius 1:14). Dalam 2 Timotius 2:1-7, kita menemukan
Paulus memberikan petunjuk yang jelas kepada anak didiknya tentang cara untuk
menginvestasikan karunia istimewanya. Secara khusus, Paulus menggunakan tiga analogi untuk
menyampaikan pesan pemeliharaan ini. Pertama, Timotius harus berpikir seperti seorang prajurit
yang mengetahui bahwa kesetiaan utamanya adalah kepada komandannya. Kedua, Timotius
harus berpikir seperti seorang olahragawan yang menyerahkan hidupnya kepada kedisiplinan
yang akan membangun parameter-parameter tingkah laku dan kebiasaan di dalam kehidupannya.
Yang terakhir, dia harus berpikir seperti seorang petani yang memahami bahwa pada akhirnya, ia
akan menikmati segala hasil usahanya

c.       MEMBERI PERINGATAN TENTANG KELEMAHAN-KELEMAHAN MENTORI


Kita melihat Paulus memperingatkan Timotius tentang bidang-bidang yang menjadi
kelemahannya. Dalam 2 Timotius 2:20-23, Paulus meninjau bidang-bidang yang dapat menjadi
kekuatannya dan bidang-bidang lain yang dapat menyebabkan kelemahannya.
Paulus langsung menantang Timotius bahwa beberapa sifatnya akan melemahkan hidupnya
sampai pada titik ketidakefektifan, sementara itu kualitas-kualitas yang lain akan
memperkuatnya. Sebagai mentor yang bijaksana, Paulus menekankan bahwa kualitas-kualitas
karakter ini terletak dalam tanggung jawab Timotius sendiri.

d.      MEMBERI PERINGATAN TENTANG KELEMAHAN-KELEMAHAN MENTORI


Kita melihat Paulus memperingatkan Timotius tentang bidang-bidang yang menjadi
kelemahannya. Dalam 2 Timotius 2:20-23, Paulus meninjau bidang-bidang yang dapat menjadi
kekuatannya dan bidang-bidang lain yang dapat menyebabkan kelemahannya.
Paulus langsung menantang Timotius bahwa beberapa sifatnya akan melemahkan hidupnya
sampai pada titik ketidakefektifan, sementara itu kualitas-kualitas yang lain akan
memperkuatnya. Sebagai mentor yang bijaksana, Paulus menekankan bahwa kualitas-kualitas
karakter ini terletak dalam tanggung jawab Timotius sendiri.
e.       MENYATAKAN PERLUNYA KEGIGIHAN
Mentoring yang bijaksana tidak hanya menunjukkan puncak kehidupan yang dijalani dengan
baik, tetapi juga kebenaran bahwa kegigihan dalam menjalankan tugas-tugas yang sangat berat
pun sangat diperlukan.

Secara realistis Paulus menunjukkan cakupan kesulitan yang harus dihadapi Timotius dalam 2
Timotius 3:1-9. Hal ini mencerminkan bahwa Paulus memahami konteks pelayanan Timotius
seringkali dapat terasa berat.

f.       MENJADI TELADAN


  Paulus menunjukkan bahwa dirinya sendiri adalah teladan yang baik bagi Timotius. Tidak ada
ucapan "lakukan seperti apa yang kukatakan, jangan seperti apa yang kulakukan" dari Paulus.
Sebaliknya, dia dengan tegas menyarankan agar Timotius mengikuti teladan tentang bagaimana
dia berinvestasi dalam hidupnya, dan bahwa dia tidak akan kecewa (2 Timotius 3:14).
  Paulus menggunakan frasa bahwa dia "sudah mulai dicurahkan sebagai anggur persembahan" (2
Timotius 4:6).
Nilai utama Paulus dalam memuliakan Tuhan ditampilkan kepada Timotius saat dia
menjelaskan pemahamannya bahwa ia siap menjadi anggur persembahan.

VIII. PEMIMPIN SEBAGAI GEMBALA


•      Secara garis besar prinsip-prinsip kepemimpinan gembala adalah “4 M”, yang terdiri dari:
•      M = Mengenal.
•      M = Mengasuh.
•      M = Mengayomi.
•      M = Melindungi.

a.       MENGENAL

  “Mengenal” dalam filosofi gembala tidaklah sekadar mengetahui atau memahami keberadaan
fisik secara visual semata, namun aspek yang lebih penting justru unsur lain yang tersembunyi di
balik fisik tersebut, seperti naluri, karakter, atau tabiat. Mengenal secara fisik barulah sebagian
dari eksistensi ternak secara utuh. Gembala yang baik adalah gembala yang mengenal ternak
yang digembalakannya secara utuh. Namun, agar seorang gembala mampu mengenal ternaknya
secara utuh, maka mau tidak mau, ia harus memiliki hubungan emosional yang intim dengan
ternak gembalaannya.
b.      MENGASUH
•      Mengasuh adalah falsafah kepemimpinan gembala berkaitan dengan tanggung jawabnya yang
menyeluruh terhadap kesehatan psikis maupun fisis seluruh ternak yang digembalakannya.
Mengasuh meliputi memberikan makanan yang bergizi kepada ternak, merawat sehingga
terhindar dari kemungkinan terserang berbagai sakit-penyakit, memelihara pertumbuhan dan
perkembangan mereka serta mendidik mereka agar menjadi ternak yang tertib, teratur, dan
memiliki disiplin.
Seorang gembala tidak akan pernah membiarkan ternak-ternaknya berkeliaran tanpa
pengawasan, menghabiskan makanan tanpa kendali, mati kelaparan, atau terserang sakit-
penyakit karena tidak terurus dengan baik.

c.       MENGAYOMI
Mengayomi, mengandung makna memberikan perlindungan penuh tanpa batas sehingga
menciptakan rasa aman dan nyaman terhadap komunitas yang dipimpin. Tindakan mengayomi
dapat diibaratkan laksana induk ayam yang mengerami anak-anaknya di bawah kepak sayapnya.
Dengan demikian, anak-anaknya tidak hanya merasakan adanya jaminan keamanan dari sang
induk terhadap gangguan musuh, tetapi juga kenyamanan karena mendapatkan kehangatan dari
tubuh sang induk.
Untuk melakukan pengayoman, seorang pemimpin harus melaksanakan tindakan-
tindakan sebagai berikut:
Melayani tanpa pandang bulu
Melayani secara adil.
Menghilangkan intrik-intrik.
Menghilangkan diskriminatif.

d.      MELINDUNGI
Salah satu inti penting kepemimpinan model gembala adalah kesediaan dan kemampuannya
untuk melindungi komunitas yang dipimpinnya. Memberikan perlindungan merupakan
komitmen dasar setiap pemimpin model gembala sehingga komunitasnya dapat menjalankan
aktivitas mereka dengan tenang. Kedamaian, kesejahteraan, keamanan, dan kenyamanan hidup
hanya bisa terselenggara jika pemimpin mempunyai kesanggupan menyediakan perlindungan.
Di dalam realitas, tindakan melindungi mencakup berbagai aspek sebagai berikut:
Menjamin kebebasan berpendapat
Menghormati dan menghargai perbedaan pendapat.
Bebas dari rasa tertekan.
Menghargai dan menghormati eksistensi orang lain.
Kebebasan menentukan pilihan.

•      Salah satu inti penting kepemimpinan model gembala adalah kesediaan dan kemampuannya
untuk melindungi komunitas yang dipimpinnya. Memberikan perlindungan merupakan
komitmen dasar setiap pemimpin model gembala sehingga komunitasnya dapat menjalankan
aktivitas mereka dengan tenang. Kedamaian, kesejahteraan, keamanan, dan kenyamanan hidup
hanya bisa terselenggara jika pemimpin mempunyai kesanggupan menyediakan perlindungan.
•      Salah satu inti penting kepemimpinan model gembala adalah kesediaan dan kemampuannya
untuk melindungi komunitas yang dipimpinnya. Memberikan perlindungan merupakan
komitmen dasar setiap pemimpin model gembala sehingga komunitasnya dapat menjalankan
aktivitas mereka dengan tenang. Kedamaian, kesejahteraan, keamanan, dan kenyamanan hidup
hanya bisa terselenggara jika pemimpin mempunyai kesanggupan menyediakan perlindungan.

IX. HAL YANG UTAMA DALAM KEPEMIMPINAN GEREJA


•      Memandang budaya dari perspektif menyeluruh orang Kristen.
•      Memiliki fokus hidup, baik secara individu maupun dalam persekutuan dengan orang lain, untuk
memuliakan Tuhan.
•      Memiliki wawasan Alkitab yang melibatkan sebuah hierarki doktrin, komitmen pada otoritas
mutlak Alkitab, dan rasa hormat yang besar pada orang lain yang mungkin tidak setuju dengan
interpretasinya yang mungkin keliru.
•      Penyerahan seluruh aspek kehidupan kepada Kristus -- termasuk karakter, iman, dan sikap --
secara progresif.
•      Memandang budaya dari perspektif menyeluruh orang Kristen.
•      Memiliki fokus hidup, baik secara individu maupun dalam persekutuan dengan orang lain, untuk
memuliakan Tuhan.
•      Memiliki wawasan Alkitab yang melibatkan sebuah hierarki doktrin, komitmen pada otoritas
mutlak Alkitab, dan rasa hormat yang besar pada orang lain yang mungkin tidak setuju dengan
interpretasinya yang mungkin keliru.
•      Penyerahan seluruh aspek kehidupan kepada Kristus -- termasuk karakter, iman, dan sikap --
secara progresif.
X. SIFAT-SIFAT PRIBADI DLAM KEPEMIMPINAN
  KEINGINAN BERPRESTASI.
Ambisi dikenal dengan banyak nama: motivasi, dorongan, antusiasme, atau harapan untuk
meraih prestasi. Apa pun namanya, sifat ini penting karena keinginan adalah dasar seseorang
untuk memacu diri sendiri. Jika tidak, orang tersebut akan berpuas diri menjadi pengikut, alih-
alih pemimpin.
Seseorang yang memunyai tujuan dan cita-cita yang jelas mengetahui ke mana arah
langkahnya. Dia akan mencapai lebih banyak hal daripada orang-orang yang tidak memunyai
tujuan yang jelas. Para pemimpin mendapatkan kepuasan terbesar saat mereka mencapai tujuan-
tujuan mereka; mereka selalu mencari dunia-dunia baru untuk ditaklukkan. Mereka biasanya
memunyai ego yang kuat.

  MENERIMA OTORITAS

Keberhasilan dalam kepemimpinan membutuhkan kepekaan yang kuat dalam menggunakan


otoritas tepat pada waktunya. Hal ini tercermin dalam kemampuan pemimpin untuk memberikan
perubahan dalam kelompok atau perorangan. Ketika seseorang membuat penilaian yang tepat,
dia dapat memberikan motivasi atau bertindak tepat pada waktu yang tepat. Kemampuan inilah
yang membentuk otoritas seseorang untuk mengelola kelompoknya.

  DISIPLIN DIRI.
Kedisiplinan adalah persyaratan untuk kepemimpinan yang berhasil. Untuk mengendalikan
orang lain, seorang pemimpin harus memunyai kendali diri yang baik. Kualitas ini penting
karena hanya orang yang memunyai disiplin diri yang baik, yang dapat mengukur tingkatan
kedisiplinannya. Lewat pengalaman, dia telah mempelajari cara menunjukkan ketegasan,
pengorbanan, dan permintaannya.

  KREATIVITAS
•      Orang yang berpikir kreatif adalah orang yang mampu membuat gagasan yang orisinal. Berpikir
kreatif melibatkan imajinasi yang dikelola menurut rencana dari inisiatif diri sendiri. Pemimpin
kreatif mengumpulkan ide dari berbagai sumber dan mengintegrasikannya sampai mencapai
hasil akhir.
•      Berpikir kreatif bukanlah melamun, tetapi usaha yang nyata untuk mewujudkan aktivitas mental.
Psikolog mengatakan bahwa karya kreatif bisa menjadi sebuah kebiasaan oleh orang yang tekun
melatih diri untuk berpikir kreatif.

  DELEGASI
Pemimpin yang baik tidak akan menerapkan cara-cara otoriter untuk menyelesaikan
pekerjaannya. Lawan dari metode otoriter adalah delegasi: seorang pemimpin yang mengizinkan
bawahannya untuk bertanggung jawab atas tugas yang diterimanya. Kepemimpinan yang
berkualitas tidak dapat dipertahankan jika seorang manajer merasa bahwa dia harus melakukan
semuanya.

XI. HARGA SEBUAH KEPEMIMPINAN


Kritik adalah sebuah harga mahal yang dibayar oleh para pemimpin. Jika seseorang tidak dapat
mengelola kritik, hal itu berarti pada dasarnya ia belum matang secara emosional. Kekurangan
ini pada akhirnya akan muncul dan menghalangi kemajuannya dan kelompoknya mencapai
tujuan bersama. Setiap pemimpin harus mengantisipasi beberapa hal semacam itu. Namun, kritik
bisa berujung pada kebaikan jika sang pemimpin mampu menerimanya.
  KELETIHAN
  Pemimpin yang bijaksana akan berusaha untuk menemukan keseimbangan dan mencari kesibukan
lain -- sebuah perubahan irama hidup -- untuk mengurangi stres. Ia harus mencari beberapa
hiburan yang menyenangkan.
  Para pemimpin sejati harus bersedia bangun lebih awal dan belajar lebih lama daripada orang lain.
Beberapa orang mempunyai stamina luar biasa, tetapi keletihan sering kali muncul saat mereka
ingin mencapai tujuan organisasi mereka dan muncul dalam tanggung jawab kepemimpinan
mereka.
  Perawatan kesehatan, istirahat, dan keseimbangan hidup yang tepat akan membantu pemimpin
menjaga kemampuannya untuk bertahan. Namun, seorang pemimpin harus siap untuk menerima
harga yang harus dibayarnya, baik secara emosional maupun jasmaniah.
  WAKTU UNTUK BERPIKIR
Harga lain yang harus dibayar oleh para pemimpin Kristen adalah waktu yang harus disisihkan
untuk berpikir kreatif dan merenung. Kita jarang menganggapnya sebagai harga yang harus
dibayar, namun demikianlah adanya
Kebanyakan upaya yang berhasil hanya diraih setelah berjam-jam pemikiran yang mendalam dan
penelitian yang cermat.

  WAKTU UNTUK SENDIRI


Harga keempat yang harus dibayar oleh pemimpin -- yang jarang kita perhatikan -- adalah
kesediaan untuk sendirian karena ia telah kehilangan kebebasannya dengan melayani orang lain.
Seorang pemimpin sejati mendukung minat, gagasan, dan cita-cita para anggotanya. Pada saat
yang sama, pemimpin yang efektif harus berjuang untuk menunaikan potensi dan cita-citanya
tanpa terserap ke dalam kelompok. Ini membuatnya hidup dalam kesendirian yang seimbang,
berada di antara dirinya dengan kelompoknya, karena dia perlu memerhatikan orang lain
sekaligus mengasingkan diri dari mereka.

Semua pemimpin tangguh bersikap demikian karena mereka mampu menyamakan diri dengan
kelompoknya tanpa menjadi "salah satu dari mereka." Seorang pemimpin harus siap untuk
melangkah menjauh dari rombongan dan menyendiri.

  IDENTIFIKASI
Seorang pemimpin tidak saja harus menjadi seorang diri dan terasing pada waktu yang
bersamaan, namun secara berlawanan ia juga harus menyamakan diri dengan kelompoknya. Ia
harus selalu berada di depan kelompoknya, namun secara bersamaan berjalan bersama orang-
orang yang dipimpinnya. Ini dapat menjadi suatu perbedaan tipis. Pasti ada jarak antara sang
pemimpin dan para anggotanya. Penting bagi sang pemimpin untuk mengetahui prinsip ini,
namun tetap mampu berhubungan dengan rekan-rekannya.
Supaya efektif, sang pemimpin tidak dapat berlari terlalu jauh mendahului kelompoknya. Alkitab
dipenuhi ilustrasi yang menggambarkan para pemimpin yang menyamakan diri dengan
kelompoknya. Contoh yang paling tepat adalah Tuhan Yesus, yang sering berbagi sukacita
maupun dukacita dengan orang-orang.

XII. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN & PELATIHAN YANG DIBUTUHKAN


OLEH PEMIMPIN.

  MEMILIKI STAMINA EMOSIONAL


Memimpin gereja bisa jadi sangat menguras emosi. Tingkat pengurasan emosi tergantung dari
posisi pemimpin, orang-orang yang harus bekerja dengan sang pemimpin, atmosfer emosi gereja
pada saat itu, dan apa yang sedang terjadi dalam hidupnya

Tekanan emosi dan fisik mungkin terjadi berbarengan, karena itu, ia mungkin dapat melakukan
sesuatu untuk meningkatkan stamina fisiknya dan melanjutkan tugas sebagai pemimpin. Namun,
ada saat-saat suatu tugas benar-benar menguras fisik. Maka ia harus memandang tugas itu
dengan realistis dan membuat keputusan objektif untuk mengundurkan diri. Hal ini harus ia
lakukan dengan penuh sukacita dan tanpa penyesalan. Ia tidak akan memberikan banyak manfaat
pada gereja jika ia tertekan secara emosi. Kekuatan dan stabilitas emosi adalah hal mutlak bagi
kepemimpinan yang efektif.

  MEMILIKI STAMINA MORAL


Hampir semua orang menyadari kelemahannya. Hanya Anda yang tahu apakah Anda cocok
secara moral untuk memimpin gereja.

Anda tahu kelemahan Anda, dan Anda tahu kapan biasanya kelemahan itu muncul. Jangan
menanggung posisi kepemimpinan gereja yang sepertinya akan memberi peluang bagi Anda
untuk berbuat dosa. Paulus menjelaskan hal ini dalam 1 Timotius 6. Pada ayat 9 dan 10, ia
mencatat beberapa godaan yang dapat membenamkan seorang pemimpin gereja dengan mudah.
Pada ayat 11, ia berkata, "Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu ...."
"Menjauhi semuanya itu" berarti menjauhkan diri dengan segala upaya yang mampu kita lakukan
agar kita tidak tergoda.

  MEMILIKI PELATIHAN YANG CUKUP


•      Pelatihan Alkitab
Apakah masuk akal untuk seseorang harus memiliki wawasan menyeluruh tentang Alkitab
sebelum ia melakukan tugas kepemimpinan gereja? Jelas masuk akal
•      Pelatihan Teologi
Penting sekali untuk seorang pemimpin gereja mengerti doktrin sehingga mereka dapat
mengambil keputusan doktrinal, mengajar sesuatu yang doktrinal, dan melaksanakan perannya
dengan cara yang doktrinal
•      Pelatihan lain-lain.
Memiliki kemampuan dari pelatihan-pelatihan lain dan untuk menampah ketrampilan untuk
mendukung kepemimpinan.
XIII. BAHAYA-BAHAYA KHUSUS BAGI SEORANG PEMIMPIN
  KESOMBONGAN. Dosa yang paling tidak disadari oleh korbannya adalah kesombongan.
Jika tidak dibendung, kesombongan akan menghalangi perkembangan pelayanan Kerajaan
Tuhan karena setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN(Amsal 16:5).
  MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI. Salah satu penyataan dari kesombongan adalah
mementingkan diri sendiri, yaitu berpikir dan berbicara banyak mengenai diri sendiri maupun
kebiasaan untuk membesar-besarkan prestasi dan kepentingan diri sendiri.
  IRI HATI. Orang yang iri hati bersikap kuatir dan curiga terhadap saingannya. Iri hati ini juga erat
hubungannya dengan kesombongan
  KEPOPULERAN. Para pengikut yang memberi hormat secara berlebih-lebihan kepada para
pemimpin gereja merupakan ciri ketidakmatangan rohani dan kedagingan. Kelemahan yang
sama juga ditunjukkan apabila pemimpin menerima penghormatan yang berlebihan tersebut.
Para pemimpin rohani memang harus sungguh-sungguh dijunjung dalam kasih karena pekerjaan
mereka, tetapi penghargaan seperti itu tidak boleh menjadi pemujaan yang berlebihan
  TIDAK BERSALAH. Menganggap diri tidak dapat bersalah menyebabkan hilangnya keyakinan.
Bahaya untuk jatuh secara tidak disadari ke dalam bahaya yang halus, yaitu kurang
kemungkinannya untuk berbuat salah.
  MERASA SANGAT DIPERLUKAN. Banyak orang yang besar pengaruhnya telah jatuh
menghadapi pencobaan dengan berpendirian bahwa mereka tidak dapat diganti oleh orang lain,
dan bahwa demi pekerjaan, mereka tidak dapat melepaskan kedudukan mereka. Mereka tetap
memegang kekuasaan itu lama setelah pekerjaan itu sepatutnya diserahkan kepada orang-orang
yang lebih muda.
  KEGIRANGAN & KEMURUNGAN. Seorang pemimpin mungkin sekali terlalu murung karena
suatu hal dan terlalu girang karena yang lainnya. Tidak mudah untuk menemukan jalan tengah.
  PENOLAKAN. Suatu sikap takut terhadap penolakan setelah melakukan berbagai pekerjaan dan
berprestasi baik oleh lingkungan maupun orang lain.

XIV. RAHASIA KEBERHASILAN MEMIMPIN


  Takut akan Tuhan & peka terhadap suara Roh Kudus.
  Mengoptimalkan seluruh kemampuan.
  Memiliki Kemampuan berorganisasi.
  Memberdayakan orang lain dalam mencapai tujuan dan bekerjasama dengan baik.
  Memiliki kredibilitas dan disiplin serta memiliki prinsip pantang menyerah.

Anda mungkin juga menyukai