KEPEMIMPINAN KRISTEN.
I. KEPEMIMPINAN.
Secara sederhana saya mendefinisikan pemimpin dan kepemimpinan sbg berikut. Ini hanyalah
tulisan saya ketika saya melihat bagaimana hari-hari ini para pemimpin banyak yg sdh keluar
dari jalur dan terlalu menggunakan haknya sebagai pemimpin terlalu berlebihan dan sangat tidak
menghargai saran dan pendapat bawahannya. Ketika seorang pemimpin tidak lagi mendengar
suara bawahannya.., maka segala sesuatu akan banyak menimbulkan kerugian. Harapan saya
sebagai anak muda…, tulisan ini mampu menjadi berkat. Dan harap dimaklumi jika terdapat
banyak kekurangan…!
Pemimpin > seorang pribadi yg memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki
kewibawaan & kekuasaan untuk menggerakkan org lain.
Kepemimpinan > proses mempengaruhi aktivitas seseorang / kelompok org untuk mencapai
tujuan & sasaran dalam situasi tertentu.
Kepemimpinan Kristen didasarkan atas premis utama, yaitu bahwa TUHAN, oleh kehendak-Nya
yang berdaulat, menetapkan serta memilih setiap pribadi dalam lingkup dan konteks pelayanan
menjadi pemimpin Kristen. Pemimpin yang dipanggil oleh TUHAN ini adalah untuk pelayanan
memimpin.
“Pemimpin Kristen adalah seseorang yang telah dipanggil TUHAN sebagai PEMIMPIN yang
ditandai oleh adanya:
1. Kapasitas memimpin dan
2. Tanggung jawab pemberian TUHAN.
Untuk
3. Memimpin suatu kelompok umat TUHAN (gereja)
4. Mencapai TUJUANNYA bagi, serta melalui kelompok ini”
B. Dasar Teologis Filosofis Kepemimpinan Kristen
Dasar teologis-filosofis yang harus dipahami dan harus ada pada seorang pemimpinan Kristen
ialah:
1. Pemimpin Kristen harus memahami dasar kepemimpinan Kristen bahwa ia terpanggil sebagai –
“pelayan-hamba” (Makus 10:42-45). Sebagai pelayan, pemimpin terpanggil kepada tugas yang
olehnya ia menjadi pemimpin. Sebagai hamba, ia terpanggil dengan status menghamba kepada
TUHAN, yang harus diwujudkan dalam sikap, sifat, kata, dan perbuatan.
2. Pemimpin Kristen harus memiliki motif dasar kepemimpinan Kristen yaitu;
Satu: “membina hubungan” dengan orang yang dipimpinnya dan orang lain pada umumnya
(Markus 3:13-19; Matius 10:1-4; Lukas 6:12-16). Dalam kaitan ini, perlulah disadari bahwa
kadar hubungan-hubunganlah yang menentukan keberhasilan seseorang sebagai pemimpin.
Dua: “mengutamakan pengabdian” (Lukas 17:7-10). Mengutamakan pengabdian menekankan
bahwa “kerja” adalah fokus, prioritas, sikap serta tekanan utama, sehingga ia akan mengabdikan
diri untuk melakonkan tugas kepemimpinan dengan sungguh-sungguh.
3. Pemimpin Kristen harus memahami PROSES KEPEMIMPINAN serta ketrampilan memimpin,
antara lain:
a. Ia harus mengetahui tujuan (tujuan Tuhan, tujuan organisasi, tujuan operasi kerja) dari
institusi/organisasi yang dipimpinnya.
b. Ia perlu mengenal tanggung jawab serta tugas yang dipercayakan kepadanya.
c. Ia harus memahami dan mengenal fungsi pengelolaan kerja (manajemen) – (Lukas 14:28-30).
d. Ia harus berupaya mengenal setiap orang yang dipimpinnya untuk mempermudah
penggalangan serta pembinaan hubungan antara pemimpin-bawahan, sebagai dasar untuk
melaksanakan kinerja kepemimpinan yang berkualitas. Kondisi hubungan baik antara pemimpin
dengan para bawahan sangat menentukan pelaksanaan kerja yang dapat dilakukan dengan baik
pula.
e. Ia harus mengerti dengan baik bagaimana caranya mencipta hubungan, kondisi yang kondusif,
serta pemenuhan kebutuhan dari bawahannya dalam upaya memperlancar upaya dan kinerja
kepemimpinan.
2. Orientasi dan pendekatan etika-moral kepemimpinan Kristen bersifat partisipatif yang berlaku
dalam penerapan kepemimpinan Kristen pada segala bidang hidup (Lukas 4:18-19).
4. Perwujudan dasar etik-moral kepemimpinan Kristen haruslah dinyatakan dalam sikap hati, kata
dan perbuatan serta bakti setiap pemimpin Kristen secara nyata dalam bidang hidup berikut:
a. Pemimpin Kristen harus membuktikan diri sebagai pemimpin bertanggung jawab (Ibrani
13:17).
b. Pemimpin Kristen harus menemukan diri sebagai pemimpin yang bertumbuh (Kolose 2:6-7;
3:5-17).
c. Pemimpin Kristen harus menjadi pemimpin model dalam keteladanan hidup dan kinerja
(Ibrani 13:7-8).
d. Pemimpin Kristen harus memiliki: motivasi dasar Pelayan-Hamba (Markus 10:42-45), yang
senantiasa menyadari akan status dan perannya sebagai pemimpin.
Motivasi dasar seseorang pemimpin seperti ini akan sangat menentukan sikap, perilaku, kata
ddan tindakan dari orang tersebut, baik terhadap diri, orang lain maupun pekerjaan. Karena itu,
seorang pemimpin Kristen perlu memastikan apakah ia memiliki dasar etika-moral, orientasi dan
motivasi yang sesuai dengan Firman Tuhan.
a. Climbers
Climbers, ialah tipe pemimpin yang selalu haus akan kekuasaan, prastige dan kemajuan diri,
berusaha maju terus menerus dengan kekuasaan sendiri, oportunistis, agresif, suka dan
mendorong perubahan dan perkembangan dan berusaha berombak terus menerus.
b. CONSERVERS
• Conservers, ialah tipe pemimpin yang mementingkan jaminan dan keenakan, mempertahankan
statusquo memperkuat posisi yang telah dicapai, menolak perubahan, deFensiFda statis.
c. ZEALOTS
• Zealots, ialah tipe pemimpin yang bersemangat untuk memperbaiki organisasi, mengutamakan
tercapainya tujuan, mempunyai visi, menyendiri aktif, agresif, bersedia menghadapi segala
permusuhan dan pertentangan, tegas, mempunyai dorongan yang keras untuk maju, tidak sabaran
untuk mengadakan perbaikan dan menentukan sesuatu yang baru, mementingkan kepekaan
daripada human relations.
d. ADVOCATES
Advocates, ialah tipe pemimpin yang ingin mengadakan perbaikan organisasi, terutama
bagiannya sendiri, mementingkan kepentingan keseluruhan organisasi daripada kepentingan diri
sendiri, pejuang yang gigih dan bersemangat untuk kepentingan orang-orang dan programnya,
bersedia menghadapi pertentangan apabila mendapat dukungan dari kolega-koleganya, sangat
responsif terhadap ide-ide dan pengaruh orang lain, keluar bersedia mempertahankan kelompok
dengan tindakan partisan, ke dalam bersikap jujur dan tidak menyebelah.
e. STATESMEN
• Statesmen, ialah tipe pemimpin yang mementingkan tujuan organisasi secara keseluruhan dan
misi organisasi, berusaha berdiri di atas kepentingan-kepentingan, tidak menyukai pertentangan
yang merugikan pihak-pihak yang bersangkutan, berusaha mempertemukan pertentangan.
a. AUTORAIC LEADER
Autoraic leader, ialah tipe pemimpin yang menggantungkan terutama pada kekuasaan
formalnya, organisasi dipandang sebagai milik pribadi, mengidentikkan tujuan pribadi dengan
tujuan organisasi, hak dan wewenang adalah milik pribadi. Leadership adalah hak pribadi,
bawahan adalah alat, ia harus mengikuti saja, tidak memberi kesempatan kepada bawahan untuk
ikut mengambil bagian dalam pengambilan keputusan, tidak mau menerima kritik, saran atau
pendapat, tidak mau berunding dengan bawahan, keputusan diambil sendiri, memusatkan
kekuasaan untuk mengambil keputusan, mempergunakan intimidasi, paksaan atau kekuatan dan
mengagungkan diri.
b. PARTCIPATIVE LEADER
Partcipative leader, juga disebut pemimpin yang demokratis, ialah tipe pemimpin yang
memandang manusia adalah manusia yang termulia, memimpin dengan persuasi dan
memberikan contoh, memperhatikan perasaan pengikut, mensinkronisasikan kepentingan dan
tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi pengikut, mengutamakan kepentingan
organisasi dan kepentingan pengikut, senang menerima saran, pendapat atau kritik, menerima
partisipasi informil dari kelompok, memanfatkan pendapat-pendapat kelompok, menunggu
persetujuan kelompok, menunggu persetujuan kelompok, berunding dengan pengikut,
mengutamakan kerja sama, mendesentralisasikan wewenang, memberikan kebebasan untuk
bawahan untuk bertindak, menstimulir inisiatif, mendorong partisipasi pengikut dalam
pengambilan keputusan, memberikan informasi yang luas kepada pengikut, membuat pengikut
lebih sukses.
c. FREE REIN LEADER
Free rein leader, disebut juga pemimpin yang liberal, ialah tipe pemimpin yang menghindari
kekuasaan, tergantung pada kelompok anggota, kelompok memotivasikan diri sendiri, hanya
bertindak sebagai perantara dengan dunia luar untuk menyajikan informasi kepada kelompok,
tidak berhasil memahami sumbangan management, tidak dapat memahami peranan motivasi
yang diberikan dan melakukan pengendalian yang minimal.
3. BERDASARKAN ORIENTASI PEMIMPIN
a. Yang berorientasi pada pengikut / pegawai.
pemimpin yg terfokus kepada pengikut dan lebih menyenangkan pengikut daripada hasil
karena takut kehilangan simpati.
b. Yang berorientasi pada produksi.
Pemimpin yang mengutamakan hasil dari pekerjaan / produksi diutamakan di atas
kepentingan pengikut demi kepuasan dari sebuah pekerjaan.
4. BERDASARKAN CARA MEMOTIVASI
• Dalam hal ini, terbagi dalam tipe pemimpin yang positif dan pemimpin yang negatif. Pemimpin
yang negatif, ialah tipe pemimpin yang menekankan kepada perangsang yang bersifat negatif,
misalnya ancaman, hukuman dan lain-lain. Sedangkan tipe pemimpin yang positif, ialah
pemimpin yang dalam memotivasikan pengikutnya menekankan pada pemberian hadiah.
• a) Tipe ekonomis, tipe yang perhatiannya dicurahkan kepada segala sesuatu yang bermanfaat dan
praktis.
• b) Tipe aesthetis, yaitu tipe yang berpendapat bahwa nilai yang tertinggi terletak pada harmoni
dan individualitas.
• c) Tipe teoritis, yaitu tipe yang perhatian utamanya ialah menemukan kebenaran hanya untuk
mencapai kebenaran, perbedaan dan rasionalitas.
• d) Tipe sosial, yakni tipe pecinta orang lain, tujuan akhirnya adalah orang lain. Berhubungan
dengan sifatnya yang ramah tamah, simpatik, dan tidak mementingkan diri sendiri.
• e) Tipe politis, yaitu tipe yang perhatian utamanya diarahkan kepada kekuasaan, menginginkan
kekuasaan perseorangan, pengaruh dan reputasi.
• F) Tipe religious, yaitu tipe yang berpendapat bahwa bahwa nilai yang tertinggi ialah pengalaman
yang memberikan kepuasan tertinggi dalam kehidupan spritual dan bersifat mutlak.
B. MENGHINDARI KETEGANGAN
Di dalam kepemimpinan -- yang besar maupun kecil, hal-hal yang sering menganggu kelancaran
kerja ialah "ketegangan" dalam berpikir. Banyak pemimpin menempuh cara yang salah untuk
menghindari penyakit ini, dengan alasan "mengendurkan saraf". Cara yang tepat untuk
menghindari ketegangan ialah "humor". Kedengarannya istilah ini terlalu sepele, tapi jangan
keliru. Humor merupakan pemberian Tuhan. Humor yang dimaksudkan di sini ialah humor yang
dapat dikendalikan, sebab humor yang tidak dapat dikendalikan akan merusak nilai
kepemimpinan.
Secara realistis Paulus menunjukkan cakupan kesulitan yang harus dihadapi Timotius dalam 2
Timotius 3:1-9. Hal ini mencerminkan bahwa Paulus memahami konteks pelayanan Timotius
seringkali dapat terasa berat.
a. MENGENAL
“Mengenal” dalam filosofi gembala tidaklah sekadar mengetahui atau memahami keberadaan
fisik secara visual semata, namun aspek yang lebih penting justru unsur lain yang tersembunyi di
balik fisik tersebut, seperti naluri, karakter, atau tabiat. Mengenal secara fisik barulah sebagian
dari eksistensi ternak secara utuh. Gembala yang baik adalah gembala yang mengenal ternak
yang digembalakannya secara utuh. Namun, agar seorang gembala mampu mengenal ternaknya
secara utuh, maka mau tidak mau, ia harus memiliki hubungan emosional yang intim dengan
ternak gembalaannya.
b. MENGASUH
• Mengasuh adalah falsafah kepemimpinan gembala berkaitan dengan tanggung jawabnya yang
menyeluruh terhadap kesehatan psikis maupun fisis seluruh ternak yang digembalakannya.
Mengasuh meliputi memberikan makanan yang bergizi kepada ternak, merawat sehingga
terhindar dari kemungkinan terserang berbagai sakit-penyakit, memelihara pertumbuhan dan
perkembangan mereka serta mendidik mereka agar menjadi ternak yang tertib, teratur, dan
memiliki disiplin.
Seorang gembala tidak akan pernah membiarkan ternak-ternaknya berkeliaran tanpa
pengawasan, menghabiskan makanan tanpa kendali, mati kelaparan, atau terserang sakit-
penyakit karena tidak terurus dengan baik.
c. MENGAYOMI
Mengayomi, mengandung makna memberikan perlindungan penuh tanpa batas sehingga
menciptakan rasa aman dan nyaman terhadap komunitas yang dipimpin. Tindakan mengayomi
dapat diibaratkan laksana induk ayam yang mengerami anak-anaknya di bawah kepak sayapnya.
Dengan demikian, anak-anaknya tidak hanya merasakan adanya jaminan keamanan dari sang
induk terhadap gangguan musuh, tetapi juga kenyamanan karena mendapatkan kehangatan dari
tubuh sang induk.
Untuk melakukan pengayoman, seorang pemimpin harus melaksanakan tindakan-
tindakan sebagai berikut:
Melayani tanpa pandang bulu
Melayani secara adil.
Menghilangkan intrik-intrik.
Menghilangkan diskriminatif.
d. MELINDUNGI
Salah satu inti penting kepemimpinan model gembala adalah kesediaan dan kemampuannya
untuk melindungi komunitas yang dipimpinnya. Memberikan perlindungan merupakan
komitmen dasar setiap pemimpin model gembala sehingga komunitasnya dapat menjalankan
aktivitas mereka dengan tenang. Kedamaian, kesejahteraan, keamanan, dan kenyamanan hidup
hanya bisa terselenggara jika pemimpin mempunyai kesanggupan menyediakan perlindungan.
Di dalam realitas, tindakan melindungi mencakup berbagai aspek sebagai berikut:
Menjamin kebebasan berpendapat
Menghormati dan menghargai perbedaan pendapat.
Bebas dari rasa tertekan.
Menghargai dan menghormati eksistensi orang lain.
Kebebasan menentukan pilihan.
• Salah satu inti penting kepemimpinan model gembala adalah kesediaan dan kemampuannya
untuk melindungi komunitas yang dipimpinnya. Memberikan perlindungan merupakan
komitmen dasar setiap pemimpin model gembala sehingga komunitasnya dapat menjalankan
aktivitas mereka dengan tenang. Kedamaian, kesejahteraan, keamanan, dan kenyamanan hidup
hanya bisa terselenggara jika pemimpin mempunyai kesanggupan menyediakan perlindungan.
• Salah satu inti penting kepemimpinan model gembala adalah kesediaan dan kemampuannya
untuk melindungi komunitas yang dipimpinnya. Memberikan perlindungan merupakan
komitmen dasar setiap pemimpin model gembala sehingga komunitasnya dapat menjalankan
aktivitas mereka dengan tenang. Kedamaian, kesejahteraan, keamanan, dan kenyamanan hidup
hanya bisa terselenggara jika pemimpin mempunyai kesanggupan menyediakan perlindungan.
MENERIMA OTORITAS
DISIPLIN DIRI.
Kedisiplinan adalah persyaratan untuk kepemimpinan yang berhasil. Untuk mengendalikan
orang lain, seorang pemimpin harus memunyai kendali diri yang baik. Kualitas ini penting
karena hanya orang yang memunyai disiplin diri yang baik, yang dapat mengukur tingkatan
kedisiplinannya. Lewat pengalaman, dia telah mempelajari cara menunjukkan ketegasan,
pengorbanan, dan permintaannya.
KREATIVITAS
• Orang yang berpikir kreatif adalah orang yang mampu membuat gagasan yang orisinal. Berpikir
kreatif melibatkan imajinasi yang dikelola menurut rencana dari inisiatif diri sendiri. Pemimpin
kreatif mengumpulkan ide dari berbagai sumber dan mengintegrasikannya sampai mencapai
hasil akhir.
• Berpikir kreatif bukanlah melamun, tetapi usaha yang nyata untuk mewujudkan aktivitas mental.
Psikolog mengatakan bahwa karya kreatif bisa menjadi sebuah kebiasaan oleh orang yang tekun
melatih diri untuk berpikir kreatif.
DELEGASI
Pemimpin yang baik tidak akan menerapkan cara-cara otoriter untuk menyelesaikan
pekerjaannya. Lawan dari metode otoriter adalah delegasi: seorang pemimpin yang mengizinkan
bawahannya untuk bertanggung jawab atas tugas yang diterimanya. Kepemimpinan yang
berkualitas tidak dapat dipertahankan jika seorang manajer merasa bahwa dia harus melakukan
semuanya.
Semua pemimpin tangguh bersikap demikian karena mereka mampu menyamakan diri dengan
kelompoknya tanpa menjadi "salah satu dari mereka." Seorang pemimpin harus siap untuk
melangkah menjauh dari rombongan dan menyendiri.
IDENTIFIKASI
Seorang pemimpin tidak saja harus menjadi seorang diri dan terasing pada waktu yang
bersamaan, namun secara berlawanan ia juga harus menyamakan diri dengan kelompoknya. Ia
harus selalu berada di depan kelompoknya, namun secara bersamaan berjalan bersama orang-
orang yang dipimpinnya. Ini dapat menjadi suatu perbedaan tipis. Pasti ada jarak antara sang
pemimpin dan para anggotanya. Penting bagi sang pemimpin untuk mengetahui prinsip ini,
namun tetap mampu berhubungan dengan rekan-rekannya.
Supaya efektif, sang pemimpin tidak dapat berlari terlalu jauh mendahului kelompoknya. Alkitab
dipenuhi ilustrasi yang menggambarkan para pemimpin yang menyamakan diri dengan
kelompoknya. Contoh yang paling tepat adalah Tuhan Yesus, yang sering berbagi sukacita
maupun dukacita dengan orang-orang.
Tekanan emosi dan fisik mungkin terjadi berbarengan, karena itu, ia mungkin dapat melakukan
sesuatu untuk meningkatkan stamina fisiknya dan melanjutkan tugas sebagai pemimpin. Namun,
ada saat-saat suatu tugas benar-benar menguras fisik. Maka ia harus memandang tugas itu
dengan realistis dan membuat keputusan objektif untuk mengundurkan diri. Hal ini harus ia
lakukan dengan penuh sukacita dan tanpa penyesalan. Ia tidak akan memberikan banyak manfaat
pada gereja jika ia tertekan secara emosi. Kekuatan dan stabilitas emosi adalah hal mutlak bagi
kepemimpinan yang efektif.
Anda tahu kelemahan Anda, dan Anda tahu kapan biasanya kelemahan itu muncul. Jangan
menanggung posisi kepemimpinan gereja yang sepertinya akan memberi peluang bagi Anda
untuk berbuat dosa. Paulus menjelaskan hal ini dalam 1 Timotius 6. Pada ayat 9 dan 10, ia
mencatat beberapa godaan yang dapat membenamkan seorang pemimpin gereja dengan mudah.
Pada ayat 11, ia berkata, "Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu ...."
"Menjauhi semuanya itu" berarti menjauhkan diri dengan segala upaya yang mampu kita lakukan
agar kita tidak tergoda.