Pengertian tentang arti dan hakekat kepemimpinan sangat penting bagi seorang pemimpin. Sebab sadar atau
tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, kepemimpinan yang dipraktikkan seorang pemimpin akan diwarnai oleh
pemahaman internalnya tentang arti kepemimpinan itu sendiri.
Demikian pula seorang pemimpin Kristen, pola kepemimpinannya akan ditentukan oleh pemahaman dan
penghayatannya tentang arti kepemimpinan itu sendiri. Jika makna kepemimpinan sekuler yang dihayatinya, maka
sekalipun ia dikenal sebagai “pemimpin Kristen” tetapi sesungguhnya praktik kepemimpinannya bukan
“kepemimpinan Kristen.” Sebaliknya, jika ia menghayati dan menerapkan kepemimpinan yang “Kristen” -
berlandaskan perspektif Alkitab- maka baru kepemimpinannya layak disebut kepemimpinan rohani.
3. Persyaratan pemimpin
Ada tiga hal penting yang menjadi persyaratan pemimpin sekuler.(05) Pertama, Kekuasaan. Seorang pemimpin
harus memiliki kekuatan, otoritas, dan legalitas untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya. Kedua,
Kewibawaan. Pemimpin harus memiliki kelebihan, keunggulan, keutamaan agar ia mampu mengatur orang lain
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tertentu. Ketiga, Kemampuan. Pemimpin harus memiliki daya,
kekuatan, keunggulan, kecakapan teknis dan sosial yang melampaui bawahannya.
Ada pula yang beranggapan bahwa pemimpin harus memiliki kualitas-kualitas unggul seperti kemampuan
berpikir tinggi, bijaksana, bertanggung jawab, adil, jujur, memiliki rasa humor, dsb. Sebagian lagi beranggapan
pemimpin harus memiliki kemampuan relasional dengan bawahannya, misal, kemampuan mengkoordinasi
bawahannya, menyusun konsep dan penjabaran tujuan-tujuan, bersikap adil, dsb. Namun, menurut pandangan
umum/sekuler ini, keunggulan pemimpin dari sisi karakter tidak bersifat mutlak, sebab bisa saja karakter yang baik
tidak terdapat pada seorang pemimpin dunia yang paling menonjol dan dipandang paling sukses.(06) Misalnya,
Hitler dan Idi Amin yang dikenal sebagai tiran dan menimbulkan petaka dahsyat dalam sejarah dunia dan
melenyapkan banyak jiwa, memiliki tabiat yang abnormal dan destruktif.
4. Arti kepemimpinan
Menurut Warren Bennis dan Burt Nanus, seperti yang dikutip Henry dan Richard Blackaby, mereka menemukan
ada lebih dari 850 rumusan tentang kepemimpinan.(07) Mengutip pelbagai pandangan umum tentang makna
kepemimpinan, Kartini Kartono mengatakan kepemimpinan(08) sebagai:
Proses dengan mana seorang agen menyebabkan seorang bawahan bertingkah laku menurut satu cara tertentu.
Kegiatan mempengaruhi orang-orang agar bekerjasama untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok.
Seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang.
Kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial melalui mana seseorang dapat memperoleh bantuan dari orang lain
dalam mencapai sebuah gol.(09)
Berdasarkan beragam pandangan di atas, kepemimpinan berarti proses/kegiatan atau kesanggupan
menggerakkan/mempengaruhi orang yang dipimpin, kemampuan menuntun mereka mencapai tujuan-tujuan
tertentu, yang bersifat individu maupun kelompok.
5. Tipe kepemimpinan
Kepemimpinan dalam pengertian umum dapat dikategorisasikan berdasarkan beberapa cara. Ada yang
membagi tipe kepemimpinan sebagai:(10) 1) the crowd-compeller, kepemimpinan yang memaksakan kehendaknya
kepada kelompok. 2) the crowd-exponent, penerjemah atau bentuk penampilan dari kelompok. 3) the crowd-
representative, kepemimpinan sebagai wakil/utusan dari kelompok. Ada pula pembagian tipe: 1) kepemimpinan
konservatif/kuno, 2) kepemimpinan radikal, dan 3) kepemimpinan yang ilmiah.(11) Berdasarkan orientasinya (tugas,
hubungan kerja, dan hasil efektif) kepemimpinan dapat dibagi menjadi delapan tipe: deserter (pembelot), birokrat,
misionari, developer (pembangun), otokrat, otokrat yang bajik, compromiser, dan eksekutif.(12)
KESIMPULAN
Tuhan Yesus menegaskan adanya perbedaan esensial antara pemimpin Kristen dan pemimpin sekuler dengan
menyatakan, "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan
tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di
antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa
ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak
Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang." (Mrk. 10:42-45). •
Footnotes
01/ Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: CV Rajawali, 1988), hlm. 33
02/ Ibid., hlm. 34.
03/ Ibid., hlm. 35.
04/ Ibid., hlm. 29.
05/ Ibid., hlm. 31.
06/ Ibid., hlm. 35-37.
07/ Henry & Richard Blackaby, Kepemimpinan Rohani (Batam Centre: Gospel Press, 2005), hlm.33.
08/ Ibid., hlm. 38-39.
09/ Martin M. Chemers, An Integrative Theory of Leadership (New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 1997), hlm. 2.
10/ Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, hlm. 39.
11/ Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, hlm. 40.
12/ Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, hlm. 30-31.
13/ Lihat Lawrence O. Richards and Clyde Hoeldtke, A Theology of Church Leadership (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1980), hlm. 31-
42; 150-204.
14/ Martin, An Integrative Theory of Leadership, hlm. 2.
15/ Engstrom dan Dayton memandang bahwa organisasi dan manajemen bersifat netral, demikian pula orang yang memanfaatkannya, baik Kristen
maupun bukan Kristen. Sedangkan Richards dan Hoeldtke menilai bahwa organisasi dan manajemen bersifat “amoral,” atau netral, sedangkan
manusia yang memanfaatkannya tidak netral dan berperan secara krusial, Kristen dan bukan Kristen. Lihat Richards and Hoeldtke, A Theology of
Church Leadership, hlm. 191-204.
16/ Bd. Blackaby, Kepemimpinan Rohani, hlm. 31.
17/ Bd. J. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1979), hlm. 21.
18/ Ibid., hlm. 22.
19/ Bd. Gene A. Getz, Sharpening The Focus Of The Church (Chicago: Moody Press, 1976), hlm. 118.
20/ Sanders, Kepemimpinan Rohani, hlm. 32-41.
21/ Gordon D. Fee, New International Biblical Commentary (Peabody: Hendrickson Publishers, 1988), hlm. 78. Bd. Donald Guthrie, Tyndale New
Testament Commentaries (Grand Rapids: Wm. B. Eermands Publishing Company, 1986), hlm. 80.
22/ Beragam definisi kepemimpinan rohani dan penilaian atasnya dapat dilihat pada George Barna, ed., Leaders On Leadership (Malang: Penerbit
Gandum Mas, 2002), hlm. 22-26. Blackkaby, Kepemimpinan Rohani, hlm. 33-38.
23/ Richards and Clyde Hoeldtke, A Theology of Church Leadership, hlm. 102-112. Lihat Elwell, Walter A., and Walter A. Elwell, Evangelical Dictionary
of Biblical Theology (Grand Rapids: Baker Book House, 1997).
24/ Bd. Lihat William D. Lawrence, “Distinctives of Christian Leadership,” Bibliotheca Sacra 575, (Juli-September 1987): 318-319.
25/ John Adair, Inspiring Leadership (London: Thorogood, 2002), hlm. 344.
26/ Bd. Lawrence, “Distinctives of Christian Leadership,” hlm. 320-321.
27/ Bd. Lawrence, “Distinctives of Christian Leadership,” hlm. 321-323.
28/ John, Inspiring Leadership, hlm. 37-38.