Anda di halaman 1dari 11

TUTORIAL FARMAKOTERAPI DIABETES MELLITUS – I

SEMESTER GASAL 21-22

Seorang pasien laki-2, usia 50 tahun datang ke praktik dokter dengan keluhan dalam dua
bulan terakhir badan sering merasa lemah, cepat lelah. Dalam satu bulan terakhir berat badan
pasien turun 7 kg, padahal ybs merasa aktivitas makan normal, bahkan meningkat. Selain itu
pasien merasa terganggu dengan aktivitas kencing yang sering, terutama pada malam hari.
Berat badan saat ini 73 kg, tinggi 160 cm, pekerja kantor dengan aktivitas yang menuntut
banyak duduk dan jarang olah raga. Riwayat keluarga ibu DM. Dokter meminta pasien
melakukan pemeriksaan gula darah puasa (GDP) dan gula darah 2 jam setelah makan
(GD2PP) dan HbA1C.Dari pemeriksaan gula darah diperoleh hasil GDP 140mg/dl,GD2pp
230 mg/dl, HbA1c 7,5%

Diagnosa dokter menyatakan: DM tipe 2, pasien diberikan arahan menurunkan berat


badan,diet asupan makanan, olah raga secara teratur. Terapi obat Metformin 2 x 500
mg.Pasien diminta kembali dua bulan kemudian untuk dilakukan evaluasi.

Pertanyaan:
1.Jelaskan Batasan seseorang dinyatakan DM!
2.Jelaskan klasifikasi DM dan tipe DM pasien di atas!

Jawab : Klasifikasi Diabetes Mellitus

a. DM tipe 1: penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar gula darah
akibat destruksi (kerusakan) sel beta pancreas karena suatu sebab tertentu yang menyebabkan
produksi insulin tidak ada sama sekali sehingga penderita sangat memerlukan tambahan
insulin dari luar

b. DM tipe 2: penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar gula darah
atau gangguan sekresi insulin yang adequate secara progresif akibat penurunan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas dan atau fungsi insulin (resistensi insulin). Pasien pada kasus
diatas termasuk dalam klasifikasi DM tipe 2, kemungkinan dikarenakan kurangnya aktivitas
pasien dan riwayat penyakit DM dari orang tua pasien.

c.DM tipe gestasional: penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar gula
darah yang didiagnosis pada wanita hamil, biasanya terjadi pada usia 24 minggu (trimester
kedua atau ketiga) masa kehamilan, dan setelah melahirkan gula darah kembali normal

d. DM tipe lain: penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar gula darah
akibat defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,
endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang, sindrom
genetic lain yang berkaitan dengan DM
(pustaka: American Diabetes Association. (2020). Standards of medical care in
diabetes—2020 abridged for primary care providers. Clinical diabetes: a publication of the
American Diabetes Association, 38(1), 10)

3.Jelaskan kerja insulin dalam mengendalikan gula darah!


jawab :
Insulin berperan dalam mengangkut glukosa dari sel aksesori ke sel intraseluler,
insulin berperan sebagai pembawa glukosa yang menjadi penolong glukosa sehingga dapat
masuk ke dalam sel, jika glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel maka glukosa akan tetap
berada dalam sirkulasi. dalam darah, dengan adanya insulin, dapat menurunkan kadar glukosa
darah.
Insulin juga berperan dalam pengangkutan glukosa ke sel-sel lemak dalam bentuk
agliserofosfat dan asam asetat, yang menurunkan kadar insulin dalam darah, dan asam lemak
dilepaskan dari jaringan adiposa.
Insulin mempengaruhi protein secara tidak langsung. Tanpa insulin, glukosa tidak
dapat masuk ke dalam sel, sehingga simpanan energi berasal dari lemak dan protein.
Akibatnya, asam amino tidak dapat digunakan untuk sintesis sel dan pembentukan
tubuh.Insulin akan disekresikan oleh pankreas ketika kadar gula darah naik (misalnya setelah
makan). Glukosa akan berpindah ke lingkungan intraseluler dimana akan digunakan sebagai
sumber energi, disimpan sebagai glikogen atau diubah menjadi lemak oleh hati
sumber : (Ganong’s Review of Medical Physiology, page 991-997)

4. Jelaskan faktor risiko DM yang ada pada pasien di atas!


Faktor resiko DM tipe II pada pasien dikarenakan pasien memiliki riwayat keluarga
Ibu penderita DM, pekerjaan kantor pasien yang menuntut banyak duduk, jarangnya pasien
olahraga (kurang aktivitas fisik), serta kelebihan berat badan (hasil BMI/IMT pasien adalah
28,5 yang masuk ke dalam Obesitas 1/Kelebihan berat badan).
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe II, berkaitan dengan
beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah
dan faktor lain. Menurut American Diabetes Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan
faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan DM (first degree
relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi
>4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan berat
badan rendah (<2,5 kg) (Dipiro, 2017). Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas
berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada
laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat (Waspadji S
dalam Fatimah, 2015).
Beberapa penelitian yang telah membuktikan bahwa orang yang memiliki riwayat
keluarga menderita DM lebih berisiko daripada orang yang tidak memiliki riwayat DM.
Terjadinya DM tipe II akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara
kandung mengalami penyakit ini, risiko untuk mengalami DM tipe II pada kembar identik
75-90%, yang menandakan bahwa faktor genetik (keturunan) berperan sangat penting
(Frankilawati, 2013).
Faktor Kelebihan berat badan yang dialami pasien kerusakan sel beta pankreas
disebabkan karena hipersekresi insulin. Hal ini akan menurunkan glukosa darah, rangsangan
makan akan meningkat sehingga massa lemak meningkat dan penurunan sensitifitas dari
reseptor insulin (American Diabetes Association, 2016).
Kurangnya latihan fisik atau olahraga juga merupakan salah satu faktor terjadinya
DM yang dialami pasien. Menurut penelitian yang telah dilakukan di Cina, jika seseorang
dalam hidupnya kurang melakukan latihan fisik ataupun olahraga maka cadangan glikogen
ataupun lemak akan tetap tersimpan di dalam tubuh, hal inilah yang memicu terjadinya
berbagai macam penyakit degeneratif salah satu contohnya diabetes melitus tipe II (Yunir &
Soebardi, 2008).

Pustaka

ADA (American Diabetes Association). 2016. Standards of Medical Care in Diabetes 2016.
Diabetes Care.

Dipiro, J. T., Talbert, G. C. ., Yee, G. R. ., Matzke, B. G. ., & Wells, L. M. P.


(2017).Pharmacotherapy: A Pathophysiology Approach, 10th Edition. Mc-Graw Hill
Medical, 6007–6048.

Fatimah, R. N. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. Journal Majority, 4. Retrieved from


https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/615

Frankilawati, D. A. M. (2014). Hubungan Antara Pola Makan, Genetik Dan Kebiasaan


Olahraga Terhadap Kejadian Diabetes Melitus Tipe II DI Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan,
Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Yunir, Em & Soebardi, S. 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Pusat: Penerbitan
Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

5.Jelaskan keterkaitan keluhan yang ada pada pasien dengan kondisi DM?

Menurut literatur gejala klinis diabetes melitus ada dua macam, gejala akut
dan kronik. Untuk gejala akut pasien mengalami banyak makan atau nafsu makan
meningkat ( polyphagia ), banyak minum, ( polydipsia ), banyak kencing khususnya
di malam hari ( polyuria ), nafsu makan meningkat, berat badan menurun drastis 5 –
10 kg dalam waktu 2 – 4 minggu. Lalu untuk gejala kronik, pasien mengalami
kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk jarum, rasa kebas pada kulit,
kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan
mudah lepas, kemampuan seksual menurun dan untuk pria hingga mengalami
impotensi, ibu hamil sering terjadi keguguran hingga kematian janin dalam
kandungan juga bayi berat lebih dari 4 kg.

Gejala khas yang sering timbul dan dikeluhkan oleh penderita diabetes
melitus adalah:

a. Trias poli yaitu:

1. Poliuria, yaitu banyaknya kencing akibat hiperglikemia, maka terjadilah

penambahan bentuk air kemih dengan jelas penarikan cairan ke sel-sel


tubuh.

2. Polidipsia, yaitu banyak minum. Sebenarnya keluhan ini merupakan


reaksi tubuh akan adanya poliuria yang menyebabkan kekurangan
cadangan air tubuh.

3. Poliphagia, yaitu nafsu makan bertambah, karena karbohidrat tidak dapat


digunakan karena jumlah insulin tidak dapat menjamin proses
metabolisme glukosa.

b. Lemas, ini akibat karbohidrat yang keluarnya bersama urine maka tubuh
kekurangan kalori.

c. Berat badan menurun, oleh karena gula yang ada pada darah tidak dapat
dioksidasi, maka terpaksa menghasilkan tenaga, sehingga tubuh kehilangan
lemak yang mengakibatkan penderita menjadi kurus.

d. Polineuritis, yaitu rasa gatal-gatal seluruh tubuh, seperti diketahui untuk


metabolisme karbohidrat diperlukan vitamin B1, dimana vitamin B1
digunakan sebagai co-enzim, karena kadar gula yang meningkat.

e. Hyperglikemia, yaitu kadar gula tubuh yang meningkat karena tubuh


kekurangan insulin, sehingga glukosa dapat diubah menjadi glikogen.
Lalu factor genetic dan riwayat keluarga menderita DM, dari data disebutkan
bahwa pasien mempunyai riwayat DM dari ibu, berdasarkan penelitian diungkapkan
bahwa DM apalagi DM tipe 2 bisa berasal dari factor genetic, dan meningkat 2 – 6
kali lipat jika riwayat nya itu dari orang tua ataupun saudara kandung. Selain itu juga
umur pasien, diketahui umur pasien adalah 50 tahun, di umur ini adalah usia
terbanyak pasien mengalami diabetes. Lalu, untuk IMT pasien dikatakan tinggi, untk
normalnya IMT tidak boleh lebih dari 23, sedangkan di kasus ini pasien IMT nya
adalah 28,5 dari data IMT ini yang bisa dikatakan pasien mengalami obesitas,
karena IMT pasien lebih dari 23 hal ini bisa menyebabkan kadar glukosa darah
menjadi 200 mg%.

Kesimpulan :

Dari keluhan yang dialami oleh pasien, yaitu dalam dua bulan terakhir badan
sering merasa lemah, cepat lelah. Dalam satu bulan terakhir berat badan pasien
turun 7 kg, padahal pasien merasa aktivitas makan normal, bahkan meningkat.
Selain itu pasien merasa terganggu dengan aktivitas kencing yang sering, terutama
pada malam hari. Pasien benar mempunyai gejala klinis yang mengarah pada
diabetes, sehingga untuk kelanjutannya pasien disarankan ke dokter guna
mengecek kebenarannya. Selain keluhan tersebut yang menjadi identifikasi awal
pasien mengalami diabetes, hal ini didukung oleh data pasien seperti umur, berat
badan, factor genetic dan adanya riwayat keluarga pasien yang menderita diabetes.

Dari keluhan dan data pasien ini, untuk mengecek kebenaran terkait adanya
diabetes atau tidak, dan hasilnya positif, pasien menderita diabetes, hal ini didukung
oleh data GDP 140 mg/dl,GD2pp 230 mg/dl, HbA1c 7,5%. Di mana dari GDP 70 –
110 mg/dL, GD2pp normalnya < 140 mg/dL dan jumlah HbA1c < 5,7% dan dikatakan
diabetes jika mencapai 6,5 % atau lebih. Dari data ini menunjukkan bahwa pasien
benar positif mengalami diabetes.

6.Jelaskan rasionalitas pemilihan obat metformin untuk pasien di atas! Sebutkan efek
samping potensial dan cara mengatasi ESO tersebut!
Jawaban :
a. Rasionalitas pemilihan obat
Pasien tersebut baru pertama kali terdiagnosa diabetes melitus tipe 2. Metformin
merupakan obat anti diabetes lini pertama dari golongan biguanide. Metformin digunakan
untuk sebagian besar pasien DM tipe 2, jika ditoleransi dan tidak kontraindikasi, karena
efektivitasnya, risiko rendah hipoglikemia, efek positif atau netral pada berat badan, dampak
potensial pada risiko makrovaskular dan kardiovaskular, dan biaya rendah
b. ESO dan cara mengatasinya
Metformin merupakan salah satu obat golongan biguanid yang mekanisme kerjanya
meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel dan menghambat penyerapan gula di saluran
cerna. Sayangnya ketika proses penghambatan gula di saluran cerna ini metformin bisa
memicu terjadinya reaksi seperti rasa mual, muntah, gangguan gastrointestinal, hipoglikemia,
dan rasa pusing, sehingga solusinya adalah diminum bersama makanan dan dosisnya dimulai
dari dosis kecil lalu dinaikkan perlahan. Aturan pakai metformin menurut pustaka ialah,
selama seminggu pertama, metformin diminum saat sarapan. Minggu berikutnya, diminum
dua kali, ketika sarapan dan makan malam. Dosis yang dinaikkan secara bertahap ini
bertujuan agar tubuh berkesempatan untuk melakukan pemulihan jika terjadi efek samping
seperti reaksi inflamasi.
Cara mengatasi, meminimalkan dan menghindari efek samping obat Metformin yaitu:
● Dengan meminum obat Metformin sesudah makan
● Dosis terapi dapat dimulai dahulu dengan dosis rendah 500 mg per hari
● Kemudian ditingkatkan secara bertahap setengah 2 - 3 minggu atau 850 mg per dua
minggu sampai kontrol gula darah tercapai atau dengan pemberian metformin 500 mg
berupa sediaan lepas lambat.
Sumber: Pharmacotherapy A Physiology Approach, hal. 3212

7.Sebut dan jelaskan mekanisme kerja obat lain yang meningkatkan sensitivitas insulin!

8.Sebut golongan OAD yang meningkatkan sekresi insulin dan berikan contoh obatnyaserta
jelaskan perbedaannya!
jawaban
OAD yang meningkatkan sekresi insulin terdapat tiga golongan.

1. Sulfonil urea
Efek utama sulfonilurea adalah meningkatkan pelepasan insulin dari pankreas.
Mekanisme kerja yaitu penurunan kadar glukagon serum dan penutupan saluran kalium
di jaringan ekstrapankreas
2. Analog meglitinid
Salah satu contoh obat golongan meglitinid adalah repaglinid. Obat ini memodulasi
pelepasan insulin sel beta dengan mengatur efluks kalium melalui saluran kalium.
Repaglinid memiliki mula kerja sangat cepat, dengan konsentrasi puncak dan efek puncak
dalam waktu sekitar 1 jam setelah dicerna, dengan durasi kerja 4-7 jam. Repaglinid
diindikasikan untuk digunakan dalam mengontrol lonjakan glukosa pasca-makan.
Hipoglikemia dapat timbul jika telat makan atau kandungan karbohidrat kurang.

3. Derivat D-Fenilalanin
Salah satu derivat D-Fenilalanin adalah Nateglinid. Nateglinid merangsang pelepasan
insulin yang sangat cepat dan sesaat dari sel beta melalui penutupan saluran peka-ATP.
Obat ini juga secara parsial memulihkan pelepasan insulin inisial sebagai respons
terhadap tes toleransi glukosa intravena. Obat ini diserap dalam 20 menit setelah
pemberian oral dengan masa kerja keseluruhan adalah sekitar 4 jam. Insidens
hipoglikemia pada pemberian nateglinid mungkin yang terendah dari semua
secretagogue, dan obat ini memiliki keunggulan, yaitu aman bagi mereka yang fungsi
ginjalnya sangat kurang

(Sumber : Basic and Clinical Pharmacology ed 12 - Katzung)


Tugas baca untuk bahan diskusi di kelas:
1. Proses sekresi insulin, jumlah eksresinya dan metabolisme insulin!

BIOSINTESIS & SEKRESI

Insulin dibentuk di retikulum endoplasma kasar sel B. Insulin kemudian dipindahkan


ke apparatus Golgi, tempat ia dikemas dalam granula-granula berlapis membran.
Granula-granula ini bergerak ke membran plasma melalui suatu proses yang melibatkan
mikrotubulus, dan isi granula dikeluarkan melalui eksositosis. Insulin kemudian melintasi
lamina basalis sel B serta kapiler dan endotel kapiler yang berfenestrasi untuk mencapai
aliran darah. Seperti hormon polipeptida dan protein serupa lainnya yang masuk ke dalam
retikulum endoplasma, insulin disintesis sebagai suatu bagian dari praprohormon yang
berukuran besar. Pada manusia, gen untuk insulin terletak di lengan pendek kromosom 11.
Gen ini memiliki dua intron dan tiga ekson. Praproinsulin memiliki peptida sinyal 23 asam
amino yang dikeluarkan sewaktu molekul ini memasuki retikulum endoplasma. Molekul
sisanya kemudian berlipat, lalu terbentuk ikatan disulfide sehingga akhirnya terbentuk
proinsulin. Segmen peptida yang menghubungkan rantai A dan B, connecting peptide
(peptide C), mempermudah melipatnya molekul dan kemudian terlepas dari granula sebelum
sekresi. Dua protease berperan dalam pengolahan proinsulin; proinsulin sejauh ini diketahui
tidak memiliki aktivitas fisiologik. Dalam keadaan normal, 90-97% produk yang dilepaskan
dari sel B adalah insulin disertai peptida C dalam jumlah ekuimolar. Sisanya sebagian besar
adalah proinsulin. Peptida C dapat diukur dengan radioimmunoassay, dan kadarnya
merupakan indeks fungsi sel B pada pasien yang mendapat insulin eksogen.

PENGATURAN SEKRESI INSULIN

Jumlah rerata yang disekresikan per hari pada orang normal adalah sekitar 40 U (287
nmol).

METABOLISME

Waktu-paruh insulin dalam sirkulasi pada manusia adalah sekitar 3 menit. Insulin
berikatan dengan reseptor insulin lalu sebagian mengalami internalisasi. Insulin dirusak oleh
protease di dalam endosom yang terbentuk melalui proses endositosis.

2. Penurunan kadar gula darah dan gejalan klinis yang muncul ( dari keadaan normal sampai
terjadi koma) dan gejala klinis yang muncul!
JAWAB :
Kondisi darurat pada penyakit diabetes bisa terjadi ketika kadar gula darah turun terlalu
rendah atau naik terlalu tinggi dari batas normalnya. Hal ini berisiko menimbulkan masalah
kesehatan serius, koma, bahkan kematian. Oleh karena itu, tanda dan gejala kondisi darurat
pada diabetes penting untuk dikenali.
Ketika jumlah insulin terlalu rendah atau terjadi kelainan pada sel yang menyebabkan
insulin sulit terpakai, maka kadar glukosa dalam darah meningkat. Lama kelamaan, kondisi
ini dapat menyebabkan penyakit diabetes.
Gejala Kondisi Darurat pada Diabetes
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi di mana kadar gula darah terlalu rendah. Hal ini bisa
terjadi karena penderita diabetes menggunakan obat diabetes dengan dosis yang
terlalu tinggi, lupa makan sehabis mengonsumsi obat diabetes atau menggunakan
insulin, makan dalam porsi yang terlalu sedikit, berolahraga berat, atau mengonsumsi
alkohol
2. Ketoasidosis diabetik
Kondisi ini merupakan salah satu jenis asidosis metabolik yang terjadi ketika sel-sel
tubuh yang kelaparan terpaksa memecah lemak sebagai sumber energi. Sel bisa
mengalami kelaparan karena tubuh kekurangan insulin atau tidak dapat memakai
insulin dengan baik untuk memasukkan glukosa ke dalam sel sebagai sumber energi.
3. Sindromhiperglikemia hiperosmolar diabetikSindrom yang disebut juga dengan
hyperosmolar hiperglycaemic state (HHS) ini terjadi ketika kadar gula darah
mencapai 600 mg/dL atau lebih, sehingga darah penderita diabetes menjadi kental.
Pada keadaan ini, tubuh akan berusaha membuang kelebihan gula tersebut lewat
urine, yang justru membuat penderita diabetes mengalami dehidrasi.
Bila dibiarkan, sindrom hiperglikemia hiperosmolar diabetik dapat berakhir dengan
koma dan kematian. Sekitar 57% kasus ini disebabkan oleh infeksi bakteri, 21%
disebabkan oleh konsumsi obat diabetes yang tidak teratur, dan sisanya disebabkan
oleh penyakit jantung, gangguan ginjal, atau stroke.
4. Pencegahan Kondisi Darurat pada Diabetes
Untuk mencegah kegawatdaruratan diabetes, ada beberapa langkah yang harus
dilakukan dilakukan, yaitu:
● Patuhi aturan penggunaan obat-obatan diabetes dan insulin. Hal ini mencakup dosis
dan waktu penggunaannya.
● Jaga agar waktu dan porsi makan selalu teratur.
● Periksa kadar gula darah secara berkala. Selain dengan alat tes gula darah yang biasa,
bisa juga dengan monitor gula darah (continuous glucose monitor/CGM). CGM
adalah alat berukuran kecil yang diselipkan ke dalam jaringan kulit untuk memonitor
kadar gula darah secara terus menerus. Penelitian menunjukan bahwa CGM dapat
meningkatkan kualitas kontrol gula darah pada penderita diabetes.
● Sediakan asupan gula, seperti permen atau minuman manis, yang siap dikonsumsi
ketika gula darah mendadak turun.
● Jangan merokok dan hindari konsumsi alkohol.
● Perhatikan gejala-gejala yang mungkin timbul sehabis berolahraga dan siapkan
asupan gula yang cukup.
3. Obat oral anti diabetes
Obat Oral Antidiabet (OAD) :
1. Sulfonylurea
Mekanisme of Action : merangsang atau menstimulasi sekresi insulin
a) Generasi I : acetohexamide, chlorpropramide, tolazamide, tolbutamide
b) Generasi II : glipizide, gliburide
c) Generasi III : Glimepiride
Efek samping golongan sulfonylurea : menyebabkan hipoglikemia, peningkatan
berat badan, efek samping yang kurang umum termasuk ruam kulit, hemolitik, anemia,
gangguan GI, dan kolestasis.
2. Short-acting insulin secretagogues (Meglitinides)
Mekanisme of action : menurunkan kadar glukosa gengan merangsang sekresi insulin
a) Repaglinide
b) Nateglinide
3. Biguanide
Metofomin : meningkatkan sensitivitas insulin dari jaringan hati dan perifer
(otot). Metformin secara konsisten mengurangi level A1C sebesar 1,5% hingga 2%,
level FPG sebesar 60 hingga 80 mg/dL, dan mempertahankan kemampuan untuk
mengurangi level FPG saat sangat tinggi (>300 mg/dL).
Efek samping metformin yang paling umum : ketidaknyamana pada perut, diare,
kembung, anoreksia.
- Metformin imediate-release : biasanya dimulai pada 500mg dua kali sehari saat
makan, meningkat 500 mg setiap minggu sampai tujuan glikemik atau tercapai
2000mg/hari. Metformin 850mg dapat diberikan satu kali sehari dan dapat
ditingkatkan setiap satu sampai dua minggu hingga maksimum 850mg tiga kali
sehari (2550mg/hari)
- Metformin extended-release (glucopage XR) : dapat dimulai dengan 500mg saat
makan malam dan meningkat 500mg setiap minggu hingga dosis maksimum
2000mg/hari.

4. Alpha-glukosidase inhibitor
Mekanisme : mencegah pemecahan sukrosa dan karbohidrat di usus kecil
sehingga menurunkan absorbsi glukosa. Efek samping yang paling umum yaitu perut
kembung, diare.
a) Acarbose
b) Miglitol
Acarbose dan miglitol diberikan dengan dosis yang sama. Terapi dimulai dengan
dosis 25mg satu kali sehari dan meningkat secara bertahap hingga maksimum 50 mg
tiga kali sehari untuk pasien dengan berat badan 60 Kg atau lebih, atau 100mg tiga kali
sehari untuk pasien diatas 60 Kg.
5. Thiazolidinediones
Golongan Thiazolidinediones meningkatkan metabolisme glukosa dan lemak
melalui pengaktifan reseptor PPAR-γ, meningkatkan kepekaan pada insulin dalam otot
dan lemak dengan peningkatan glut-4. Bila pioglitazone dan rosiglitazone diberikan
selama sekitar 6 bulan maka nilai A1C akan berkurang sekitar 1,5% dan kadar FPG
sekitar 60 hingga 70 mg/dL pada dosis maksimal.
a) Pioglitazone : Pioglitazone menurunkan trigliserida plasma sebesar 10% hingga
20%, Pioglitazone tidak menyebabkan peningkatan yang signifikan pada
kolesterol LDL. Dosis : dimulai pada 15mg sekali sehari, dosis maksimum
45mg/ hari.
b) Rosiglitazone : dosis dimulai dengan 2 sampai 4 mg sekali sehari, dosis
maksimum adalah 8mg/hari. Dosis 4 mg dua kali sehari dapat mengurangi A1C
0,2% hingga 0,3%.
6. Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor
a) Sitagliptin. Dosis : 100 mg per oral sekali sehari. Pada pasien dengan gangguan
ginjal, dosis harian harus dikurangi menjadi 50 mg (klirens kreatinin 30-50
mL/menit) atau 25 mg (klirens kreatinin <30 mL/menit).
7. Glucagon-like polypeptide-1 (GLP-1) Receptor Agonist
a) Exenatide

Anda mungkin juga menyukai